id
SKRIPSI
Oleh:
NIKEN SARASVATI DEVI
K1207003
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh:
NIKEN SARASVATI DEVI
K1207003
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Niken Sarasvati Devi. KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI PENDIDIKAN
KUMPULAN CERPEN SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA
KARYA AGUS NOOR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi ikon, indeks,
dan simbol yang ada di dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia karya Agus Noor; (2) menganalisis makna yang ada di balik
ikon, indeks, simbol; (3) mendeskripsikan serta mengidentifikasi nilai-nilai
pendidikan dalam karya tersebut.
Penelitian ini beruapa penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
berasal dari dokumen (Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia karya Agus Noor) dan informan (beberapa pembaca karya tersebut, dan
sastrawan). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi
(content analysis). Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan
triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik pembacaan
hermeneuitik atau retroaktif. Prosedur yang digunakan adalah analisis model
interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam karya tersebut, ikon,
indeks, dan simbol yang teridentifikasi sebagai berikut: ikon yang terdapat
dalam kumpulan cerpen ini berupa ikon metaforis, indeks dalam karya
tersebut berupa indeks yang memiliki hubungan dengan teks dalam teks, dan
simbol yang terdapat dalam karya tersebut berupa simbol yang diwakilkan
oleh suatu benda dan gerakan tubuh para tokoh.
Simpulan dari penelitian ini adalah ikon metaforis yang terdapat dalam
kumpulan cerpen ini memiliki makna konotasi tertentu dari apa yang
disebutkan (sesuai dengan konteks cerita). Indeks yang memiliki kaitan
dengan teks dalam teks memiliki makna yang dikelompokkan menjadi tiga
macam, antara lain bermakna penggambaran perasaan para tokoh dalam
cerita, penggambaran latar tempat dan suasana dalam cerita, dan
penggambaran watak para tokoh dalam cerita. Simbol yang diwakili oleh
benda bermakna terjadinya suatu peristiwa (kematian) dan simbol berupa
gerakan tubuh merupakan ekspresi yang mewakili perasaan para tokoh. Nilai-
nilai pendidikan pada karya tersebut, antara lain nilai agama mengajarkan
untuk selalu mengingat Tuhan dan datangnya kematian, tabah dalam
menjalani ujian dan ketentuan Tuhan. Nilai sosial, tentang toleransi terhadap
orang lain serta kritik sosial terhadap pemerintah dalam menangani
ketimpangan sosial yang semakin tajam. Nilai moral, tentang kejujuran dan
kebenaran dalam setiap langkah diambil. Nilai estetis, keindahan latar tempat
yang digambarkan pengarang.
Kata kunci: kajian semiotik, sepotong bibir paling indah di dunia, nilai
pendidikan.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak semua hal dapat disampaikan dengan gamblang dan lugas. Terkadang
kita membutuhkan tanda atau lambang untuk menunjukkan sikap etis dan
estetis. (Penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
”Teman-teman Bastin”
Terima kasih karena telah membuatku menjadi lebih dewasa.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI
PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN CERPEN SEPOTONG BIBIR
PALING INDAH DI DUNIA KARYA AGUS NOOR”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penulisan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan skripsi;
3. Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku pembimbing I dan Dra. Raheni
Suhita, M. Hum., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan dengan baik;
5. Dr. Suyitno, M. Pd., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS;
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis,
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………. ii
HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. iv
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………… viii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 4
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ……………………………..…………………. 6
1. Hakikat Cerpen………..…………………………………... 6
a. Pengertian Cerpen.…………………………………… 6
b. Unsur-unsur Pembangun Cerpen…..………………... 7
1) Tema Cerita………………………………………. 7
2) Amanat…………………………………………… 8
3) Peristiwa Cerita (Alur)…………………………….. 8
4) Penokohan dan Perwatakan…………………….... 10
5) Latar Cerita ………..……………………………... 12
6) Sudut Pandang Pencerita………………………… 12
7) Gaya Pengarang…………………………………... 13
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Hakikat Semiotik………………………………………….. 14
a. Pengertian Semiotik………………………………….. 14
b. Semiotika dalam Penelitian Karya Sastra………….... 20
3. Hakikat Nilai dalam Karya Sastra ………………………… 24
a. Nilai Agama…………..……………………………….. 25
b.Nilai Sosial…………………………………………….. 25
c. Nilai Moral…………………………………………….. 26
d.Nilai Estetis……………………………………………. 26
4.Penelitian yang Relevan…………………………………….. 28
B. Kerangka Pemikiran ..……………………………………………... 31
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 33
B. Bentuk dan Strategi Penelitian……………………………………. 33
C. Sumber Data……………………………………………………… 34
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 34
E. Validitas Data……………………………………………………. 36
F. Teknik Analisis Data……………………………………………. 37
G. Prosedur Penelitian………………………………………………. 37
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data………….………………………………………… 40
B. Pembahasan……………………………………………………… 63
1. Identifikasi Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia………………………… 72
2. Analisis Makna Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia………………………… 87
3.Nilai Pendidikan dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia ………………………………………....….…….192
BAB V: SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………206
B. Implikasi……………………………………………………………207
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Saran………………………………………………………………..207
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………209
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Tipologi Dasar Peirce…………………………………… 16
2. Skema Kerangka Pemikiran………………………………. …… 32
3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Milles dan
Huberman……………………………………………………….. 37
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Trikotomi Peirce .................................................................. 18
2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan………………………... 33
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Sinopsis Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia…….209
2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Dosen UPI Bandung ……213
3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Sastrawan………………..215
4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Pembaca…………………219
5. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Sastrawan untuk Validasi
Data……………………………………………………………………...223
6. Profil Agus Noor…………………………………………………………240
7. Surat Keputusan Dekan FKIP…………………………………………...241
8. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi……………………………...242
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Unsur ikon, indeks, dan simbol apakah yang terdapat dalam Kumpulan
Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor?
2. Apakah makna yang terdapat di balik unsur ikon, indeks, dan simbol yang
terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia
karya Agus Noor ?
3. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Kumpulan
Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan unsur ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus
Noor
2. Mendeskripsikan makna yang terdapat di balik unsur ikon, indeks, dan
simbol yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia karya Agus Noor.
3. Mendeskripsikan keterkaitan nilai yang terkandung dalam Kumpulan
Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor dengan
pendidikan karakter di sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah keilmuan, yaitu mengetahui dan menemukan
unsur-unsur semiotik yang di antaranya, yaitu ikon, indeks, dan simbol
yang terdapat pada Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia karya Agus Noor.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Cerpen
a. Pengertian Cerpen
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa
dengan ukuran yang pendek dan tentunya juga terdapat unsur-unsur yang
membangun, karena memiliki kisah yang pendek, konflik yang terdapat di
dalamnya pun tidak banyak dan cenderung fokus pada satu permasalahan
saja, seperti yang diungkapkan oleh Gie dan Widyamartaya bahwa cerita
pendek adalah cerita imajinatif yang berbentuk prosa pendek, biasanya di
bawah 10.000 kata, dan mengandung kesan yang kuat serta mengandung
unsur-unsur drama (dalam Rampan, 1995:10).
Senada dengan pendapat di atas, pandangan Asura tidak jauh berbeda
dengan Gie dan Widyamartaya dalam mendefinisikan cerita pendek, yaitu
sama-sama memberi tekanan pada satu kesan atau efek yang kuat serta fokus
dalam penceritaan dalam suatu cerita pendek. Asura mengungkapkan bahwa
prinsip dasar dari sebuah cerita pendek jika dibandingkan dengan karya sastra
yang lain, yaitu cerita pendek harus memberi satu efek atau kesan pada
pembaca setelah membacanya (2007:43).
Pandangan Sumardjo dan Saini mengenai cerpen lebih memfokuskan
tentang asal atau inspirasi cerita pendek itu tercipta, Sumardjo dan Saini
berpendapat mengenai cerpen, yaitu cerpen bukanlah cerita yang diciptakan
berdasarkan kejadian yang sesungguhnya atau sesuai kenyataan tetapi hanya
cerita yang imajinatif saja, meskipun cerita imajinatif tetapi ide atau cerita
dalam cerpen diambil dari kehidupan (1988:36). Begitu juga seperti yang
dipaparkan oleh Yudiono Ks. mengenai cerpen tidak jauh berbeda dengan
pandangan Jakob Sumarjo dan Saini, yaitu lebih menekankan pada asal atau
sumber cerita yang diangkat dalam cerpen, yang membedakan pendapat
keduanya, yaitu Yudiono Ks. juga menyoroti pentingnya keberadaan tokoh
dan unsur pembangun karya sastra lainnya, seperti yang ia paparkan, yaitu
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
5) Latar Cerita
Abrams memaparkan bahwa latar cerita, memiliki pengertian
tempat, waktu, dan lingkungan sosial yang ditampilkan (dalam
Nurgiyantoro, 2007:216). Hal tersebut juga disebutkan oleh Sumardjo dan
Saini, latar cerita adalah penggambaran tentang tempat atau daerah
tertentu, orang-orang berwatak tertentu karena pengaruh lingkungan
tempat mereka tinggal (1988:76). Tata cara kehidupan sosial masyarakat
yang mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks,
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan dan
pandangan hidup dapat dilihat dari latar ceritanya Hal tersebut juga
dikatakan oleh Nurgiyantoro yang membedakan latar menjadi tiga unsur
pokok, yaitu: a) latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa
cerita; b) latar waktu, menyaran pada kapan terjadinya peristiwa cerita; c)
latar sosial, menyaran pada hal yang berhubungan dengan perilaku
masyarakat di suatu tempat dalam cerita (dalam Sri Wahyuningtyas, dkk.,
2011: 7).
Berdasarkan ketiga pendapat mengenai latar tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa latar adalah perwujudan atau penggambaran tempat,
waktu, dan lingkungan sosial yang mengiringi tokoh dalam cerita. Melalui
latar, pembaca dapat membayangkan situasi atau deskripsi tempat para
tokoh diceritakan.
6) Sudut Pandang Pencerita
Nurgiyantoro (2007:18) mengungkapkan bahwa sudut pandang
adalah titik sentral dari mana cerita dikisahkan. Senada dengan pendapat
yang dikemukakan Abrams bahwa sudut pandang pencerita adalah
pandangan yang digunakan pengarang untuk menampilkan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca (dalam Nurgiyantoro, 2007:248).
Kedua pendapat mengenai sudut pandang tersebut sama-sama memberi
tekanan pada cara yang digunakan pengarang dalam memandang cerita
yang diciptakan.
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
menentukan perbedaan antara karya yang satu dengan karya yang lain.
Tetapi, gaya dalam hal ini lebih luas dari gaya seperti gaya bahasa
metafora, personifikasi, dan sebagainya. Gaya di sini meliputi penggunaan
kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, cara memandang
seseorang (pengarang), dan sebagainya. Semi mengungkapkan, perbedaan
penggunaan gaya penyampaian dalam karya sastra dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu: a) pribadi penutur, pengalaman dan pengetahuannya;
b) tujuan yang hendak dicapai; c) topik yang ditampilkannya; d) bentuk
tutur yang dipilihnya; dan e) kondisi penangkap tutur yang dihadapi (1993:
48). Melalui gaya penyampaian pengarang dalam menciptakan karyanya
mendukung tujuan yang ingin disampaikan pada pembaca.
2. Hakikat Semiotik
a. Pengertian Semiotik
Secara definitif, Cobley dan Janz menyebutkan bahwa semiotika
berasal dari kata seme, bahasa Yunani, yang berarti penafsir tanda (dalam
Ratna, 2011: 97) di sini Cobley dan Janz berpandangan bahwa semiotika
adalah penafsir tanda yang berarti sesuatu yang dijadikan alat untuk
menafsirkan atau mengartikan tanda, lain halnya dengan Ratna yang tidak
hanya menyoroti semiotika sebagai penafsir tanda, tetapi juga menyoroti cara
kerja dan manfaatnya bagi kehidupan manusia, Ratna mengatakan bahwa
dalam pengertian lebih luas, sebagai teori, semiotika merupakan studi
sistematis tentang produksi dan interpretasi tanda, cara kerja tanda, dan
manfaatnya terhadap kehidupan manusia ( 2011:97).
Hartoko dan Rahmanto memaparkan mengenai pengertian semiotik
adalah ilmu yang meneliti mengenai tanda, sistem tanda, dan proses suatu
tanda dimaknai (1986:131). Begitu juga yang disampaikan oleh Sebeok
(dalam M. Ikhwan Rosidi, Trisna Gumilar, Heru Kurniawan, dan Zurmailis,
2010:99-100) bahwa semiotika adalah sebuah disiplin ilmu yang menelaah
atau mengkaji seluruh bentuk komunikasi yang terjadi akibat tanda, dan
didasarkan pada sistem tanda (kode). Kedua pendapat tersebut tidak jauh
berbeda seperti yang disampaikan oleh Eco secara singkat (dalam Ratna,
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Representament
kata Jaguar
Object interpretant
‘mobil mewah’ ‘martabat’/ ‘impian’
Gambar 2.1. Tipologi Dasar Peirce
Berdasarkan gambar 2.1. dapat dinyatakan bahwa suatu
representament (tanda itu sendiri) yang dilambangkan oleh benda atau
sesuatu yang lain (contoh: kata Jaguar) dapat ditafsirkan atau dimaknai
sebagai sesuatu yang sesuai dengan hal yang diacu, yaitu object ( Mobil
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Jaguar merupakan salah satu jenis mobil mewah). Selain itu, juga dapat
ditafsirkan sebagai interpretant, yaitu tanda-tanda baru yang terjadi dalam
batin penerima tanda, sesuai dengan gambar di atas, tanda baru yang
dihasilkan dari kata Jaguar selain makna yang sesungguhnya, yaitu
bermakna sebagai martabat atau kehormatan.
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Terkait dengan hal tersebut, Danesi dan Perron (dalam Susanto, hlm.3,
tabel.1) menyebutkan bahwa ketiga unsur di atas diperinci menjadi trikotomi seperti
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Trikotomi Peirce
Mode of Representation Type of Relation of The Type of
(Cara Representasi) Representament Sign to its Referent Interpretant The
(Jenis (Hubungan tanda Sign Evokes
Representament) dengan yang diacu) (Jenis tanda
berdasarkan
penerima tanda)
Firstness: icons (physical Qualisigns: refers Iconic: Rheme:
substitute for the referents) to qualities of representation
interpretants of
(Kepertamaan: ikon objects (adjective, through resemblance
(pengganti fisik untuk colors, shape, etc.) (photo, diagram, qualisigns
acuan)) (Qualisigns: image, metaphor,
(tanda sebagai
mengacu pada etc.)
kualitas objek (kata (Iconic: representasi kemungkinan)
sifat, warna, melalui kemiripan
bentuk, dll)) (foto, diagram,
gambar, metafora,
dll))
Secondness: index (they are Sinsigns: indicate Indexical: Dicisign:
not substitute for their objects in time- representation
interpretant of
referents) space (pointing through indication.
(Kekeduaan: Indeks finger, here, there, (indeks: sesuatu sinsigns.
(sesuatu yang bukan etc.) yang mengacu
(Dicisign: sebagai
dijadikan sebagai pengganti (Sinsigns: berdasarkan sebab
terhadap acuan)) menunjukkan objek akibat) fakta)
dalam waktu-ruang
(menunjuk jari, di
sini, sana, dll))
Thirdness: symbols (the Legisigns: refer to Symbols: Argument:
sign-user and the referent objects by representation by
interpretation of
are linked to each other by convention. convention (word,
the force of historical and (Legisigns: merujuk symbol, etc.). legisigns.
social convention) ke obyek dengan (Simbol: sesuatu
(Argumen: tanda
(Keketigaan: simbol (tanda- konvensi.) yang diwakili
pengguna dan acuan yang berdasarkan sebagai nalar)
dihubungkan satu sama lain konvensi (kata,
dengan kekuatan konvensi simbol, dll))
historis dan sosial))
(Sumber: Susanto, hlm.3, tabel.1)
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
teori semiotik Peirce juga dapat dilihat dari tahap-tahap yang dilakukan
Peirce dalam pemaknaan suatu tanda, seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, ada tahap kepertamaan, kekeduaan, dan keketigaan, ketiga
tahap tersebut merupakan tahap universal dari teori Peirce (Zoest dalam
Roseno, 2005:14). Selain itu, Peirce dalam teorinya memaknai tanda
secara terbuka, tetapi dibatasi oleh konteks, baik teks itu sendiri maupun
konteks sosial budaya, serta pengetahuan atau pengalaman pembaca yang
menafsirkan suatu tanda tertentu. Hal itu juga disebutkan oleh Peirce
(dalam Sartini, hlm. 6) bahwa konsep tahapan pemaknaan tanda penting
untuk memahami bahwa dalam suatu kebudayaan tertentu kadar dalam
memahami suatu tanda berbeda pada anggota kebudayaan tersebut.
Lebih lanjut, peneliti akan menganalisis teks dengan mencari dan
memaknai tanda-tanda yang digunakan melalui ikon, indeks, dan simbol,
hal tersebut terkait dengan teori Peirce yang lebih menekankan bahwa
objek (ikon, indeks, dan simbol) memegang peranan penting dalam suatu
analisis, terutama teks yang terdiri dari gambar atau nonverbal (ikon dan
simbol) dan unsur verbal. Hal ini terkait dengan pendapat Ratna bahwa
denotatum (object) dalam karya sastra adalah dunia yang penuh dengan
keserbamungkinan makna, atas dasar pandangan bahwa segala sesuatu
mempunyai kemungkinan untuk menjadi tanda, karena jumlah objek tak
terbatas (2011: 114). Terkait dengan hal tersebut, peneliti akan menyoroti
ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong
Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor.
b. Semiotika dalam Penelitian Karya Sastra
Sebagian besar, bahkan keseluruhan aktivitas manusia pada dasarnya
dilakukan melalui bahasa, baik lisan maupun tulisan. Ratna berpendapat
bahwa pada dasarnya bahasa merupakan konservasi yang paling kuat terhadap
kebudayaan manusia. Tanpa bahasa, kebudayaan atau bahkan dunia kini tidak
ada (2011:111). Lebih lanjut, hal tersebut (bahasa) dapat dikaji menggunakan
pendekatan semiotika, hal ini juga sependapat dengan Yani yang memaparkan
bahwa semiotik menelaah sistem tanda dalam bahasa dan wacana yang
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
menjadi cermin dari budaya dan pemikiran (hlm. 2 Karya sastra merupakan
salah satu hasil dari kebudayaan, seperti yang dipaparkan oleh Lotmann
bahwa bahasa yang digunakan dalam karya sastra sebagai sistem model kedua,
metafora, konotasi, dan ciri-ciri penafsiran ganda lainnya, bukanlah bahasa
biasa, melainkan sistem komunikasi yang telah sarat dengan pesan
kebudayaan (dalam Ratna, 2011:111). Senada dengan pendapat yang telah
disebutkan sebelumnya, kehidupan manusia dibangun berdasarkan bahasa,
sedangkan bahasa itu sendiri adalah sistem tanda. Menurut Noth (dalam
Ratna, 2011: 111) di dalam teks sastra keseluruhan terdiri atas ciri-ciri
tersebut. Bahasa metaforis konotatif, dengan hakikat kreativitas imajinatif
pengarangnya merupakan faktor utama sebab karya sastra didominasi oleh
sistem tanda. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Pradopo bahwa bahasa
merupakan media karya sastra sudah sebagai sistem semiotik atau ketandaan,
yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti (1993:121). Secara tidak
langsung, Pradopo mengungkapkan bahwa dalam karya sastra sudah tentu
menyimpan tanda-tanda, karena karya sastra disampaikan dengan bahasa.
Lebih lanjut, Teeuw mengungkapkan bahwa sebagai tanda, karya
sastra adalah dunia dalam kata yang dapat digunakan sebagai sarana
komunikasi yang tidak biasa antara pembaca dan pengarangnya. Oleh karena
itu, karya sastra dapat dipandang sebagai gejala semiotik (dalam Sangidu,
2004: 18). Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Mana Sikana bahwa
pendekatan semiotik melihat karya sastra sebagai suatu sistem yang memiliki
keterkaitan antara teknik dan mekanisme kelahiran suatu karya sastra (Yani,
hlm. 2 Teori semiotik memiliki anggapan bahwa sebuah karya sastra
memiliki sistem tersendiri yang diperlihatkan melalui sistem tanda yang
terkandung dalam suatu karya sastra. Lebih dalam, semiotik melihat karya
sastra dalam sudut pandang yang lebih luas. Yani menyebutkan bahwa prinsip
dari pendekatan semiotik menuntut penganalisis memberi perhatian pada
keterkaitan sistem teks yang dikaji dengan sistem yang ada di luar teks;
segala latar belakang lahirnya karya (hlm. 12). Lebih lanjut, disebutkan oleh
ahli sastra Teeuw yang mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
pendidikan yang tersirat dalam kumpulan cerpen tersebut. Berikut ini disajikan
diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini.
1. Nilai Religius
Teori Semiotik Peirce
2. Nilai Moral
3. Nilai Sosial
Object 4. Nilai Estetis
Identifikasi Tanda
Analisis Tanda
Makna Tanda
Kesimpulan
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
BAB III
METODE PENELITIAN
2011 2012
Jenis Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1.Persiapan
a. Pengajuan Judul
b.Penyusunan Proposal
2.Pelaksanaan Penelitian
a.Pengumpulan Data
b. Analisis Data
c.Penarikan Kesimpulan
3.Penyusunan Laporan
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
yang ada di balik unsur-unsur tersebut dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor.
C. Sumber Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
berupa data kualitatif. Jenis-jenis sumber data dalam penelitian kualitatif ini
berupa narasumber/informan, yaitu sastrawan (Hanindawan dan Sosiawan Leak),
dosen (Rudy Adi Nugroho), dan pembaca (Bayu Murti Sulaiman, Asri
Puspitaningtyas, Fatima Zahra, Yunita Nurul Khomsah, Tyas Sri Utami, Yayat
Suhiryatno, dan Ranin Agung Kurniawan). Selain itu, data dokumen berupa buku
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor dan
data yang berasal dari sumber internet yang berkaitan dengan pembahasan
mengenai karya tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik purposive sampling menurut Sutopo adalah
kecenderungan peneliti untuk memilih informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (2002:
55). Teknik purposive sampling ini digunakan untuk menentukan informan dan
dokumen yang diteliti. Informan yang diwawancarai merupakan seseorang yang
memiliki kompetensi di bidang sastra, yaitu sastrawan dan dosen. Sedangkan
dokumen yang dijadikan sampel data adalah buku Kumpulan Cerpen Sepotong
Bibir Paling Indah di Dunia dan data-data lain yang terkait, seperti ulasan-ulasan
yang terdapat pada blog pengarang
Ada dua teknik pengumpulan data yang diterapkan sebagai alat untuk
mengumpulkan data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang
diteliti. Kedua teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Content Analysis (Analisis Isi)
Milles dan Hubberman (1992:15) memaparkan bahwa analisis isi berupa
pengumpulan berbagai macam data yang berwujud kata-kata (bukan rangkaian
kata-kata) melalui berbagai macam cara, kemudian melalui alur proses
sebelum dinyatakan layak atau sesuai untuk digunakan. Alur proses tersebut
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
E. Validitas Data
Peneliti menggunakan triangulasi untuk mendapatkan data yang valid.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi metode, dan
triangulasi teori. Berikut adalah penjelasannya:
1. Triangulasi Sumber
Sutopo (2002: 79) mengungkapkan bahwa triangulasi sumber dilakukan
dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik
pengumpulan data yang berbeda itu pun data sejenis yang bisa teruji
kemantapannya. Alasan peneliti menggunakan triangulasi sumber adalah
untuk mendapatkan data yang akurat dari berbagai sumber agar permasalahan
yang dibahas dapat dipandang berdasarkan beberapa sudut pandang dari
narasumber yang memiliki kompetensi di bidang sastra. Selain itu, peneliti
juga menggunakan berbagai sumber data yang menunjang permasalahan yang
dibahas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai sumber untuk
mendukung validasi data, yaitu dari pendapat-pendapat narasumber
(informan) yang memiliki kompetensi dalam bidang sastra, antara lain
sastrawan dan dosen sastra, serta dokumen, yaitu Kumpulan Cerpen Sepotong
Bibir Paling Indah di Dunia dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan
dengan karya tersebut (blog pengarang).
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode ini dilakukan peneliti dengan mengumpulkan data
yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda (Sutopo, 2002: 80). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua
metode, yaitu metode content analysis (Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia dan blog pengarang) dan wawancara mendalam
(sastrawan dan dosen).
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
G. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
analisis interaktif Miles dan Huberman, seperti yang terdapat dalam gambar di
bawah ini:
Pengumpulan
data
Penyajian
Reduksi
data
data
Verifikasi
data
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode content analysis dan wawancara mendalam.
Penelitian ini diawali dengan kegiatan wawancara dengan para pembaca
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor
untuk mengetahui penilaian dan kesulitan-kesulitan yang ditemui pembaca
dalam karya tersebut. Setelah melakukan wawancara dan mengetahui hal-hal
yang dianggap sulit dipahami pembaca, peneliti memilih salah satu kajian
yang dianggap mampu dan sesuai untuk membedah kesulitan yang terdapat
dalam kumpulan cerpen tersebut, yaitu kajian semiotika. Guna menilai
ketepatan atau kesesuaian kajian yang peneliti pilih, peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa sastrawan, yaitu Hanindawan dan Sosiawan
Leak. Berdasarkan hasil wawancara, kajian yang peneliti pilih tepat atau
sesuai untuk membedah permasalahan yang ada. Setelah itu, peneliti
melakukan metode kedua, yaitu content analysis dengan membaca karya
sastra, dokumen-dokumen terkait (blog pengarang) untuk mengumpulkan
data-data yang sesuai dengan objek kajian yang dipilih. Data-data tersebut
berupa unsur-unsur semiotik (ikon, indeks, dan simbol) dan keterkaitan nilai
dalam karya sastra dengan pendidikan karakter di sekolah.
2. Reduksi Data
Reduksi data menurut Milles dan Huberman adalah “Suatu analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi” (1992: 17).
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan peneliti diawali dengan
pembacaan Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya
Agus Noor secara terus-menerus (berkali-kali) dengan menggunakan metode
hermeneutik untuk memilah data yang sesuai dengan penelitian, yaitu data-
data dalam karya sastra dari keseluruhan teks yang berupa unsur semiotik
(ikon, indeks, dan simbol) dan nilai-nilai pendidikan yang ada di dalam
karya sastra tersebut.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
3. Penyajian Data
Proses penyajian data menurut Miles dan Huberman adalah
“Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan” (1992: 17). Penyajian
informasi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dari data
wawancara dengan informan (sastrawan dan dosen) dan dokumen
(Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia). Berdasarkan
kedua kegiatan tersebut, peneliti dapat menggolongkan data atau kalimat
yang terdapat dalam teks karya sastra tersebut sesuai dengan jenisnya, yaitu
data yang termasuk dalam golongan unsur ikon, indeks, dan simbol. Setelah
melakukan penggolongan data ke dalam tiga unsur semiotik tersebut,
peneliti melakukan pengidentifikasian data dari setiap unsur semiotik
tersebut sesuai dengan kategori ikon, indeks, dan simbol yang sama jenisnya
serta keterkaitan nilai dalam karya sastra dengan pendidikan karakter di
sekolah
4. Verifikasi Data/ Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verifikasi data adalah teknik untuk
menarik kesimpulan dari rangkaian kegiatan analisis yang saling susul-
menyusul, dengan keputusan terakhir dan telah diuji kebenarannya melalui
kesepakatan intersubjektif dan menghasilkan data yang teruji validitasnya
(Miles dan Huberman, 1992: 19). Dalam penelitan ini, peneliti menarik
kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari wawancara mendalam yang
dilakukan dengan informan dan content analysis dari karya sastra dan
dokumen terkait.
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini memfokuskan pada sisi unsur-unsur semiotik yang
terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia
karya Agus Noor dengan menggunakan teori semiotik milik Peirce. Teori
tersebut membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya menjadi
tiga jenis, yaitu ikon (berhubungan dengan kemiripan), indeks
(berhubungan dengan kedekatan eksistensi atau sebab akibat), dan simbol
(berhubungan dengan hal yang sudah menjadi kesepakatan dalam
masyarakat atau berdasarkan konvensi masyarakat). Permasalahan yang
dikaji peneliti dalam penelitian ini adalah identifikasi unsur-unsur semiotik
yang berupa ikon, indeks, dan simbol, menganalisis makna yang terdapat
di balik unsur-unsur tersebut, dan nilai pendidikan yang terdapat dalam
karya tersebut.
Dalam menelaah permasalahan di atas, peneliti melakukan
pengambilan data dari beberapa sumber, di antaranya dokumen dan hasil
wawancara. Data yang berasal dari dokumen berupa Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor dan dari buku
referensi yang berkaitan. Data yang berupa hasil wawancara diperoleh dari
wawancara dengan beberapa pembaca Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia karya Agus Noor, sastrawan, dan dosen. Data-data
tersebut, yaitu:
a. Ikon
1. Pemetik air mata.(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 1)
2. Peri-peri pemetik air mata. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta,
hlm.1)
3. Ke dalam cawan mungil itulah mereka tampung air mata yang
mereka petik. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 1)
4. Ke sanalah butir-butir air mata yang dipetik itu dibawa.(cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 2)
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
88. “Apa dikira kita nggak tahu, itu kan akal bulus biar dapat
sumbangan.” (cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia, hlm.
166)
b. Indeks
89. Setelah berhari-hari menyelusup celah gua, ia merasakan
kelembapan udara yang tak biasa, hawa yang membuat kuduknya
meriap, dan menyadari dirinya telah tersesat dan tak akan lagi
melihat dunia karena setiap kali bersikeras mencari jalan keluar ia
justru merasa semakin mendekati kematian. (cerpen Empat Cerita
Buat Cinta, hlm. 2)
90. Kesepian gua itu begitu hitam dan mengerikan. Bahkan, kelelawar,
ular, dan lintah pun seperti memilih menjauhinya.(cerpen Empat
Cerita Buat Cinta, hlm. 2)
91. Semua suara seperti lesap—bahkan ia tak mendengar suara
napasnya sendiri—dan ia merasakan betapa udara tipis dan bau
memualkan yang bukan berasal dari tumpukan kotoran kelelawar
atau lumpur belerang membuatnya limbung dan perlahan-lahan
seperti mulai mengapung. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm.
3)
92. Mamanya memang sering menangis terisak malam-malam. Ia pun
selalu menangis melihat mamanya menangis. (cerpen Empat Cerita
Buat Cinta, hlm. 4)
93. Tapi, Sandra berusaha menahan tangisnya karena mamanya pasti
akan langsung membentak bila ia menangis. “Jangan cengeng,
anak setan!” (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 4)
94. Sering, bila hari Minggu, mamanya juga mengajaknya jalan-jalan.
Membelikannya baju, mengajak makan kentang goreng atau ayam
goreng. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 5)
95. Saat Sandra menikmati es krim, perempuan itu tampak selalu
menatap dengan mata penuh cinta. Tanpa sadar ia akan bergumam,
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
117. Lalu, ia mengelus lembut anaknya. (cerpen Kartu Pos dari Surga,
hlm. 36)
118. Mereka akan berteriak senang bila menerima surat balasan atau
kartu pos, dan memamerkannya dengan membacanya keras-keras.
(cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 37)
119. Ren kecil duduk di pangkuan, sementara ayahnya berkisah
keindahan kota-kota pada kartu pos yang mereka pandangi. (cerpen
Kartu Pos dari Surga, hlm. 38)
120. Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit, dan ia mendapati
Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. (cerpen Kartu Pos
dari Surga, hlm. 38)
121. Marwan menggandeng anaknya masuk. (cerpen Kartu Pos dari
Surga, hlm. 38)
122. Marwan merasakan sesuatu berdesir di dadanya. (cerpen Kartu Pos
dari Surga, hlm. 39)
123. Andai ada Ren, pasti akan dikisahkannya gambar-gambar di kartu
pos itu hingga Beningnya tertidur. (cerpen Kartu Pos dari Surga,
hlm. 39)
124. Marwan masih ngantuk karena baru tidur menjelang pukul 05.00
pagi setelah Beningnya pulas. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm.
39)
125. Marwan menatap Ita, yang tampak memberi isyarat agar ia melihat
ke sebelah. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
126. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat Beningnya gembira
ketika mendapati kartu pos itu. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm.
40)
127. Dari jendela ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu,
seperti tercekat kemudian berlarian tergesa masuk rumah. (cerpen
Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
128. Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan
kartu pos itu. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
163. Seakan ada yang mendadak terbuka dalam jiwa mereka karena
menyadari bahwa mereka pun, ternyata bisa sama-sama bahagia.
(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 65)
164. Dari dinding kaca kafe di lantai sembilan gedung perkantoran,
Maneka dan Alina memandangi senja yang meruapkan kesepian
dan kerinduan di hati mereka. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah
di Dunia, hlm. 66)
165. Maneka menangkap getar cemburu dalam kata-kata Alina. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 67)
166. Maneka, pelan dan gugup menyembunyikan kalimat sisanya
karena tadingya ia mau bilang; yakinkah kamu kalau Sukab punya
pacar selain kita….(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia,hlm. 67)
167. Beberapa pengunjung yang melihat adegan itu, tampak terpana dan
terpesona. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 68)
168. Mereka selalu terpana tidak saja dengan keindahan bibir itu, tetapi
juga dengan kata-kata yang keluar dari bibir itu. (cerpen Sepotong
Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 68)
169. Suasana di halaman rumah Maneka menjadi mirip pertunjukan
akrobat tukang sulap. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia,hlm. 68)
170. Saat itulah, mendadak, seseorang menjerit, ketika melihat seekor
kucing hitam melompati jenazahmu. (cerpen 20 Keping Puzzle
Cerita, hlm. 72)
171. Menggertak dan memukulmu berkali-kali. (cerpen 20 Keping
Puzzle Cerita, hlm. 72)
172. Di pintu, kusaksikan mata istrimu berlinang. (cerpen 20 Keping
Puzzle Cerita, hlm. 76)
173. Begitu aku selalu merasa iri pada ular-ular yang banyak berkeliaran
di kota ini. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm.
85)
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
174. Tiba-tiba kudengar suara jeritan. (cerpen Cerita yang Menetes dari
Pohon Natal, hlm. 87)
175. “Kamu bandel sekali berani keluar gorong-gorong….” Ia berkata
sambil mengelus kepalaku. (cerpen Cerita yang Menetes dari
Pohon Natal, hlm. 88)
176. Aku merasa nyaman dalam dekapannya. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 88)
177. Ia menyimak ceritaku dengan mata berkejap-kejap. (cerpen Cerita
yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 93)
178. Ia mendadak terbelalak saat aku bercerita tentang Gereja St. Paulus
yang sering kudatangi dulu. (cerpen Cerita yang Menetes dari
Pohon Natal, hlm. 93)
179. Ada perasaan sendu ketika kudengar itu. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 93)
180. Ia begitu membenciku dan tak pernah mau menatapku. (cerpen
Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 97)
181. Dunia yang kusaksikan membuatnya terpesona. (cerpen Cerita
yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 99)
182. Lalu, kusaksikan mereka menyeret Mawar yang terus meronta.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 100)
183. Wajah Mawar pucat, bibirnya bengkak kena pukul, seekor cecak
kaget menyelusup ke celah dinding ketika Mawar menjerit. (cerpen
Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 100)
184. Keesokan harinya kalian gempar. (cerpen Cerita yang Menetes
dari Pohon Natal, hlm. 102)
185. Tetapi, ketika ia menyebutkan namanya, aku seperti mendengar
denting genta, bergemerincing dalam hatiku. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 105)
186. Aku ingat, ia begitu gemetar ketika kali pertama menyentuhku.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 106)
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
187. Selalu, dengan mata yang layu, ibu menceritakan kejadian itu.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 109)
188. Siang tak cuma menyengat, tetapi juga terasa menegangkan ketika
orang-orang yang marah itu terus berteriak-teriak dan tak mau
bubar, bahkan ketika pemakaman itu telah selesai dan hari menjadi
sore. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 109)
189. Banyak yang berlarian panik, tetapi banyak juga yang terus
bertahan dan melawan. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon
Natal, hlm. 109)
190. Lidah panasnya menjilati langit yang penuh ketakutan dan jeritan.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 110)
191. Ia elus kepala anaknya sambil terus menatap takjub gambar itu.
(cerpen Episode, hlm. 116)
192. Ibunya hanya geleng-geleng, sambil beranjak menata beberapa
mainan yang berantakan di lantai. (cerpen Episode, hlm.116)
193. Ia pungut juga gambar danau yang membuatnya terpesona itu.
(cerpen Episode, hlm. 116)
194. Sampai kemudian bocah itu mendadak ingat pada gambar danau
yang tadi siang dibuatnya, dan terbelalak ketika menyadari, betapa
danau tempat mereka bermain saat ini benar-benar serupa dengan
danau yang digambarnya pada bagian satu. (cerpen Episode, hlm.
117)
195. Keduanya saling pandang. (cerpen Episode, hlm. 117)
196. Bocah itu terus mencari dengan perasaan berdebar. (cerpen
Episode, hlm. 119)
197. “Benar-benar seperti danau sungguhan!” kagum kawannya.
(cerpen Episode, hlm. 120)
198. Guru terbelalak ketika menyaksikan seorang anak terkapar di
laintai, bersimbah darah dan kepalanya pecah. (cerpen Episode,
hlm. 120)
199. “Kamu sakit, Sayang?” (cerpen Episode, hlm. 121)
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
212. Entah kenapa, tukang kebun itu tiba-tiba saja merasa kasihan.
Semuda dan sebagus itu, tetapi sudah putus asa dan memilih mati.
(cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 136)
213. Kau ingin menangis entah kenapa. (cerpen Variasi bagi Kematian
yang Seksi, hlm. 140)
214. “Pergi lagi, Bang?” Ia tak menjawab. (cerpen Variasi bagi
Kematian yang Seksi, hlm. 141)
215. Ia tak lupa rautnya yang kecewa ketika suatu malam ia
berpamitan, “Aku pergi, Bu.” (cerpen Variasi bagi Kematian yang
Seksi, hlm. 143)
216. Suara tangis yang terus mengisak membuat orang bercakap-cakap
dengan suara tertahan. (cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi,
hlm. 147)
217. Meski sesekali ada juga orang yang kelepasan tertawa, entah
menertawakan apa. Tetapi, segera orang itu menutup mulut,
seperti hendak membunuh makhluk ganjil yang mendadak masuk
ke dalam mulutnya. (cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi,
hlm. 147)
218. Dari dalam rumah, isak tangis membuat para pelayat bercakap
dengan tertahan. (cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm.
148)
219. Tapi, beberapa orang segera mendesis memberi isyarat agar
segera berhenti tertawa. (cerpen Variasi bagi Kematian yang
Seksi, hlm. 148)
220. Terdengar begitu banyak napas diembuskan lega. (cerpen Variasi
bagi Kematian yang Seksi, hlm. 148)
221. Ketika akhirnya tanah itu telah menggunduk, dan orang-orang
pulang, ia masih berdiri dirajam sunyi; tak yakin pada prosesi
yang baru saja dijalani. (cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi,
hlm. 148)
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
222. Ia mau bekerja serabutan apa saja. Jadi tukang becak, kuli angkut,
buruh bangunan, pemulung, atau tukang parkir. Pendeknya, siang
malam ia membanting tulang, tetapi alhamdulillah tetap miskin
juga. (cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia, hlm. 154)
223. Orang miskin itu akrab sekali dengan lapar. Setiap kali lapar
berkunjung, orang miskin itu selalu mengajaknya berkelakar
untuk sekadar melupakan penderitaan. (cerpen Perihal Orang
Miskin yang Bahagia, hlm. 156)
224. Ketika aku terus diam saja, kulihat ia kembali masuk dengan
wajah kecewa. (cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia, hlm.
159)
225. Berminggu-minggu wajahnya bonyok dan memar. “Beginilah
enaknya jadi orang miskin, “ katanya. (cerpen Perihal Orang
Miskin yang Bahagia, hlm. 161)
226. Tapi, aku tetap saja kaget ketika orang miskin itu muncul ke
rumahku sambil menenteng telepon genggam. (cerpen Perihal
Orang Miskin yang Bahagia, hlm. 162)
227. “Beginilah enaknya jadi orang miskin,” batinnya, “dapat fasilitas
gratis tidur di lantai.” Dan orang miskin itu dibiarkan menunggu
berhari-hari. Setelah tanpa diperiksa dokter, ia disuruh pulang.
“Anda sudah sembuh,” kata perawat, lalu memberinya obat
murahan. Orang miskin itu pulang dengan riang. (cerpen Perihal
Orang Miskin yang Bahagia, hlm. 163)
228. Mendengar itu istrinya berkaca-kaca. (cerpen Perihal Orang
Miskin yang Bahagia, hlm. 164)
229. Sementara istrinya terus menangis, bukan karena sedih, tetapi
karena bingung mesti beli kain kafan, nisan, sampai harus bayar
lunas kuburan. (cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia, hlm.
165)
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
230. “Bagaimana, mau dikubur tidak?” Para pelayat yang sudah lama
menunggu mulai menggerutu. (cerpen Perihal Orang Miskin yang
Bahagia, hlm. 165)
231. Sejak peristiwa itu, kuperhatikan, ia jadi sering murung. (cerpen
Perihal Orang Miskin yang Bahagia, hlm. 166)
232. “Dasar orang miskin keparat,” begitu sering orang-orang mencibir
bila ia lewat, “ mau mati saja pakai nipu.” (cerpen Perihal Orang
Miskin yang Bahagia, hlm. 166)
c. Simbol
233. Sandra mencoba tersenyum (cerpen Empat Cerita Buat Cinta,
hlm. 8)
234. Sandra tersenyum. “Nanti Mama tanyakan Papa, ya. Kamu kan
tahu, Papa sibuk….” (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 8)
235. Senyum yang membuatnya jatuh cinta. (cerpen Empat Cerita Buat
Cinta, hlm. 9)
236. Aku tersenyum setiap Asih mengatakan itu sambil lalu. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 13)
237. Kami menyukai cara mereka tertawa, saat mereka begitu gembira
membangun tenda-tenda dan mengeluarkan perbekalan, lalu
berfoto ramai-ramai di antara reruntuhan puing-puing kota. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 28)
238. Sementara mereka—sembari berdiri dengan latar belakang puing-
puing reruntuhan kota—berpose penuh gaya tersenyum saling
peluk atau merentangkan tangan lebar-lebar. (cerpen Empat Cerita
Buat Cinta, hlm. 28)
239. Mereka tersenyum dan melambai ke arah kami, seakan dengan
begitu mereka telah menunjukkan simpati kepada kami. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 33)
240. Beningnya menggeleng. (hlm. 38)
241. Marwan tersenyum. Merasa lucu karena ingat kisah masa lalunya.
(cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
242. Marwan tersenyum. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
243. “Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu
pos itu. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
244. Mungkin ia akan terus-terusan menangis karena merasakan
kehilangan. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
245. “Maksud lo?” Mata Neal melotot. (cerpen Permen, hlm. 48)
246. Samuel tertawa, mungkin karena merasa lucu. (cerpen Permen,
hlm. 49)
247. Pras menggeleng. (cerpen Permen, hlm. 50)
248. Neal mengangguk. (cerpen Permen, hlm. 54)
249. Bibir itu tersenyum seolah memahami kekagetan Maneka. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 61)
250. Maneka tertawa. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia,hlm. 64)
251. Mereka sama-sama tertawa ketika melihat bibir itu jumpalitan
dengan gerakan-gerakan lucu, seperti badut yang berusaha
menghibur mereka. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia,hlm. 66)
252. Mereka tertawa-tawa melihat aku menari-nari. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 84)
253. Aku tertawa saat mereka tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes
dari Pohon Natal, hlm. 84)
254. Tapi, ia hanya tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon
Natal, hlm. 96)
255. Tentu, kau bisa menduga ketika aku lahir dan menatap dunia,
perempuan itu langsung meraung ketika tahu anaknya tak punya
mata. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 97)
256. Dia tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm.
99)
257. Ia kembali tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal,
hlm. 99)
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
258. Ibunya, yang tengah menyiapkan gaun untuk acara nanti malam,
tersenyum memandangi gambar danau itu. (cerpen Episode, hlm.
115)
259. Mereka tertawa gembira. (cerpen Episode, hlm. 117)
260. Bocah itu terus bertopang dagu. Pandangannya menerawang, jauh.
(cerpen Episode, hlm. 121)
261. Mendengar itu, tentu saja ibunya tertawa. (cerpen Episode, hlm.
121)
262. Ia tersenyum. (cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 132)
263. Ia dapati bendera putih di ujung jalan masuk menuju rumahnya.
(cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 145)
264. Ia hanya mengangguk, meski ia sebenarnya ingin mengucapkan
kata-kata terima kasih atas perhatian semua kerabatnya. (cerpen
Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 146)
265. Menggenggam tangan yang kurus kering itu, menciumnya. “Aku
pamit, Bu.” (cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 149)
266. Bergegas menepis cemas, ia segera mencium tangan ibunya.
(cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 150)
267. Orang-orang pun tertawa ngakak. (cerpen Perihal Orang Miskin
yang Bahagia, hlm. 166)
B. Pembahasan
1. Identifikasi Unsur Ikon, Indeks, dan Simbol
a. Ikon
Ikon merupakan tanda yang berupa hubungan kemiripan
dengan apa yang diwakilinya. Ikon yang terdapat dalam Kumpulan
Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor berupa
ikon metaforis. Sesuai dengan pernyataan Endraswara, ikon metaforis
dilihat dari persamaan dua kenyataan yang didenotasikan sekaligus,
langsung atau tidak langsung ( 2011: 115). Semua ikon yang terdapat
dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia
merupakan ikon metaforis, yaitu:
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
14. …punya beberapa butir kristal air mata itu. (cerpen Empat Cerita Buat
Cinta, hlm. 7)
15. Kata anaknya yang berumur 10 tahun itu, cerita itu dia dengar
langsung dari penjual kristal air mata itu. (cerpen Empat Cerita Buat
Cinta, hlm. 7)
16. Lalu Bita berceloteh riang, kalau kawan-kawan sekolahnya juga
banyak yang membeli butir-butir kristal air mata itu untuk dikoleksi.
(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 8)
17. Kadang Bita terbangun ketika didengarnya kristal-kristal air mata itu
mengeluarkan tangisan. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 8)
18. Penyemai sunyi. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 11)
19. Aku tengah berpikir betapa hidup ini telah menjadi begitu hampa dan
sia-sia untuk dipertahankan ketika kusaksikan setangkai sunyi tumbuh
di antara rimbun bunga-bunga di halaman. (cerpen Empat Cerita Buat
Cinta, hlm. 11)
20. Setangkai sunyi yang cemerlang dengan perpaduan warna-warna yang
paling rahasia sehingga membuatku tergetar dan bertanya-tanya.
(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 12)
21. Di sela bunga-bunga mawar yang mekar dan di bawah gerimis yang
membasahi senja, setangkai sunyi tampak begitu tampak begitu bening
dalam keindahannya.…( cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 12)
22. …seperti bunga keabadian yang tumbuh dari duka abadi. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 12)
23. Tetapi, yang pasti, kini, di hadapanku telah tumbuh setangkai sunyi
yang begitu cemerlang, basah, dan murni. (cerpen Empat Cerita Buat
Cinta, hlm. 12)
24. Aku bayangkan Asih, istriku yang bermata lembut, akan membukakan
pintu dan segera menyiapkan secangkir kopi hangat untuk
meneduhkan penat. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 13)
25. Aku masih termangu di beranda, menyaksikan setangkai sunyi iu
tumbuh mekar dan makin mengesankan, sementara kegelapan seperti
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
37. Aku tanam bunga sunyi itu di sekeliling pagar, di bawah jendela
kamar, agar setiap aku bangun pagi bisa kuhirup harum baunya yang
menentramkan. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 18)
38. Setangkai sunyi itu mula-mula aku temukan tumbuh.…(hlm. 19)
39. Setangkai sunyi itu kini bermekaran di mana-mana. (cerpen Empat
Cerita Buat Cinta, hlm. 19)
40. Aku melihat anak-anakku berlarian riang seperti kupu-kupu yang
beterbangan dari satu tangkai sunyi ke tangkai sunyi lainnya. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 19)
41. Setiap pagi aku selalu menyaksikan setangkai sunyi itu berbunga.
(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 19)
42. Penjahit kesedihan. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 19)
43. Tukang jahit itu punya jarum dan benang ajaib yang bisa menjahit
hatimu yang sakit. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 19)
44. Bila ada orang sedih yang datang kepadanya, tukang jahit itu akan
menjahit hati orang yang sedang sedih itu. (cerpen Empat Cerita Buat
Cinta, hlm. 22)
45. Kau tahu, Nak, di tangan tukang jahit itu, kebahagiaan yang robek dan
koyak menjadi seperti selembar kain lembut yang bisa dijahit kembali.
(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 22)
46. Ia menjahit luka hati ibu, Nak. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm.
23)
47. Dengan jarum dan benang itulah tukang jahit itu menjahit kembali
kebahagiaan orang-orang….(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 23)
48. Dengan benang itulah ia dititahkan oleh Nabi Khidir untuk menjahit
hati orang-orang yang sedih menjelang Lebaran. (cerpen Empat Cerita
Buat Cinta, hlm. 24)
49. Lebaran ke lebaran memang semakin banyak orang kian tenggelam
dalam kekecewaan. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 25)
50. Mereka ingin menjahitkan kekecewaan mereka kepada tukang jahit
itu. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 25)
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
51. Menjelang lebaran ini, kulihat antrean itu sudah sedemikian mengular
memacetkan jalanan. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 25)
52. “Bukan. Menjahitkan kebahagiaan.” (cerpen Empat Cerita Buat Cinta,
hlm. 26)
53. Tentang jarum dan benang yang bisa menjahit kesedihan. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 26)
54. Pelancong kepedihan. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 27)
55. Mereka menyukai wajah kami yang keruh dengan kesedihan. (cerpen
Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 28)
56. Jangan khawatir, kami pasti akan menyambut kedatanganmu dengan
kalungan bunga air mata. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 34)
57. Seperti capung ia melintas halaman. (cerpen Kartu Pos dari Surga,
hlm. 35)
58. Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca. (cerpen Kartu Pos
dari Surga, hlm. 40)
59. “Permen akan selalu mengingatkanmu bahwa hidup ini manis dan
patut kamu nikmati, “ kata mamanya.(cerpen Permen, hlm. 43)
60. “Karenanya kamu harus bersyukur bila hidup memberimu nasib yang
manis, penuh warna, dan menyenangkan seperti permen.” (cerpen
Permen, hlm. 43-44)
61. “Bukankah mengubah kesedihan menjadi permen itu cara yang luar
biasa?” (cerpen Permen, hlm. 48)
62. Kita bisa mengekspor permen penderitaan itu ke banyak negara.
(cerpen Permen, hlm. 49)
63. “Kamu mungkin menganggap permen ini tak enak hanya karena
dibuat dari adonan penderitaan. (cerpen Permen, hlm. 51)
64. Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia. (cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia, hlm. 55)
65. …sembari sesekali mencuri pandang ke wajah Tukang Pos itu.(cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 56)
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
66. Pastilah ia tampak seperti gadis kencur yang baru saja menerima surat
cinta. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 57)
67. Ia terus mengendus jejak Sukab, berharap, suatu kali, bertemu laki-laki
itu kembali di sebuah warung tuak atau di tepi pantai,…(cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 58)
68. …sebelum akhirnya kematian mengecup kelopak matanya yang rapuh
dan lelah. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 59)
69. Sepotong bibir!(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm.
61)
70. Senja yang keemasan menyepuh puncak-puncak gedung
menjulang.…(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 66)
71. …tampak sepotong bibir yang tergolek, seolah tengah berbaring di
bawah cahaya senja. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,
hlm. 67)
72. Seperti kudengar suara lolong menyayat orang sekarat. (cerpen 20
Keping Puzzle Cerita, hlm. 76)
73. Gerbangnya yang menjulang bagai mulut raksasa menganga mengisap
orang-orang yang lalu-lalang. (cerpen Episode, hlm. 86)
74. …lorong yang berkelok-kelok, membuatku merasa seperti menyusuri
labirin kesunyian yang pastilah akan membuatku tersesat bila
sendirian. (cerpen Episode, hlm. 88)
75. Hujan yang biru pekat membuat jalanan menggigil, dan angin yang
buruk seperti kaleng rombeng yang bergerompyangan menabrak-
nabrak dinding. (cerpen Episode, hlm. 99)
76. Siang tak cuma menyengat.…(cerpen Episode, hlm. 109)
77. Lidah panasnya menjilati langit.…(cerpen Episode, hlm. 110)
78. Matahari selalu kemerahan, menyepuh permukaan danau, dengan alun
yang menggelombang pelan, seakan kristal-kristal emas mengapung di
permukaannya. (cerpen Episode, hlm. 123)
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
131. “Ada apa?” Marwan mendapati Bik Sari yang pucat. (cerpen Kartu
Pos dari Surga, hlm. 41)
132. Bergegas Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan
kamar anaknya. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
133. “Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar
yang entah kenapa begitu sulit ia buka. (cerpen Kartu Pos dari
Surga, hlm. 42)
134. “Beningnya! Beningnya!” Bik Sari ikut berteriak memanggil.
(cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 42)
135. “Buka, Beningnya! Cepat buka!” (cerpen Kartu Pos dari Surga,
hlm. 42)
136. Segera Marwan menyambar mendekapnya. (cerpen Kartu Pos dari
Surga, hlm. 42)
137. Melihat mulut Iza yang terus cemberut, Neal tahu kalau anaknya
itu masih kesal karena tak diperbolehkan membeli permen yang
tadi sore dilihatnya dijajakan di perempatan jalan. (cerpen Permen,
hlm. 43)
138. Mereka sedih, dan kembali beterbangan memetiki biji-biji buah
yang bergelantungan.…(cerpen Permen, hlm. 44)
139. “Permen itu akan membuatmu mulas dan mual,” bujuk Neal
sembari memberikan permen mint yang ia beli di supermarket.
“Lebih enak permen ini, membuat mulut dan tenggorokanmu
segar.” (cerpen Permen, hlm. 46)
140. Tapi, wajah Iza terus cemberut. (cerpen Permen, hlm. 46)
141. …menyorongkon bungkus itu ke dekat mobil sambil mengetuk-
ngetuk—malah kadang menggedor—kaca jendela. Neal sering
panik berhadapan dengan para pengasong itu. (cerpen Permen,
hlm. 46)
142. “Bagaimana mungkin aku memberikan permen seperti itu kepada
Iza!” ujar Neal, setengah menggerutu kepada Samuel. (cerpen
Permen, hlm. 48)
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
143. “Tidak. Iza tak boleh makan permen seperti itu. Tidak
baik.”(cerpen Permen, hlm. 48)
144. Pras merasa wajahnya memerah. Omongan Melly terdengar seperti
sindiran. (cerpen Permen, hlm. 51)
145. “Baca dong!” Melly sedikit mendengus. (cerpen Permen, hlm. 51)
146. Maneka, yang tengah menyirami bunga, terpesona oleh
kemunculannya. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia,hlm. 55)
147. Itu tulisan tangan Sukab dan ia langsung berdebar. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 55)
148. Maneka menerima bungkusan itu dengan gemetar.…(cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 56)
149. Dan tentu saja ingin bertanya bagaimanakah keadaan Sukab?—
tetapi perasaannya yang terlalu dipenuhi kebahagiaan membuatnya
jadi salah tingkah hingga mesti mulai dari mana untuk memulai
pertanyaan. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm.
56)
150. Itulah saat paling menggetarkan dalam hidup Maneka. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 58)
151. Cerita-cerita yang bisa menenteramkan kerinduannya kepada laki-
laki itu. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 60)
152. Karena itu, tak bisa terlukiskan betapa bahagia perasaan Maneka
saat menerima kiriman dari Sukab. (cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia,hlm. 60)
153. Menduga-duga apa isinya saja sudah membuat Maneka begitu
bahagia. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 61)
154. Ketika akhirnya Maneka membuka bungkusan itu ia makin
berdebar dan terpana. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia, hlm. 61)
155. Bibir itu tersenyum seolah memahami kekagetan Maneka. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 61)
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
189. Banyak yang berlarian panik, tetapi banyak juga yang terus
bertahan dan melawan. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon
Natal, hlm. 109)
190. Lidah panasnya menjilati langit yang penuh ketakutan dan jeritan.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 110)
191. Ia elus kepala anaknya sambil terus menatap takjub gambar itu.
(cerpen Episode, hlm. 116)
192. Ibunya hanya geleng-geleng, sambil beranjak menata beberapa
mainan yang berantakan di lantai. (cerpen Episode, hlm.116)
193. Ia pungut juga gambar danau yang membuatnya terpesona itu.
(cerpen Episode, hlm. 116)
194. Sampai kemudian bocah itu mendadak ingat pada gambar danau
yang tadi siang dibuatnya, dan terbelalak ketika menyadari, betapa
danau tempat mereka bermain saat ini benar-benar serupa dengan
danau yang digambarnya pada bagian satu. (cerpen Episode, hlm.
117)
195. Keduanya saling pandang. (cerpen Episode, hlm. 117)
196. Bocah itu terus mencari dengan perasaan berdebar. (cerpen
Episode, hlm. 119)
197. “Benar-benar seperti danau sungguhan!” kagum kawannya.
(cerpen Episode, hlm. 120)
198. Guru terbelalak ketika menyaksikan seorang anak terkapar di
laintai, bersimbah darah dan kepalanya pecah. (cerpen Episode,
hlm. 120)
199. “Kamu sakit, Sayang?” (cerpen Episode, hlm. 121)
200. Bocah itu mendengus. Ia jadi benci kepada kawan-kawannya.
(cerpen Episode, hlm. 126)
201. “Kenapa kalian selalu mengganggu mimpiku?” Bocah itu
mendengus. (cerpen Episode, hlm. 126)
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
202. Ketika melintas di depan kamar ibunya, dari pintu yang sedikit
terkuak, ia melihat sesuatu yang membuatnya tercekat. (cerpen
Episode, hlm. 126)
203. Bocah itu membisu. Gelas susu di depannya tak disentuh. (cerpen
Episode, hlm. 127)
204. “Kamu tak sarapan, Sayang?” sapa ibunya sambil menyodorkan
semangkuk corn flake. (cerpen Episode, hlm. 127)
205. Bocah itu melengos. (cerpen Episode, hlm. 127)
206. Di meja makan, pagi itu, ia terus cemberut. (cerpen Episode, hlm.
127)
207. Bocah itu terus membisu. Kakinya yang mungil tergantung,
diayun keras-keras, membuat kursi menggeriat. (cerpen Episode,
hlm. 127)
208. Laki-laki itu berdebar. Ia merasa, istrinya tengah menyindirnya.
(cerpen Episode, hlm. 128)
209. Sesekali air matanya bergulir jatuh, menetes di atas kertas, dan
segera terserap genangan danau yang kian meluas. (cerpen
Episode, hlm. 129)
210. Ia kian termangu ketika mendapati lantai penuh serakan daun
kering, rumput tumbuh bercuatan di bawah meja dan kursi, akar-
akar rambat membelit tiang ranjang, patahan ranting mendadak
jatuh dari atap kamar, bau lumut dan uap air, sayup kelepak
burung, juga semilir angin sejuk, merembes dari dinding kamar.
(cerpen Episode, hlm. 130)
211. Ia merasakan telapak kakinya basah, terendam air menggenang.
(cerpen Episode, hlm. 130)
212. Entah kenapa, tukang kebun itu tiba-tiba saja merasa kasihan.
Semuda dan sebagus itu, tetapi sudah putus asa dan memilih mati.
(cerpen Variasi bagi Kematian yang Seksi, hlm. 136)
213. Kau ingin menangis entah kenapa. (cerpen Variasi bagi Kematian
yang Seksi, hlm. 140)
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
c.Simbol
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang
ditandakan sesuai dengan kesepakatan dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Endraswara, simbol adalah tanda yang memiliki hubungan
makna dengan yang ditandakan dan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi
suatu lingkungan tertentu (2003: 65). Berdasarkan hasil penelitian dokumen dan
wawancara dengan salah satu sastrawan, yaitu Sosiawan Leak, simbol dalam
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu berupa gerakan
tubuh para tokoh dan simbol yang diwakilkan oleh benda tertentu. Simbol yang
berupa gerakan tubuh para tokoh, yaitu:
233. Sandra mencoba tersenyum (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 8)
234. Sandra tersenyum. “Nanti Mama tanyakan Papa, ya. Kamu kan tahu,
Papa sibuk….” (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 8)
235. Senyum yang membuatnya jatuh cinta. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta,
hlm. 9)
236. Aku tersenyum setiap Asih mengatakan itu sambil lalu. (cerpen Empat
Cerita Buat Cinta, hlm. 13)
237. Kami menyukai cara mereka tertawa, saat mereka begitu gembira
membangun tenda-tenda dan mengeluarkan perbekalan, lalu berfoto
ramai-ramai di antara reruntuhan puing-puing kota. (cerpen Empat Cerita
Buat Cinta, hlm. 28)
238. Sementara mereka—sembari berdiri dengan latar belakang puing-puing
reruntuhan kota—berpose penuh gaya tersenyum saling peluk atau
merentangkan tangan lebar-lebar. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm.
28)
239. Mereka tersenyum dan melambai ke arah kami, seakan dengan begitu
mereka telah menunjukkan simpati kepada kami. (cerpen Empat Cerita
Buat Cinta, hlm. 33)
240. Beningnya menggeleng. (hlm. 38)
241. Marwan tersenyum. Merasa lucu karena ingat kisah masa lalunya. (cerpen
Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
242. Marwan tersenyum. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 40)
243. “Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu.
(cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
244. Mungkin ia akan terus-terusan menangis karena merasakan kehilangan.
(cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
245. “Maksud lo?” Mata Neal melotot. (cerpen Permen, hlm. 48)
246. Samuel tertawa, mungkin karena merasa lucu. (cerpen Permen, hlm. 49)
247. Pras menggeleng. (cerpen Permen, hlm. 50)
248. Neal mengangguk. (cerpen Permen, hlm. 54)
249. Bibir itu tersenyum seolah memahami kekagetan Maneka. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 61)
250. Maneka tertawa. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 64)
251. Mereka sama-sama tertawa ketika melihat bibir itu jumpalitan dengan
gerakan-gerakan lucu, seperti badut yang berusaha menghibur mereka.
(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia,hlm. 66)
252. Mereka tertawa-tawa melihat aku menari-nari. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 84)
253. Aku tertawa saat mereka tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari
Pohon Natal, hlm. 84)
254. Tapi, ia hanya tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal,
hlm. 96)
255. Tentu, kau bisa menduga ketika aku lahir dan menatap dunia, perempuan
itu langsung meraung ketika tahu anaknya tak punya mata. (cerpen Cerita
yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 97)
256. Dia tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 99)
257. Ia kembali tertawa. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm.
99)
258. Ibunya, yang tengah menyiapkan gaun untuk acara nanti malam,
tersenyum memandangi gambar danau itu. (cerpen Episode, hlm. 115)
259. Mereka tertawa gembira. (cerpen Episode, hlm. 117)
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
14) Kadang Bita terbangun ketika didengarnya kristal-kristal air mata itu
mengeluarkan tangisan. (data no. 17)
“Kristal” dalam KBBI memiliki arti unsur pembentukan batuan
yang atomnya tersusun dan terikat oleh kekuatan intermolekuler sehingga
menjadi padat(2005: 601). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ratna
yang berpendapat bahwa ikon metaforis dilihat dari persamaan dua
kenyataan yang didenotasikan sekaligus, langsung atau tidak langsung
(2011: 115). Dalam kalimat-kalimat tersebut, air mata yang berarti air
yang menetes dari mata diibaratkan seperti batuan-batuan kristal yang
sudah memadat.
15) Karena tahu manusia akan mengenal kesedihan, maka sebelum
menciptakan maut, Tuhan menciptakan lebih dulu peri-peri pemetik buah
kesedihan. (data no. 10)
16) Setiap kali datang musim semi, peri-peri itulah yang selalu memetiki buah-
buah kesedihan yang telah ranum, yang membuat manusia tergoda
menikmatinya. (data no. 12)
“Pemetik” berasal dari kata “petik” yang berarti mengambil sambil
mematahkan tangkainya (tentang bunga, dsb) (KBBI, 2005: 869). Kata
“pemetik ” memiliki arti orang yang memetik atau mengambil. Kata
“buah” menurut KBBI adalah bagian tumbuhan yang berasal dari bunga
atau putik (biasanya berbiji) (2005:166). Kata “kesedihan” menurut KBBI
berarti perasaan sedih; duka cita; kesusahan hati (2005: 1009). Sesuai
dengan pernyataan Ratna yang berpendapat bahwa ikon metaforis dilihat
dari persamaan dua kenyataan yang didenotasikan sekaligus, langsung atau
tidak langsung. (2011: 115). Dengan demikian, frase “pemetik buah
kesedihan” tergolong dalam ikon metaforis karena kesedihan diibaratkan
sebagai sebuah pohon yang berbuah yang dapat dipetik dari pohonnya.
Namun, pada kenyataannya kesedihan adalah perasaan duka yang
dirasakan oleh hati bukan sesuatu yang dihasilkan oleh pohon atau bunga
yang dapat dipetik.
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
17) Saat itu, memang tumbuh Pohon Kesedihan, yang buah-buah bening
segarnya selalu bercucuran dari ranting-rantingnya. (data no. 11)
“Pohon” menurut KBBI memiliki arti tumbuhan yang berbatang
keras dan besar (2005: 883). Kata “kesedihan” menurut KBBI berarti
perasaan sedih; duka cita; kesusahan hati (2005: 1009). Sesuai dengan
pernyataan Ratna yang berpendapat bahwa ikon metaforis dilihat dari
persamaan dua kenyataan yang didenotasikan sekaligus, langsung atau
tidak langsung. (2011: 115). Dengan demikian, “pohon kesedihan“
tergolong dalam ikon metaforis karena kesedihan diibaratkan seperti
tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Namun, pada kenyataannya,
kesedihan adalah perasaan duka yang dirasakan oleh hati bukan sesuatu
yang dihasilkan oleh pohon.
18) Penyemai sunyi. (data no. 18)
“Penyemai” berasal dari kata “semai” yang berarti benih tumbuhan
yang akan ditanam lagi sebagai bibit di tempat lain (KBBI, 2005: 1024),
sedangkan “penyemai” adalah menunjukkan orang yang menyemai. Kata
“sunyi”, menurut KBBI memiliki arti tidak ada bunyi atau suara apa pun;
hening; senyap (2005: 1107). Sesuai dengan pernyataan Ratna yang
berpendapat bahwa ikon metaforis dilihat dari persamaan dua kenyataan
yang didenotasikan sekaligus, langsung atau tidak langsung (2011: 115).
Dengan demikian, “penyemai sunyi” tergolong dalam ikon metaforis
karena sunyi diibaratkan seperti benih yang dapat disemai. Namun, pada
kenyataannya, sunyi bukanlah suatu jenis benih tumbuhan, melainkan
suatu suasana yang hening dan senyap. Jika dilihat dari konteks ceritanya,
tokoh “aku” diibaratkan seperti “penyemai sunyi” karena senantiasa
merasa atau bertahan dalam kesunyiannya sepeninggal anak-anak dan
istrinya, hal itu dikarenakan menurutnya kenangan manis bersama
keluarganya masih tetap hidup di memorinya dan akan lebih aman ketika
kenangan dan bayangan itu ada di dalam ingatannya daripada di luar sana,
walaupun pada kenyataannya ia hanya seorang diri. Hal tersebut terkait
dengan teks berikut:
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
36) Lalu, gadis itu hanya bisa merasakan betapa kerongkongannya seketika
kering dan segumpal jerit membuat lehernya sesak ketika gerombolan
pemuda itu mulai menyeretnya masuk ke dalam bangunan kosong
terbengkalai. (data no. 28)
Gumpal dalam KBBI berarti bongkah (tanah, tanah liat, dan
sebagainya); kepal atau bagian yang keras (2005: 374). Jerit adalah suara
keras melengking (KBBI, 2005: 471). Sesuai dengan pernyataan Ratna
yang berpendapat bahwa ikon metaforis dilihat dari persamaan dua
kenyataan yang didenotasikan sekaligus, langsung atau tidak langsung
(2011: 115). Dengan demikian, “segumpal jerit” dalam kalimat tersebut
berarti menggambarkan ketakutan yang dirasakan oleh sang gadis seperti
ada bongkahan dalam kerongkongannya yang menahan jeritannya.
37) Aku bangkit dan menyempatkan memetik setangkai sunyi yang tumbuh
dalam rimbun kesepianku itu. (data no. 30)
“Rimbun” dalam KBBI berarti berdaun dan bercabang banyak
(2005: 956). Sesuai dengan pernyataan Ratna yang berpendapat bahwa
ikon metaforis dilihat dari persamaan dua kenyataan yang didenotasikan
sekaligus, langsung atau tidak langsung (2011: 115). Dengan demikian,
“rimbun kesepian” dalam kalimat tergolong ikon metaforis, karena
kesepian diibaratkan seperti pohon atau tanaman yang rimbun. Jika dilihat
dari konteks ceritanya, “rimbun kesepian” berarti kesepian tokoh “aku”
yang mendalam setelah kematian anak-anak dan istrinya yang setiap hari
selalu tumbuh di dalam hatinya seperti pohon atau tanaman yang rimbun.
38) Lantas aku mengajak mereka ke halaman, menunjukkan serimbun sunyi
yang bermekaran. (data no. 34)
“Rimbun” dalam KBBI berarti berdaun dan bercabang banyak
(2005: 956). Kata “sunyi” menurut KBBI adalah tidak ada bunyi atau
suara apa pun; hening; senyap (2005: 1107). Sesuai dengan pernyataan
Ratna yang berpendapat bahwa ikon metaforis dilihat dari persamaan dua
kenyataan yang didenotasikan sekaligus, langsung atau tidak langsung
(2011: 115). Dengan demikian, “rimbun sunyi” tergolong dalam ikon
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
kain atau pakaian yang bisa dijahit. Jika dilihat dari konteks ceritanya,
“kebahagiaan yang robek dan koyak” berarti kesedihan yang mendalam.
47) Dengan jarum dan benang itulah tukang jahit itu menjahit kembali
kebahagiaan orang-orang….(data no. 46)
48) “Bukan. Menjahitkan kebahagiaan.” (data no. 51)
“Menjahit” dalam KBBI adalah melekatkan (menyambung,
mengelem, dan sebagainya) dengan jarum dan benang. Sesuai dengan
pernyataan Ratna yang berpendapat bahwa ikon metafora dilihat dari
persamaan dua kenyataan yang didenotasikan sekaligus, langsung atau
tidak langsung (2011: 115). Dengan demikian, “menjahit kebahagiaan”
dalam kalimat tersebut tergolong dalam ikon metaforis, karena
kebahagiaan diibaratkan seperti kain atau pakaian yang bisa dijahit. Jika
dilihat dari konteks ceritanya, “menjahit kebahagiaan” berarti
menghilangkan atau menghapus kesedihan. Hal tersebut terkait dengan
teks berikut:
Orang tak hanya menginginkan baju saat Lebaran, Nak, tapi juga
ingin bahagia di saat Lebaran.(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 22).
49) Lebaran ke lebaran memang semakin banyak orang kian tenggelam dalam
kekecewaan. (data no. 48)
“Tenggelam” dalam KBBI adalah masuk ke dalam air (2005:
1173). Sesuai dengan pernyataan Ratna yang berpendapat bahwa ikon
metaforis dilihat dari persamaan dua kenyataan yang didenotasikan
sekaligus, langsung atau tidak langsung (2011: 115). Dengan demikian,
“tenggelam dalam kekecewaan” dalam kalimat tersebut tergolong dalam
ikon metaforis, karena kekecewaan diibaratkan seperti air yang bisa
menenggelamkan. Jika dilihat dari konteks ceritanya, “tenggelam dalam
kekecewaan” mengalami kekecewaan yang mendalam.
50) Mereka ingin menjahitkan kekecewaan mereka kepada tukang jahit itu.
(data no. 49)
“Menjahit” dalam KBBI adalah melekatkan (menyambung,
mengelem, dan sebagainya) dengan jarum dan benang. Sesuai dengan
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
68) Saat ia melihat mata laki-laki itu menatapnya, saat itu pula ia merasa
terhanyut oleh cinta. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm.
58)
Hanyut dalam KBBI berarti terbawa oleh arus (2005: 387). Sesuai
dengan konteksnya, terhanyut oleh cinta berarti Maneka terlalu asyik
merasakan cintanya pada Sukab hingga melupakan statusnya sebagai
seorang istri. Hal tersebut terkait dengan teks berikut:
Mata itu sungguh membuat Maneka tak bisa melupakannya, dan
karena itu memilih meninggalkan suaminya. (cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia, hlm. 58).
69) Ia terus mengendus jejak Sukab, berharap, suatu kali, bertemu laki-laki itu
kembali di sebuah warung tuak atau di tepi pantai.…(data no. 66)
Mengendus dalam KBBI berarti mencium (2005:302). Mengendus
jejak Sukab dalam kutipan tersebut berarti mengikuti setiap jejak Sukab
untuk mengetahui keberadaannya. Hal tersebut terkait dengan teks berikut:
Ia membayangkan suatu hari laki-laki itu akan merasa lelah
mengembara, dan ia menemukannya terbaring sekarat dan kesepian di
losmen murahan penuh lipan dan kecoa. Alangkah bahagianya bila saat
itu akhirnya memang tiba, dan ia ada di samping laki-laki itu. (cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 59).
70) …sebelum akhirnya kematian mengecup kelopak matanya yang rapuh dan
lelah. (data no. 67)
Kematian mengecup kelopak matanya berarti kematian datang
menghampiri. Hal tersebut terkait dengan teks berikut:
Membiarkan kepala laki-laki itu terkulai di pangkuannya,
merasakan sisa hangat tubuh laki-laki mengeropos itu dalam
pelukannya.…(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 59)
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
hidup dengan menderita akan menjadikan kita kuat ketika suatu saat kita
menghadapi penderitaan lagi sehingga tidak akan ada perasaan terkejut.
88) “Apa dikira kita nggak tahu, itu kan akal bulus biar dapat sumbangan.”
(data no. 88)
Akal bulus dalam kutipan di atas merupakan kiasan dari tipu
muslihat atau kelicikan (KBBI, 2005: 18). Tokoh orang miskin yang telah
meninggal dan kemudian hidup kembali dianggap oleh para warga
setempat sebagai tipu muslihat orang miskin tersebut untuk mendapatkan
sumbangan dari para warga sekitar. Hal tersebut terkait dengan teks
berikut:
“Dasarnya dia emang suka menipu, kok! Ingat nggak, dulu ia
sering keliling minta sumbangan, pura-pura buat bikin masjid. Padahal
hasilnya ia tilep sendiri.” (cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia,
hlm. 166).
b. Indeks
Indeks-indeks yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia karya Agus Noor memiliki beberapa makna, yaitu
penggambaran perasaan para tokoh, penggambaran latar tempat yang ada
dalam cerita, dan penggambaran watak para tokoh.
1) Penggambaran Perasaan Para Tokoh
a) Penggambaran Perasaan Sedih
Perasaan sedih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
merasa sangat pilu di hati atau susah hati (2005: 1009). Indeks yang
berupa penggambaran perasaan sedih, yaitu:
(1) Mamanya memang sering menangis terisak malam-malam. Ia pun
selalu menangis melihat mamanya menangis. (data no. 92)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menandai bahwa anaknya
(Sandra) merasa sedih ketika melihat mamanya yang menangisi
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
(5) Tapi, ketika selepas pukul 02.00 dini hari Sandra mendengar deru
mobil laki-laki itu keluar dari rumahnya, ia benar-benar tak kuasa
menahan air matanya. (data no. 102)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan. (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menunjukkan kesedihan
yang dirasakan Sandra karena laki-laki yang ia cintai dan harapkan
dapat mendampinginya setiap saat pergi begitu saja ketika Sandra
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
(11) Selalu, dengan mata yang layu, ibu menceritakan kejadian itu.
(data no. 187)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan
kesedihan tokoh ibu ketika menceritakan kejadian masa lalu yang
commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113
(12) Sesekali air matanya bergulir jatuh, menetes di atas kertas, dan
segera terserap genangan danau yang kian meluas. (data no. 209)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan
kesedihan yang dialami bocah itu karena ingin pergi ke tempat
seperti yang ia gambarkan. Hal tersebut terkait dengan teks
sebelumnya, yaitu:
Ia ingin pergi ke danau itu, sendiri. Ia tak ingin seorang
pun datang ke tempat itu. Ia berjanji akan menembak siapa pun
yang datang ke tempat itu dengan tangannya, sebagaimana ia
pernah, pada bagian lima, menembak kawannya. Ia terus
menggambar, seakan hendak mengabadikan semua keindahan
kenangan. (cerpen Cerita yang Menentes dari Pohon Natal, hlm.
129)
113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
(22) Sejak peristiwa itu, kuperhatikan, ia jadi sering murung. (data no.
231)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan
kesedihan orang miskin karena setelah peristiwa tempo hari ketika
ia berpura-pura mati, kini orang-orang di sekitarnya mengolok-
oloknya. Hal tersebut terkait dengan teks sebelum dan selanjutnya,
yaitu:
Karena merasa hanya bikin susah dan merepotkan, orang
miskin itu pun memutuskan untuk hidup kembali…
Mungkin karena banyak orang yang kini selalu mengolok-oloknya.
(cerpen Perihal Orang Miskin yang Bahagia, hlm. 166)
b) Penggambaran Perasaan Takut
Perasaan takut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan
mendatangkan bencana (2005: 1125). Indeks yang berupa
commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
121
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
122
(9) Wajah Mawar pucat, bibirnya bengkak kena pukul, seekor cecak
kaget menyelusup ke celah dinding ketika Mawar menjerit. (data
no. 183)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan
ketakutan Mawar karena petugas-petugas itu membawanya ke
gudang dan menyekapnya, kemudian mereka memerkosanya
secara bergantian. Hal tersebut terkait dengan kalimat sebelum dan
selanjutnya, yaitu:
Melemparkannya ke mobil patroli. Membawanya pergi
kemudian menyekapnya di gudang. Aku bisa melihat semuanya
dengan jelas. Begitu nyata dalam penglihatanku…Mereka
menyumpal mulutnya. Memelorotkan pakaiannya dengan paksa,
kemudian bergiliran memerkosanya. (cerpen Cerita yang Menetes
dari Pohon Natal, hlm. 100-101)
(10) Banyak yang berlarian panik, tetapi banyak juga yang terus
bertahan dan melawan. (data no. 189)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan
kepanikan dan ketegangan suasana di area pekuburan setelah
menguburkan seseorang yang tewas karena disiksa tentara, karena
merasa tidak terima massa berkumpul di pemakaman sebagai
bentuk unjuk rasa pada tentara. Tetapi, hal tersebut justru direspon
oleh pasukan tentara dengan membentuk barikade yang
mengepungnya disertai dengan suara tembakan dan ledakan. Hal
tersebut terkait dengan teks sebelumnya, yaitu:
Siang tak cuma menyengat, tetapi juga terasa
menegangkan ketika orang-orang yang marah it uterus berteriak-
commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
teriak dan tak mau bubar, bahkan ketika pemakaman itu telah
selesai dan hari menjadi sore. Lalu, tiba-tiba saja terdengar
ledakan. Disusul serentetan tembakan. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 109)
(11) Lidah panasnya menjilati langit yang penuh ketakutan dan jeritan.
(data no. 190)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan
ketakutan dan ketegangan yang terjadi di dalam gereja karena
massa yang tidak terima atas tewasnya seseorang yang diakibatkan
oleh penyiksaan tentara dan massa yang tidak mau membubarkan
diri justru masuk ke gereja untuk berlindung dari tembakan tentara
yang mencoba meredam massa. Namun, tentara membakar gereja
yang menjadi tempat berlindung itu. Hal tersebut terkait dengan
teks sebelumnya, yaitu:
Orang-orang kemudian berlarian ke gereja, berlindung dan
bersembunyi hingga malam sementara tentara terus mengepung
dan berjaga-jaga. Mayat-mayat yang bergelimpangan segera
dilemparkan ke atas truk. Jika hingga tengah malam orang-orang
tidak mau keluar dari gereja, para tentara itu segera
membakarnya. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal,
hlm. 109-110)
123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124
commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
125
(14) Bocah itu terus mencari dengan perasaan berdebar. (data no. 196)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menunjukkan keresahan
bocah itu karena gambar buatannya tiba-tiba menghilang. Hal
tersebut terkait dengan teks sebelumnya, yaitu:
“Apa ibu melihat gambar yang kemarin aku buat?”
“Ibu taruh di atas meja.”
Bocah itu mencari. Tapi, gambar itu tak ia temukan.
“Nggak ada, Bu,” teriaknya. (cerpen Episode, hlm. 119)
c) Penggambaran Perasaan Sayang
Perasaan sayang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
kasih sayang (kepada); cinta (kepada); sayang (kepada) (2005: 1005).
Indeks yang berupa penggambaran perasaan sayang para tokoh dalam
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu:
(1) Sering, bila hari Minggu, mamanya juga mengajaknya jalan-jalan.
Membelikannya baju, mengajak makan kentang goreng atau ayam
goreng. (data no. 94)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan. (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan wujud kasih sayang mama
terhadap Sandra dengan mengajak Sandra jalan-jalan, membelikannya
baju, dan makan.
(2) Saat Sandra menikmati es krim, perempuan itu tampak selalu menatap
dengan mata penuh cinta. Tanpa sadar ia akan bergumam, “Sandra,
Sandra….” Sambil membersihkan mulut Sandra yang belepotan. (data
no. 95)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127
(5) Aku bayangkan Asih, istriku yang bermata lembut, akan membukakan
pintu dan segera menyiapkan secangkir kopi hangat untuk
meneduhkan penat. (data no. 105)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan kasih sayang Asih pada
suaminya. Menyiapkan secangkir kopi untuk suami menunjukkan
perhatian seorang istri terhadapnya.
(6) Lalu, ia mengelus lembut anaknya. (data no. 117)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menunjukkan kasih sayang tokoh Marwan (Papa
Beningnya) kepada anaknya. Perlakuan tersebut dilakukannya untuk
menenangkan Beningnya ketika ia terus bertanya perihal kartu pos
yang dikirimkan mamanya. Padahal faktanya mama Beningnya sudah
meninggal. Hal tersebut terkait dengan kalimat sebelumnya, yaitu:
Memang tak gampang menjelaskan semuanya kepada anak itu.
Ia masih belum genap 6 tahun. Marwan sendiri selalu berusaha
menghindari jawaban langsung bila anaknya bertanya, “Kok kartu
pos Mama belum datang, ya, Pa?” (cerpen Kartu Pos dari Surga,
hlm. 36)
Selain itu, perihal kematian mama Beningnya juga terdapat
dalam kalimat selanjutnya, yaitu:
Tapi, bagaimanakah menjelaskan kematian kepada anak
seusianya? Rasanya akan lebih mudah bila jenazah Ren terbaring di
rumah. (cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
128
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129
commit to user
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
pos dari mamanya lagi. Hal itu terkait dengan kalimat berikutnya,
yaitu:
Kartu pos yang diam-diam ia kirim. (cerpen Kartu Pos dari
Surga, hlm. 40)
(13) “Tidak. Iza tak boleh makan permen seperti itu. Tidak baik.”(data no.
143)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menunjukkan rasa kepedulian Neal terhadap Iza,
anaknya karena menurut Neal permen yang diinginkan Iza bukanlah
permen yang baik untuk dikonsumsi. Hal tersebut berkaitan dengan
kalimat sebelumnya, yaitu:
Neal membayangkan, tidak seperti tangan-tangan peri yang
lentik ketika memetiki biji-biji permen ranum yang bergelantungan,
tangan anak-anak itu pastilah kotor dan menjijikkan; kuku-kuku jari
tangannya penuh bekas daki karena mereka selalu menggaruki pantat
mereka yang korengan. Dan tangan itu tak pernah dibersihkan ketika
membungkusi biji-biji permen yang kemudian dijajakan di perempatan
jalan. (cerpen Permen, hlm. 47)
(14) “Permen itu akan membuatmu mulas dan mual,” bujuk Neal sembari
memberikan permen mint yang ia beli di supermarket. “Lebih enak
permen ini, membuat mulut dan tenggorokanmu segar.” (data no. 139)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan perhatian Neal terhadap
anaknya agar tidak mengkonsumsi permen sembarangan karena dapat
mengganggu kesehatan. Neal sangat menyayangi anaknya, maka dari
itu ia ingin menan menjaga anaknya dengan baik. Hal itu disebutkan
pada teks berikutnya, yaitu:
Selama ini Neal begitu hati-hati memilihkan semua yang
terbaik bagi anaknya. Ia ingin Iza menikmati masa kanak-kanak yang
commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
131
membahagiakan. Dan Neal takut Iza akan tergoda oleh permen itu.
(cerpen Permen, hlm. 48)
(15) “Bagaimana mungkin aku memberikan permen seperti itu kepada Iza!”
ujar Neal, setengah menggerutu kepada Samuel. (data no. 142)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menunjukkan perhatian dan kecemasan Neal
mengenai keinginan anaknya untuk membeli permen yang dijajakan di
perempatan jalan dengan pertimbangan kualitas kebersihan dari
permen tersebut. Hal tersebut juga terkait dengan teks sebelumnya,
yaitu:
Neal membayangkan, tidak seperti tangan-tangan peri yang
lentik ketika memetiki biji-biji permen ranum yang bergelantungan,
tangan anak-anak itu pastilah kotor dan menjijikkan; kuku-kuku jari
tangannya penuh bekas daki karena mereka selalu menggaruki pantat
mereka yang korengan. Dan tangan itu tak pernah dibersihkan ketika
membungkusi biji-biji permen yang kemudian dijajakan di perempatan
jalan. (cerpen Permen, hlm. 47)
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
132
commit to user
132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
133
gambar yang dibuat oleh anaknya seperti nyata. Hal tersebut terkait
dengan teks selanjutnya, yaitu:
Hanya dengan menatap, ia bisa merasakan sepoi angin
berembus, bau udara basah, dan suara gemeresak daun-daun
bergesekan, begitu nyata!(cerpen Cerita yang Menentes dari Pohon
Natal, hlm. 116)
d) Penggambaran Perasaan Marah
Perasaan marah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perasaan tidak senang (karena dihina atau diperlakukan tidak sepantasnya,
dsb) (2005: 715). Indeks yang berupa perasaan marah para tokoh dalam
Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu:
(1) “Diamlah. Jangan cerewet. Atau Mama hentikan bacanya!” (data no.
97)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menandakan bahwa mama Sandra marah dengan
Sandra karena dia terlalu banyak melemparkan pertanyaan tentang
kesedihan pada mamanya, sedangkan mamanya berusaha menutupi
kesedihan yang selama ini ia rasakan karena menjalani hidup sebagai
seorang pelacur. Dia hanya tidak ingin anaknya tahu kesedihan yang ia
rasakan maka ia pun membentaknya.
(2) “Dasar orang miskin keparat,” begitu sering orang-orang mencibir
bila ia lewat, “ mau mati saja pakai nipu.” (data no. 232)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan kemarahan orang-orang di
sekitar orang miskin karena telah merasa dipermainkan dan ditipu oleh
sandiwaranya tempo hari yang berpura-pura mati.
commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
134
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135
commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
136
136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
137
(7) Itu tulisan tangan Sukab dan ia langsung berdebar. (data no. 147)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Dalam kalimat tersebut digambarkan perasaan bahagia Maneka
karena menerima surat dari Sukab seseorang yang ia cintai selama ini.
Hal tersebut terkait dengan kalimat berikutnya, yaitu:
Dulu, ia sempat begitu semangat untuk terus mengikuti jejak
pengembaraan Sukab. Setiap mendengar selentingan Sukab ada di
suatu tempat, ia segera menyusulnya. Hingga ia menjadi pengembara
yang memburu seorang pengembara hanya karena ia begitu berharap
bisa bertemu kembali dengan lali-laki yang sudah membuatnya begitu
jatuh cinta.…(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 57-
58)
137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
138
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
139
commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
140
(15) Bibir itu tersenyum seolah memahami kekagetan Maneka. (data no.
155)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan kekagetan Maneka setelah ia
membuka kotak kecil dari Sukab yang kemudian kekagetannya itu
direspon oleh senyuman dari bibir yang ada dalam kotak tersebut. Hal
tersebut terkait dengan teks sebelumnya, yaitu:
Sepotong bibir! Semula Maneka menyangka itu bibir mainan
dari karet. Tapi, saat menyentuhnya, ia segera tahu, itu bibir
sungguhan. Lembut, kenyal, dan masih hangat. Masih ada sisa darah
segar meleleh, seakan baru saja disayat. (cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia, hlm. 61)
(16) Terdengar begitu banyak napas diembuskan lega. (data no. 220)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan bahwa para pelayat merasa lega
karena anak dari jenazah sudah tiba dan itu berarti jenazah tersebut
akan segera dikuburkan sehingga para pelayat tidak perlu melayat
setiap hari seperti beberapa waktu yang lalu hanya untuk menunggu
kedatangan anaknya. Hal tersebut terkait dengan teks selanjutnya,
yaitu:
Seakan mereka terbebas dari kewajiban yang membuat mereka
terbelenggu. Tanpa seorang pun berkata-kata, jenazah segera
commit to user
140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
141
commit to user
141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
142
142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143
commit to user
143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
144
144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
145
145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
146
commit to user
146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
147
commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
148
(2) Dari jendela ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu, seperti
tercekat kemudian berlarian tergesa masuk rumah. (data no. 127)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan Beningnya yang terkejut
sekaligus kecewa setelah tahu bahwa kartu pos yang ia terima bukanlah
dari mamanya. Hal tersebut terkait dengan kalimat selanjutnya, yaitu :
Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca.
“Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk
kartu pos itu.
“Ini bukan tulisan Mama….” (cerpen Kartu Pos dari Surga,
hlm. 40-41)
(3) Tiba-tiba kudengar suara jeritan. (data no. 174)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan bahwa tokoh “aku” terkejut
mendengar suara jerit ketakutan sesaat kehadirannya yang sudah
menjadi seekor ular seperti yang ia harapkan bukan anak idiot seperti
dulu. Ternyata, keadaan telah berubah, ular tak lagi dimuliakan seperti
dulu. Hal tersebut terkait dengan teks selanjutnya, yaitu:
“Ular! Ular!”
Kulihat orang-orang beringsut ketakutan, menatapku yang mendesis
merayap pelan menyeberangi trotoar. Meski terkejut dengan reaksi
mereka, aku mencoba tak panik. Aku teringat bagaimana dulu orang-
orang memberi makanan menyambut kedatangan ular leluhur mereka.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 87)
commit to user
148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
149
149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
150
(8) Ketika melintas di depan kamar ibunya, dari pintu yang sedikit terkuak,
ia melihat sesuatu yang membuatnya tercekat. (data no. 202)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
commit to user
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
151
(9) Tapi, aku tetap saja kaget ketika orang miskin itu muncul ke rumahku
sambil menenteng telepon genggam. (data no.226)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menunjukkan keheranan tokoh “aku” yang baru
saja melihat tokoh orang miskin mempunyai telepon genggam atau
ponsel seperti kebanyakan orang pada zaman modern sekarang ini.
(10) Ketukan gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. (data no.
130)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Marwan terkejut karena ia
tengah tidur dan mendengar pintu diketuk gugup sehingga ia terburu-
buru bangun. Hal tersebut terkait dengan kalimat di bawah ini, yaitu:
Pukul 12.00 lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya. (cerpen
Kartu Pos dari Surga, hlm. 41)
j) Penggambaran Perasaan Kagum
Perasaan kagum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perasaan heran (dengan rasa memuji); takjub; tercengang (2005: 489).
commit to user
151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
152
Indeks yang berupa perasaan kagum para tokoh dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu:
(1) Maneka, yang tengah menyirami bunga, terpesona oleh
kemunculannya. (data no. 146)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Dalam kalimat di atas disebutkan bahwa Maneka terpesona oleh
kemunculannya, kata ganti “nya” di sini ditujukan untuk Tukang Pos
yang mengantarkan surat untuk Maneka. Hal tersebut terkait dengan
kalimat sebelumnya:
Tukang Pos itu muncul dari balik cakrawala saat senja,
mengendarai kuda sembrani bersurai kuning keemasan. Ia terlihat
terbang berputar-putar sebentar—semula Maneka menyangka itu
bayangan elang raksasa—sebelum akhirnya menukik turun dengan
anggun dan menjejak pelataran. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah
di Dunia, hlm. 55)
152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
153
(4) Seakan ada yang mendadak terbuka dalam jiwa mereka karena
menyadari bahwa mereka pun, ternyata bisa sama-sama bahagia. (data
no. 163)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan bahwa di dalam jiwa mereka
tiba-tiba merasa lebih dekat satu sama lain karena sepotong bibir itu.
Hal tersebut juga terkait dengan kalimat sebelum dan selanjutnya,
yaitu:
Bibir itu tiba-tiba saja, seperti mendekatkan perasaan mereka
berdua…Mungkinkah ini maksud Sukab mengirimkan bibir itu, agar
mereka bisa saling memahami? Mereka bisa mencintai laki-laki yang
sama? (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 65)
(5) Beberapa pengunjung yang melihat adegan itu, tampak terpana dan
terpesona. (data no. 167)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan ketakjuban pengunjung kafe
karena melihat polah tingkah sepotong bibir yang dibawa Maneka dan
Alina ketika mengunjungi kafe. Hal tersebut terkait dengan teks
sebelumnya, yaitu:
commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
154
154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
155
(8) Ia pungut juga gambar danau yang membuatnya terpesona itu. (data
no. 193)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan kekaguman tokoh “ia” (ibu)
terhadap gambar anaknya yang sangat bagus. Hal tersebut terkait
dengan teks selanjutnya, yaitu:
Sekali lagi ia pandangi gambar itu. Memang bagus. Semasa
kanak-kanak dulu, ia tak pernah bisa menggambar sebagus ini.
(cerpen Cerita yang Menentes dari Pohon Natal, hlm. 116)
(9) “Benar-benar seperti danau sungguhan!” kagum kawannya. (data no.
197)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menunjukkan kekaguman kawan dari tokoh
“bocah” ketika melihat gambarnya yang terlihat sangat bagus bagi
anak seusianya. Hal tersebut sesuai dengan teks berikutnya, yaitu:
“Kamu benar-benar berbakat jadi pelukis. Besok pasti kamu
jadi pelukis terkenal.” (cerpen Cerita yang Menentes dari Pohon
Natal, hlm. 120)
k) Penggambaran Perasaan Malu
Perasaan malu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dsb) karena berbuat sesuatu
yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai
cacat atau kekurangaan, dsb) (2005: 706). Indeks yang berupa
penggambaran perasaan malu para tokoh dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu:
commit to user
155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
156
commit to user
156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
157
157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
158
158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
159
commit to user
159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
160
(7) Marwan menatap Ita, yang tampak memberi isyarat agar ia melihat ke
sebelah. (data no. 125)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan bahwa
Marwan dan Ita sedang diawasi oleh orang-orang di sekitarnya. Hal
ini terkait dengan kalimat berikutnyaa, yaitu:
Beberapa rekan sekantornya terlihat tengah memandang
mejanya dngan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga ia dan
ita…(cerpen Kartu Pos dari Surga, hlm. 40).
(8) Bergegas Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar
anaknya. (data no. 132)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan rasa
terkejut sekaligus khawatir Marwan karena terjadi hal yang aneh di
kamar anaknya. Hal tersebut juga terkait dengan kalimat berikutnya
tentang penggambaran keanehan yang terjadi di kamar Beningnya,
yaitu:
Ada cahaya terangaa keluar dari celah pintu yang bukan
cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia mendengar
Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah bercakap-cakap
dengan seseorang. Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau
wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin menggenangi
lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar. (cerpen
Kartu Pos dari Surga, hlm. 41-42)
160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
161
161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
162
162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
163
commit to user
163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
164
164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
165
(1) Dari dinding kaca kafe di lantai sembilan gedung perkantoran, Maneka
dan Alina memandangi senja yang meruapkan kesepian dan kerinduan
di hati mereka. (data no. 164)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam Endraswara, 2003:
65). Kalimat tersebut menggambarkan kerinduan hati Maneka dan
Alina pada Sukab, ketika senja tiba yang mengingatkannya pada Sukab
yang ada di Negeri Senja. Hal tersebut terkait dengan kalimat
berikutnya, yaitu:
Adakah Sukab juga tengah memandangi senja yang sama dari
sebuah tempat enatah di mana di dunia? Bila saat ini Sukab masih
berada di Negeri Senja, ia pasti juga tengah memandangi langit yang
selalu senja. (cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 66)
o) Penggambaran Perasaan
Perasaan cemburu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung (2005:
204). Indeks yang berupa penggambaran perasaan cemburu para tokoh
dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu:
(1) Maneka menangkap getar cemburu dalam kata-kata Alina. (data no.
165)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan bahwa
Alina cemburu karena Alina menduga bahwa sepotong bibir itu
adalah bibir milik kekasih Sukab, sementara selama ini dia merasa
diperhatikan dan dicintai oleh Sukab dengan berbagai kiriman surat
cinta yang datang padanya. Hal tersebut terkait dengan kalimat
sebelumnya, yaitu:
“Menurutmu, itu bibir siapa?”
commit to user
165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
166
“Entahlah…”
“Apakah mungkin itu bibir pacar Sukab?”(cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia, hlm. 67)
(2) Maneka, pelan dan gugup menyembunyikan kalimat sisanya karena
tadinya ia mau bilang; yakinkah kamu kalau Sukab punya pacar
selain kita…(cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, hlm. 67)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menggambarkan kecemasan
Maneka terhadap dugaan Alina bahwa sepotong bibir yang ia
dapatkan dari Sukab adalah bibir milik kekasih Sukab. Dia merasa
tidak menyangka bahwa Sukab memiliki perempuan lain yang ia
cintai selain Maneka dan Alina karena selama ini yang ia tahu hanya
ia dan Alina lah yang mendapatkan perhatian dari Sukab dengan
mengirimkan kartu pos, surat, dan bingkisan. Hal tersebut juga terkait
dengan teks sebelumnya, yaitu:
Maneka menangkap getar cemburu dalam kata-kata Alina.
Maneka bisa mengerti karena ia pun kadang memikirkan apa yang
dikatakan Alina; barangkali itu memang bibir seorang perempuan
yang benar-benar dicintai Sukab. (cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia, hlm. 68)
p) Penggambaran Perasaan Iri
Identifikasi indeks yang keenam belas adalah indeks yang berupa
penggambaran perasaan iri para tokoh. Perasaan iri dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang
lain (beruntung, dan sebagainya) (2005: 442). Indeks yang berupa
penggambaran rasa iri para tokoh dalam Kumpulan Cerpen Sepotong
Bibir Paling Indah di Dunia, yaitu:
commit to user
166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
167
(1) Begitu aku selalu merasa iri pada ular-ular yang banyak berkeliaran di
kota ini. (data no. 173)
Kalimat di atas merupakan indeks, karena sesuai dengan
pengertian indeks menurut Peirce, yaitu tanda yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan apa yang ditandakan (dalam
Endraswara, 2003: 65). Kalimat tersebut menunjukkan rasa iri tokoh
aku dengan binatang ular, karena ia merasa lebih rendah dari ular.
Kondisi fisiknya yang berbeda dengan anak-anak lain membuatnya
direndahkan oleh orang-orang di sekitarnya sementara orang-orang
justru lebih memuliakan ular. Hal tersebut terkait dengan teks
sebelumnya, yaitu:
Aku tak pernah mengerti kenapa mereka mengatakan aku idiot.
Mungkin karena mulutku yang peyot. Mungkin karena celanaku yang
selalu melorot. Mungkin karena tampangku yang terlihat dungu
dengan liur kental yang terus menerus menetes. Mungkin karena
itulah orang-orang melihatku dengan jijik. Aku ingat, bagaimana
orang-orang selalu mengusirku bila melihatku memasuki halaman
rumah mereka. Aku tak mengerti, kenapa orang-orang tidak
memperbolehkan aku masuk ke rumah mereka. Padahal, bila ada ular
masuk ke pekarangan, mereka tak pernah mengusirnya. Mereka
selalu selalu membiarkan ular masuk ke rumah mereka. Bila ada ular
masuk ke rumah, mereka selalu memberi telur atau sejumput beras
buat ular itu. Alangkah menyenangkan jadi ular. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 85)
167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
168
tokoh “aku” masih menjadi anak yang idiot. Hal tersebut terkait
dengan teks sebelumnya, yaitu:
Kepada gadis cilik itu pun aku bercerita tentang kehidupanku
dulu. Ia begitu senang saat mendengar kalau pada kehidupanku yang
dulu, aku juga penduduk kota ini.
“Wow, siapa tahu aku ini salah satu keturunanmu,” teriaknya riang.
(cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 92-93)
commit to user
168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
169
169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
170
commit to user
170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
171
commit to user
171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
172
commit to user
172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
173
commit to user
173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
174
watak represif dan pemalu. Hal ini terbukti dari teks sebelumnya,
yaitu:
Aku suka ketika mendengar ia berbicara. Terdengar seperti
lagu pop yang tak terlalu merdu, tetapi dinyanyikan dengan
sentimental…
“Laki-laki yang romantis rupanya!”
Tidak. Ia tak pernah mengucapkan rayuan, yang paling gombal
sekali pun, untuk sekadar membuatku tersenyum. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 105-106)
c. Simbol
Simbol dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di
Dunia berupa gerakan tubuh yang mewakili perasaan para tokoh, yaitu:
1) Sandra mencoba tersenyum (data no. 233)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat di atas adalah
tersenyum, menurut KBBI tersenyum adalah gerak tawa ekspresif yang
tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan
sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit (2005: 1041). Apabila
dilihat dari konteks ceritanya, Sandra tersenyum karena merasa geli
dengan pertanyaan anaknya mengenai peri-peri pemetik air mata. Hal
tersebut terkait dengan teks sebelumnya, yaitu:
“Apakah kalau Bita menangis, peri-peri itu juga akan muncul,
Mama?” (cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 8)
2) Sandra tersenyum. “Nanti Mama tanyakan Papa, ya. Kamu kan tahu, Papa
sibuk…” (data no. 234)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat di atas adalah
tertawa, menurut KBBI tersenyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak
bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya
dengan mengembangkan bibir sedikit (2005: 1041). Apabila dilihat dari
commit to user
174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
175
175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
176
176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
177
177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
178
9) Marwan tersenyum. Merasa lucu karena ingat kisah masa lalunya. (data
no. 241)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat di atas adalah
tersenyum, menurut KBBI, senyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak
bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya
dengan mengembangkan bibir sedikit (2005: 1041). Apabila dilihat dari
konteksnya Marwan tersenyum karena merasa geli harus melakukan hal
yang pernah ia lakukan di masa lalu, yaitu menulis kartu pos lalu
mengirimkannya pada anaknya seolah-olah itu dari ibunya.
10) Marwan tersenyum. (data no. 242)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat di atas adalah
tersenyum, menurut KBBI, senyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak
bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya
dengan mengembangkan bibir sedikit (2005: 1041). Apabila dilihat dari
konteksnya Marwan tersenyum karena merasa bahagia melihat Beningnya
mendapatkan kartu pos yang ia nantikan ketika membuka kotak surat di
rumahnya.
11) “Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu.
(data no. 243)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat tersebut, yaitu
menunjuk, dalam KBBI menunjuk adalah memberi tahu dengan sesuatu
yang diarahkan pada objek tertentu (2005: 1226). Apabila dilihat dari
konteksnya, tokoh dalam cerita tersebut menunjuk ke arah kartu pos untuk
memberitahukan pada papanya bahwa kartu pos tersebut bukan dari
commit to user
178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
179
commit to user
179
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
180
180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
181
commit to user
181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
182
commit to user
182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
183
183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
184
184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
185
commit to user
185
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
186
commit to user
186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
187
32) Menggenggam tangan yang kurus kering itu, menciumnya. “Aku pamit,
Bu.” (data no. 264)
33) Bergegas menepis cemas, ia segera mencium tangan ibunya. (data no. 265)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat tersebut adalah
mencium tangan, merupakan salah satu wujud dari rasa bakti dan hormat
seseorang. Dalam cerita tersebut, tokoh “ia” mencium tangan ibunya
ketika hendak meninggalkan rumah sebagai wujud meminta restu dan
bakti terhadap ibunya.
34) Orang-orang pun tertawa ngakak. (data no. 266)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa
yang ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat (Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat di atas adalah
tertawa, menurut KBBI tertawa adalah melahirkan rasa gembira, senang,
geli, dan sebagainya dengan suara berderai (2005: 1150). Apabila dilihat
dari konteks ceritanya, orang-orang itu tertawa untuk mencemooh orang
miskin yang tempo hari tidak jadi mati. Hal tersebut terkait dengan teks
sebelumnya, yaitu:
“Kalian tahu, kenapa dia tak jadi mati? Karena neraka pun tak sudi
menerima orang miskin kayak dia!”( cerpen Perihal Orang Miskin yang
Bahagia, hlm. 166).
Simbol dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia yang
diwakilkan dengan benda tertentu berupa bendera yang berarti terjadinya suatu
peristiwa (kematian) , yaitu:
1) Ia dapati bendera putih di ujung jalan masuk menuju rumahnya. (data no. 267)
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa yang
ditandakan bersifat arbitrer, dan sesuai dengan kesepakatan masyarakat
(Endraswara, 2003: 65). Simbol dalam kalimat tersebut adalah bendera putih.
Bendera putih dalam masyarakat kita merupakan simbol dari adanya
commit to user
187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
188
seseorang yang meninggal. Hal tersebut juga terkait dengan teks selanjutnya,
yaitu:
Lalu, beberapa orang segera menghambur ke arahnya, menyambut
dan memeluknya hangat. Merangkul dan menepuk-nepuk punggungnya,
seakan-akan itu bisa membuatnya tak terlalu kehilangan. (cerpen Variasi
Kematian yang Seksi, hlm. 145)
3. Nilai Pendidikan dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia Karya Agus Noor
Setiap karya sastra diciptakan bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan
tertentu pada pembaca. Oleh karena itu, senada dengan pendapat yang disebutkan
oleh Suyitno, sastra bisa difungsikan sebagai pembina tata nilai dalam berbagai
sendi kehidupan intelektual, pendidikan rohani, serta hal-hal lain yang bersifat
personal maupun sosial (dalam Nuraini, 2007: 27). Dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis nilai pendidikan, yaitu:
a. Nilai Agama
Secara garis besar, kriteria-kriteria religius dalam karya sastra khususnya
cerpen, menurut Atmosuwito (dalam Pudjiono, hlm. 16, tahun 2006) adalah
berisi hal-hal sebagai berikut:
“ 1) penyerahan diri, tunduk dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2)
kehidupan yang penuh kemuliaan; 3) perasaan batin yang ada
hubungannya dengan Tuhan; 4) perasaan batin yang ada hubungannya
dengan rasa berdoa; 5) perasaan batin yang ada hubungannya dengan rasa
takut; 6) pengakuan akan kebesaran Tuhan.”
commit to user
188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
189
Dalam cerpen ini dapat dipetik nilai religius yang berupa teka-teki atau
misteri dari datangnya kematian. Cerpen ini mengajak kita untuk senantiasa
mengingat akan kematian yang cara dan waktu kedatangannya tidak pernah
kita ketahui. Oleh karena itu, secara tidak langsung dalam cerpen ini
memberikan satu pesan moral pada pembaca untuk senantiasa mengingat
kematian yang pasti akan datang agar kita selalu mengisi hari-hari kita untuk
mempersiapkan bekal untuk menyambut kedatangannya.
Aku ingat, saat para tetangga datang melayat. Banyak yang penasaran
kenapa kau mati begitu mendadak. Mereka bercakap nyaris berbisik,
menduga-duga—mungkin ada juga yang diam-diam menggunjingkanmu—
sementara jenazahmu berbaring tenang. Bau kematian seperti mengendap
dalam ruangan. (cerpen 20 Keping Puzzle Cerita, hlm. 72).
(c)“Pelancong Kepedihan”
Dalam subjudul “Pelancong Kepedihan” yang terdapat dalam cerpen
“Empat Cerita Buat Cinta” ini terdapat nilai religius yang dapat kita ambil,
yaitu pesan untuk tetap bertahan atau tabah dalam suatu keadaan yang berat
sekalipun sebagai wujud rasa syukur manusia terhadap Sang Pencipta untuk
commit to user
189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
190
senantiasa menjaga yang telah diberikan. Hal tersebut terkait dengan kutipan
berikut:
Kami tak ingin kota kami lenyap, meski sebagian demi sebagian dari
kota kami perlahan-lahan runtuh menjadi debu. Karena itulah, kami selalu
membangun kembali bagian-bagian kota kami yang runtuh. Kami
mendirikan kembali rumah-rumah, jembatan, sekolah, mercusuar dan
menara, rumah sakit-rumah sakit, menanam kembali pohon-pohon, hingga
di bekas reruntuhan itu kembali berdiri bagian kota kami yang hancur.
(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 33).
190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
191
2) “Pelancong Kepedihan”
Dalam subjudul “Pelancong Kepedihan” yang terdapat dalam
cerpen “Empat Cerita Buat Cinta” ini, terdapat nilai sosial yang dapat kita
commit to user
191
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
192
petik, yaitu pesan tentang kasih sayang dan saling menolong terhadap
sesama. Hal tersebut terkait dengan teks berikut:
Berkarung-karung gandum yang diangkut gerobak pedati, daging
asap yang digantungkan di punuk unta terlihat bergoyang-goyang, roti
kering yang disimpan dalam kaleng, botol-botol cuka dan saus, biskuit
dan telur asin, rendang dalam rantang, dan berdus-dus mi instan yang
kadang mereka bagikan kepada kami. (cerpen Empat Cerita Buat Cinta,
hlm. 27).
commit to user
192
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
193
yang merundung negeri ini, yaitu kemiskinan (14 Mei 2010). Kemiskinan
itu digambarkan seperti dalam kutipan di bawah ini:
Orang-orang miskin yang hidup di kampung-kampung kumuh
pinggiran kota membuat permen itu dengan cara menampung kesedihan
mereka. Mungkin proses pembuatan permen di situ sudah berlangsung
lama. Kesedihan dan kegetiran hidup yang mereka rasakan sehari-hari,
mereka peras menjadi keringat yang ditampung ke dalam panic-panci
rongsokan, kemudian diolah dan dimasak di atas tungku-tungku
penderitaan. Mencampurnya dengan gelatin agar kental, memberinya
sedikit gula, pewarna, dan pengawet….(cerpen Permen, hlm. 47)
193
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
194
6) “Parousia”
Dalam subjudul “Parousia” yang terdapat dalam cerpen “Cerita
yang Menetes dari Pohon Natal” ini, terdapat nilai sosial yang berkaitan
dengan perubahan zaman yang semakin pesat sehingga membuat manusia
melupakan Tuhan mereka. Gedung-gedung mewah yang didirikan sebagai
pusat perbelanjaan dan hiburan hampir mengisi setiap sudut kota. Tetapi,
keberadaan tempat ibadah justru tidak demikian adanya, terjadi
pembongkaran-pembongkaran di sana-sini. Hal tersebut terkait dengan
teks berikut:
Ketika kota mempercantik diri. Ketika bangunan-bangunan
bertingkat mulai dibangun. Ketika banyak gereja diruntuhkan untuk
diganti dengan mal-mal. Pada saat itulah, sebagian orang yang mencoba
bertahan memunguti sisa bangunan gereja itu dan membawanya masuk ke
dalam kabut kesunyian. Berusaha membangunnya kembali sebagai
tumpukan-tumpukan kenangan. Mereka memunguti puing kota lama yang
dihancurkan kemajuan. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal,
hlm. 90).
194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
195
8) “Serenade Kunang-Kunang”
Dalam subjudul ini, terdapat nilai sosial, yaitu berkaitan dengan
ketidakadilan dan sikap tidak berperikemanusiaan antar sesama manusia.
Dalam subjudul ini diceritakan bahwa ada seorang yang tewas diduga
karena disiksa oleh tentara sehingga membuat masyarakat yang tidak
terima akan hal tersebut melakukan unjuk rasa di saat pemakaman korban
tewas itu. Tetapi, sampai pemakaman usai para pengunjuk rasa masih
beraksi sehingga membuat geram para tentara yang berjaga. Wartawan
yang meliput kejadian tersebut pun ditembak sampai tewas. Tentara pun
mengancam pada para pengunjuk rasa untuk segera membubarkan
aksinya. Namun, mereka justru berlindung di dalam gereja dan diancam
ketika sampai tengah malam mereka tidak keluar dari gereja para tentara
mengancam akan membakar mereka semua. Sampai tengah malam mereka
commit to user
195
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
196
tidak keluar dari gereja sehingga mereka pun dibakar. Hal tersebut terkait
dengan kutipan berikut:
Seorang wartawan yang ketahuan sedang merekam kejadian ituu
langsung disumpal mulutnya dengan granat yang segera meledak dalam
mulutnya. Orang-orang kemudian berlarian masuk gereja, berlindung dan
bersembunyi hingga malam sementara tentara terus mengepung dan
berjaga-jaga. Mayat-mayat yang bergelimpangan segera dilemparkan ke
atas truk. Jika hingga tengah malam orang-orang tak mau keluar dari
gereja, para tentara itu segera membakarnya. (cerpen Cerita yang
Menetes dari Pohon Natal, hlm. 109-110).
c. Nilai Moral
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai salah satu wujud
tema dalam bentuk yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan
moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2007: 320). Moral dalam karya sastra
merupakan cerminan dari pandangan hidup pengarang mengenai nilai-nilai
yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam cerita, menurut
Kenny biasanya memiliki maksud untuk memberikan saran yang berkaitan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat dipetik
pembaca dari cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007: 321).
Jenis dan wujud nilai moral dalam karya sastra dapat mencakup
persoalan hidup dan kehidupan atau persoalan mengenai harkat dan martabat
manusia. Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa secara garis besar,
persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam
persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia
lain dalam lingkup sosial dan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan
(2007: 323-324). Nilai-nilai moral yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor adalah sebagai
berikut:
1)“Pemetik Air Mata”
Dalam sub judul “Pemetik Air Mata” ini, terdapat nilai moral yang
ingin disampaikan pengarang pada pembaca, yaitu tentang pentingnya
memilih suatu keputusan tertentu dalam kehidupan kita, karena tanpa
disadari keputusan yang kita pilih akan memberikan dampak pada keluarga
commit to user
196
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
197
197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
198
kehidupan kita. Dengan kata lain, cerita ini memberikan pesan pada
pembaca agar selalu bersikap bijaksana, berpikir panjang, dan tidak egois.
Meskipun keadaan atau kenyataan hidup tidak seperti yang diharapkan
seharusnya kita tetap menaati peraturan atau norma-norma yang ada.
2) “Penyemai Sunyi”
Dalam subjudul “Penyemai Sunyi” ini, terdapat nilai moral yang
dapat dipetik oleh pembaca, yaitu tentang makna kesetiaan terhadap
pasangan. Hal tersebut terkait dengan kutipan berikut:
“Aku bayangkan Asih, istriku yang bermata lembut, akan
membukakan pintu dan segera menyiapkan secangkir kopi hangat untuk
meneduhkan penat. Asih, barangkali juga terkantuk menunggu
kepulanganku. Ia selalu ingin membukakan pintu untukku. “Agar aku
selalu tahu kau telah kembali, “ katanya. Itulah kenapa ia tak suka bila
aku bersikeras untuk menduplikasi saja kunci pintu. “Kalau kau bawa
kunci, kau jadi punya alasan untuk kembali lebih malam atau malah
pulang dini hari….”(cerpen Empat Cerita Buat Cinta, hlm. 13)
3)”Episode”
Dalam judul cerpen “Episode” ini terdapat nilai moral yang dapat
kita petik, yaitu mengenai kesetiaan terhadap pasangan kita. Hubungan
antara suami dan istri dalam sebuah keluaraga yang kurang harmonis akan
memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap anak-anaknya. Dalam
cerpen ini diceritakan bahwa terdapat seorang anak dalam sebuah keluarga
yang ayah dan ibunya masing-masing memiliki pasangan selingkuh. Pada
suatu malam, ketika sang suami tidak pulang ke rumah, sang istri
membawa pasangannya ke dalam kamarnya dan tanpa disengaja hal
tersebut disaksikan oleh anaknya sehingga membuat kondisi mentalnya
menjadi terpuruk. Hal tersebut terkait dengan teks berikut:
“Kau yakin, suamimu tak pulang malam ini?”
“Ya. Ia kira, aku tak tahu perselingkuhannya.”
“Karena itukah kamu memaksaku datang malam ini.”
“Lebih dari itu. Aku ingin bersenggama di kamarku sendiri.”
“Bosan di hotel terus?”
“Ya.” (cerpen Episode, hlm. 124)
commit to user
198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
199
a. Nilai Estetis
Semi berpendapat bahwa fungsi estetika sastra adalah penampilan
karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan keindahan bagi
pembacanya (dalam Nuraini, 2007: 28). Lebih lanjut, Suyitno juga
berpendapat bahwa sastra tidak hanya sekadar memberi kesenangan, tetapi
juga memberi pengetahuan serta pencernaan yang menghayat tentang
hakikat kehidupan bernilai (dalam Nuraini, 2007: 28). Nilai estetis yang
terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia
karya Agus Noor adalah sebagai berikut:
1) “Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia”
Dalam cerpen yang berjudul “Sepotong Bibir yang Paling Indah di
Dunia” ini, terdapat nilai estetis yang dapat kita petik, di antaranya,
yaitu agar kita berhati-hati dengan mulut manis atau janji-janji palsu
yang disuarakan oleh para calon pejabat atau pemimpin negeri ini yang
dilambangkan dengan simbol sepotong bibir yang bisa mengeluarkan
commit to user
199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
200
Selain itu, dalam cerpen ini juga mengajarkan kita untuk setia
terhadap pasangan kita. Hal tersebut terkait dengan teks berikut:
Saat ia melihat mata laki-laki itu menatapnya, saat itu pula ia
merasa terhanyut oleh cinta. Padahal kala itu ia telah bersuami! Tapi,
mata itu. Mata itu sungguh membuat Maneka tak bisa melupakannya,
dan karena itu memilih meninggalkan suaminya. Tengah malam, diam-
diam ia membungkus pakaian secukupnya dengan kain, mengambil
beberapa perhiasan simpanannya, lalu mengendap-endap meninggalkan
suaminya yang tengah tertidur begitu nyaman—suami yang pada
kenyataannya selama beberapa tahun perkawinan mereka selalu
melimpahkan kebahagiaan kepadanya. (cerpen Sepotong Bibir Paling
Indah di Dunia, hlm. 58).
2) “Parousia”
Dalam subjudul ini, terdapat nilai yang dapat kita petik, yaitu
mengenai sikap saling menghargai dan menyayangi terhadap sesama
makhluk hidup. Dalam subjudul ini, diceritakan ada seorang anak yang
memiliki kekurangan fisik sehingga perbedaan kondisi fisiknya itu
membuatnya selalu menjadi bahan tertawaan orang lain. Bahkan warga
sekitar pun merasa jijik dan menjauhinya sehingga ia memiliki keinginan
dilahirkan kembali menjadi seekor ular yang ketika itu lebih dihormati
dan disayangi oleh orang-orang daripada ia. Hal tersebut terkait dengan
teks berikut:
Dulu, aku memang berharap, aku ingin dilahirkan kembali di kota
ini, tidak lagi sebagai bocah idiot yang sering diganggu dilempari
commit to user
200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
201
kerikil atau tomat busuk. Aku tak pernah mengerti, kenapa dulu orang-
orang di kota ini begitu senang menggangguku. Mungkin mereka hanya
menggodaku. Mungkin mereka butuh hiburan. Mungkin mereka merasa
bahagia bila bisa menggangguku. Apabila melihat aku lagi berjalan,
orang-orang akan menghentikanku. Memberiku moke, yang membuat
kepalaku berdenyut-denyut lembut. Lalu, mereka menyuruhku menyanyi
dan menari. (cerpen Cerita yang Menetes dari Pohon Natal, hlm. 84).
commit to user
201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
202
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Unsur semiotis pertama (ikon) yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen
Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor adalah berupa ikon-
ikon metaforis. Unsur semiotis kedua (indeks) yang terdapat dalam karya
tersebut berupa indeks yang memiliki kaitan atau hubungan dengan teks dalam
teks. Unsur semiotis ketiga (simbol) yang terdapat dalam karya tersebut
berupa gerakan tubuh dan simbol yang diwakilkan oleh benda tertentu.
2. Berdasarkan hasil analisis unsur ikon, indeks, dan simbol dalam Kumpulan
Cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia ini dapat diketahui makna di
balik unsur-unsur tersebut. Ikon metaforis dalam karya tersebut memiliki
makna konotasi tertentu dari apa yang disebutkan (sesuai dengan konteks
cerita). Indeks yang memiliki kaitan atau hubungan dengan teks dalam teks
memiliki makna yang dikelompokkan menjadi tiga macam, antara lain
bermakna penggambaran perasaan para tokoh dalam cerita, penggambaran
latar tempat dan suasana dalam cerita, dan penggambaran watak para tokoh
dalam cerita. Simbol yang diwakili oleh benda bermakna terjadinya suatu
peristiwa (kematian) dan simbol berupa gerakan tubuh merupakan ekspresi
yang mewakili perasaan para tokoh.
3. Nilai- nilai pendidikan yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Sepotong Bibir
Paling Indah di Dunia karya Agus Noor tersebut, antara lain nilai agama,
terdapat dalam cerpen berjudul “Variasi Kematian Paling Seksi”, “20 Keping
Puzzle” (yang mengajarkan pembaca untuk senantiasa mengingat Tuhan dan
mengingat datangnya kematian sehingga kita selalu mempersiapkan diri untuk
menghadapinya), “Pelancong Kepedihan” dan “Penyemai Sunyi” (subjudul
dalam Empat Cerita Buat Cinta) mengajarkan pembaca untuk senantiasa tabah
dalam menjalani ujian dan ketentuan Tuhan. Nilai sosial, terdapat dalam
“Kartu Pos dari Surga”, “Penjahit Kesedihan” dan “Pelancong Kepedihan”,
“Permen”, “Perihal Orang Miskin yang Bahagia”, “Cerita yang Menetes dari
Pohon Natal” dalam judul tersebut mengajarkan kita tentang toleransi
commit to user
202
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
203
203
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
204
dapat lebih membaca lebih dalam dan menyeluruh agar pesan yang
terkandung dapat dipahami secara utuh.
2. Dosen
Dalam pengajaran apresiasi sastra, dosen menggunakan karya-
karya yang baru dan relevan dengan situasi yang terkini. Dengan
demikian, tidak hanya pada aspek apresiasi saja yang tercapai melainkan
aspek-aspek yang lain, seperti informasi, edukasi, dan isu terkini yang
dikemas dalam suatu karya sastra.
3. Guru
Seorang guru sebaiknya memiliki pengetahuan mengenai kajian
semiotik, sehingga dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat
membimbing para siswa memahami makna karya sastra secara mendalam.
Selain itu, sebaiknya guru mampu memilih atau menyeleksi karya-karya
sastra yang layak untuk dijadikan bahan ajar apresiasi sastra Indonesia,
karena tidak semua karya sastra bisa dikatakan layak atau sesuai dengan
peserta didik.
4. Penulis
Ketika penulis menciptakan suatu karya sastra hendaknya tidak
hanya menampilkan unsur hiburan, tetapi juga menyajikan nilai-nilai atau
pesan moral (edukatif) yang dapat dipetik oleh pembacanya. Selain itu,
untuk menghindari pertentangan ketika penulis menciptakan karya sastra
yang bersifat menyindir bahkan mengkritik suatu pihak tertentu hendaknya
penulis juga memikirkan metode yang tepat dalam menyampaikan idenya,
salah satunya dengan metode semiotik.
commit to user
204