Anda di halaman 1dari 7

A.

Bupati Indramayu dkk Diduga Terima Suap Rp 1,11 Miliar dan Sepeda

Bupati Indramayu, Supendi. Foto: Instagram/@kang_supendi


Bupati Indramayu Supendi bersama dua anak buahnya dan seorang swasta, ditetapkan KPK
sebagai tersangka. Dua anak buah Supendi yakni Kepala Dinas PUPR Kabupaten Indramayu,
Omarsyah dan Kepala Bidang Jalan Dinas PUPR Kabupaten Indramayu, Wempy Triyono.
Sementara pihak swasta yakni pemilik CV Agung Resik Pratama, Carsa AS.
Dalam kasus ini, Supendi bersama Omarsyah dan Wempy, diduga menerima suap senilai Rp 1,11
miliar dari Carsa. Suap juga diberikan dalam bentuk sepeda.
"Pemberian uang dari CAS (Carsa) tersebut diduga terkait dengan pemberian proyek-proyek
Dinas PUPR Kabupaten Indramayu kepada CAS," ujar Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan,
dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (15/10).
Basaria merinci Rp 1,11 miliar itu diterima Supendi senilai Rp 200 juta, Omarsyah sebesar Rp 350
juta serta sepeda, dan Wempy dengan nilai Rp 560 juta.
"Uang yang diterima OMS (Omarsyah) dan WT (Wempy) diduga juga diperuntukkan untuk
kepentingan bupati, pengurusan pengamanan proyek, dan kepentingan sendiri," ucap Basaria.
Basaria menjelaskan kasus ini bermula ketika Pemkab Indramayu melakukan lelang sejumlah
proyek pembangunan jalan. Proyek-proyek tersebut dimenangkan Carsa.
Kemudian Supendi diduga sering meminta sejumlah uang kepada Carsa. Permintaan uang itu
awalnya terjadi pada Mei 2019. Saat itu, Supendi diduga meminta Rp 100 juta.
"Selain itu, OMS (Omarsyah), WT (Wempy), dan FM (Staf Bidang Jalan di Dinas PUPR
Indramayu, Ferry Mulyono) juga diduga menerima sejumlah uang dari CAS (Carsa)," ucap
Basaria.
Menurut Basaria, Carsa total mendapatkan 7 proyek jalan di Indramayu. Total nilai proyek
tersebut mencapai Rp 15 miliar.
"Tujuh proyek pembangunan jalan dikerjakan oleh perusahaan CV Agung Resik Pratama atau
dalam beberapa proyek pinjam bendera ke perusahaan lain di Kabupaten Indramayu," kata
Basaria.
Tujuh proyek itu yakni:
Pembangunan Jalan Rancajawad.
Pembangunan Jalan Gadel.
Pembangunan Jalan Rancasari.
Pembangunan Jalan Pule.
Pembangunan Jalan Lemah Ayu.
Pembangunan Jalan Bondan - Kedungdongkal.
Pembangunan Jalan Sukra Wetan - Cilandak.
Basaria menyebut, total dugaan suap Rp 1,11 miliar yang diterima ketiga orang itu merupakan
bagian dari komitmen fee 5-7 persen dari nilai proyek.
Sehingga atas perbuatannya, Supendi, Omarsyah, dan Wempy disangka melanggar Pasal 12 huruf
a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 atau Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sementara Carsa dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
B. KPK Tetapkan Bupati Indramayu Sebagai Tersangka

Bupati Indramayu, Supendi. Foto: Dok. Pemkab Indramayu


KPK menetapkan Bupati Indramayu, Supendi, sebagai tersangka. Penyidik meyakini Supendi
terlibat kasus suap.
Sejalan dengan peningkatan status penanganan perkara ke penyidikan, KPK menetapkan 4 orang
tersangka," ujar Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dalam konferensi pers di kantornya, Selasa
(15/10).
Supendi ditetapkan tersangka bersama tiga orang lainnya. Ketiga orang lainnya itu yakni Kepala
Dinas PUPR, Omarsyah; Kepala Bidang Jalan Dinas PUPR, Wempy Triyono; dan seorang
rekanan bernama Carsa.
Dalam kasus ini, Supendi bersama Omarsyah dan Wempy diduga menerima suap senilai ratusan
juta rupiah. Suap itu diduga terkait sejumlah proyek di dinas PU Kabupaten Indramayu. Diduga,
suap diberikan agar perusahaan Carsa mendapat sejumlah proyek.

Sebagai pihak yang diduga menerima suap Supendi, Omarsyah, dan Wempy disangka melanggar
Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 atau Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sementara selaku pemberi suap Carsa dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b
atau Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

C. KPK Ungkap Kode Suap Bupati Indramayu: Mangga Manis


KPK menetapkan Bupati Indramayu, Supendi, sebagai tersangka. Ia ditetapkan tersangka bersama
tiga orang lainnya yakni Kepala Dinas PUPR Kabupaten Indramayu, Omarsyah; Kepala Bidang
Jalan Dinas PUPR Kabupaten Indramayu, Wempy Triyono; dan pemilik CV Agung Resik
Pratama, Carsa AS.Supendi diduga menerima suap dari Carsa melalui Omarsyah dan Wempy
sekitar Rp 1 miliar. Diduga suap tersebut agar Supendi memberikan proyek-proyek infrastruktur di
Indramayu kepada perusahaan Carsa. Bahkan ada kode khusus untuk menyamarkan pemberian
suap itu yakni mangga manis.
"CAS (Carsa) diduga menghubungi ajudan SP (Supendi) dan menyampaikan bahwa uang akan
diberikan melalui sopir bupati. CAS meminta sopir bupati untuk bertemu di toko penjual mangga
di pasar dan menyampaikan bahwa ia sudah menyiapkan 'mangga yang manis' untuk Bupati. CAS
juga meminta sopir bupati untuk datang dengan motor yang memiliki bagasi di bawah jok untuk
menaruh uang," ujar Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, dalam konferensi pers di Gedung
Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (15/10). Basaria pun menjelaskan bagaimana suap tersebut
diberikan Carsa kepada Supendi pada Senin (14/10) malam.
Basaria menyebut, setelah sopir Supendi bernama Sudirjo datang ke toko penjual mangga dengan
sepeda motor, selanjutnya staf Carsa menaruh uang dalam kresek hitam ke dalam jok motor
Sudirjo.
"Sopir bupati kemudian mengantarkan uang ke rumah dinas bupati lewat pintu belakang," ucap
Basaria.
Kemudian Carsa menghubungi Supendi dan memberi tahu telah memberikan uang Rp 100 juta.
Tim KPK kemudian menangkap beberapa orang setelah adanya penyerahan yang dari staf Carsa
kepada Sudirjo yang merupakan perantara.
"Pada pukul 22.40 WIB, tim bergerak ke rumah HSY (Haidar Samsayail) selaku ajudan bupati dan
mengamankan yang bersangkutan. Tim kemudian bergerak ke Desa Bongas, di mana sedang
diadakan pertunjukan wayang di depan rumah Bupati dan mengamankan SJ (Sudirjo) di depan
rumah bupati pukul 23.12 WIB," jelas Basaria.
Selanjutnya, kata Basaria, tim KPK mengamankan Supendi di rumahnya di Desa Bongas pada
Senin pukul 23.32 WIB. Di tempat yang lain, tim KPK juga menangkap Carsa pukul 23.44 WIB.
Dalam rangkaian OTT tersebut, KPK juga mengamankan Omarsyah, Wempy, dan staf bidang
jalan di Dinas PUPR Indramayu, Ferry Mulyono. Selain itu, KPK juga menyita uang sebesar Rp
685 juta.
Atas perbuatannya, Supendi, Omarsyah, dan Wempy disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau
Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 atau Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sementara Carsa dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

D. KPK Tahan Bupati Indramayu Supendi

Bupati Indramayu, Supendi keluar dari gedung KPK usai di periksa. Rabu, (16/10) dini hari.
Foto: Helmi Afandi Abdullah
KPK menahan Bupati Indramayu, Supendi, setelah menjalani pemeriksaan terkait dugaan suap
tujuh proyek pekerjaan infrastruktur di Pemkab Indramayu.
Supendi ditahan di Rutan Cabang KPK di C1. Selain Supendi, KPK juga menahan Kepala Dinas
PUPR Kabupaten Indramayu Omarsyah dan Kepala Bidang Jalan Dinas PUPR Kabupaten
Indramayu Wempy Triyono di Rutan Polres Metro Jakarta Pusat; dan pemilik CV Agung Resik
Pratama Carsa AS di Rutan Polres Jakarta Timur.KPK lakukan penahanan selama 20 hari pertama
terhadap 4 orang tersangka," ujar juru bicara KPK Febri Diansyah saat dihubungi, Selasa (15/10).
Supendi sendiri merampungkan pemeriksaannya sekitar pukul 03.41 WIB. Dengan mengenakan
rompi oranye khusus tahanan KPK serta kondisi tangan yang terborgol, Supendi beranjak dari
lantai dua lokasi pemeriksaan. Ia memilih bungkam saat ditanya awak media terkait
penahanannya. Supendi memilih untuk terus menunduk sembari terus berjalan masuk menuju
mobil tahanan yang menjemputnya.Dalam perkara ini KPK menetapkan empat orang sebagai
tersangka. Keempat orang itu yakni Bupati Indramayu, Supendi; Kepala Dinas PUPR Kabupaten
Indramayu, Omarsyah; Kepala Bidang Jalan di Dinas PUPR Kabupaten Indramayu, Wempy
Triyono; serta swasta bernama Carsa.
Suap senilai Rp 1,11 miliar dan satu unit sepeda lipat merek United Neo diberikan Carsa kepada
Supendi, Omar, dan Wempy. Uang tersebut diberikan Carsa untuk memuluskan langkahnya untuk
mendapatkan 7 (tujuh) proyek pekerjaan di Dinas PUPR Kabupaten Indramayu dengan nilai
proyek total kurang lebih Rp 15 miliar yang berasal dari APBD Murni.
Atas perbuatannya Supendi, Omarsyah, dan Wempy Triyono disangkakan melanggar Pasal 12
huruf a atau b atau Pasal 11 dan Pasal 12 B Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sebagai Pemberi Carsa disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau b atau Pasal 13
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

E. Suap Bupati Indramayu Diduga untuk THR dan Bayar Dalang Wayang Kulit

Ilustrasi pertunjukan wayang kulit. Foto: Antara/Aprillio Akbar


KPK menduga Bupati Indramayu, Supendi, beberapa kali meminta uang kepada rekanan pada
Dinas PUPR yang bernama Carsa. Diduga, hal itu dilakukan Supendi tak lama setelah ia menjadi
Bupati Indramayu definitif.
Supendi dilantik definitif menjadi Bupati Indramayu pada 7 Februari 2019. Ketua DPD Golkar
Indramayu itu menggantikan Anna Sophanah yang mundur karena alasan keluarga.
"SU (Supendi) diduga mulai meminta sejumlah uang kepada CS (Carsa) sejak bulan Mei 2019
sejumlah Rp 100 juta," kata Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, dalam konferensi pers di
kantornya, Selasa (15/10).
"Digunakan untuk THR," sambung Basaria.
Supendi dilantik definitif menjadi Bupati Indramayu pada 7 Februari 2019. Ketua DPD Golkar
Indramayu itu menggantikan Anna Sophanah yang mundur karena alasan keluarga.
"SU (Supendi) diduga mulai meminta sejumlah uang kepada CS (Carsa) sejak bulan Mei 2019
sejumlah Rp 100 juta," kata Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, dalam konferensi pers di
kantornya, Selasa (15/10).
"Digunakan untuk THR," sambung Basaria.
Selain itu, KPK juga menduga Supendi kembali menerima uang Rp 100 juta dari Carsa pada 14
Oktober 2019.
"Digunakan untuk pembayaran dalang acara wayang kulit dan pembayaran gadai sawah," ungkap
Basaria.
Tak lama setelah penyerahan uang yang kedua, KPK melakukan OTT. Berdasarkan
pengembangan, KPK juga menemukan indikasi bahwa Carsa juga menyuap Kepala Dinas PUPR
Kabupaten Indramayu, Omarsyah; Kepala Bidang Jalan Dinas PUPR Kabupaten Indramayu,
Wempy Triyono.Penyerahan uang dari Carsa kepada Omarsyah diduga dilakukan dalam beberapa
tahap. Penyerahan uang dilakukan dua kali pada bulan Juli 2019 sejumlah Rp 150 juta serta dua
kali pada bulan September 2019 sejumlah Rp 200 juta.

Selain itu, Omarsyah juga diduga menerima suap berupa sepeda yang nilainya sekitar Rp 20 juta.
"OMS, Kepala Dinas PUPR diduga menerima uang total Rp 350 juta dan sepeda," ujar Basaria.

Petugas KPK menunjukan barang bukti saat konferensi pers terkait OTT Bupati Indramayu, Selasa
(15/10/2019). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Sementara untuk Wempy, ia diduga menerima uang Rp 560 juta dari Carsa. Pemberian uang
terjadi selama 5 kali pada bulan Agustus dan Oktober 2019.
Kini, Supendi bersama dengan Omarsyah, Wempy, dan Carsa sudah ditetapkan sebagai tersangka.

F. Fakta-fakta OTT Bupati Indramayu

Bupati Indramayu, Supendi keluar dari gedung KPK usai di periksa. Rabu, (16/10) dini hari.
Foto: Helmi Afandi Abdullah
Dan terjadi lagi, kepala daerah tersangkut kasus korupsi. Kini giliran Bupati Indramayu, Supendi,
yang ditetapkan tersangka oleh KPK karena terlibat kasus suap.
Supendi ditangkap di kediaman orang tuanya di Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu, pada
Senin (14/10) malam. KPK juga telah menggeledah pendopo Indramayu dan ruangan di Dinas
PUPR.
Penangkapan Supendi ini kembali mencoreng daerah Indramayu. Setelah sebelumnya Bupati
Indramayu periode 2000-2005 dan 2005-2010, Irianto M.S Syafiuddin alias Yance, juga
tersangkut kasus korupsi proyek PLTU.
Supendi diketahui merupakan Ketua DPD Golkar Indramayu. Perjalanan kariernya juga tak jauh-
jauh dari birokrat, dan mengawali kariernya sebagai PNS di Pemkab Indramayu.

Berikut kumparan rangkum fakta-fakta dari penangkapan Bupati Indramayu, Supendi:


Terkait dugaan suap proyek infrastruktur, 4 orang jadi tersangka
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengungkapkan Supendi diduga terlibat dalam suap proyek
infrastruktur Dinas PU Kabupaten Indramayu.
"Pemberian uang dari CAS (Carsa, pemberi suap) tersebut diduga terkait dengan pemberian
proyek-proyek Dinas PUPR Kabupaten Indramayu kepada CAS," ujar Basaria.Dalam OTT kali
ini, 8 orang diamankan termasuk Supendi. Lalu ada ajudan, pegawai, rekanan, dan kepala dinas
serta beberapa pejabat Dinas PU.
Selain Supendi, KPK menetapkan tiga tersangka lainnya, yakni Kepala Dinas PUPR Omarsyah,
Kepala Bidang Jalan Dinas PUPR Wempy Triyono, dan seorang rekanan yakni Carsa.
Dalam kasus ini, Supendi bersama Omarsyah dan Wempy diduga menerima suap senilai ratusan
juta rupiah. Suap itu diduga terkait sejumlah proyek di dinas PU Kabupaten Indramayu. Diduga,
suap diberikan agar perusahaan Carsa mendapat sejumlah proyek.

Menerima suap Rp 1,11 miliar, termasuk sepeda


Supendi bersama Omarsyah dan Wempy menerima suap senilai Rp 1,11 miliar dari Carsa. Tak
hanya uang, suap juga diberikan dalam bentuk sepeda.Uang Rp 1,11 miliar itu dirinci: Rp 200 juta
diterima Supendi, RP 350 juta dan sepeda untuk Omarsyah, dan Rp 560 juta diterima Wempy.
Untuk Carsa, ia total mendapatkan 7 proyek jalan di Indramayu senilai Rp 15 miliar.
"Tujuh proyek pembangunan jalan dikerjakan oleh perusahaan CV Agung Resik Pratama atau
dalam beberapa proyek pinjam bendera ke perusahaan lain di Kabupaten Indramayu," ujar
Basaria.

Suap untuk THR dan bayar dalang wayang kulit


Supendi diduga mulai meminta uang kepaada Carsa tak lama setelah dilantik menjadi Bupati
Indramayu definitif. Ia menggantikan bupati sebelumnya, Anna Sophanah, yang mundur karena
alasan keluarga.
"SU (Supendi) diduga mulai meminta sejumlah uang kepada CS (Carsa) sejak bulan Mei 2019
sejumlah Rp 100 juta. Digunakan untuk THR," ucap Basaria.
Selain itu, KPK menduga Supendi kembali menerima uang Rp 100 juta dari Carsa pada 14
Oktober 2019. Lalu, tak lama setelah itu diamankan KPK.
"Digunakan untuk pembayaran dalang acara wayang kulit dan pembayaran gadai sawah," ungkap
Basaria.
Kode 'Mangga Manis'
Supendi menerima suap agar memuluskan proyek-proyek infrastruktur di Indramayu kepada
perusahaan Carsa. Untuk menyamarkan pemberian suap, para tersangka membuat kode khusus:
mangga manis.
CAS (Carsa) diduga menghubungi ajudan SP (Supendi) dan menyampaikan bahwa uang akan
diberikan melalui sopir bupati. CAS meminta sopir bupati untuk bertemu di toko penjual mangga
di pasar dan menyampaikan bahwa ia sudah menyiapkan 'mangga yang manis' untuk Bupati. CAS
juga meminta sopir bupati untuk datang dengan motor yang memiliki bagasi di bawah jok untuk
menaruh uang," tutur Basaria.Uang suap diberikan ke Supendi pada Senin malam sebelum
akhirnya ditangkap KPK. Sopir Supendi, Sudirjoj, datang ke toko penjual mangga dengan sepeda
motor, selanjutnya staf Carsa menaruh uang dalam kresek hitam ke dalam jok motor Sudirjo.
Setelah penyerahan uang lewat perantara staf Carsa kepada Sudirjo, tim KPK lalu menangkap
beberapa orang, termasuk ajudannya Haidar Samsayail.
"Pada pukul 22.40 WIB, tim bergerak ke rumah HSY (Haidar Samsayail) selaku ajudan bupati dan
mengamankan yang bersangkutan. Tim kemudian bergerak ke Desa Bongas, di mana sedang
diadakan pertunjukan wayang di depan rumah Bupati dan mengamankan SJ (Sudirjo) di depan
rumah bupati pukul 23.12 WIB," jelasnya.
Gantikan Anna Sophanah
Supendi menggantikan Anna Sophanah sebagai Bupati Indramayu yang mengundurkan diri pada
Oktober 2018. Anna mundur karena alasan keluarga. Ia juga telah dilantik Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil pada 7 Februari 2019.
Anna mengundurkan diri saat masa jabatannya sudah berjalan 2 tahun 8 bulan. Maka dari itu,
Supendi yang merupakan Wakil Bupati Indramayu akhirnya menggantikan Anna untuk memimpin
sisa masa jabatan.

Bupati Indramayu, Supendi keluar dari gedung KPK usai di periksa. Rabu, (16/10) dini hari.
Foto: Helmi Afandi Abdullah
Anna dan Supendi merupakan pasangan kepala daerah 2 periode. Mereka pertama kali maju pada
Pilkada Indramayu 2010. Anna juga merupakan istri Yance, yang tersangkut korupsi.
Anna-Supendi memenangkan Pilkada Indramayu 2010. Selanjutnya di Pilkada 2015, Anna
kembali menggandeng Supendi sebagai wakilnya. Pasangan yang diusung Gerindra, PKS, Golkar
dan Demokrat itu lagi-lagi memenangi pertarungan dan menjabat untuk periode kedua.
Namun, baru 8 bulan dilantik, Supendi justru ditangkap KPK.
Kepala daerah ke-48 yang di-OTT KPK
Supendi tercatat menjadi kepala daerah ke-48 yang diamankan lembaga antirasuah lewat operasi
tangkap tangan (OTT).Bupati Indramayu menjadi kepala daerah ke-48 yang ditangkap tangan oleh
KPK," ungkap Basaria.
Supendi juga menjadi kepala daerah ke-120 yang terjerat korupsi di KPK. Penangkapan Supendi
sangat disayangkan Basaria, mengingat seminggu sebelumnya penyidik juga telah melakukan
OTT terhadap Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara.
"Praktik kotor seperti korupsi dalam pengadaan sudah dapat dipastikan akan merusak upaya
pemerintah dalam pembangunan yang merata di seluruh Indonesia," tutur Basaria.

Anda mungkin juga menyukai