Anda di halaman 1dari 1

JAWABAN SOAL NO.

3. Banyak digunakan sebagai diagnostik tapi ada juga yang menggunakan sebagai terapi.
CRISPR-Cas lebih efektif digunakan sebagai agen diagnostik atau agen terapi? Jelaskan
alasannya!

Jawaban : menurut kelompok kami, untuk saat ini CRISPR-Cas lebih efektif sebagai agen
diagnostik, karena Sistem CRISPR-Cas telah menunjukkan potensinya untuk digunakan sebagai
diagnostik molekuler untuk mendeteksi asam nukleat (Pardee et al., 2016; Jia et al., 2020) dan
dapat menggantikan PCR di banyak aplikasi terutama pada keadaan wabah COVID-19 merebak
di seluruh dunia, teknik diagnostik yang cepat dan mudah digunakan sangat dibutuhkan. Alat
berbasis CRISPR dapat mengatasi hal tersebut karena telah menunjukkan efisiensi deteksi yang
signifikan dalam 30-60 menit. Alat diagnostik berbasis CRISPR-Cas dicirikan oleh sensitivitas
dan spesifisitas yang sebanding dengan PCR tradisional, tetapi tidak memerlukan peralatan yang
canggih. Sistem CRISPR / Cas juga telah diterapkan untuk mengembangkan uji asam nukleat
aliran lateral (CASLFA) yang dimediasi CRISPR / Cas9 yang telah digunakan untuk mendeteksi
patogen (Wang et al., 2020).

CRISPR-Cas merupakan teknologi pengubah gen dipandu RNA (asam ribonukleat). Kemajuan
dan aplikasi CRISPR untuk saat ini telah memiliki puluhan ribu panduan yang dirancang untuk
menarget semua gen pengkode dalam gen manusia (lebih dari 3000 gen telah dikaitkan dengan
mutasi penyebab penyakit), sehingga memungkinkan para peneliti untuk melakukan terobosan
genetik dalam hal pencegahan dan terapi serta meningkatkan kualitas hidup manusia.
Pengubahan DNA manusia dengan CRISPR dalam penelitian telah dilakukan untuk menemukan
pengobatan baru pada kondisi medis berat. Namun, sempat terjadi beberapa tragedi dalam upaya
awal memperbaiki mutasi genetik penyebab penyakit pada manusia; di Inggris, pernah terjadi
anak-anak menderita penyakit terkait gen-X kombinasi dengan imunodefisiensi berat akibat
pengubahan gen dengan CRISPR. CRISPR masih memiliki masalah etik terkait potensi
kegagalan ataupun keberhasilannya. Masih terdapat risiko yang tidak diketahui konsekuensinya
terhadap kesehatan, dan masalah etik belum sepenuhnya dibahas dan diselesaikan Kegagalan
mengubah gen menyebabkan seorang individu akan terpapar risiko efek samping. Sehingga,
untuk saat ini penggunaan sebagai agen terapi terutama terapi gen dengan menggunakan
CRISPR-Cas teknologi yang cukup baru ini masih membutuhkan banyak penelitian dan uji coba
lanjutan agar dapat digunakan dengan lebih baik untuk masa depan (Wiedya Kristianti Angeline,
2020).

Anda mungkin juga menyukai