Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun oleh:

Yunita Diah Lestari (116091)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TELOGOREJO

SEMARANG

2016
TINJAUAN TEORI
ISOLASI SOSIAL

I. Masalah Utama : Isolasi Sosial


II. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama
orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya. (Carpenito, 2009; hlm. 1045)
Suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin
merasa di tolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006)

B. Tanda gejala
Perilaku yang biasa ditunjukkan oleh klien menarik diri adalah tidak napsu
makan atau makan berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara
drastis, kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur
berlebihan, tidak mempedulikan lingkungan, tidak memperhatikan perawatan
dirinya, penampilan kurang rapih, mondar –mandir atau sikap mematung,
melakukan gerakan secara berulang – ulang, dan keinginan seksual yang
menurun (Depkes RI, 2009). Menarik diri terjadi karena perasaan tidak
berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan (Depkes
RI, 2009).
Menurut WHO dan FKUI, 2006, tanda dan gejala menarik diri secara
subyektif diantaranya: klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang
lain, klien merasa tidak aman berada dengan orang lain, klien mengatakan
hubungan tidak berarti dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan, klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup, klien merasa tidak
berguna. Sedangkan secara obyektif: klien tidak memiliki teman dekat, tidak
komunikatif, melakukan tindakan berulang dan tidak bermakna, asyik dengan
pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak sedih dan afek tumpul.Tanda
gejala isolasi sosial menurut Fitria (2009) yaitu :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Menarik diri dari lingkungannya
4. Ekspresi wajah kurang berseri
5. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
6. Kuramg komunikasi verbal.
7. Asupan makanan dan minuman terganggu.
8. Aktivitas menurun.
9. Rendah diri.

C. Penyebab
Isolasi sosial/menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa
percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego
yang lemah serta represi rasa takut.

D. Akibat isolasi sosial


Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa
dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014: 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Stuart dan Sudden dalam Dalani, dkk 2009).
III. Proses terjadinya masalah :
Menurut Stuart. G.W (2005) isolasi sosial disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain:
A. Predisposisi
1) Faktor tumbuh kembang
Tugas perkembangan pada fase tumbuh kembang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan), ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, disebabkan norma
norma yangsalah dianut keluarga, seperti : anggota keluarga tidak
produktif ( lansia, berpenyakit kronis dan penyandangcacat) diasingkan dari
lingkungan sosialnya.
4) Faktor biologis
Gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang
abnormal( atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel – seldalam limbik dan
daerah kortik.

B. Presipitasi
1) Faktor eksternal :
Stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya(keluarga).
2)    Faktor Internal :
Stresor psikologik : stress terjadiakibat ansietas berkepanjangan
disertaiketerbatasan kemampuan membatasinya.
rba
C. Patofisiologi
Menurut Carpenito (2009; hlm. 1046)Berhubungan dengan rasa takut akan
penolakan, sekunder akibat:
 Obesitas
 Kanker (kecatatan akibat pembedahan kepala atau leher, pikiran takhayul
tentang orang lain)
 Gangguan emosional (anisietas yang berlebihan, depresi, paranoida, fobia)
 Inkontinensia (malu, bau tidak sedap)
 Penyakit menular (AIDS, hepatitis)
 Gangguan jiwa (skizofrenia, gangguan afektif bipolar, gangguan kepribadian)

IV. A. Pohon masalah

Resiko Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial Deficit Perawatan Diri

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Gangguan Konsep Diri; Harga Diri Rendah

(Keliat, 2006)

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu: koping defensif

Masalah Keperawatan Data Obyekjtif Data Subyektif


Isolasi sosial - Kurang spontan - Klien mengatakan mulai
- Apatis bergaul dengan orang lain
- Ekspresi wajah kurang - Klien mengatakan dirinya
berseri tidak ingin ditemani perawat
- Tidak merawat diri dan dan meminta untuk sendirian
tidak memperhatikan - Klien mengatakan tidak
kebersihan diri mau berbicara dengan orang
- Tidak ada atau kurang lain
komunikasi verbal - Tidak mau berkomunikasi
- Mengisolasi diri - Data tentang klien biasanya
- Asupan makanan dan didapat dari keluarga yang
minuman terganggu mengetahui keterbukaan
- Retensi urine dan feses klien
- Aktivitas menurun
- Kurang berenergi atau
bertenaga
- Rendah diri

D. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial

E. Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa : Isolasi sosial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara individu maupun secara
berkelompok dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
3. Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4. Dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
5. Dapat berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain secara bertahap.
6. Terlibat dalam aktivitas sehari-hari
Intervensi :
Klien
SP 1                                             
 Bina hubungan saling percaya
 Identifikasi penyebab isolasi sosial

SP 2            
 Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
 Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang
 Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 3
 Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
 Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang
 Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu
 Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 4
 Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
 Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek
samping obat)
 Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal kegiatan
harian dirumah
 Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain

Keluarga
o  Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam merawat Klien
o  Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan
proses terjadinya
o  Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

Tindakan psikofarma
 Beri obat-obatan  sesuai program
 Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum
 Ukur vital sign secara periodik

Tindakan manipulasi lingkungan


 Libatkan dalam makan bersama
 Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering
 Berikan reinforcement positif  setiap Klien berhasil melakukan suatu tindakan
 Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis, Ed.9.

Jakarta: EGC

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta : EGC .

Anna Budi Keliat, SKp. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,

Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Fitria,Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan

Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai