Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI, AKTIFITAS FISIK, DAN GAYA

HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA POLISI


DI POLRESTA PONTIANAK
1 2 2
Sally Mustika Sarifah , Indah Budiastutik dan Andri Dwi Hernawan, SKM, M.Kes (Epid)

1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2014. mail :
salymustika@yahoo.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

ABSTRAK

Hipertensi Penyakit terbanyak di Kota Pontianak pada tahun 2010 sebesar 28,083%, tahun 2011
sebesar 29,389%, dan pada tahun 2012 hipertensi sebesar 27,281%. Menurut data RS. Bhayangkara
jumlah kejadian hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak sebesar 54 orang sedangkan di Polsek
Sanggau terdapat 35 orang yang mengalami hipertensi sehingga, dari data tersebut polisi yang mengalami
hipertensi paling tinggi terdapat di Polreta Pontianak. Hasil surve pendahuluan pada 15 orang polisi di
Polresta Pontianak dengan melakukan pengukuran tekanan darah diperoleh polisi yang Hipertensi
sebanyak 5 orang (33%), yang pra-hipertensi sebanyak 6 orang (40%) orang sedangkan yang normal
sebanyak 4 orang (27%). Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
asupan gizi, aktifitas fisik, dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pada polisi Polresta di
Pontianak.
Jenis penelitian observasional analitik penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross
sectional). Jumlah Sampel yang digunakan berjumlah 79 sampel. Uji yang digunakan adalah uji Chi
Square dengan taraf signifikan 95%.
Berdasarkan analisis bivariat dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada hubungan antara asupan
natrium (p= 0,000), asupan lemak (0,004), asupan serat (p=0,009), asupan gula (p=0,000), aktivitas
fisik (p=0,000), merokok (p=0,037), lama tidur (p=0,001) dengan kejadian hipertensi polisi Polresta
Pontianak dan tidak ada hubungan antara kopi (p= 0,106) dengan kejadian hipertensi polisi Polresta
Pontianak
Diharapkan pihak Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Polresta Pontianak untuk dapat berkerja
sama dengan melakukan penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi dan bagi polisi polresta Pontianak
untuk selalu berprilaku hidup sehat seperti selalu makan-makanan beragam dan seimbang, selalu
berolahraga secara rutin, tidak merokok dan mempunyai waktu tidur yang cukup

Kata kunci : Asupan Zat Gizi, Aktifitas Fisik, Gaya Hidup, Hipertensi

LATAR BELAKANG (JNC7, 2003). Menurut Joint National


Committee on Prevention, Detection,
Hipertensi atau penyakit darah tinggi Evaluation, and Treatment on High Blood
adalah suatu gangguan pada pembulu darah Pressure VII (JNC-VII), hampir 1 milyar
yang mengakibatkan suplai oksigen dan orang menderita hipertensi di dunia. Menurut
nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat laporan World Health Organization (WHO),
sampai ke jaringan tubuh yang hipertensi merupakan penyebab nomor 1
membutuhkannya (Sustrani, dkk, 2006). k e m a t i a n d i d u n i a . Wo r l d H e a l t h
Batas normal tekanan darah adalah 120-140 Organization South East Asia Region (WHO
sistolik dan 80-90 mmHg diastolik, sehingga SEARO) hipertensi menyebabkan 8 juta
seseorang dikatakan hipertensi apabila orang meninggal setiap tahun diantara
tekanan darah terbaca di atas 140/90 mmGh penduduk dunia dan hampir 1,5 juta

138 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


kematian terjadi di kawasan Asia Tenggara Penyebab hipertensi : Hipertensi
(WHO, 2011). esensial/primer. Hipertensi primer adalah
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar hipertensi yang tidak diketahui pasti apa
(Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa penyebabnya. Faktor yang menyebabkan
prevalensi hipertensi di Indonesia hipertensi primer yaitu obesitas, merokok,
berdasarkan pengukuran tekanan darah alkohol, stres dan Hipertensi sekunder.
sangat tinggi, yaitu 31,7 persen dari total Hipertensi sekunder adalah penyebabnya
penduduk dewasa atau satu di antara 3 hipertensi yang diketahui, dikarenakan
penduduk memiliki hipertensi. Menurut terjadinya kelainan pada pembulu darah,
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, ginjal, mengalami ngangguan kelenjar tiroid
hipertensi masuk kedalam 10 penyakit (hipertiroid), menderita penyakit kelenjar
terbanyak pada urutan ke delapan sebesar adrenal (hiperaldosteronisme) (Isnawati,
8%, pada pasien rawat jalan di rumah sakit dkk, 2009).
Indonesia pada tahun 2010. Surveilans Pekerjaan yang turut mempengaruhi
Terpadu Penyakit di Kalimantan Barat pada risiko seseorang terkena hipertensi adalah
tahun 2010, hipertensi masuk kedalam 4 polisi (Davila dalam Bararah, 2012). Polisi
penyakit terbanyak sebesar 13 %, sedangkan mengalami stres, pola makan yang salah,
pada tahun 2011 hipertensi juga masih gaya hidup yang tidak sehat yang dapat
menduduki urutan ke 4 penyakit terbanyak di menyebabkan polisi memiliki faktor risiko
Kalimantan Barat sebesar 10 %. terhadap penyakit hipertensi yang saat ini
Berdasarkan data Dinas Kesehatan merupakan penyakit yang bukan hanya,
Kota Pontianak menunjukan penyakit menurunkan produktifitas dan aktifitas tetapi
hipertensi dalam sepuluh penyakit terbanyak juga menimbulkan kesakitan.
yang diderita masyarakat yang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasikan adanya beban ganda mengetahui hubungan antara asupan zat gizi,
kesakitan bukan hanya penyakit menular aktifitas fisik, dan gaya hidup dengan
tetapi penyakit tidak menular yaitu kejadian hipertensi pada polisi di Polresta
hipertensi. Pada 3 tahun terakhir penyakit Potianak
hipertensi berturut-turut masuk ke dalam
sepuluh besar penyakit terbanyak di Kota METODOLOGI PENELITIAN
Pontianak pada tahun 2010 sebesar 28,083%,
tahun 2011 sebesar 29,389%, dan pada tahun Dalam penelitian ini desain yang
2012 hipertensi sebesar 27,281%. Menurut digunakan adalah observasional analitik
data RS. Bhayangkara jumlah kejadian dengan pendekatan cross sectional atau
hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak potong lintang. Cross sectional merupakan
sebesar 54 orang sedangkan di Polsek suatu penelitian yang mengobservasi dan
Sanggau terdapat 35 orang yang mengalami mencari hubungan antara variabel bebas dan
8
hipertensi sehingga, dari data tersebut polisi variabel terikat pada saat bersamaan .
yang mengalami hipertensi paling tinggi Variabel bebas pada penelitian ini adalalah
terdapat di Polreta Pontianak. asupan natrium, asupan lemak, asupan serat,

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 139


Merokok
asupan gula, aktifitas fisik (Olahraga),
Kebiasaan Merokok 64 81,0
kebiasaan merokok, minum kopi dan lama Kebiasaan Tidak merokok 15 19,0
Total 79 100
tidur sedangkan variabel terikat pada
penelitian ini adalah hipertensi. Banyaknya Kopi

sampel dalam penelitian ini berjumlah 79 Minum Kopi 47 59,5


Tidak minum kopi 32 40,5
responden. Total 79 100
Analisis data dalam penelitian ini Lama tidur n %
Tidak cukup 31 39.2
mencakup analisa univariat dan bivariat. Cukup 48 60,8
Analisis univariat dilakukan untuk Total 79 100
Hipertensi
mengambarkan distribusi dan persentase Hipertensi 32 40,5
dari variabel bebas dan variabel terikat, Tidak hipertensi 47 59,5
Total 79 10
sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara WHO menganjurkan konsumsi garam
variabel bebas dengan variabel terikat. Pada dapur dengan jumlah 6 gram / 2400 mg
analis bivariat akan dilakukan pengujian perhari (Almatsier, 2008). Distribusi
data secara statistik untuk melihat ada frekuensi responden asupan natrium pada
tidaknya hubungan antara dua variabel. Uji polisi di polresta pontianak diperoleh
statistik yang digunakan dalam penelitian ini proporsi yang responden dikategorikan
adalah uji melalui uji Chi Square dengan mengkonsumsi natrium cukup 58 responden
tingkat kepercayaan 95% dan level (73,4%) .
signifikan 5%. Kebutuhan lemak perhari sebesar 15-30
% dari total kebutuhan energi, kebutuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut paling banyak 10 persen berasal dari
lemak jenuh dan 3-7 persen lemak tidak
Analisa Univariat jenuh dan konsumsi kolesterol kurang dari
Asupan Natrium F % 300 mg sehari (Depkes RI, 2010). Distribusi
Berlebih 21 26,6 frekuensi responden diperoleh proporsi
Cukup 58 73,4
Total 79 100 responden yang dikategorikan
Asupan Lemak mengkonsumsi lemak berlebih 33 responden
Berlebih 33 41,8
Cukup 46 58,2 (41,8 %).
Total 79 100 Kebutuhan asupan serat perhari yaitu
Asupan Serat
Tidak cukup
20-30 gr (Depkes RI, 2010). Distribusi
52 65,8
Cukup 27 34,2 frekuensi responden diperoleh terbanyak
Total 79 100
Asupan Gula
proporsi responden terbanyak yang
Berlebih 27 34,2 dikategorikan mengkonsumsi serat tidak
Cukup 52 65,8
Total 79 100
cukup 52 responden (65,8 %).
Aktifitas fisik Konsumsi gula dibatasi sampai 5% dari
Tidak olahraga 28 35,4
Olahraga
jumlah kecukupan energi atau sekitar 4
51 64,6
Total 79 100 sendok makan setiap hari (Azwar, 2002).
Distribusi frekuensi responden diperoleh

140 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


proporsi terbanyak responden dikategorikan yang membutuhkannya (Sustrani, dkk,
yang mengkonsumsi gula cukup 52 2006). Batas normal tekanan darah adalah
responden (65,8 %). 120-140 sistolik dan 80-90 mmHg diastolik,
Kegiatan latihan fisik sehari-hari yang sehingga seseorang dikatakan hipertensi
dilakukan seseorang secara teratur agar dapat apabila tekanan darah terbaca diatas 140/90
memberikan kebugaran jasmani dalam mmHg (JNC7, 2003). Distribusi frekuensi
seminggu minimal 30- 45 menit responden diperoleh proporsi responden
menit/3-4 kali seminggu (Depkes RI, terbanyak yang dikategorikan tidak
2008). Distribusi Frekuensi Responden hipertensi sebesar 47 (59,5%).
diperoleh proporsi terbanyak
responden yang dikategorikan Analisi Bivariat
berolahraga 51 responden (64,6%). Kategori Hipertensi
P RP CI
Distribusi frekuensi responden Tidak
Total
value 95%
Natrium Hipertensi
Hipertensi
merokok diperoleh proporsi terbanyak
n % n % %
responden dikategorikan kebiasaan Berlebih
17 81 4 19 21 100 3,130
merokok 64 responden (81,0 %). 0,000 (1,932-
5,072)
Cukup 15 25,9 43 74,1 58 100
Orang yang minum kopi 1-2 Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100

cangkir per hari meningkatkan risiko


Asupan lemak
hipertensi 4,11 kali lebih tinggi
Berlebih 20 60,6 13 39,4 33 100
2,323
dibanding dengan orang yang tidak Cukup 12 26,1 34 73,9 46 100 0,004 (1,329-
4,062)
diperoleh proporsi responden Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100
Asupan serat
dikategorikan minum kopi sebesar 47 Tidak
27 51,9 25 48,1 52 100
cukup
(59,5 %). Distribusi frekuensi 2,804
Cukup 5 18,6 22 81,5 27 100 0,009 (1,219-
responden diperoleh proporsi Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100
6,451)

responden yang dikategorikan minum Asupan gula

Berlebih
kopi sebesar 47 (59,5 %). 24 88,9 3 11,1 27 100
5,778
0,000 (3,013-
Tidur adalah memulihkan Cukup 8 15,4 44 84,6 52 100 11,081)

kestabilan, memulihkan badan dan Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100

Aktifitas fisik
membantu untuk berpikir lebih baik. Tidak
24 85,7 4 14,3 28 100
olahraga 5,464(2,
Kebutuhan tidur pada orang dewasa 0,000 841-
Olahraga 10,509)
8 15,7 43 84,3 51 100
yaitu 6-8 jam (Rafknoledge, 2004). Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100
Distribusi frekuensi responden Kopi
Minum
diperoleh proporsi responden yang kopi
23 48,9 24 51,1 47 100
1,740
0,106 (0,930-
dikategorikan lama tidur sebesar 48 Tidak
3,254)
Minum 9 28,1 23 71,9 32 100
(60,8 %). Kopi
Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100
Hipertensi adalah suatu Merokok
Kebiasaan
gangguan pada pembulu darah yang Merokok
30 46,9 34 53,1 64 100 0,037

mengakibatkan suplai oksigen dan 3,516


Kebiasaan
2 13,3 13 86,7 15 100 (0,943-
nutrisi, yang dibawa oleh darah, Tidak
merokok
13,112)

terhambat sampai ke jaringan tubuh Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 141


Lama
tidur
antara lemak dengan kejadian
Tidak
20 64,5 11 35,5 31 100
cukup
0,001
2,581
(1,481-
hipertensi pada polisi di Polresta
Cukup 4,496)
12 25 36 75 48 100 Pontianak, dengan nilai RP =2,323
Jumlah 32 40,5 47 59,5 79 100
(1,329-4,062), hal ini menunjukan
bahwa prevalensi kejadian hipertensi
PEMBAHASAN disebabkan karena asupan lemak
berlebih 2,323 kali lebih besar dibandingkan
Hubungan antara asupan natrium dengan asupan lemak cukup. responden yang
dengan kejadian hipertensi pada polisi di mengalami hipertensi cenderung memiliki
Polresta Pontianak asupan lemak berlebih (60,6%) dibanding-
kan dengan responden yang memiliki asupan
Hasil uji analisi bivariat menggunakan lemak cukup (26,1%).
uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,000 Hasil penelitian Sugihartono (2007),
(< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan menunjukan bahwa mengkonsumsi lemak
antara asupan natrium dengan kejadian mempunyai risiko hipertensi sebesar 7,72
hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak kali dibandingkan orang yang tidak biasa
dengan nilai RP = 3,130 (1,932-5,072), hal mengkonsumsi lemak. Menurut penelitian
ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian Johnson, 2007 dalam Aisiyyah (2011) asupan
hipertensi disebabkan karena asupan natirum lemak dapat meningkatkan risiko 8,7 kali
berlebih 3,130 kali lebih besar dibandingkan lebih besar dibandingkan orang yang
dengan asupan natrium cukup. Responden mengkonsumsi lemak dalam jumlah rendah.
yang mengalami hipertensi cenderung
memiliki asupan natrium berlebih (81%) Hubungan antara asupan serat
lebih besar dibandingkan dengan responden dengan kejadian hipertensi pada polisi di
yang memiliki asupan natrium cukup Polresta Pontianak
(25,9%). Hasil uji analisi bivariat menggunakan
Berdasarkan penelitian Irza (2010), uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,009
ada hubungan antara mengkonsumsi natrium (< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan
jumlah tinggi dengan hipertensi dengan nilai antara asupan serat dengan kejadian
p value 0,034 dan risiko untuk menderita hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak
hipertensi bagi orang yang mengkonsumsi dengan nilai RP = 2,804 (1,219-6,451) hal ini
natrium atau garam dalam jumlah yang tinggi menunjukan bahwa prevalensi kejadian
adalah 5,6 kali lebih besar dibandingkan. hipertensi disebabkan karena asupan serat
berlebih 2,804 kali lebih besar dibandingkan
Hubungan antara lemak dengan dengan asupan serat kurang. Responden
kejadian hipertensi polisi Polresta yang mengalami hipertensi cenderung
Pontianak memiliki asupan serat tidak cukup (51,9%)
Hasil uji analisi bivariat menggunakan lebih besar dibandingkan dengan responden
uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,004 yang memiliki asupan serat cukup (18,6%).
(< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan Menurut Krisnatuti, (2005) dalam

142 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Sarasaty, (2011) serat pangan dapat antara aktivitas fisik dengan kejadian
membantu meningkatkan pengeluaran hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak
kolesterol melalui feces dengan jalan dengan nilai RP = 5,464 (2,841-10,509) hal
meningkatkan waktu transit bahan makanan ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian
melalui usus kecil. Konsumsi serat sayuran hipertensi disebabkan karena tidak
dan buah akan mempercepat rasa kenyang. berolahraga 5,464 kali lebih besar
Keadaan ini dapat mengurangi pemasukan dibandingkan dengan yang berolahraga.
energi dan obesitas, dan akhirnya akan Responden yang mengalami hipertensi
menurunkan risiko hipertensi. Menginggat cenderung tidak berolahraga (85,7%) lebih
ada hubungan antara asupan serat dan besar dibandingkan dengan responden yang
hipertensi maka diharapkan responden untuk berolahraga (15,7%).
mengkonsumsi serat dengan jumlah yang Penelitian ini sejalan dengan Anggara
cukup dikarenakan manfaat serat yang dapat (2013), ada hubungan yang bermakna antara
menurunkan resiko berat badan sehingga kebiasaan berolahraga dengan hipertensi
mengurangi faktor risiko dari hipertensi. dengan nilai p value 0,000 dan berolah raga
tidak teratur memiliki risiko hipertensi,
Hubungan antara asupan gula dengan RP sebesar 44,1 kali dibandingkan
dengan kejadian hipertensi pada polisi di dengan orang yang memiliki kebiasaan olah
Polresta Pontianak raga teratur.
Hasil uji analisi bivariat menggunakan
uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,000 Hubungan antara kebiasaan
(< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan merokok terhadap dengan hipertensi
antara asupan gula dengan kejadian polisi Polresta Pontianak.
hipertensi pada polisi di Polresta Pontianak Hasil uji analisi bivariat menggunakan
dengan nilai RP = 5,778 (3,013-11,081), hal uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,037
ini menunjukan bahwa prevalensi kejadian (< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan
hipertensi disebabkan karena asupan gula antara merokok dengan kejadian hipertensi
berlebih 5,778 kali lebih besar dibandingkan pada polisi di Polresta Pontianak dengan
dengan asupan gula cukup. Responden yang nilai RP = 3,516 (0,943-13,112), hal ini
mengalami hipertensi cenderung memiliki menunjukan bahwa prevalensi kejadian
asupan gula berlebih (88,9%) lebih besar hipertensi disebabkan karena merokok 3,516
dibandingkan dengan responden yang kali lebih besar dibandingkan dengan yang
memiliki asupan gula cukup (15,4%). tidak merokok. Responden yang mengalami
hipertensi cenderung kebiasaan merokok
Hubungan antara aktifitas fisik (46,9%) lebih besar dibandingkan dengan
(Olahraga) dengan kejadian hipertensi yang kebisaan tidak merokok (13,3%).
polisi Polresta Pontianak. Penelitian Anggara (2013)
Hasil uji analisi bivariat menggunakan menunjukan kebiasaan merokok dengan
uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,000 hipertensi terdapat ada hubungan, dengan
(< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan nilai p value 0,000 dan resiko menderita

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 143


hipertensi bagi orang yang menghisap rokok menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur
adalah 8,1 kali lebih besar dibandikan orang rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00
yang tidak menghisap rokok. keesokan harinya. Tidur yang tidak adekuat
dan kualitas tidur yang buruk dapat
Hubungan antara minum kopi mengakibatkan gangguan keseimbangan
terhadap dengan hipertensi polisi Polresta fisiologis dan psikologi. Dalam fisiologi
Pontianak. meliputi penurunan aktifitas sehari hari, rasa
Hasil uji analisi bivariat menggunakan capai, lemah, proses penyembuhan lambat
uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,106 daya tahan tubuh menurun dan ketidak-
(> 0,05) maka disimpulkan tidak ada stabilan tanda tanda vital. Sedangkan
hubungan antara minum kopi dengan dampak psikologis meliputi depresi cemas
kejadian hipertensi pada polisi di Polresta dan tidak konsentrasi (Briones, 1996 dalam
Pontianak. Responden yang minum kopi Noviani, dkk, 2011).
(48,9%) dibandingkan dengan responden
yang tidak minum kopi (28,1%). KESIMPULAN

Hubungan antara lama tidur 1. Ada hubungan antara asupan natrium


dengan kejadian hipertensi polisi pada dengan kejadian hipertensi polisi
Polresta di Pontianak. Polresta Pontianak dengan nilai p value
Hasil uji analisi bivariat menggunakan =0,000 (< 0,05) dan RP = 3,130 (1,932-
uji Chi Square diperoleh nilai p value =0,001 5,072).
(< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan 2. Ada hubungan antara asupan lemak
antara lama tidur dengan kejadian hipertensi dengan kejadian hipertensi polisi
pada polisi di Polresta Pontianak dengan Polresta Pontianak dengan nilai p
nilai RP = 2,581 (1,481-4,496) hal ini value =0,004 (< 0,05) dan RP =2,323
menunjukan bahwa prevalensi kejadian (1,329-4,062).
hipertensi disebabkan karena tidak cukup 3. Ada hubungan antara asupan serat
tidur 2,581 kali lebih besar dibandingkan dengan kejadian hipertensi polisi
dengan cukup tidur. Responden yang Polresta Pontianak dengan nilai p
mengalami hipertensi cenderung lama tidur value =0,009 (< 0,05) dan RP = 2,804
tidak cukup (64,5%) lebih besar (1,219-6,451).
dibandingkan dengan responden cukup tidur 4. Ada hubungan antara asupan gula
(25%). dengan kejadian hipertensi polisi
Salah satu fungsi tidur yang paling Polresta Pontianak dengan nilai p value
utama adalah untuk memungkinkan sistem = 0,000 (< 0,05) dan RP = 5,778
syaraf pulih setelah digunakan selama satu (3,013-11,081).
hari. Dalam The World Book Encyclopedia, 5. Ada hubungan antara aktivitas fisik
dikatakan tidur memulihkan energi kepada dengan kejadian hipertensi polisi
tubuh, khususnya kepada otak dan sistem Polresta Pontianak dengan nilai p value
syaraf. Beberapa penelitian yang = 0,000 (< 0,05) dan RP = 5,464(2,841-

144 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


10,509). 5. Diharapkan bagi Polisi Polresta
6. Ada hubungan antara merokok dengan Pontianak untuk tidak merokok.
kejadian hipertensi polisi Polresta 6. Melakukan kegiatan olahraga seecara
Pontianak dengan nilai dengan nilai p teratur minimal 30-40 menit, 3-4
value =0,037 (< 0,05) dan RP =3,516 kali/minggu.
(0,943-13,112). 7. Tidur secara cukup dalam perhari
7. Tidak ada hubungan antara kopi sebanyak 6-8 jam dengan cara
dengan kejadian hipertensi polisi mengatur shif kerja secara bergantian.
Polresta Pontianak
Bagi Peneliti Selanjut
SARAN Diharapkan peneliti selanjutnya
meneliti dengan metode penelitian case
Bagi Dinas Kesehatan control, meneliti faktor keturunan, jenis
Diharapkan pihak Dinas Kesehatan kelamin, obesitas, konsumsi alkohol dan
bekerja sama dengan Polresta Pontianak pada peneliti selanjutnya menggunakan
untuk melakukan penyuluhan mengenai media ukur food model tiga dimensi.
pencegahan hipertensi dan juga pengecekan
tekanan darah secara berkala. DAFTAR PUSTAKA

Bagi Polisi Anggara, D.H.F, Dkk. 2013.Faktor-Faktor


Diharapkan bagi polisi Polresta Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Pontianak untuk: Darah Di Puskesmas Telaga Murni,
1. Mengkonsumsi Natrium dengan cukup Cikarang Barat Tahun 2012.Jurnal.
sebesar 2400 mg perhari dengan Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi
mengurangi konsumsi makanan yang Ilmu Kesehatan Mh. Thamrin Jakarta
banyak mengandung natrium seperti Timur. Jakarta Timur.
ikan asin,telur asin, mie instan Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang
sehingga dapat mengurangi faktor Berhubungan Dengan Kejadian
resiko terjadinya hipertensi. Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat
2. Mengkonsumsi lemak sebesar 10-30% Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
perhari dengan mengurangi makanan Bangkinang Periode Januari Sampai
yang banyak mengandung lemak Juni 2008. Jurnal. Faculty of
seperti makanan berminyak dan Medicine-University of Riau,
jeroan. Pekanbaru, Riau.
3. Mengkonsumsi serat secara cukup
Departemen Gizi dan Kesmas. 2012. Gizi
sebesar 20 gram perhari dengan makan
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
sayur, buah dan kacang-kacangan .
P T. R a j a G r a f i n d o P e r s a d a .
4. Mengkonsumsi gula sebanyak 3-4
Departemen Gizi dan Kesmas. 2012.
sendok perhari.
Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 145


Dinkes Provinsi Kalbar. 2010. Profil Kemenkes RI, 2011. ProfilKesehatan
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. I n d o n e s i a T a h u n
Pontianak :Dinkes Provinsi Kalbar. 20110.Jakarta:Kementrian Kesehatan
___, 2011. Profil Kesehatan Provinsi Republik Indonesia.
Kalimantan Barat. Pontianak :Dinkes _____, 2012. Profil Kesehatan Indonesia
Provinsi Kalbar. Tahun 2011. Jakarta : Kementrian
___, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kesehatan Republik Indonesia.
Kalimantan Barat. Pontianak :Dinkes Sugiharto, E. 2007.Faktor-FaktorRisiko
Provinsi Kalbar. Hipertensi Grade Ii Pada Masyarakat
Depkes RI, 2007,Laporan Hasil Riset (StudiKasus Di Kabupaten
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Karanganyar). Tesis. Program Studi
Indonesia Tahun2007. Jakarta: Magister Epidemiologi Program
Balitbangkes Depkes RI. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang. Semarang.
_____, 2008. Panduan Promosi Perilaku
Tidak Merokok. Jakarta: Pusat Promosi Sarasaty, F.R. 2011. Faktor-Faktor Yang
Kesehatan Depkes RI. Berhubungan Dengan Hipertensi Pada
Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Resiko
Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota
Hipertensi Pada Masyarakat Nagari
Tangerang Selatan Tahun 2011.
BungoTanjung Sumatra Barat. Skripsi.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra
Kesehatan Universitas Islam Negeri
Utara. Medan.
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

146 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Anda mungkin juga menyukai