Anda di halaman 1dari 84

KONVERSI SATUAN UKURAN RUMAH TANGGA (URT) KE DALAM

SATUAN BERAT (GRAM) DAN KANDUNGAN ZAT GIZI PADA


KUE DAN GORENGAN YANG DIJUAL DI KAMPUS
USU DAN SEKITARNYA
TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH
RAHMI AMELIA LUBIS
NIM : 141000407

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KONVERSI SATUAN UKURAN RUMAH TANGGA (URT) KE DALAM
SATUAN BERAT (GRAM) DAN KANDUNGAN ZAT GIZI PADA
KUE DAN GORENGAN YANG DIJUAL DI KAMPUS
USU DAN SEKITARNYA
TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
RAHMI AMELIA LUBIS
NIM : 141000407

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Konversi

Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam Satuan Berat (Gram) dan

Kandungan Zat Gizi pada Kue dan Gorengan yang dijual di Kampus USU

dan Sekitarnya Tahun 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya

saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Juli 2018


Yang membuat pernyataan,

Rahmi Amelia Lubis

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Penggunaan Ukuran Rumah Tangga (URT) tidak semua daerah


mempunyai ukuran yang sama dalam mengukur makanan yang dapat
mempengaruhi penilaian kecukupan konsumsi makanan. Kue dan gorengan
merupakan makanan jajanan yang disukai oleh mahasiswa, sehingga tingkat
konsumsi pada kue dan gorengan yang berlebih dapat menimbulkan
ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan kebutuhan
tubuh, Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi gizi dan membuat
daftar konversi satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam satuan berat
(gram) pada jenis kue dan gorengan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di kantin
Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya pada bulan Februari hingga Mei 2018,
data yang dikumpulkan terdiri dari jenis kue dan gorengan serta beratnya yang
sebelumnya telah ditelusuri bahan dasar pembuat kue dan gorengan dengan cara
melakukan wawancara dengan pedagang.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 49 jenis kue dan gorengan
dengan satuan Ukuran Rumah Tangga yang digunakan potong, porsi dan buah.
Jumlah satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) dalam satuan berat (gram) pada
berbagai jenis makanan berdasarkan zat gizi yang diteliti tidak semuanya
memiliki nilai berat yang sama / konsisten.
Diharapkan ada penelitian selanjutnya yang menambah jumlah jenis kue
dan gorengan yang bukan hanya di wilayah kampus USU dan sekitarnya yang
belum didapatkan dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Konversi, Ukuran Rumah Tangga (URT), Kandungan Zat Gizi.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Use of Household Size (URT) does not all regions have the same measurements in
measuring foods that may affect the adequacy of food consumption. Snacks and
fried foods are the preferred snack foods for students, so that the excessive
consumption of cakes and fried foods can lead to an imbalance between the
amount of calories consumed and the body's needs. The objective of the study is to
obtain nutritional information and make a conversion list of the unit of Household
Size (URT) into units of weight (grams) on the types of cakes and fried foods.
This study is a descriptive study conducted in the canteen of North Sumatra
University and surrounding areas in February to May 2018, the data collected
consisted of the types of cakes and fried foods as well as the weight that has been
traced to the basic ingredients of cake and fried bakers by way of interviews with
traders.
The results of this study indicate there are 49 types of cakes and fried with units of
Household Size used cut, portion and fruit. The number of units of Household Size
(URT) in units of weight (grams) of various foods based on the nutrients studied
do not all have the same / consistent weight score.
It is expected that further research will increase the number of types of cakes and
fried foods not only in USU and surrounding campus areas that have not been
obtained in this study.

Keywords: Conversion, Household Size, Nutrient Content.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga

(URT) ke dalam Satuan Berat (Gram) dan Kandungan Zat Gizi pada Kue

dan Gorengan Yang Dijual di Kampus USU dan Sekitarnya Tahun 2018”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, perbaikan, dan saran dalam penyempurnaan

skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

6. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Seluruh Dosen beserta Staf Pegawai di FKM USU yang telah

memberikan bekal ilmu dan bersedia memberikan kritik juga saran demi

kesempurnaan tulisan ini.

8. Bapak dan Ibu pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam mengurus segala

administrasi,.

9. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ayahanda Ir. Tajuddin Lubis,

MMA dan Ibunda Syafrida Nasution, terima kasih yang tak terhingga

atas doa, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusannya dalam

mendampingi penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya serta abangnda Abdul Rahman

Lubis, SPd dan abangnda Muhammad Nur Lubis, SPd yang selalu

mampu menjadi tempat beristirahat dan melepas penat yang luar biasa

hingga penyelesaian skripsi.

10. Sahabat terbaik peneliti Ebana Jeremia Sitepu yang telah membuat saat-

saat yang biasa menjadi istimewa, yang selalu mendorong penulis untuk

maju, yang sudah bersedia mendengarkan keluh kesah penulis, yang

sudah bersedia untuk peduli, yang tidak bersikap menghakimi, yang

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
telah mempercayai penulis, yang telah sabar dan memaafkan saat

penulis menyakiti dan yang paling penting terima kasih karena tidak

pernah berpura-pura menjadi orang lain dihadapan penulis.

11. Sahabat – sahabat yang telah bersama sejak awal perkuliahan di FKM

USU, Lady Diana, Afna Zeinerisha S Munthe, Yuliana Silvi, Widya

Feronica, Sadikin Saragih, Ivan Christian, yang telah membantu dan

menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman di Pengalaman Belajar Lapangan Desa Pematang Cermai

Kecamatan Tanjung Beringin Yogie Fajar Putra S, Adellia Shaffenia

Sinar Nasution, Kezia Hasian Pakpahan, Dita Dwi Utami, Hafizha

Annisa Lubis serta teman-teman Latihan Kerja Peminatan di RS

Pendidikan USU Dian Afriyeni dan Annisa Syafitri Hasibuan atas

kebersamaannya dalam memberikan pengalaman yang berharga bagi

penulis dan berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Teruntuk Pika Asyera Br. Sinulingga, SKM yang sudah mendahului

penulis dan Khusnul Khotimah yang tetap berjuang dengan

perkuliahannya terimakasih karena sudah menjadi bagian dari hidup

penulis.

14. Seluruh teman – teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat,

semangat kalian luar biasa dahsyatnya.

15. Semua pihak yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas

bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akhir kata, semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan kasihNya

kepada kita dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

seluruh pihak.

Medan, Juli 2018


Penulis

Rahmi Amelia Lubis

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7


2.1 Ukuran Rumah Tangga (URT) ............................................................ 7
2.2 Penilaian dan Survei Konsumsi Pangan .............................................. 8
2.3 Kue dan Gorengan sebagai Makanan Jajanan ...................................... 13
2.4 Kerangka Konsep ................................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 25


3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 25
3.2.1 Lokasi Penelitian……………………………………………….. 25
3.2.2 Waktu Penelitian……………………………………………….. 25
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 25
3.3.1 Populasi .................................................................................... 25
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 26
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 26
3.5 Defenisi Operasional ............................................................................ 26
3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data .................................................... 27

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................. .................................. 28
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. ..................................... 28
4.2 Jenis Kue dan Gorengan di Wilayah Kampus USU ……. ................... 29
4.3 Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (Gram) pada Gorengan.. 30
4.4 Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (Gram) pada Kue …. .. 32
4.5 Kandungan Zat Gizi pada Jenis Gorengan dan Kue ………… ........... 34
4.5.1 Kandungan Energi pada Gorengan dan Kue ……….. ............. 35
4.5.2 Kandungan Karbohidrat pada Gorengan dan Kue ……… ....... 36
4.5.3 Kandungan Protein pada Gorengan dan Kue ……………… .. 38
4.5.4 Kandungan Lemak pada Gorengan dan Kue ……………… ... 41
4.5.5 Kandungan Serat pada Gorengan dan Kue …………………. . 42

BAB V PEMBAHASAN …………………………………………………… 45


5.1 Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (gram) ……………….. 45
5.3 Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (gram) pada Gorengan .. 46
5.4 Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (gram) pada Gorengan .. 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 55

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (Gram)
pada Berbagai Jenis Gorengan sebagai Makanan Selingan.....31

Tabel 4.2 Hasil Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (Gram)
pada Berbagai Jenis Gorengan sebagai Pendamping
Makanan...............................................................................31

Tabel 4.3 Hasil Konversi Satuan URT ke dalam Satuan Berat (Gram)
pada Berbagai Jenis Kue................. ......................................... 33

Tabel 4.4 Kandungan Energi pada Beberapa Jenis Gorengam................. 35

Tabel 4.5 Kandungan Energi pada Beberapa Jenis Kue................. ......... 36

Tabel 4.6 Kandungan Karbohidrat pada Beberapa Jenis


Gorengan................. ................................................................. 37

Tabel 4.7 Kandungan Karbohidrat pada Beberapa Jenis Kue................. . 38

Tabel 4.8 Kandungan Protein pada Beberapa Jenis Gorengan................. 39

Tabel 4.9 Kandungan Protein pada Beberapa Jenis Kue................. ........ 40

Tabel 4.10 Kandungan Lemak pada Beberapa Jenis Gorengan................. 41

Tabel 4.11 Kandungan Lemak pada Beberapa Jenis Kue................. ......... 42

Tabel 4.12 Kandungan Serat pada Beberapa Jenis Gorengan................. ... 43

Tabel 4.13 Kandungan Serat pada Beberapa Jenis Kue................. ............ 44

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian................. ................................... 25

Gambar 3.1 Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penelitian….............28

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian

Lampiran 3. Master Data

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rahmi Amelia Lubis, dilahirkan pada tanggal 31 Maret

1997 di Medan. Beragama Islam, dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara

dari pasangan Tajuddin Lubis dan Ibunda Syafrida Nasution. Alamat penulis

berada di Jalan Puskesmas No. 478 / 05 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK)

Fatumaturridha pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2002, penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 104203 Medan pada tahun 2002 dan

selesai pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 35 Medan pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011,

kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 11 Medan pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2014

penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai

pada tahun 2018.

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat

diperkirakan terus meningkat karena terbatasnya waktu anggota keluarga untuk

mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan

mudah didapat, serta cita rasa yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan

masyarakat.

Kue dan gorengan adalah salah satu makanan jajanan (street food) yang

dijual di kaki lima. Kue dan gorengan memiliki rasa enak, gurih serta harga yang

sangat terjangkau. Kue dan gorengan di Indonesia memiliki berbagai macam

bentuk dan bahan dasar tetapi biasanya komposisi bahan yang ada dalam kue dan

gorengan adalah tepung. Kue dan gorengan memberikan kenikmatan, sehingga

beberapa orang mengonsumsi makanan ini secara berlebih.

Berlebihnya kue dan gorengan yang dikonsumsi akan menimbulkan

ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan kebutuhan

tubuh. Jika makanan yang dimakan banyak mengandung karbohidrat dan lemak,

maka karbohidrat dan lemak dapat memicu obesitas. Untuk mengetahui atau

merancang apakah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang sesuai (tidak

berlebih tidak kekurangan) dengan kebutuhannya atau tidak, dibutuhkan penilaian

konsumsi pangan.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Penilaian konsumsi pangan merupakan salah satu cara yang biasa

dilakukan oleh ahli gizi yang bertujuan untuk mengukur apakah makanan yang

dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan atau tidak, jika hasilnya tidak sesuai dengan

kebutuhan, maka kemungkinan terjadi kekurangan dan kelebihan gizi yang sangat

besar.

Informasi tentang konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei

konsumsi pangan di rumah tangga. Tujuan dilaksanakan survei konsumsi

makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan, dan gambaran tingkat

kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan

perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Survei konsumsi pangan

dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau jenis makanan yang

dikonsumsi.

Secara umum tujuan survei konsumsi adalah untuk mengetahui kebiasaan

makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat

individu, rumah tangga dan kelompok/masyarakat serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dari berbagai metode survei konsumsi gizi, metode yang

paling sering digunakan di lapangan adalah metode recall 24 jam. Salah satu

kesulitan dalam menggunakan metode recall 24 jam adalah ketika memerlukan

konversi dari Ukuran Rumah Tangga (URT) kedalam ukuran berat (gram).

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa dalam melakukan recall 24 jam

banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain : ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, ketelitian alat

timbang makanan, daftar komposisi makanan yang tidak sesuai dengan makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

yang dikonsumsi responden dan interpretasi hasil yang tidak tepat, diperlukan

ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah

dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua

makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga

(Widajanti, 2009).

Menurut Nurhamidi dkk. (2014), komponen penyusun jenis bahan

konsumsi pangan sangat menentukan karakteristik jenis bahan pangan.Volume

dan berat bahan makanan sangat menentukan karakteristik bahan pangan tersebut .

Beragamnya unsur dan jumlah penyusun yang membentuk suatu bahan makanan

menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi tidak tetap.

Ukuran/takaran bahan makanan yang umum dan dipahami oleh semua

orang disebut URT. Tidak mungkin semua bahan makanan tersebut ditulis dan

diterjemahkan dengan menggunakan satuan gram. Sehingga perlu konversi dari

gram ke satuan ukuran rumah tangga yang mudah untuk dipahami.

Ketepatan nilai konversi satuan URT sangat diperlukan. Kenyataan

membuktikan bahwa tidak setiap rumah tangga mempunyai alat ukur seperti

timbangan, sangat praktis dan cepat apabila untuk menaksir jumlah pangan

menggunakan daftar URT (Hardinsyah & Briawan 1994). Semakin lengkap daftar

URT semakin mudah untuk menaksir berat pangan yang dibeli atau dikonsumsi.

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa dalam melakukan

konsumsi makanan banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: ketidaksesuaian dalam menggunakan

alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas

pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan yang tidak

sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden dan interpertasi hasil yang

kurang tepat. Hal yang paling penting dalam pengukuran adalah jumlah konsumsi

makanan individu ditanyakan dengan teliti dengan menggunakan Ukuran Rumah

Tangga (sendok, gelas, piring, kaleng susu, tempurung dan lain-lain) atau ukuran

lain yang digunakan sehari-hari.

Makanan selingan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yaitu

kue dan gorengan, terutama daerah Sumatera Utara. Kue dan gorengan ini

memang tidak pernah sepi dari masyarakat Sumatera Utara. Kue dan gorengan

menjadi makanan yang banyak diminati oleh berbagai kalangan baik dari anak-

anak maupun orang dewasa. Selain itu, penikmat kue dan gorengan tidak

ditentukan oleh status sosial sekalipun, soal harga tidak menjadi patokan, kue dan

gorengan bisa dibeli dengan harga yang sangat terjangkau. Selain itu, kue dan

gorengan tidak kenal oleh waktu atau musim, seringkali kue dan gorengan

dijadikan sebagai makanan selingan, atau dipesan untuk acara hajatan.

Jenis kue dan gorengan yang dijual di kampus USU dan sekitarnya masih

belum memiliki daftar konversi satuan URT ke dalam satuan berat (gram) serta

kandungan zat gizinya. Permasalahan di atas membuat penulis tertarik untuk

membuat daftar konversi satuan URT ke berat (gram) serta kandungan zat gizi

pada jenis kue dan gorengan yang dijual dilingkungan kampus Universitas

Sumatera Utara (USU) sehingga akan mempermudah untuk menaksir berat

pangan yang dibeli atau dikonsumsi seseorang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.2 Rumusan Masalah

Belum ada daftar konversi satuan URT ke dalam satuan berat (gram) serta

kandungan zat gizi pada jenis kue dan gorengan yang dijual di kampus

Universitas Sumatera Utara (USU) dan sekitarnya.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi gizi dan membuat daftar konversi satuan

URT ke dalam satuan gram pada jenis kue dan gorengan yang dijual di kampus

Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menyusun daftar konversi satuan URT ke dalam satuan gram pada

jenis kue dan gorengan yang terdapat dalam di kampus Universitas

Sumatera Utara (USU) dan sekitarnya.

2. Menganalisis informasi kandungan zat gizi yang terdapat di dalam

beberapa jenis kue dan gorengan yang ada di kampus Universitas

Sumatera Utara (USU) dan sekitarnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna

bagi para mahasiswa dalam melakukan kegiatan penilaian dan perencanaan

konsumsi pangan, khususnya dalam hal menaksir berat kue dan gorengan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

dikonsumsi. Sehingga kegiatan perencanaan dan penilaian konsumsi pangan dapat

dilakukan dengan mudah, serta mahasiswa dapat mengetahui kandungan zat gizi

yang ada pada jenis kue dan gorengan yang dijual di kampus Universitas

Sumatera Utara (USU) dan sekitarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ukuran Rumah Tangga (URT)

Ukuran Rumah Tangga adalah satuan jumlah bahan makanan atau

makanan yang dinyatakan dalam ukuran peralatan yang digunakan dirumah

tangga sehari-hari, seperti : piring, sendok, gelas, potongan, buah, ikat, dan

sebagainya. Daftar URT digunakan dalam menaksirkan jumlah bahan makanan

jika ingin mengonversi dari URT kedalam ukuran berat (gram) dan ukuran

volume (liter). Pada umumnya URT untuk setiap daerah dan rumah tangga

berbeda-beda. Oleh sebab itu, sebelum menggunakan daftar URT perlu dilakukan

koreksi sesuai dengan URT yang digunakan. Terutama untuk ukuran-ukuran

potong, buah, butir, iris, bungkus, biji, batang, ikat dan lain-lainnya, sehingga

informasi dan pencatatan harus dilengkapi dengan besar/kecil ukuran bahan

makanan atau makanan tersebut (Supariasa dkk. 2016).

Untuk memudahkan menggunakan daftar URT maka bahan makanan

dalam daftar dinyatakan dalam URT. Cara ini cukup praktis untuk dipakai dalam

pembuatan diet khusus, (Supariasa, 2016: 360). Daftar Ukuran Rumah Tangga

sering digunakan dalam perencanaan konsumsi pangan dan pengumpulan data

konsumsi pangan yang sering dilakukan melalui survei maupun konsultasi gizi.

Metode ini sangat dipengaruhi oleh keahlian enumerator dalam menggali

informasi atau data yang diperlukan dan ketepatan menaksir jumlah pangan dari

URT kedalam satuan berat (Hardinsyah & Briawan, 1994).

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

Setiap daerah di Indonesia memiliki spesifikasi ukuran rumah tangga. Di

daerah Jawa Tengah terdapat ukuran rumah tangga “beruk” dan “cemung”.

Ukuran rumah tangga beruk dan cemung ini biasanya digunakan untuk mengukur

atau menakar beras. Di daerah Jawa Barat terdapat ukuran rumah tangga

“complong”, “canting” dan “solor”. Ukuran rumah tangga complong biasanya

digunakan untuk jenis makanan gula, tepung dan minyak. Ukuran canting

digunakan untuk minyak. Ukuran solor digunakan untuk kunyit, jahe, kencur dan

lengkuas (Handayati dkk. 2008: 52).

Handayati dkk. (2008) berpendapat, kelebihan dari penggunaan daftar

ukuran rumah tangga adalah mempermudah dalam hal menaksir berat pangan

yang dikonsumsi oleh individu dari satuan Ukuran Rumah Tangga menjadi satuan

berat (gram). Kesulitan ataupun kekurangan dari Ukuran Rumah Tangga belum

adanya standardisasi URT di Indonesia sehingga ada kemugkinan beberapa jenis

URT berbeda ukurannya setiap daerah.

2.2 Penilaian dan Survei Konsumsi Pangan

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara

langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung yaitu

melalui metode antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian status gizi

secara tidak langsung melalui metode statistik vital, faktor ekologi dan survei

konsumsi. Seorang petugas gizi professional harus menguasai bagaimana menilai

status gizi individu, kelompok dan masyarakat (Kusharto dan Supariasa, 2014).

Pengukuran konsumsi makanan adalah salah satu metode pengukuran

status gizi secara tidak langsung dengan cara mengukur kualitas dan kuantitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

makanan yang dikonsumsi baik tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat.

Metode ini sangat efektif digunakan untuk melihat tanda awal dari kekurangan

gizi. Data pengukuran konsumsi makanan dapat dipergunakan untuk melengkapi

dat-data dari pengukuran antropometri, biokimia dan klinis. Hasil pengukuran

makanan ini sangat berguna untuk intervensi program gizi seperti pendidikan gizi

dan pedoman pemberian makanan.

Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian

konsumsi makanan (survei dietetik) tidak jarang terjadi bias pada hasil yang

diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : ketidaksesuaian

dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat,

instrument tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan,

kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi

makanan yang digunakan tidak sesuai dengan komposisi makanan yang

dikonsumsi responden, dan interpretasi hasil yang tidak tepat (Supariasa dkk.

2016).

Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara

melakukan penilaian konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok, maupun

rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah

satu metode penentuan status gizi, sebenarnya survei konsumsi tidak dapat

menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung. Hasil survei

hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya defisiensi

gizi pada seseorang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Menurut Supariasa dkk (2016), metode pengukuran konsumsi makanan

menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu data yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Metode kualitatif biasanya digunakan untuk mengetahui frekuensi

makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan, dan menggali

informasi tentang kebiasaan makanan serta cara-cara memperoleh bahan makanan

tersebut. Metode kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan

yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan

seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga, Daftar Konversi Mentah – Masak dan

Daftar Penyerapan Minyak.

Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunyai kelebihan dan

kelemahan sehingga tidak ada satu metode yang paling sempurna untuk satu

tujuan survei. Akan tetapi, untuk setiap tujuan tentutunya memiliki salah satu

metode yang paling mendekati. Apabila penelitian bertujuan untuk memperoleh

angka akurat mengenai jumlah zat gizi yang dikonsumsi, terutama jika jumlah

sampel kecil, metode food record (estimated food record dan weighted food

record) yang dilakukan selama beberapa hari adalah metode yang terbaik. Jika

tujuan nya untuk menentukan jumlah konsumsi rata-rata dari sekelompok

responden, recall 24 hour atau food record selama satu hari sudah cukup

memadai. Sedangkan jika tujuan penelitian hanya untuk mengetahui kebiasaan

atau pola konsumsi dari sekelompok masyarakat, metode frekuensi makanan

(Food Frequency Questionnaires, FFQ) dapat dilakukan (Supariasa dkk. 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Menurut Supariasa dkk (2016), dalam melakukan pengukuran konsumsi

makanan atau survei diet, sering terjadi kesalahan atau bias terhadap hasil yang

diperoleh. Bias ini secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu

bias secara acak terjadi karena kesalahan pengukuran, tetapi hasilnya tidak

memengaruhi nilai rata-rata. Bias ini dapat memperbesar sebaran (deviasi) nilai

pengukuran. Bias sistematik terjadi karena kesalahan kuesioner, misalnya tidak

memasukkan bahan makanan yang sebenarnya penting. Kesalahan pewawancara

yang secara sengaja dan berulang melewatkan pertanyaan tentang makanan

tertentu. Kesalahan alat yang tidak akurat dan tidak distandarkan sebelum

penggunaan dan kesalahan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Beberapa literature menyatakan bahwa tidak ada satupun metode yang

bebas dari bias karena tidak ada metode yang menunjukkan keuntungan secara

konsisten. Masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Menurut Supariasa dkk (2016), untuk dapat mengurangi kesalahan yang bersifat

sistematik dapat dilakukan dengan cara menggunakan sampel dalam jumlah besar

(semakin besar sampel semakin kecil variasinya), ulangi pengukuran asupan

tingkat konsumsi makanan pada subjek atau responden yang sama dalam beberapa

waktu, usahakan selalu melakukan kalibrasi pada alat-alat ukur. Untuk

mengurangi bias yang berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai

ukuran porsi, gunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar, model atau contoh

bahan makanan langsung, dan alat makan yang biasa dipergunakan.

Kesalahan hasil pengukuran konsumsi makanan dapat bersumber dari

validitas atau akurasi dari metode yang digunakan. Validitas dan akurasi adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

derajat kemampuan suatu metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Penentuan tingkat validitas suatu metode pengukuran konsumsi makanan masih

sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh tidak ada suatu metode baku (gold

standard) yang dapat mengukur konsumsi responden yang sebenarnya.

Untuk menjamin ketepatan dan kebenaran data hasil survei konsumsi

makanan, diperlukan suatu perencanaan dan pengorganisasian yang baik dalam

menentukan metode, teknis pelaksanaan, pengolahan, dan analisis serta

interpretasi data. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain penentuan

tenaga pelaksana, pelatihan tenaga, penentuan sasaran dan besar sampel

penelitian, pemilihan alat dan bahan, periode waktu penelitian dan persiapan

masyarakat (Supariasa dkk. 2016).

Setelah data konsumsi diperoleh, pengolahan tahap pertama yang

dilakukan adalah konversi dari Ukuran Rumah Tangga kedalam ukuran berat

(gram) atau dari satuan harga ke satuan berat. Dalam melakukan konversi tersebut

diperlukan berbagai daftar yaitu, bagian yang dapat dimakan, daftar konversi berat

mentah masak, daftar konversi penyerapan minyak, daftar ukuran rumah tangga,

daftar bahan makanan penukar.

Analisis data hasil survei konsumsi dapat dilakukan dengan cara

komputerisasi atau secara manual. Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan

makanan yang dikonsumsi oleh responden, dilakukan perhitungan nilai gizi dan

bahan makanan tersebut. Analisis kandungan zat gizi dilakukan dengan

menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), Daftar Kandungan

Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ) (Supariasa dkk. 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

2.3 Kue dan Gorengan Sebagai Makanan Jajanan

Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas

budaya beraneka ragam. Jajanan Pasar merupakan kue tradisional beserta

modifikasinya, baik berupa kue maupun gorengan. Sesuai dengan namanya,

awalnya jajanan pasar di jual di pasar tradisional, dengan perkembangannya

jajanan pasar kini menjadi terkenal.

Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik dari perkotaan maupun pedesaan.

Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya

yang cocok dengan selera kebanyakan masyarakat (Titi, 2004)

Menurut Susilo (2013) dalam buku Kue-Kue Goreng Tradisional, kue

adalah panganan atau makanan ringan yang dibuat dari campuran tepung terigu

serbaguna dalam pembuatannya. Terkadang tepung terigu tersebut dicampurkan

dengan tepung kanji ataupun tepung beras. Namun kemudian di generalisasikan

oleh masyarakat untuk menyebut segala bentuk makanan yang bukan makanan

utama. Tak peduli apakah itu oriental ataupun continental. Semua selama bukan

merupakan makanan utama maka disebut kue.

Kue bermula dari kata kueh yang berasal dari bahasa cina dalam dialek

Hokkien lalu kata itu diserap kedalam bahasa melayu dan menjadi kue untuk lidah

orang Indonesia atau kuih dalam dialek Melayu. Teknik membuat kue yang baik

kemudia dipelajari secara khusus dalam suatu bidang ilmu yang disebut dengan

Teknologi Patiseri (Subagjo, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Berdasarkan konsistensinya (kandungan air) menurut Adjab Subagjo (2007) kue

Indonesia dapat dibedakan menjadi kue basah dan kue kering.

1. Kue Basah

Kue basah adalah kue yang memiliki sifat basah atau lembab. Jenis kue ini

mudah sekali rusak bila teroksidasi udara. Apalagi kue-kue yang

mengandung santan. Contoh kue Indonesia yang termasuk kue basah

adalah Kue Nagasari, Kue Apem, Kue Jongkong, dll.

2. Kue Kering

Kue kering adalah kue yang sifatnya kering. Jenis kue ini mudah sekali

hancur. Kue ini harus dikemas setelah betul-betul dingin, menggunakan

wadah yang kedap udara. Contoh kue Indonesia yang termasuk kue kering

adalah Kue Satu, Kembang Loyang, Kue Bawang, dll.

Berdasarkan bentuk / ukurannya, kue Indonesia dibedakan menjadi kue besar dan

kue kecil.

1. Kue Besar

Kue besar adalah kue dengan bentuk / ukurannya dibuat besar. Biasanya

kue ini akan disajikan utuh atau dipotong-potong. Contoh kue besar antara

lain : Kue Bolu Koja, Klapperttart,dll.

2. Kue Kecil

Kue kecil adalah kue dengan bentuk / ukurannya kecil atau dibuat kecil.

Kue ini bias dihabiskan dengan satu atau dua kali gigitan. Contoh kue-kue

kecil antara lain : Kue Bugis, Kue Nagasari, Combro, Onde-onde, Kue

Mangkok, dll.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Menurut Hudaya (2010) didalam buku Teknik Pengolahan Roti dan Kue,

berdasarkan teknik pengolahan, kue Indonesia dapat dibedakan pada kue dengan

teknik pengolahan direbus, dikukus, digoreng dan dibakar/dipanggang.

1. Direbus

Kue dengan teknik direbus adalah kue yang proses pengolahan dimasak

dalam air yang banyak, termasuk aneka kolak dan bubur. Contoh : Lepat,

Lupis, Klepon, Ongol-ongol, dll.

2. Dikukus

Kue dengan teknik dikukus adalah kue yang proses pengolahan

menggunakan uap panas atau kukusan pada proses pematangannya.

Contoh : Kue Mangkok, Bolu Kukus, Bolu Sakura, dll.

3. Digoreng

Kue dengan teknik digoreng adalah kue yang proses pematangannya

digoreng menggunakan minyak banyak. Contoh : Combro, Kembang

Loyang, Risol, dll.

4. Dibakar / Dipanggang

Kue dengan teknik dibakar/dipanggang adalah kue yang proses

pengolahan dimasak diatas bara api atau dimasukkan kedalam oven.contoh

: Kue Delapan Jam, Wingko Babat, Kue Sagon, dll.

Di Indonesia, kue tidak disajikan bersama-sama pada waktu makan siang

atau makan malam, tetapi beberapa diantaranya dapat digunakan sebagai

pengganti makan pagi. Hal ini disebabkan sebagian masyarakat Indonesia umum

nya keluar yang tidak terbiasa makan pagi, sehingga kue-kue disajikan sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

pengganti makan pagi atau sarapan. Kebiasaan semacam ini masih untuk makan

pagi, dipilih kue yang sifatnya mengenyangkan. Sebagai contoh : di Jawa Barat

pengganti makan pagi dihidangkan ubi bakar, ketan urap, goreng pisang (Lillyana,

2003) dalam buku Kreasi Baru Kue Basah.

Fungsi kue dalam penyajian hidangan Indonesia adalah sebagai makanan

ringan/pengganjal perut untuk sementara sambil menungu waktu makan yang

sebenarnya tiba. Kue Indonesia dihidangkan pagi atau sore, tergantung pada

kesukaan/selera atau kesempatan masing-masing individu. Biasanya disajikan

dengan minuman panas teh/kopi atau minuman dingin. Kue Indonesia juga sering

berfungsi sebagai simbol pada perayaan/selamatan. Misalnya Apem yang

disajikan pada acara hajat atau kirim doa pada keluarga atau kerabat yang

meninggal, dll.

Menurut Subagjo (2007) dalam buku Manajemen Pengolahan Kue dan

Roti dilihat dari bahan utamanya kue Indonesia dapat dikarakteristikkan sebagai

berikut

1. Umbi-Umbian

Salah satu komoditi pangan yang terhitung sangat besar di Indonesia

adalah umbi – umbian. Selain jumlah produksinya yang banyak, jenis

umbi-umbian mempunyai kandungan gizi yang cukup baik untuk

menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok. Umbi – umbian yang

banyak sekali dijumpai di Indonesia adalah singkong, ubi jalar, talas, dapat

dikukus dan dimakan langsung dengan taburan kelapa muda. Tapi umbi-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

umbian ini pun termasuk kentang akan lebih enak bila diolah menjadi

aneka kue-kue Indonesia.

2. Kacang- Kacangan

Dalam kue Indonesia kacang hijau dapat diolah menjadi olahan yang

bervariasi, seperti digoreng kita mengenal kue gandasturi, direbus kita

mengenal bubur kacang hijau, tidak hanya sebagai bahan utama, kacang

hijau juga dijadikan bahan isian untuk kue yang lainnya seperti bugis poci,

onde-onde dll. Kacang Tanah merupakan jenis kacang yang banyak

digunakan dalam pengolahan kue Indonesia. Kacang tanah diolah sebagai

bahan utama seperti dibuat nogat kacang, dipakai untuk bahan isian moci

yang dicincang dan dicampur dengan gula pasir dsb.

3. Buah-buahan

Yang banyak digunakan sebagai bahan pokok untuk kue adalah berbagai

jenis pisang dan labu kuning/waluh. Buah-buahan lain seperti nangka,

durian umumnya digunakan sebagai penambah rasa dan aroma, sedangkan

buah-buahan yang rasanya asam atau tidak enak dimakan mentah pada

umumnya diolah menjadi manisan atau asinan.

Menurut Suhardjito (2003) klasifikasi kue-kue Indonesia ditinjau dari

bahan utama beras dan tepung :

1. Beras dan Tepung Beras

Berdasarkan macamnya beras dapat dibedakan menjadi beras biasa dan

beras ketan. Menurut warnanya dapat dibagi menjadi beras putih dan beras

merah, beras ketan putih, beras ketan hitam, dan beras ketan merah,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

sedangkan berdasarkan teksturnya dibedakan atas beras jenis keras dan ada

pula beras jenis lunak (pulen). Jenis kue yang terbuat dari beras banyak

ditemui dipasaran seperti: kipang. Sebagai bahan dasar dalam membuat

kue pilihlah beras sesuai dengan macam kue yang akan dibuat. Hal ini

disebabkan masing-masing jenis kue mempersyaratkan jenis beras tertentu.

Tepung beras merupakan bahan pokok yang sangat penting dalam

pembuatan kue-kue Indonesia. Dengan munculnya tepung beras yang

halus dan kering dipasaran, maka tepung beras untuk pembuatan kue-kue

sangat mudah untuk didapat. Kualitas kue yang dibuat dari tepung beras

yang baru ditumbuk lebih baik dibandingkan dengan kue yang dibuat dari

tepung beras kering yang banyak dijual dipasaran. Kue Indonesia yang

berbahan dasar tepung beras sangat banyak jenis dan macamnya. Tepung

beras dapat dijadikan kue dengan cara direbus, dikukus, digoreng,

digongseng dan dibakar. Diantara kue yang terbuat dari tepung beras

adalah : kue mangkok, lapis, talam, arai pinang, kue kering, sagun-sagun,

nagasari, kembang loyang dan sebagainya.

2. Ketan dan Tepung Ketan

Jenis beras ketan yang sering digunakan sebagai bahan pokok untuk kue

adalah beras ketan yang putih dan beras ketan hitam. Penggunaan beras

ketan putih lebih banyak dibandingkan dengan ketan hitam. Kue- kue

Indonesia yang terbuat dari bahan dasar beras ketan juga seperti: nasi

ketan/nasi lamak, ketan sarikaya, tape ketan, brondong, lemper, wajik,

bubur ketan dan sebagainya. Tepung ketan merupakan bahan pokok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

pembuatan kue-kue Indonesia yang banyak digunakan sebagaimana juga

hal dengan tepung beras. Tepung ketan saat ini sangat mudah untuk

mendapatkannnya karena banyak dijual dipasaran dalam bentuk tepung

yang halus dan kering. Beras ketan termasuk bahan dasar yang sering

digunakan dalam pembuatan kue-kue Indonesia antara lain : kue ku,

candil, onde-onde, kue bugis, klepon, ronde (isi minuman/wedang) dan

sebagainya.

3. Tepung Tapioka / Kanji

Ibu rumah tangga yang gemar memasak ataupun membuat kue, tentu akrab

dengan tapioka. Secara awam, tapioka sering disebut sebagai tepung.

Tapioka biasanya digunakan sebagai bahan pengental kuah ataupun

sebagai bahan pengisi pada kue-kue kering (Sihombing, 2014). Ditilik dari

sejarahnya, penggunaan tapioka pertama kali diduga berasal dari Amerika

Selatan. Kata tapioka berasal dari bahasa Brasil, tipi’oka, yang berarti

makanan dari singkong. Di Inggris, tapioka diidentikkan dengan rice

pudding karena paling umum digunakan sebagai bahan baku untuk

membuat puding. Tapioka baru populer di kalangan ibu rumah tangga

Indonesia pada tahun 1980-an, ketika pemerintah mulai menggalakkan

program penganekaragaman pangan. Di beberapa belahan dunia, tapioka

dikenal dengan sebutan mandioca, aipim, macaxeira, manioca,

boba, dan yuca.

Selain digunakan sebagai bahan memasak di rumah tangga, tapioka sering

diolah menjadi sirop glukosa dan dekstrin yang sangat diperlukan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

berbagai industri, antara lain industri kembang gula, pengalengan buah,

pengolahan es krim, minuman, dan industri peragian.

Tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan

pengikat dalam industri pangan, seperti dalam pembuatan puding, sup,

makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain

sebagainya. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan baku pewarna

putih alami pada industri pangan dan industri tekstil.

Umumnya tapioka digunakan sebagai pengental pada tumisan karena

efeknya bening dan kental saat dipanaskan. Tepung sagu juga dapat

digunakan untuk mengentalkan, hanya saja warna yang di hasilkan sedikit

keruh. Tapioka tidak cocok digunakan untuk gorengan karena menyerap

minyak dan mengeras setelah dingin beberapa lama.

Selain sebagai pengental, tapioka juga digunakan untuk pengenyal pada

bakso, pengganti sagu pada pempek palembang, juga sebagai bahan baku

kerupuk. Ada juga yang membuat cendol berbahan baku tapioka. Bila kita

jalan-jalan ke mal, sering kali kita menemukan penjual minuman bubble

drink yang sebenarnya terbuat dari tepung tapioka. Tapioka juga dapat

digunakan sebagai pengganti tepung terigu pada pembuatan kue yang tidak

memerlukan pengembangan, seperti pada pembuatan kue kering. Untuk

kue yang membutuhkan pengembangan, seperti roti dan keik, dapat

digunakan sebagai bahan campuran, misalnya menggantikan 10-30 persen

keberadaan tepung terigu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Di pasaran akhir-akhir ini juga mulai ditemukan tapioka termodifikasi

(modified tapioca starch). Tapioka termodifikasi bukanlah varietas baru,

tetapi dimodifikasi untuk memaksimalkan fungsinya di industri

pangan. Kelemahan dalam penggunaan tapioka adalah tidak larut dalam air

dingin, pemasakannya memerlukan waktu cukup lama, dan pasta yang

terbentuk cukup keras. Karena itu, perlu dilakukan modifikasi pada

tapioka. Modifikasi tapioka umumnya dilakukan dengan merendamnya

dengan asam klorida, sehingga menghasilkan pati yang strukturnya lebih

renggang. Hal tersebut menyebabkan tapioka termodifikasi lebih mudah

dicampur dalam proses mencampur adonan dan mempercepat proses

penguapan air pada saat dipanggang. Kue yang dihasilkan akan menjadi

lebih padat, kering, dan gurih. Selain dalam pembuatan kue, pati

termodifikasi juga dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengental,

pengemulsi, dan pemantap pada berbagai makanan. Dengan penambahan

pati termodifikasi, produk makanan akan mempunyai keunggulan kualitas,

baik dari penampakan secara fisik, rasa, warna, maupun proses pengolahan

yang lebih mudah dan cepat.

4. Tepung Terigu

Didalam buku Professional Baking Gisslen (2013) berpendapat, tepung

terigu merupakan bahan pokok yang digunakan dalam pembuatan berbagai

jenis kue. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kue (pastry)

kontinental adalah tepung terigu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Menurut Syarbini (2013) ada beberapa jenis tepung terigu, tergantung

kandungan protein/glutennya.

a. Tepung Terigu Protein Rendah (6% – 9 %)

Terigu jenis ini dihasilkan dari penggilingan 100% gandum jenis soft dan

mempunyai sifat gluten yang lemah. Digunakan untuk membuat cake,

biscuit dan kue kering.

b. Tepung Terigu Protein Sedang (9% - 11%)

Dihasilkan dari penggilingan campuran gandum soft dan hard serta

mempunyai sifat gluten yang sedang. Digunakan untuk membuat cake,

dan aneka kue.

c. Tepung Terigu Protein Tinggi (11% - 13%)

Dihasilkan dari penggilingan 100% gandum jenis hard dan mempunyai

sifat gluten yang kuat. Digunakan untuk membuat roti dan mie.Tepung

terigu juga diperkaya dengan bahan bahan lainnya dengan tujuan tertentu

antara lain :

a. Self Raising Flour.

Jenis tepung terigu yang sudah ditambahkan bahan pengembang bahan ini

menjadikan sifat tepung lebih stabil dan tidak perlu menambahkan

pengembang lagi ke dalam adonan. Self raising flour digunakan untuk

membuat cake dan kue kering.

b. Enriched Flour

Enriched Flour adalah tepung terigu yang disubstitusi dengan beragam

vitamin atau mineral dengan tujuan memperbaiki nilai gizi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

c. Whole Meal Flour

Tepung ini biasanya dibuat dari biji gandum utuh termasuk dedak dan

lembaganya sehingga warna tepung lebih gelap/krem. Terigu whole meal

mengandung serat (fiber) dan protein yang sangat tinggi.

Tidak hanya kue yang laku keras dijajanan pasar, jajanan Indonesia yang

sangat masyarakat Sumatera gemari yaitu gorengan. Menurut Muhammad Diguna

dkk. (2011), gorengan adalah salah satu makanan yang dijual dikaki lima.

Gorengan merupakan suatu makanan yang memiliki rasa gurih, enak, renyah dan

enak serta dengan dukungan yang harganya sangat terjangkau. Gorengan di

Indonesia memiliki banyak bentuk dan bahan dasar, tetapi biasanya komposisi

yang pasti ada dalam gorengan adalah terigu.

Beberapa tempat memiliki jenis gorengan yang khas dari daerahnya seperti

pisang molen yang konon berasal dari bandung. Jenis-jenis gorengan di Indonesia

umumnya terbuat dari sayur atau buah dan umbi-umbian.

Secara harfiah, gorengan kerap dijadikan makanan ringan di sela makan

besar. Kudapan ini dipenuhi banyak ragam sebagai bahan bakunya, seperti ubi

jalar, singkong, pisang, tempe, tahu, oncom yang divariasikan dan diisi dengan

sayuran seperti tauge, wortel dan sebagainya. Untuk teman makan kudapan,

banyak orang menghadirkan cabai rawit mentah yang masih terkandung gizi

didalamnya.

Di Indonesia gorengan adalah makanan ringan yang popular. Salah satu

jenis gorengan yang popular adalah Tahu Sumedang. Perkedel jagung dan

perkedel kentang juga masuk dalam kategori gorengan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

2.4 Kerangka Konsep

Jenis pangan yang dikonsumsi rumah tangga biasanya diukur dalam satuan

ukuran rumah tangga, sehingga dibutuhkan suatu daftar Ukuran Rumah Tangga

yang lengkap untuk mengonversi ukuran rumah tangga tersebut kedalam satuan

berat (gram). Jenis pangan berupa kue dan gorengan akan dikonversikan dari

Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam satuan berat (gram). Hasil dari

penimbangan kue dan gorengan yang berupa satuan berat (gram) dapat dihitung

nilai gizinya dengan menggunakan NutriSurvey. Penjelasan lebih lanjut dapat

dilihat pada gambar.

Konversi Satuan
Ukuran Rumah
Tangga ke Satuan
Berat (Gram)
Ukuran Rumah
Tangga pada Jenis
Kue dan Gorengan

Kandungan Zat
Gizi

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif untuk mengetahui konversi ukuran rumah tangga ke dalam satuan berat

(gram) serta kandungan zat gizi pada kue dan gorengan yang dijual di kampus

Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantin dan penjual makanan di kampus

Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari 2018 sampai dengan selesai

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenis kue dan gorengan yang

ada di kantin dan penjual makanan di kampus Universitas Sumatera Utara dan

sekitarnya yang berjumlah 49 jenis (24 kue dan 25 gorengan).

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini didapatkan dengan menggunakan metode total

sampling, dimana total populasi dijadikan sampel yaitu seluruh jenis kue dan

gorengan yang ada di kantin kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya

yaitu sebanyak 49 jenis (24 kue dan 25 gorengan).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari jenis kue dan gorengan serta beratnya

yang telah ditelusuri bahan dasar pembuat kue dan gorengan dengan cara

melakukan wawancara dengan pedagang pembuat kue dan gorengan. Sebelum

pengukuran, dilakukan pembelian kue dan gorengan di kantin dan penjual

makanan yang ada di USU dan sekitarnya. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan timbangan digital. Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) yang

diukur merupakan jenis peralatan makan yang biasa digunakan didalam rumah

tangga seperti buah dan potong.

3.5 Definisi Operasional

1. Ukuran Rumah Tangga (URT) kue dan gorengan adalah satuan yang

digunakan untuk menaksir jumlah kue dan gorengan yang dikonsumsi

berupa satuan buah dan potong.

2. Berat bahan kue dan gorengan adalah hasil pengukuran berat dari setiap

jenis kue dan gorengan dalam satuan gram sesuai dengan URT yang

digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3. Kue adalah makanan yang berbahan dasar tepung yang diolah dengan cara

di goreng, di kukus maupun dipanggang dengan berbagai macam citarasa.

4. Gorengan adalah berbagai jenis makanan yang diolah dengan cara

digoreng dalam minyak panas.

5. Kandungan Zat Gizi adalah berbagai jenis zat gizi makro dan mikro yang

ada pada kue dan gorengan.

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data

Untuk setiap jenis kue dan gorengan dilakukan konversi dari satuan URT

ke dalam satuan berat (gram) lalu diikuti dengan hasil dari analisis aplikasi

NutriSurvey seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin A, kalsium,

vitamin C, Fe, mineral dan natrium. Penelitian ini dilakukan dengan penimbangan

berat (g). . Selanjutnya jenis kue dan gorengan dan hasil dari penimbangan

tersebut dimasukkan kedalam aplikasi NutriSurvey, didapat lah hasil analisis

kandungan zat gizi yang ada pada kue dan gorengan tersebut.

Bagan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat

pada gambar 2

Pembelian kue dan gorengan


(kantin-kantin dilingkungan kampus USU)

Penimbangan (Pengukuran berat)

Menganalisis kandungan zat gizi dari kue dan gorengan (NutriSurvey)

Penyajian data (Tabulasi Data)

Gambar 3.1 Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) berdiri pada tanggal 1952, USU

diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas

negeri yang ketujuh di Indonesia. Kampus Universitas Sumatera Utara (USU)

merupakan kampus utama yang berada di Kecamatan Medan Baru, Kelurahan

Padang Bulan. Kampus USU memiliki area yang hijau dan rindang dengan luas

wilayah 122 Ha. Batas – batas wilayah Universitas Sumatera Utara antara lain :

a. Sebelah Utara : Medan Baru, Jalan Sei Padang

b. Sebelah Selatan : Jalan Berdikari, Kelurahan Padang Bulan

c. Sebelah Timur : Jalan Jamin Ginting

d. Sebelah Barat : Jalan Pembangunan, Kecamatan Medan Selayang

USU memiliki 15 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik,

Kedokteran Gigi, Ekonomi dan Bisnis, Ilmu Budaya, Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi,

Psikologi, Ilmu Komputer-Teknologi Informasi, Kehutanan dan Pascasarjana.

Jumlah program studi yang di USU ada sebanyak 101, terdiri dari 8 tingkat

doktoral, 28 magister, 15 spesialis, 5 profesi, 52 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah

mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 32.000 orang, 688 di antaranya adalah

mahasiswa asing.

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

Di setiap fakultas atau program studi yang ada di kampus USU memiliki

fasilitas kantin, seluruh kantin yang ada didalam kampus USU berjumlah 32

kantin sementara untuk daerah sekitaran kampus USU ada lebih kurang 23 kantin

atau penjual makanan. Pengunjung dari kantin dan penjual makanan ini biasanya

di dominasi oleh mahasiswa, dosen dan pegawai yang ada di kampus USU.

Kantin atau penjual makanan yang ada di kampus USU dan sekitarnya ini

menjual berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah kue dan gorengan.

Mahasiswa kampus USU sebagian besar berasal dari luar kota yang

tinggal di asrama, kost, kontrakan dan sebagainya, sebagian besar dari

mahasiswa tersebut membeli makanan dari kantin atau penjual makanan yang

ada di kampus USU dan sekitarnya, salah satu makanan yang digemari oleh

mahasiswa, dosen dan pegawai yaitu kue dan gorengan.

4.2 Jenis Kue dan Gorengan di Wilayah Kampus Universitas Sumatera


Utara

Kantin dan penjual makanan di wilayah Kampus USU banyak menjual

berbagai jenis makanan, baik itu makanan pokok, kue, snack maupun makanan

lainnya. Dari hasil penelitian, tercatat selama ini ada sekitar 49 jenis kue dan

gorengan (24 kue & 25 gorengan) yang dijual di Kampus USU dan sekitarnya

dengan berbagai varian ukuran dan bahan pembuatnya, jenis kue dan gorengan

yang dijual di kampus USU dan sekitarnya memiliki BDD (Bahan Dapat

Dimakan) 100%, seperti : Ubi goreng, ubi jalar ungu goreng, tempe goreng,

bakwan, bakwan jagung, bakwan tauge, risol, risol smoked beef, risol sosis, risol

ayam, risol tauge, pisang goreng, pisang molen, perkedel, pastel, pastel wortel,

martabak, godok-godok, tahu isi, tahu isi kentang, tape goreng, lumpia, sukun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

goreng, jamur goreng, kentang goreng, onde – onde, kue lapis, kue nagasari, kue

lumping, donat gula, donat ceres, donat tuna, kue putu ayu, soes, kue dadar,

kemplang hitam, kemplang putih, kue putu beras, kue bugis, krakers, wajik, kue

cucur, serabi kuah, bolu kukus, kue pacar cina, lepat utri, lemang, lemper bakar

dan roti ketawa.

4.3 Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan Berat


(Gram) pada Gorengan

Gorengan adalah berbagai jenis makanan yang dibaluri adonan tepung

dan kemudian dicelup dalam minyak goreng panas yang banyak. Gorengan

merupakan salah satu makanan ringan yang sangat digemari masyarakat, mulai

dari kalangan bawah maupun atas dan dari anak-anak sampai orang dewasa.

Dari hasil penelitian ini di dapat 25 jenis gorengan yang dijual di kampus

USU dan sekitarnya, beberapa diantaranya cara pengolahannya hanya memakai

tepung dan sisanya merupakan campuran dari berbagai jenis sayuran ataupun

makanan lainnya. Daftar dari beberapa jenis gorengan serta hasil konversi URT ke

dalam satuan berat (gram) dapat dilihat di Tabel 4.1.

Kue pada penelitian ini di dapat berjumlah 24 jenis, kue yang memiliki

banyak variasi terdapat pada kue onde – onde, donat dan kue dadar. Donat yang

dijual di kampus USU dan sekitarnya memiliki 3 variasi yang perbedaannya

terletak pada isian dan atasan pada donat. Kue onde – onde dan dadar gulung

memiliki isian dan cara pengolahan yang sama, perbedaannya hanya pada berat

masing – masing kue onde – onde dan dadar gulung. Daftar dari beberapa jenis

kue serta hasil konversi URT ke dalam satuan berat (gram) dapat dilihat pada

tabel 4.2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Tabel 4.1 Hasil Konversi Satuan URT ke dalam satuan Berat (Gram)
pada Berbagai Jenis Gorengan sebagai Makanan Selingan
No. Nama Jenis Makanan URT Jumlah Berat
Variasi (Gr)
1. Ubi Goreng Potong 3 55 – 60
2. Ubi Jalar Ungu Goreng Potong 2 51 – 59
3. Tempe Goreng Potong 9 13 – 46
4. Pisang Goreng Potong 4 40 – 64
5. Pisang Molen Potong 2 21 – 41
6. Pastel Potong 1 31
7. Pastel Wortel Potong 1 16
8. Martabak Potong 2 30 – 66
9. Godok –Godok Potong 4 45 – 86
10. Tahu Isi Potong 3 33 – 65
11. Tahu Isi Kentang Potong 1 33
12. Tape Goreng Potong 1 50
13. Lumpia Potong 1 62
14. Sukun Goreng Potong 1 106
15. Kentang Goreng Porsi 1 84
Dari tabel 4.1 dapat dilihat jenis gorengan yang memiliki jumlah variasi

paling banyak adalah tempe goreng. Tempe goreng memakai bahan utama tempe,

lalu dibaluri dengan tepung yang sudah dicampur dengan air dan garam kemudian

dimasak dengan minyak panas. Tempe goreng yang ada dijual di kampus USU

dan sekitarnya berjumlah cukup banyak, yaitu ada di 9 tempat.

Tabel 4.2 Hasil Konversi Satuan URT ke dalam satuan Berat (Gram)
pada Berbagai Jenis Gorengan sebagai Pendamping Makanan
No. Nama Jenis URT Jumlah Berat (Gr)
Makanan Variasi
1. Bakwan Potong 8 28 – 48
2. Bakwan Jagung Potong 1 51
3. Bakwan Tauge Potong 1 42
4. Risol Potong 7 32 – 72
5. Risol Smoked Beef Potong 1 73
6. Risol Sosis Potong 1 52
7. Risol Ayam Potong 1 52
8. Risol Tauge Potong 1 32
9. Perkedel Potong 1 14 – 59
10. Jamur Goreng Porsi 1 86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Selain dari tempe goreng, bakwan merupakan gorengan yang paling

banyak dijual di beberapa kantin kampus USU dan sekitarnya. Menurut

pengamatan, bakwan juga sering dijadikan sebagai pendamping makanan utama

seperti nasi, lontong dan lain – lain, tak jarang mahasiswa mengonsumsi bakwan

dengan makanan seperti lontong pada pagi hari sebelum melakukan aktivitas,

yang dimana bakwan mempunyai kandungan bahan yang terdiri dari tepung, kol

dan wortel. Ada juga penjual yang menambahkan seperti jagung dan tauge.

Bakwan yang ada dijual di kampus USU dan sekitarnya berjumlah 10 buah.

Risol merupakan salah satu gorengan yang memiliki jumlah variasi yang

banyak, risol memiliki komposisi bahan yang terdiri dari kentang, wortel dan

dibalut dengan adonan tepung terigu dan tepung kanji. Gorengan risol sangat

mudah di jumpai di kampus USU dan sekitarnya, ada 11 risol yang ada di jual di

kampus USU dan sekitarnya.

4.4 Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan Berat


(Gram) pada Kue

Kue adalah panganan atau makanan ringan yang dibuat dari campuran

berbagai bahan pangan dan memiliki bentuk dan jenis yang beraneka ragam. Kue

biasanya bercita rasa manis atau ada pula yang gurih dan asin. Kue diartikan

sebagai makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung, Baik tepung beras,

tepung sagu, tapioka, ataupun terigu. Kue dapat dimasak dengan cara dikukus,

dipanggang, atau digoreng. Kue di Indonesia dikategorikan berdasarkan kadar

airnya, yaitu kue basah dan kue kering.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Dari hasil penelitian ini di dapat 24 jenis kue yang dijual di kampus USU

dan sekitarnya. Daftar dari beberapa jenis kue serta hasil konversi URT ke dalam

satuan berat (gram) dapat dilihat di Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Konversi Satuan URT ke dalam satuan Berat (Gram)
pada Berbagai Jenis Kue
No. Nama Jenis URT Jumlah Berat (Gr)
Makanan Variasi
1. Onde – Onde Buah 6 19 – 42
2. Kue Lapis Buah 3 23 – 48
3. Kue Nagasari Buah 3 47 – 67
4. Kue Lumpang Buah 2 4 – 54
5. Donat Gula Buah 5 39 – 55
6. Donat Ceres Buah 2 39 – 79
7. Donat Tuna Buah 1 76
8. Kue Putu Ayu Buah 2 31 – 37
9. Soes Buah 2 18 – 36
10. Kue Dadar Buah 5 34 – 53
11. Kemplang Hitam Buah 2 26 – 33
12. Kemplang Putih Buah 4 27 – 54
13. Kue Putu Beras Buah 2 21 – 31
14. Kue Bugis Buah 3 28 – 42
15. Krakers Buah 1 20
16. Wajik Potong 1 46
17. Kue Cucur Buah 1 7
18. Serabi Kuah Bungkus 1 155
19. Bolu Kukus Buah 1 19
20. Kue Pacar Cina Buah 1 40
21. Lepat Utri Buah 1 43
22. Lemang Potong 1 37
23. Lemper Bakar Buah 1 24
24. Roti Ketawa Buah 1 24

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa, onde – onde merupakan kue basah dengan

jumlah variasi yang sangat banyak, yakni ada di 6 tempat.. Onde – Onde memiliki

kandungan bahan tepung ketan dan gula merah, tepung ketan tersebut di bentuk

seperti bola – bola kecil dan di isi dengan gula merah lalu di rebus dalam air

mendidih. Setelah selesai, onde – onde diberi parutan kelapa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Selain Onde –Onde, Donat juga merupakan kue yang memiliki jenis dan

jumlah variasi yang banyak, proses pengolahan donat yaitu dengan cara di goreng.

Donat ada yang memiliki isi dan ada yang tidak, donat yang tidak memiliki isi

yang dijual di kampus USU dan sekitarnya atasannya hanya diberi gula dan ceres,

sedangkan yang memliki isian, diisi oleh tuna. Kandungan dasar dari donat ini

adalah terigu, telur dan mentega. Ada delapan donat yang dijual di kampus USU

dan sekitarnya.

Kue yang dijual dikantin USU dan sekitarnya yang memiliki jumlah

variasi yang banyak salah satunya adalah Kue Dadar Gulung. Kue dadar ini

memiliki tekstur yang lunak yang cara pengolahannya yaitu di masak dengan

wajan panas. Bahan dasar dari kue dadar gulung ini terigu, telur dan santan yang

lalu ditengah nya di isi oleh gula merah yang dicampur oleh kelapa yang setengah

tua. Ada lima kue dadar yang dijual di kampus USU dan sekitarnya.

4.5 Kandungan Zat Gizi pada Jenis Gorengan dan Kue

Untuk kelangsungan hidup, manusia membutuhkan asupan makanan.

Makanan memang diperlukan untuk menunjang semua aktivitas kita, makanan

yang dikonsumsi tentunya mengandung beragam unsur zat gizi. Kandungan zat

gizi merupakan elemen yang terdapat dalam makanan yang dapat dimanfaatkan

secara langsung dalam tubuh, kandungan zat gizi yang akan dibahas adalah zat

gizi berupa, energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

4.5.1 Kandungan Energi pada Gorengan dan Kue


Kandungan energi pada gorengan dan kue pada tabel 4.3 diketahui dengan

menggunakan aplikasi NutriSurvei. Berikut hasil kandungan energi pada beberapa

jenis gorengan.

Tabel 4.4 Kandungan Energi pada Beberapa Jenis Gorengan

No. Nama Jenis URT Berat Energi


Makanan (Gr) (kkal)
1. Ubi Goreng Potong 55 – 60 101,7 – 111
2. Ubi Jalar Ungu Potong 51 – 59 57,2 – 66,1
Goreng
3. Tempe Goreng Potong 13 – 46 46 –162,8
4. Bakwan Potong 28 – 48 151,2 – 259,2
5. Bakwan Jagung Potong 51 275,4
6. Bakwan Tauge Potong 42 226,8
7. Risol Potong 32 – 72 79 – 177,8
8. Risol Smoked Beef Potong 73 180,2
9. Risol Sosis Potong 52 128,4
10. Risol Ayam Potong 52 129,9
11. Risol Tauge Potong 32 73,4
12. Pisang Goreng Potong 40 – 64 63,2 – 101,1
13. Pisang Molen Potong 21 – 41 44,5 – 86,9
14. Perkedel Potong 14 – 59 38,2 – 161
15. Pastel Potong 16 56,2
16. Pastel Wortel Potong 32 112,4
17. Martabak Potong 30 – 66 68,9 – 95,7
18. Godok –Godok Potong 45 – 86 52,2 – 99,7
19. Tahu Isi Potong 33 – 65 68 – 105,1
20. Tahu Isi Kentang Potong 33 25,6
21. Tape Goreng Potong 50 248,1
22. Lumpia Potong 62 62
23. Sukun Goreng Potong 106 109,2
24. Jamur Goreng Porsi 85 23
25. Kentang Goreng Porsi 84 78,1

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa kandungan energi paling besar ada

pada Bakwan Jagung (275,4 kkal) dan yang paling sedikit ada pada Jamur

Goreng (23 kkal).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Kemudian, pada tabel 4.4 dapat dilihat kandungan energi pada

beberapa jenis kue yang di deroleh melalui aplikasi NutriSurvei.

Tabel 4.5 Kandungan Energi pada Beberapa Jenis Kue

No. Nama Jenis URT Berat Energi


Makanan (gr) (kcal)
1. Onde – Onde Buah 19 – 42 53 – 117,1
2. Kue Lapis Buah 23 – 48 92,7 – 193,4
3. Kue Nagasari Buah 47 – 67 100,1 – 142,7
4. Kue Lumpang Buah 4 – 54 7,5 – 101,6
5. Donat Gula Buah 39 – 55 156 – 220,1
6. Donat Ceres Buah 39 – 79 187 – 221
7. Donat Tuna Buah 76 234,8
8. Kue Putu Ayu Buah 31 – 37 67,3 – 80,3
9. Soes Buah 18 – 36 39,7 – 79,5
10. Kue Dadar Buah 34 – 53 98,2 – 153,1
11. Kemplang Hitam Buah 26 – 33 104,3 – 132,3
12. Kemplang Putih Buah 27 – 54 108,3 – 216,6
13. Kue Putu Beras Buah 21 – 31 39,5 – 58,3
14. Kue Bugis Buah 28 – 42 6,7 – 10
15. Krakers Buah 20 89,4
16. Wajik Potong 46 86,5
17. Kue Cucur Buah 7 28,1
18. Serabi Kuah Bungkus 155 621,5
19. Bolu Kukus Buah 19 39,3
20. Kue Pacar Cina Buah 40 15,2
21. Lepat Utri Buah 43 216,3
22. Lemang Potong 37 133,5
23. Lemper Bakar Buah 24 47,5
24. Roti Ketawa Buah 24 65,7
Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa yang memiliki kandungan energi yang

terbesar adalah Serabi Kuah (621,5 gr) dan yang memiliki nilai terendah adalah

Kue Bugis (6,7 gr).

4.5.2 Kandungan Karbohidrat pada Gorengan dan Kue

Karbohidrat menyediakan berbagai macam kebutuhan dasar yang

dibutuhkan manusia. Berbagai jenis makanan yang banyak mengandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

karbohidrat antara lain adalah jagung, kentang, nasi, dan lain sebagainya.

Kandungan karbohidrat pada tabel 4.6 didapat melalui aplikasi NutriSurvei.

Berikut kandungan zat gizi karbohidrat pada beberapa jenis gorengan yang dijual

di kampus USU dan sekitarnya.

Tabel 4.6. Kandungan Zat Gizi Karbohidrat pada Beberapa Jenis


Gorengan
No. Nama Jenis URT Berat Karbohidrat
Makanan (gr) (gr)
1. Ubi Goreng Potong 55 – 60 22,4 – 24,5
2. Ubi Jalar Ungu Potong 51 – 59 13,4 – 15,5
Goreng
3. Tempe Goreng Potong 13 – 46 2–7
4. Bakwan Potong 28 – 48 11 – 18,8
5. Bakwan Jagung Potong 51 20
6. Bakwan Tauge Potong 42 16,5
7. Risol Potong 32 – 72 10,7 – 24
8. Risol Smoked Beef Potong 73 24,3
9. Risol Sosis Potong 52 17,3
10. Risol Ayam Potong 52 24
11. Risol Tauge Potong 32 16,1
12. Pisang Goreng Potong 40 – 64 7 – 11,2
13. Pisang Molen Potong 21 – 41 3,8 – 7,5
14. Perkedel Potong 14 – 59 1,6 – 6,9
15. Pastel Potong 16 2,5
16. Pastel Wortel Potong 32 5
17. Martabak Potong 30 – 66 9,3 – 20,5
18. Godok –Godok Potong 45 – 86 14 – 26,8
19. Tahu Isi Potong 33 – 65 0,6 – 0,9
20. Tahu Isi Kentang Potong 33 1,2
21. Tape Goreng Potong 50 28,6
22. Lumpia Potong 62 11
23. Sukun Goreng Potong 106 28,7
24. Jamur Goreng Porsi 85 4,3
25. Kentang Goreng Porsi 84 18
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jenis gorengan yang mengandung zat

karbohidrat yang paling besar adalah Sukun Goreng (28,7 gr) dan yang paling

sedikit adalah Tahu Isi Goreng (0,6 – 0,9 gr).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Kemudian pada tabel 4.7 dapat dilihat kandungan karbohidrat pada

kue yang dijual di kampus USU dan sekitarnya.

Tabel 4.7. Kandungan Zat Gizi Karbohidrat pada Beberapa Jenis Kue
No. Nama Jenis URT Berat Karbohidrat
Makanan (gr) (gr)
1. Onde – Onde Buah 19 – 42 7,5 – 16,5
2. Kue Lapis Buah 23 – 48 10,2 – 21,3
3. Kue Nagasari Buah 47 – 67 15,7 – 22,4
4. Kue Lumpang Buah 4 – 54 1,4 – 19,2
5. Donat Gula Buah 39 – 55 18,1 – 25,5
6. Donat Ceres Buah 39 – 79 20,4 – 24,8
7. Donat Tuna Buah 76 34
8. Kue Putu Ayu Buah 31 – 37 9 – 10,7
9. Soes Buah 18 – 36 4,4 – 8,9
10. Kue Dadar Buah 34 – 53 16,4 – 25,6
11. Kemplang Hitam Buah 26 – 33 10,6 – 13,5
12. Kemplang Putih Buah 27 – 54 11 – 22,1
13. Kue Putu Beras Buah 21 – 31 7,5 – 11
14. Kue Bugis Buah 28 – 42 1,5 – 2,2
15. Krakers Buah 20 14,7
16. Wajik Potong 46 16,3
17. Kue Cucur Buah 7 2,9
18. Serabi Kuah Bungkus 155 63,5
19. Bolu Kukus Buah 19 8,2
20. Kue Pacar Cina Buah 40 6,8
21. Lepat Utri Buah 43 29,7
22. Lemang Potong 37 12,5
23. Lemper Bakar Buah 24 7,7
24. Roti Ketawa Buah 24 29,4

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa Serabi Kuah juga memiliki nilai

karbohidrat yang paling tinggi (63,5 gr) dan Kue Lumpang memiliki nilai

kandungan karbohidrat yang paling rendah (1,4 gr).

4.5.3 Kandungan Protein pada Gorengan dan Kue

Protein terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen,

selain itu unsur sulfur dan fosfor juga ada. Semua unsur tersebut diperoleh melalui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

tumbuh-tumbuhan (protein, nabati) seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan

kacang hijau serta hasil olahannya (tempe dan tahu), dan melalui hewan (protein

hewani), seperti daging, susu, telur, ikan. Kandungan protein yang ada pada

beberapa jenis gorengan dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Kandungan Zat Gizi Protein pada Beberapa Jenis Gorengan
No. Nama Jenis Makanan URT Berat Protein
(gr) (gr)
1. Ubi Goreng Potong 55 – 60 0,7
2. Ubi Jalar Ungu Goreng Potong 51 – 59 1,2 – 1,4
3. Tempe Goreng Potong 13 – 46 2,2 – 7,9
4. Bakwan Potong 28 – 48 1,5 – 2,5
5. Bakwan Jagung Potong 51 2,7
6. Bakwan Tauge Potong 42 2,2
7. Risol Potong 32 – 72 3,3 – 7,4
8. Risol Smoked Beef Potong 73 7,5
9. Risol Sosis Potong 52 5,4
10. Risol Ayam Potong 52 6
11. Risol Tauge Potong 32 3,2
12. Pisang Goreng Potong 40 – 64 0,4 – 0,6
13. Pisang Molen Potong 21 – 41 0,3 – 0,7
14. Perkedel Potong 14 – 59 1,2 – 5,1
15. Pastel Potong 16 1,9
16. Pastel Wortel Potong 32 3,8
17. Martabak Potong 30 – 66 2,3 – 5,1
18. Godok –Godok Potong 45 – 86 0,4 – 0,7
19. Tahu Isi Potong 33 – 65 2,4 – 3,7
20. Tahu Isi Kentang Potong 33 2,5
21. Tape Goreng Potong 50 0,9
22. Lumpia Potong 62 3,1
23. Sukun Goreng Potong 106 1,2
24. Jamur Goreng Porsi 85 1,9
25. Kentang Goreng Porsi 84 1,7

Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa yang memiliki kandungan

protein tinggi yaitu Risol Smoked Beef (7,5 gr) dan yang memiliki nilai

protein rendah adalah Pisang Molen (0,3 – 0,7 gr).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Tabel 4.9. dapat dilihat kandungan zat gizi protein hasil dari

aplikasi NutriSurvei pada beberapa jenis kue yang dijual di beberapa

tempat yang ada dikampus USU dan sekitarnya.

Tabel 4.9. Kandungan Zat Gizi Protein pada Beberapa Jenis Kue
No. Nama Jenis Makanan URT Berat Protein
(gr) (gr)
1. Onde – Onde Buah 19 – 42 0,7 – 1,5
2. Kue Lapis Buah 23 – 48 1,3 – 2,7
3. Kue Nagasari Buah 47 – 67 1,2 – 1,7
4. Kue Lumpang Buah 4 – 54 0,1 – 1,2
5. Donat Gula Buah 39 – 55 2 – 2,9
6. Donat Ceres Buah 39 – 79 3,8 – 4,2
7. Donat Tuna Buah 76 7,9
8. Kue Putu Ayu Buah 31 – 37 2,4 – 2,9
9. Soes Buah 18 – 36 1,3 -2,7
10. Kue Dadar Buah 34 – 53 1,9 – 3
11. Kemplang Hitam Buah 26 – 33 0,5 – 0,6
12. Kemplang Putih Buah 27 – 54 0,5 – 1
13. Kue Putu Beras Buah 21 – 31 0,5 – 0,1
14. Kue Bugis Buah 28 – 42 0,08 – 0,1
15. Krakers Buah 20 1,5
16. Wajik Potong 46 1
17. Kue Cucur Buah 7 0,1
18. Serabi Kuah Bungkus 155 3
19. Bolu Kukus Buah 19 0,8
20. Kue Pacar Cina Buah 40 0,2
21. Lepat Utri Buah 43 0,9
22. Lemang Potong 37 2,1
23. Lemper Bakar Buah 24 1,1
24. Roti Ketawa Buah 24 2,5

Dari tabel 4.9. dapat disimpulkan bahwa kandungan protein

tertinggi ada pada Donat Tuna (7,9 gr) dan yang paling rendah pada Kue

Bugis (0,08 gr) yang dijual di kampus USU dan sekitarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

4.5.4 Kandungan Lemak pada Gorengan dan Kue

Kandungan lemak pada tabel 4.10 diperoleh melalui aplikasi NutriSurvei.

Berikut tabel yang memuat kandungan lemak pada beberapa jenis gorengan.

Tabel 4.10. Kandungan Zat Gizi Lemak pada Beberapa Jenis Gorengan
No. Nama Jenis Makanan URT Berat Lemak
(gr) (gr)
1. Ubi Goreng Potong 55 – 60 1,4 -1,6
2. Ubi Jalar Ungu Goreng Potong 51 – 59 0,1
3. Tempe Goreng Potong 13 – 46 3,5 – 12,4
4. Bakwan Potong 28 – 48 11,3 – 19,4
5. Bakwan Jagung Potong 51 20,7
6. Bakwan Tauge Potong 42 17
7. Risol Potong 32 – 72 2,4 – 5,5
8. Risol Smoked Beef Potong 73 5,5
9. Risol Sosis Potong 52 4
10. Risol Ayam Potong 52 4,4
11. Risol Tauge Potong 32 2,3
12. Pisang Goreng Potong 40 – 64 4,2 – 6,7
13. Pisang Molen Potong 21 – 41 3,2 – 6,3
14. Perkedel Potong 14 – 59 3 – 12,7
15. Pastel Potong 16 4,3
16. Pastel Wortel Potong 32 8,5
17. Martabak Potong 30 – 66 5,4 – 11,9
18. Godok –Godok Potong 45 – 86 0,1 – 0,2
19. Tahu Isi Potong 33 – 65 6,7 – 10,4
20. Tahu Isi Kentang Potong 33 1,4
21. Tape Goreng Potong 50 15,3
22. Lumpia Potong 62 2,3
23. Sukun Goreng Potong 106 0,2
24. Jamur Goreng Porsi 85 0,4
25. Kentang Goreng Porsi 84 0,1
Tabel 4.10. menunjukkan bahwa kandungan lemak tertinggi terdapat pada

Bakwan Jagung (20,7 gr) dan yang memiliki nilai kandungan lemak yang rendah

adalah Ubi Ungu Goreng, Kentang Goreng dan Godok-godok (0,1 gr).

Pada tabel 4.11 memuat kandungan zat gizi lemak yang diperoleh

melalui aplikasi NutriSurvei pada beberapa jenis kue yang dijual di

kampus USU dan sekitarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 4.11. Kandungan Zat Gizi Lemak pada Beberapa Jenis Kue
No. Nama Jenis Makanan URT Berat Lemak
(gr) (gr)
1. Onde – Onde Buah 19 – 42 2,4 – 5,3
2. Kue Lapis Buah 23 – 48 5,3 – 11
3. Kue Nagasari Buah 47 – 67 4,1 – 5,9
4. Kue Lumpang Buah 4 – 54 0,2 – 2,3
5. Donat Gula Buah 39 – 55 8,5 – 12
6. Donat Ceres Buah 39 – 79 9 – 13,7
7. Donat Tuna Buah 76 23,1
8. Kue Putu Ayu Buah 31 – 37 2,5 – 3
9. Soes Buah 18 – 36 1,8 – 3,6
10. Kue Dadar Buah 34 – 53 2,9 – 4,5
11. Kemplang Hitam Buah 26 – 33 6,8 – 8,6
12. Kemplang Putih Buah 27 – 54 7 – 14,1
13. Kue Putu Beras Buah 21 – 31 0,9 – 1,3
14. Kue Bugis Buah 28 – 42 0,02 – 0,04
15. Krakers Buah 20 2,8
16. Wajik Potong 46 1,9
17. Kue Cucur Buah 7 1,8
18. Serabi Kuah Bungkus 155 40,5
19. Bolu Kukus Buah 19 0,4
20. Kue Pacar Cina Buah 40 0,08
21. Lepat Utri Buah 43 11
22. Lemang Potong 37 0,7
23. Lemper Bakar Buah 24 1,4
24. Roti Ketawa Buah 24 0,2

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kandungan lemak paling tinggi ada

pada Serabi (40,5 gr) sementara Kue Bugis memiliki kandungan lemak paling

rendah (0,02 gr)

4.5.5 Kandungan Serat pada Gorengan dan Kue

Berikut daftar kandungan serat pada beberapa jenis gorengan yang

didapat melalui aplikasi NutriSurvei.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 4.12. Kandungan Serat pada Beberapa Jenis Gorengan


No. Nama Jenis Makanan URT Berat Serat
(gr) (gr)
1. Ubi Goreng Potong 55 – 60 1 – 11
2. Ubi Jalar Ungu Goreng Potong 51 – 59 0,7 – 0,8
3. Tempe Goreng Potong 13 – 46 0,2 – 0,6
4. Bakwan Potong 28 – 48 0,4 – 0,7
5. Bakwan Jagung Potong 51 0,8
6. Bakwan Tauge Potong 42 0,6
7. Risol Potong 32 – 72 0,4 – 1
8. Risol Smoked Beef Potong 73 1
9. Risol Sosis Potong 52 0,7
10. Risol Ayam Potong 52 0,7
11. Risol Tauge Potong 32 0,4
12. Pisang Goreng Potong 40 – 64 0,7 – 1,1
13. Pisang Molen Potong 21 – 41 0,3 – 0,6
14. Perkedel Potong 14 – 59 0,1 – 0,5
15. Pastel Potong 16 0,1
16. Pastel Wortel Potong 32 0,2
17. Martabak Potong 30 – 66 0,4 – 0,9
18. Godok –Godok Potong 45 – 86 1,1 – 2,1
19. Tahu Isi Potong 33 – 65 0,4 – 0,7
20. Tahu Isi Kentang Potong 33 0,4
21. Tape Goreng Potong 50 1,2
22. Lumpia Potong 62 0,6
23. Sukun Goreng Potong 106 5,2
24. Jamur Goreng Porsi 85 1,9
25. Kentang Goreng Porsi 84 1,3
Dari tabel 4.12. dapat disimpulkan bahwa Sukun Goreng memiliki

kandungan serat paling tinggi (5,2 gr) sementara Pastel memiliki

kandungan serat yang rendah (0,1 gr).

Kandungan serat pada beberapa jenis kue yang dijual di kampus

USU dan sekitarnya dapat dilihat pada tabel 4.13. yang diperoleh dari

aplikasi NutriSurvei.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Tabel 4.13. Kandungan Serat pada Beberapa Jenis Kue


No. Nama Jenis Makanan URT Berat Serat
(gr) (gr)
1. Onde – Onde Buah 19 – 42 0,5 – 1,1
2. Kue Lapis Buah 23 – 48 0,2 – 0,3
3. Kue Nagasari Buah 47 – 67 1,3 – 1,8
4. Kue Lumpang Buah 4 – 54 0 – 1,4
5. Donat Gula Buah 39 – 55 0,2 – 1,2
6. Donat Ceres Buah 39 – 79 0,3 – 1,4
7. Donat Tuna Buah 76 0,6
8. Kue Putu Ayu Buah 31 – 37 0,6 – 1,1
9. Soes Buah 18 – 36 0,3 – 0,8
10. Kue Dadar Buah 34 – 53 1,3 – 2,4
11. Kemplang Hitam Buah 26 – 33 0,6 – 1,3
12. Kemplang Putih Buah 27 – 54 0,8 - 1,7
13. Kue Putu Beras Buah 21 – 31 0,3 – 0,4
14. Kue Bugis Buah 28 – 42 0,3 – 0,4
15. Krakers Buah 20 0,2
16. Wajik Potong 46 0,6
17. Kue Cucur Buah 7 0,0
18. Serabi Bungkus 155 1,1
19. Bolu Kukus Buah 19 0,1
20. Kue Pacar Cina Buah 40 0,3
21. Lepat Utri Buah 43 0,2
22. Lemang Potong 37 1,4
23. Lemper Bakar Buah 24 0,3
24. Roti Ketawa Buah 24 0,6

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa Kue Dadar memiliki

kandungan serat yang tinggi (1,3 gr – 2,4 gr) sementara Kue Cucur

memiliki kandungan serat yang paling rendah (0.0 gr).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam Satuan


Berat (Gram)

Komponen penyusun jenis bahan makanan tradisional sangat menentukan

karakteristik jenis bahan makanan tradisional tersebut. Karakteristik bahan

makanan sangat menentukan volume dan berat bahan makanan tersebut.

Beragamnya unsur dan jumlah penyusun yang membentuk suatu bahan makanan

menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi tidak tetap. Namun bila jenis bahan

makanan sama dan jenis penyusunnya sama tetapi jumlah dari tiap-tiap

penyusunnya berbeda akan memberikan hasil yang berbeda juga pada saat

dilakukan pengukuran berat dan volumenya, Perbedaan kadar air yang terkandung

dalam suatu bahan makanan menyebabkan berat dari bahan makanan berbeda

(Handayani, 2006).

Kue dan gorengan yang ada di kampus USU dan sekitarnya ini memiliki

penjual yang berbeda yang dimana kemungkinan ukuran dari setiap jenis kue yang

jenisnya sama juga akan berbeda, karena kue dan gorengan yang dijual di kampus

USU dan sekitarnya ini tidak lah memiliki standard atau patokan seberapa banyak

atau seberapa besar kue dan gorengan yang akan dijual. Kue dan gorengan ini

dibuat berdasarkan kehendak penjual saja tanpa ada patokan atau standard.

Umumnya penjual kue dan gorengan menetapkan ukuran kue dan

gorengan sesuai dengan keinginan penjual sendiri, ada yang membuat kue dan

gorengan yang besar agar harga yang didapat tinggi, adapula penjual kue dan

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46

gorengan yang menjual dengan ukuran yang sedang agar dapat dibeli dengan

harga yang murah.

5.2. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam Satuan


Berat (Gram) dan Kandungan Zat Gizi pada Gorengan

Hasil konversi satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam satuan

berat (gram) pada tempe goreng yang dijual di kampus USU dan sekitarnya

berjumlah 9 potong, tempe goreng yang dijual di kantin Pertanian dan tempe

goreng di kantin Psikologi memiliki berat yang sama yaitu 30 gr per potongnya,

tempe goreng yang dijual di kantin Pertanian memiliki bentuk tebal dan lebih

sedikit tepung dan tempe goreng yang dijual di kantin Psikologi ini memiliki

bentuk yang lebih tipis dari tempe goreng yang dijual di kantin Pertanian dan

memiliki banyak tepung. Tempe goreng yang dijual di kantin Gelanggang

Mahasiswa dan tempe goreng yang dijual di kantin Kedokteran juga memliki

berat yang sama yaitu 36 gr per potong.

Bakwan yang dijual di kampus USU sangat banyak variasinya, bakwan

yang memiliki berat paling tinggi yaitu bakwan jagung yang dijual di kantin FK

yang bernilai 51 gr per potongnya. Bakwan yang dijual di kampus USU dan

sekitarnya tidak hanya bakwan yang berisi sayur kol dan wortel tetapi juga ada

bakwan yang hanya berisi tauge saja.

Gorengan risol yang dijual di kampus USU berjumlah 12 buah. Risol yang

dijual di kantin FISIP dan risol yang dijual di jalan Pembangunan memiliki berat

yang sama yaitu 32 gr per potongnya, walaupun memiliki berat yang sama risol

yang dijual di kantin FISIP dan yang dijual di jalan Pembangunan ini memiliki

kandungan / isi yang berbeda, risol kantin FISIP memiliki isian tauge dan wortel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

sementara risol yang dijual di jalan Pembangunan memiliki kandungan / isi wortel

saja yang potong dadu. Hal yang sama juga terdapat pada risol yang dijual di

kantin Kesehatan Masyarakat dan risol yang dijual di tempat ibu Endang yang

berada pada Jamin Ginting yang memiliki berat yang sama yaitu 52 gr per

potongnya, risol yang dijual di kantin kesehatan masyarakat memiliki isian berupa

sosis yang diiris tipis dan kentang sementara risol Ibu Endang memiliki isian

kentang dan ayam, hal ini menunjukkan bahwa risol yang dijual di kantin

Kesehatan Masyarakat dan Ibu Endang pastilah memiliki nilai kandungan gizi

yang berbeda. Risol yang dijual di kantin Kesehatan Masyarakat yang memiliki

berat paling tinggi yaitu 73 gr per potongnya, yang memiliki isian daging iris dan

wortel, di kantin tempat menjual dinamakan Risol Smoked Beef.

Pisang goreng yang dijual di kampus USU dan sekitarnya ini hanya

berjumlah 4 potong, dari hasil yang didapat tidak ada pisang goreng yang

memiliki berat yang sama. Pisang goreng yang memiliki berat paling rendah yaitu

40 gr dan yang paling tinggi 64 gr.

Pisang molen hanya berjumlah 2 yang dijual di kampus USU dan

sekitarnya. pisang molen yang dijual di kantin FISIP hanya memiliki berat 21 gr

hal ini dikarenakan, penjual hanya sedikit membalut pisang dengan molen

sehingga harga yang dijual juga murah, berbeda dengan pisang molen yang dijual

di jalan Pembangunan yang memiliki berat 41 gr per buah, penjual membuat

pisang yang lumayan besar lalu membalutnya dengan molen yang harganya dijual

lebih tinggi daripada pisang molen yang dijual di kantin FISIP.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Pastel yang dijual di kampus USU berjumlah 2, pastel yang dijual di

kantin Ekonomi memiliki berat 16 gr per buah, isi dalam pastel tersebut hanya

berisi potongan wortel yang berupa dadu yang hanya sekitar 7 potong per 1

potong pastel. Pastel yang dijual di kantin Kedokteran memiliki berat 31 gr per

buah, pastel yang dijual di kantin Kedokteran memiliki isian atau kandungan yaitu

kentang, wortel dan tauge, akan sangat besar perbedaan kandungan zat gizi pada

pastel yang dijual di kantin Ekonomi dan pastel yang dijual di kantin Kedokteran.

Tahu isi goreng yang dijual di kampus USU berjumlah 4 potong. Tahu isi

goreng yang dijual di kantin Psikologi dan tahu isi goreng yang dijual di jalan

Pembangunan memiliki berat yang sama yakni 33 gr per potong tetapi memiliki

kandungan atau isian yang berbeda. Tahu isi goreng yang dijual di kantin

Psikologi memiliki isian wortel dan tauge, tahu isi goreng yang dijual di jalan

Pembangunan memiliki isian wortel dan kentang yang memiliki kandungan gizi

yang berbeda pula. Tahu isi goreng yang dijual di kantin Gelanggang Mahasiswa

yang memiliki berat paling tinggi yakni 65 gr per potong memiliki isian wortel

dan tauge.

Tape goreng hanya berjumlah satu di kampus USU dan sekitarnya. Tape

goreng memiliki berat 50 gr per potong, berat tepung yang sudah digoreng per

potong 13 gr, sementara tapenya memiliki berat 47 gr.

Lumpia yang dijual di kampus USU dan sekitarnya berjumlah satu yang

dijual di kantin FKM yang memiliki berat 62 gr per potong, isi atau kandungan

dari lumpia yaitu ebi dan potongan dadu wortel, biasanya penjual juga

menambahkan mayonnaise pada luaran lumpia yang di beli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Jamur goreng yang dijual dikampus USU ini dijual seharga Rp.5000,-,

berat per porsinya 85 gr, jamur goreng yang ingin dijual diletakkan pada plastik

mika. Jamur goreng di jumpai di kantin GeMa saja. Biasanya Jamur goreng

disantap dengan saus yang dicampur mayonnaise oleh si penjual.

Kentang goreng yang terdapat di kampus USU dan sekitarnya berjumlah

satu, memiliki berat 84 gr dengan irisan kentang sekitar 11 iris per porsinya.

Kentang diiris agak tebal lalu di celup pada adonan tepung dan garam. Sama hal

nya dengan jamur goreng, kentang goreng juga dimakan dengan di colek ke saus

yang telah dicampur mayonnaise oleh si penjual.

Setiap jenis gorengan mengandung gizi yang berbeda – beda tergantung

bahan dasar pembuatannya. Salah satu bahan dasar pembuatan gorengan antara

lain, tempe dan tahu, tempe dan tahu terbuat dari kacang kedelai memiliki

kandungan protein nabati yang cukup tinggi. Protein tersebut sangat dibutuhkan

oleh tubuh dalam proses pertumbuhan terutama dalam perkembangan otak

(Steffanus dkk, 2008).

Gorengan yang paling banyak diminati salah satunya adalah bakwan,

bakwan terbuat dari berbagai jenis sayur-sayuran seperti wortel, tauge dan kol.

Sayur-sayuran tersebut kaya akan vitamin, zat besi, antioksidan dan zat-zat

lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Selain bakwan, gorengan ubi dan

singkong juga banyak mengandung banyak serat dan karbohidrat yang berguna

untuk asupan energi. Efek makologis dari ubi dan singkong adalah sebagai

antioksidan, anti kanker, anti tumor dan menambah nafsu makan (Steffanus dkk,

2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Dalam penelitian Steffanus dkk (2008), berpendapat bahwa pisang goreng

merupakan salah satu gorengan yang memiliki kandungan gizi dan vitamin yang

sangat tinggi. Selain itu ternyata semua bagian pisang dapat dimanfaatkan untuk

berbagai hal yang berguna bagi manusia termasuk dagingnya yang bisa dijadikan

gorengan.

Menurut Steffanus dkk. (2008), jenis gorengan yang biasa dikonsumsi

mahasiswa dan yang terdapat di lingkungan kampus adalah bakwan, tempe, risol,

molen, pisang goreng dan singkong goreng. Namun terdapat beberapa mahasiswa

yang juga mengonsumsi gorengan jenis lain seperti, tape goreng dan pastel.

Menurut penelitian Hasanah (2011) sebagian besar penjaja gorengan

mengakui jenis gorengan terlaris adalah tempe, jenis gorengan lain yaitu bakwan

dengan persentasi sebesar 41,9% dan sebanyak 15,1% mahasiswa menyukai

molen.

Preferensi konsumsi gorengan yang telah diteliti, sebanyak 73,8%

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

mengonsumsi gorengan sebanyak 2-3 buah dalam sekali makan, sisanya

mengonsumsi gorengan >3 buah dalam sekali makan.

Menurut penelitian Steffanus dkk. (2008), dari 50 mahasiswa, 17

diantaranya membeli gorengan sebanyak 1-2 kali tiap minggunya, 9 mahasiswa

membeli 3-4 kali, tidak ada mahasiswa yang membeli gorengan sebanyak 5-6 kali

tiap minggunya. Sedangkan sisanya, yaitu 24 mahasiswa mengaku intensitas

pembelian gorengan dalam seminggu tidak menentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Gorengan menjadi pilihan mahasiswa karena dianggap dapat memberikan

kontribusi energi dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari. Namun, aspek

keamanan mahasiswa masih belum banyak tahu apakah gorengan ini aman untuk

dikonsumsi (Amalia dan Nurohmi, 2014).

Penelitian Diguna dkk (2013) menyatakan bahwa kelompok yang beresiko

untuk terjadinya obesitas adalah kelompok yang mengonsumsi gorengan dengan

jumlah >2/hari. Sebanyak 58,82% dari kelompok yang mengonsumsi gorengan

>2/hari mengalami obesitas, 8,82% mengalami overweight dan 32,35% memiliki

IMT normal. Peningkatan IMT pada kelompok ini disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan kebutuhan

tubuh, jika makanan yang dimakan memiliki kalori yang lebih dari kebutuhan

tubuh, maka kalori tersebut akan ditukar atau disimpan sebagai lemak.

Gorengan dapat menjadi asupan berbagai macam gizi yang baik bagi

kesehatan, namun konsumen tidak mengetahui sebenarnya gorengan mengandung

zat yang menyebabkan penyakit yang serius terhadap tubuh. Dari 50 mahasiswa,

34% konsumen merasakan sakit tenggorokan setelah mengonsumsi gorengan,

10% merasakan batuk – batuk, 48% konsumen tidak merasakan apa-apa setelah

mengonsumsi gorengan (Steffanus dkk, 2008).

Asam lemak trans yang ada pada gorengan mengurangi jumlah kolestrol

baik (HDL) dan menaikkan kadar kolestrol jahat (LDL), asupan lemak trans yang

tinggi diatas 6% dari energi total secara terus menerus bisa berakibat buruk pada

banyak hal. Asam lemak trans juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur,

pasalnya konsumsi asam lemak trans pada ibu hamil dapat mengganggu asupan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh calon bayi (Steffanus dkk,

2008).

Selain asam lemak trans, hasil studi yang dilakukan oleh Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan di salah satu perguruan tinggi

Yogyakarta terdapat 15 penjual gorengan yang semua sampel minyak goreng

yang diteliti positif mengandung peroksida, peroksida adalah nilai terpenting

untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak dan lemak. Dari penelitian

tersebut didapatkan bahwa dari 15 pedagang, 14 diantaranya termasuk dalam

kategori tidak baik yakni kadar peroksidanya melebihi standar mutu minyak

goreng menurut SNI yaitu >2 meq/kg. bahaya peroksida dapat menyebabkan

keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit misalnya diare, artero

sclerosis, kanker dan menurunkan nilai cerna lemak.

Jenis gorengan yang di setiap kantin selalu tersedia yaitu tempe goreng,

risol dan bakwan. Kandungan energi pada ketiga gorengan ini sangat besar yakni

162,8 hingga 275,4 kkal. Tubuh memerlukan sekitar 2200 kkal per hari, sementara

tingkat konsumsi kue dan gorengan sangat tinggi pada mahasiswa USU yaitu 2-3

buah dalam sekali makan. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit obesitas

dikarenakan mahasiswa USU mengonsumsi gorengan sebagai camilan.

5.3. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam Satuan


Berat (Gram) dan Kandungan Zat Gizi pada Kue

Hasil konversi satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam satuan

berat (gram) pada kue onde – onde yang dijual di kampus USU dan sekitarnya

berjumlah 6 buah. Tidak ada onde – onde yang dijual di kampus USU yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

memiliki berat yang sama. Nilai berat yang paling rendah yaitu 19 gr per buah dan

yang paling tinggi 42 gr per buah. Kandungan atau isian dari onde - onde semua

nya sama yaitu gula merah yang cair hanya ukurannya saja yang berbeda di tiap

penjual.

Kue donat memiliki cara pengolahan yang di goreng, donat yang terdapat

di kampus USU dan sekitarnya berjumlah 8 buah yang memiliki variasi berbeda

seperti, donat ceres, donat gula dan donat tuna. Donat yang memiliki kandungan

atau isian yaitu donat tuna, penjual memasukkan beberapa suiran ikan tongkol di

dalam donat tersebut, donat tuna memiliki berat 76 gr per buah. Untuk donat yang

memiliki berat paling besar yaitu donat ceres yang memiliki berat 79 gr per buah.

Donat gula yang dijual di kantin Gelanggang Mahasiswa memiliki berat paling

rendah yaitu 39 gr per buah yang memiliki taburan gula yang sudah dicairkan

diatasnya.

Kue dadar, kue basah ini berjumlah 5 buah di kampus USU dan

sekitarnya, kue dadar yang dijual di kantin Psikologi dan yang dijual di kantin

Farmasi memiliki jumlah berat yang sama yakni 37 gr yang kue dadar yang dijual

dikantin Psikologi memiliki isian berupa inti lebih sedikit dibanding kue dadar

yang dijual di kantin Farmasi. Kue dadar yang dijual di Sumber memiliki berat

yang paling tinggi yakni, 53 gr.

Kue kemplang berjumlah 6 buah yang dijual di kampus USU dan

sekitarnya, kemplang memiliki 2 variasi yaitu kemplang putih dan kemplang

hitam, kemplang putih yang dijual di kantin Gelanggang Mahasiswa dan

kemplang putih yang dijual di kantin FIB ini memiliki jumlah berat yang sama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

yaitu 27 gr per buah. Kemplang hitam yang dijual di kantin FISIP memiliki nilai

berat paling rendah yaitu 26 gr per buah, kemplang putih yang dijual di kafe

kampus memiliki nilai berat yang paling tinggi yakni, 54 gr per buah. Tidak ada

perbedaan di cara pengolahan dan komposisi bahan pada kemplang ini.

Dari semua jenis kue yang dijual di kampus USU dan sekitarnya, hampir

seluruh kue yang dijual menggunakan komposisi bahan tepung. Menurut

penelitian Rukmana (2000), Konsumsi tepung terigu di Indonesia cenderung

meningkat. Pada tahun 1998 konsumsi mencapai 3,150 juta ton dan tahun 2000

diduga mencapai 5 juta ton. Terlalu sering mengonsumsi makanan yang berbahan

dasar tepung dapat mengakibatkan penyakit diabetes. Menurut Kurdanti (2015),

mahasiswa yang mengonsumsi kue yang bersumber dari tepung >7 buah dalam

jangka waktu seminggu secara rutin mengalami diabetes. Dari 20 responden,

sebanyak 16 diantaranya mengalami diabetes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Jenis kue dan gorengan yang ditemukan / dibeli di kantin USU dan sekitarnya

dalam penelitian ini berjumlah 49 jenis (Gorengan 25 jenis, Kue 24 jenis).

2. Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah potong, porsi dan buah. Hasil konversi satuan Ukuran Rumah Tangga

(URT) ke dalam satuan berat (gram) pada gorengan yang memiliki berat paling

besar adalah sukun goreng yang satu potongnya memiliki jumlah berat 106 gr,

sedangkan pada kue adalah serabi yang per porsi memiliki berat 155 gr.

3. Gorengan dan kue umumnya memiliki kandungan energi, karbohidrat dan

lemak yang tinggi. Kandungan zat gizi energi paling besar pada gorengan

terdapat pada bakwan jagung (275,4 kkal), sementara pada kue terdapat pada

serabi (621.5 kkal). Gorengan yang memiliki kandungan karbohidrat yang

tinggi adalah sukun goreng (28.7 gr) sementara kue yang memiliki kandungan

karbohidrat yang tinggi adalah serabi (63.5 gr).

5.2. Saran

Diharapkan mahasiswa agar lebih selektif dalam memilih kue dan gorengan

yang ingin dibeli, lebih memperhatikan kandungan zat gizi apa saja yang ada pada

kue dan gorengan agar tingkat konsumsi kue dan gorengan tidak berlebih yang

dapat mengakibatkan penyakit dan diharapkan ada penelitian selanjutnya yang

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56

menambah jumlah jenis kue dan gorengan yang bukan hanya di wilayah kampus

USU dan sekitarnya yang belum didapatkan dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Leily. Nurohmi Susi (2014). Preferensi dan Kebiasaan Konsumsi Makanan
Jajanan Gorengan di Kalangan Aktivis Badan Aktivis Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor.

Diguna, dkk (2011). Hubungan Jumlah dan Jenis Konsumsi Gorengan sebagai
Kudapan Pagi terhadap Indeks Massa Tubuh pada Anggota TNI AD
Yonzipur Dayeuhkulot Bandung. Prosiding penelitian sivitas akademika unisba
(kesehatan).

Gisslen (2013). Essentials of Professional Cooking. New Jersey. John Willey & Sons,
Inc.

Handayati dkk (2008). Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan
Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Pangan Sumber Protein. Jurnal Gizi dan
Pangan.

Hardinsyah, Briawan D (1994). Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.


Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian
IPB.

Hasanah U (2011). Kajian Model Pemajanan Asap Rokok terrhadap Kadar Logam
Berat Produk Pangan Gorengan Berlapis Tepung. Fakultas Teknologi
Pertanian. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Hendra Al-Rahmad, Agus (2016). Standar Konversi Ukuran Rumah Tangga ke


dalam Nilai Zat Gizi di Pedesaan Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Nasuwwakes Volume 9 No. 2.

Hudaya, Marleen (2010). Teknik Pengolahan Roti dan Kue. Bandung : Widya
Padjajaran.

Kurdanti, Weni dkk (2015). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Obesitas pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume 11 No.4.

Kusharto, Clara. Supariasa, I Nyoman (2014). Survei Konsumsi Gizi. Yogyakarta.


Graha Ilmu.

Lillyana (2003). Kreasi Baru Kue Basah. Jakarta. Gramedia.

Mulasari, Surahma Asti (2014). Bahaya Minyak Gorengan. Fakultas Kesehatan


Masyarakat. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58

Nurhamidi dkk (2014). Studi Satuan Konversi Ukuran Rumah Tangga ke dalam
Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Makanan Tradisional Hasil Olahan
Masyarakat Banjar di Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 2.

Rukmana, R. (2000). Ganyong Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta. UGM Press.

Sari, Ratna Titi (2004). Hubungan Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan dengan
Status Gizi pada Siswa SLTP Ibu Kartini Semarang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sihombing, Mariana (2014). Kinetika Hidrolisis Pembentukan Gula Pereduksi


dengan Pengaruh Variasi Konsentrasi HCl dan Temperatur Hidrolisis.
Program Studi Teknik Kimia. Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya.

Soesilo, Dewi (2013). Kue-Kue Goreng Tradisional. Jakarta. DeMedia.

Steffanus dkk (2008). Pengaruh Gorengan terhadap Pangan Warga Jakarta. SMA
Kolese Kanisius. Jakarta.

Subagjo, A (2007). Manajemen Pengolahan Roti dan Kue. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Suhardjito, Y. B (2006). Pastry and Perhotelan. Yogyakarta. Andi.

Supariasa dkk (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC.

Syarbini, H. M (2013). Referensi Komplit Bahan, Proses Pembuatan Roti dan


Panduan Menjadi Bakepreneur. Solo. Metagraf.

Widajanti, L (2009). Survey Konsumsi Gizi. Semarang. BP Undip.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Master Data

No Jenis Makanan URT Berat (Gr) Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vit A Vit B1 Vit C
1 Ubi Goreng I 1 Potong 55 gr 101.7 0.7 1.4 22.4 9.4 36.8 0.5 2.8 0.1 13.8
2 Ubi Goreng II 1 Potong 55 gr 101.7 0.7 1.4 22.4 9.4 36.8 0.5 2.8 0.1 13.8
3 Ubi Goreng III 1 Potong 60 gr 111 0.7 1.6 24.5 10.2 40.2 0.5 3 0.1 15
4 Tempe Goreng I 1 Potong 13 gr 46 2.2 3.5 2 10.9 24 0.3 0.1 0 0
5 Tempe Goreng II 1 Potong 26 gr 92 4.4 7 4 21.8 48.1 0.5 0.3 0 0
6 Tempe Goreng III 1 Potong 30 gr 106.2 5.1 8.1 4.6 25.2 55.5 0.6 0.3 0 0
7 Tempe Goreng IV 1 Potong 30 gr 106.2 5.1 8.1 4.6 25.2 55.5 0.6 0.3 0 0
8 Tempe Goreng V 1 Potong 36 gr 127.4 6.2 9.7 5.5 30.2 66.6 0.8 0.4 0 0
9 Tempe Goreng VI 1 Potong 36 gr 127.4 6.2 9.7 5.5 30.2 66.6 0.8 0.4 0 0
10 Tempe Goreng VII 1 Potong 39 gr 138 6.7 10.5 6 32.8 72.2 0.8 0.4 0 0
11 Tempe Goreng VIII 1 Potong 43 gr 152.2 7.4 11.6 6.6 36.1 79.6 0.9 0.4 0.1 0
12 Tempe Goreng IX 1 Potong 46 gr 162.8 7.9 12.4 7 38.6 85.1 1 0.5 0.1 0
13 Bakwan I 1 Potong 28 gr 151.2 1.5 11.3 11 2.8 16.2 0.2 0 0 0.3
14 Bakwan II 1 Potong 29 gr 156.6 1.5 11.7 11.4 2.9 16.8 0.2 0 0 0.3
15 Bakwan III 1 Potong 32 gr 172.8 1.7 13 12.5 3.2 18.6 0.2 0 0 0.3
16 Bakwan IV 1 Potong 51 gr 275.4 2.7 20.7 20 5.1 29.6 0.3 0 0 0.5
17 Bakwan V 1 Potong 40 gr 216 2.1 16.2 15.7 4 23.2 0.2 0 0 0.4
18 Bakwan VI 1 Potong 41 gr 221.4 2.2 16.6 16.1 4.1 23.8 0.2 0 0 0.4
19 Bakwan VII 1 Potong 42 gr 226.8 2.2 17 16.5 4.2 24.4 0.3 0 0 0.4
20 Bakwan VIII 1 Potong 45 gr 243 2.4 18.2 17.6 4.5 26.1 0.3 0 0 0.4
21 Bakwan IX 1 Potong 47 gr 253.8 2.5 19 18.4 4.7 27.3 0.3 0 0 0.5
22 Bakwan X 1 Potong 48 gr 259.2 2.5 19.4 18.8 4.8 27.8 0.3 0 0 0.5
23 Risol I 1 Potong 32 gr 79 3.3 2.4 10.7 4.2 34.6 0.3 6.1 0 1.3
24 Risol II 1 Potong 32 gr 79 3.3 2.4 10.7 4.2 34.6 0.3 6.1 0 1.3
25 Risol III 1 Potong 35 gr 86.4 3.6 2.7 11.7 4.6 37.8 0.3 6.7 0 1.4
26 Risol IV 1 Potong 37 gr 91.4 3.8 2.8 12.3 4.8 40 0.4 7 0 1.5
27 Risol V 1 Potong 45 gr 111.1 4.6 3.4 15 5.8 48.6 0.4 8.6 0 1.8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28 Risol VI 1 Potong 47 gr 116 4.8 3.6 15.7 6.1 50.8 0.5 8.9 0 1.9
29 Risol VII 1 Potong 49 gr 123.2 5.1 3.8 16.4 6.5 56.5 0.5 9.6 0 2.1
30 Risol VIII 1 Potong 52 gr 128.4 5.4 4 17.3 6.8 56.2 0.5 9.9 0 2.1
31 Risol IX 1 Potong 52 gr 128.4 5.4 4 17.3 6.8 56.2 0.5 9.9 0 2.4
32 Risol X 1 Potong 61 gr 144.3 6 5.2 18.1 7 60.3 0.6 11.3 0 2.7
33 Risol XI 1 Potong 72 gr 177.8 7.4 5.5 24 7.8 67.6 0.6 12.7 0 2.8
34 Risol XII 1 Potong 73 gr 180.2 7.5 5.5 24.3 9.5 78.8 0.7 13.9 0.1 2.9
35 Pisang Goreng I 1 Potong 40 gr 63.2 0.4 4.2 7 1.6 6.4 0.1 2.4 0 2.4
36 Pisang Goreng II 1 Potong 52 gr 82.2 0.5 5.4 9.1 2.1 8.3 0.1 3.1 0 3.1
37 Pisang Goreng III 1 Potong 54 gr 85.3 0.5 5.6 9.4 2.2 8.6 0.1 3.2 0 3.2
38 Pisang Goreng IV 1 Potong 64 gr 101.1 0.6 6.7 11.2 2.6 10.2 0.1 3.8 0 3.8
39 Onde - Onde I 1 Buah 19 gr 53 0.7 2.4 7.5 10.6 15.4 0.3 0.2 0 0
40 Onde - Onde II 1 Buah 23 gr 64.2 0.8 2.9 9.1 12.9 18.6 0.3 0.2 0 0
41 Onde - Onde III 1 Buah 27 gr 75.3 0.9 3.4 10.6 15.1 21.9 0.4 0.3 0 0
42 Onde - Onde IV 1 Buah 37 gr 103.2 1.3 4.7 14.6 20.7 30 0.5 0.4 0 0
43 Onde - Onde V 1 Buah 40 gr 111.6 1.4 5.1 15.8 22.4 32.4 0.6 0.4 0 0
44 Onde - Onde VI 1 Buah 42 gr 117.1 1.5 5.3 16.5 23.5 34 0.6 o.4 0 0
45 Kue Dadar I 1 Buah 34 gr 98.2 1.9 2.9 16.4 5.1 27.9 0.4 8.5 0 0.3
46 Kue Dadar II 1 Buah 37 gr 106.9 2.1 3.1 17.9 5.6 30.3 0.4 9.3 0 0.4
47 Kue Dadar III 1 Buah 37 gr 106.9 2.1 3.1 17.9 5.6 30.3 0.4 9.3 0 0.4
48 Kue Dadar IV 1 Buah 39 gr 112.7 2.2 3.3 18.8 5.8 32 0.4 9.8 0 0.4
49 Kue Dadar V 1 Buah 53 gr 153.1 3 4.5 25.6 7.9 43.5 0.6 13.3 0 0.5
50 Kemplang Hitam 1 Buah 26 gr 104.3 0.5 6.8 10.6 4.7 9.4 0.2 0 0 0
51 Kemplang Putih 1 Buah 27 gr 108.3 0.5 7 11 6.8 9.7 0.2 0 0 0
52 Kemplang Putih 1 Buah 27 gr 108.3 0.5 7 11 6.8 9.7 0.2 0 0 0
53 Kemplang Hitam 1 Buah 33 gr 132.3 0.6 8.6 13.5 5.9 11.9 0.2 0 0 0
54 Kemplang Putih 1 Buah 36 gr 144.4 0.6 9.4 14.7 6.5 13 0.2 0 0 0
55 Kemplang Putih 1 Buah 54 gr 216.6 1 14.1 22.1 9.7 19.4 0.3 0 0 0
56 Kue Putu Beras I 1 Buah 21 gr 39.5 0.5 0.9 7.5 0.8 8.8 0.1 0 0 0
57 Kue Putu Beras II 1 Buah 31 gr 58.3 0.1 1.3 11 1.2 13 0.2 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58 Kue Bugis I 1 Buah 28 gr 6.7 0.08 0.02 1.5 0.3 0 0.05 0 0 0
59 Kue Bugis II 1 Buah 39 gr 9.3 0.1 0.03 2.1 0.4 0 0.07 0 0 0
60 Kue Bugis III 1 Buah 42 gr 10 0.1 0.04 2.2 0.4 0 0.07 0 0 0
61 Pisang Molen I 1 Buah 21 gr 44.5 0.3 3.2 3.8 1 4.6 0.1 1.3 0 0.8
62 Pisang Molen II 1 Buah 41 gr 86.9 0.7 6.3 7.5 2 9 0.1 2.5 0 1.6
63 Tape Ubi 1 Bungkus 48 gr 158 1.2 0.3 39.2 21.1 77.8 0.9 0 0.1 0
64 Perkedel I 1 Buah 14 gr 38.2 1.2 3 1.6 0.7 12.5 0.1 0.8 0 1
65 Perkedel II 1 Buah 17 gr 46.4 1.5 3.7 2 0.9 15.1 0.1 1 0 1.2
66 Perkedel III 1 Buah 33 gr 90.1 2.9 7.1 3.9 1.6 29.4 0.2 2 0 2.3
67 Perkedel IV 1 Buah 59 gr 161 5.1 12.7 6.9 3 52.5 0.4 3.5 0 4.1
68 Krakers / Gabin 1 Buah 20 gr 89.4 1.5 2.8 14.7 22.2 26.4 0.1 10 0 0.2
69 Wajik 1 Buah 46 gr 86.5 1 1.9 16.3 1.8 19.3 0.2 0 0 0
70 Pastel I 1 Buah 16 gr 56.2 1.9 4.3 2.5 2.2 17.9 0.2 6.1 0 0
71 Pastel II 1 Buah 32 gr 112.4 3.8 8.5 5 4.5 35.8 0.3 2.2 0 0
72 Ubi Ungu Goreng I 1 Potong 51 gr 57.2 1.2 0.1 13.4 4.6 23 0.5 0 0.1 7.1
73 Ubi Ungu Goreng II 1 Potong 59 gr 66.1 1.4 0.1 15.5 5.3 26.5 0.5 0 0.1 8.3
74 Kue Lapis I 1 Buah 23 gr 92.7 1.3 5.3 10.2 3.9 16.3 0.1 11 0 0
75 Kue Lapis II 1 Buah 39 gr 157.2 2.2 8.9 17.3 6.6 27.7 0.2 18.7 0 0
76 Kue Lapis III 1 Buah 48 gr 193.4 2.7 11 21.3 8.2 34.1 0.3 23 0 0
77 Kue Cucur 1 Buah 7 gr 28.1 0.1 1.8 2.9 1.3 2.5 0 0 0 0
78 Tape Goreng 1 Potong 50 gr 248.1 0.9 15.3 28.6 15.5 56.5 0.6 0 0.1 0
79 Lemper Bakar 1 Buah 24 gr 47.5 1.1 1.4 7.7 1.2 13.4 0.1 1 0 0
80 Kue Nagasari I 1 Buah 47 gr 100.1 1.2 4.1 15.7 4.2 23 0.4 2.8 0 3.3
81 Kue Nagasari II 1 Buah 59 gr 125.6 1.5 5.2 19.8 5.3 28.9 0.5 3.5 0 4.1
82 Kue Nagasari III 1 Buah 67 gr 142.7 1.7 5.9 22.4 6 32.8 0.5 4 0.1 4.7
83 Lumpia 1 Buah 62 gr 62 3.1 2.3 11 8.1 37.8 56.4 0.4 0 0
84 Serabi 1 Bungkus 155 gr 621.5 3 40.5 63.5 28 56 1 0 0 0
85 Bolu Kukus 1 Buah 19 gr 39.3 0.8 0.4 8.2 2.3 10.3 0.1 6.1 0 0
86 Lumpang I 1 Buah 4 gr 7.5 0.1 0.2 1.4 0.2 1.7 0 0 0 0
87 Lumpang II 1 Buah 54 gr 101.6 1.2 2.3 19.2 2.2 22.7 0.3 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88 Kue Pacar Cina 1 Buah 40 gr 15.2 0.2 0.08 6.8 3.7 0 0.07 0 0 0
89 Roti Ketawa 1 Buah 24 gr 65.7 2.5 0.2 29.4 2.4 25.2 0.1 0 0 0
90 Lemang 1 Potong 37 gr 133.5 2.1 0.7 12.5 3 36.1 0.2 0 0 0
91 Lepat Utri 1 Buah 43 gr 216.3 0.9 11 29.7 16.3 60.2 0.7 5.2 0.1 25.8
92 Sukun Goreng 1 Potong 106 gr 109.2 1.2 0.2 28.7 18 31.8 0.5 4.2 0.1 30.7
93 Jamur Goreng 1 Porsi 85 gr 23 1.9 0.4 4.3 5.1 73.9 1.4 0 0.1 3.4
94 Kentang Goreng 1 Porsi 84 gr 78.1 1.7 0.1 18.1 4.2 42 0.3 0 0.1 10.9
95 Donat Gula I 1 Buah 39 gr 156 2 8.5 18.1 10.9 26.5 0.2 9.4 0 0
96 Donat Ceres I 1 Buah 39 gr 187 3.8 9 20.4 14 27.6 0.3 9.7 0 0
97 Donat Gula II 1 Buah 42 gr 168 2.2 9.2 19.4 11.8 28.6 0.3 10.1 0 0
98 Donat Gula III 1 Buah 45 gr 180 2.3 9.8 20.8 12.6 30.6 0.3 10.8 0 0
99 Donat Gula IV 1 Buah 52 gr 208 2.7 11.3 24.1 14.6 35.4 0.3 12.5 0 0
100 Donat Gula V 1 Buah 55 gr 220.1 2.9 12 25.5 15.4 37.4 0.3 13.2 0 0
101 Donat Tuna 1 Buah 76 gr 234.8 7.9 23.1 34 34.2 41.3 0.4 11.3 0.1 0
102 Donat Ceres II 1 Buah 79 gr 221 4.2 13.7 24.8 16.3 30.2 0.3 10.5 0 0
103 Kue Putu Ayu I 1 Buah 31 gr 67.3 2.4 2.5 9 18.9 51.8 0.7 0.2 0 8.7
104 Kue Putu Ayu II 1 Buah 37 gr 80.3 2.9 3 10.7 22.6 61.8 0.9 0.2 0.1 10.4
105 Abuk - Abuk 1 Buah 46 gr 86.5 1 1.9 16.3 1.8 19.3 0.2 0 0 0
106 Soes I 1 Buah 18 gr 39.7 1.3 1.8 4.4 0 0 0 0 0 0
107 Soes II 1 Buah 36 gr 79.5 2.7 3.6 8.9 0 0 0 0 0 0
108 Martabak I 1 Buah 30 gr 68.9 2.3 5.4 9.3 7.2 26.1 0.3 20.7 0 0.9
109 Martabak II 1 Buah 66 gr 95.7 5.1 11.9 20.5 15.8 57.4 0.6 45.5 0.1 2
110 Godok - Godok I 1 Potong 45 gr 52.2 0.4 0.1 14 0.9 12.6 0.3 41 0 4.9
111 Godok - Godok II 1 Potong 54 gr 62.6 0.4 0.1 16.8 1.1 15.1 0.3 49.1 0 5.9
112 Godok - Godok III 1 Potong 66 gr 76.5 0.5 0.1 20.6 1.3 18.5 0.4 60.1 0 7.3
113 Godok - Godok IV 1 Potong 86 gr 99.7 0.7 0.2 26.8 1.7 24.1 0.5 78.3 0 9.5
114 Tahu Isi I 1 Potong 33 gr 68 2.4 6.7 0.6 31.4 28.7 1.6 0 0 0
115 Tahu Isi II 1 Potong 33 gr 68 2.4 6.7 0,6 31.4 28.7 1.6 0 0 0
116 Tahu Isi III 1 Potong 46 gr 94.8 3.4 9.3 0.8 43.7 40 2.3 0 0 0
117 Tahu Isi IV 1 Potong 65 gr 105.1 3.7 10.4 0.9 48.5 44.4 2.5 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Dokumentasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai