Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2

Dosen Pembimbing : Sy. Indra Septiansyah, S.Si.,MT

Disusun Oleh :

Muhammad Riad(3022018454)

TEKNIK PERTAMBANGAN POLITEKNIK


NEGERI KETAPANG
TAHUN 2020
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

LAPORAN PKL 2

Laporan Yang Berjudul : LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 2

Disusun Oleh : Muhammad Riad

NIM : 3022018454

Program Studi : Teknik Pertambangan

Ketapang, November 2020

Menyetujui,

Pembimbing, Penguji,

Sy. Indra Septiansyah, S.Si.,MT Idris Herkan Afandi, S.Pd.,MT

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Herman, S.Si.,MT
MATERI WEBINAR 1
BAB I

PEMANFAATAN BATU BARA DAN PERKEMBANGANNYA DALAM RANGKA


KONSERVASI ENERGI

1.1 Latar Belakang

Karbonisasi pada batu bara adalah proses konversi batubara dengan memanaskan
batubara untuk menghilangkan semua volatille-nya hingga didapatkan batuan kokas batu bara
(Miller, 2005). Terminologi pirolisis dan karbonisasi sering digunakan secara overlapping.
Istilah pirolisis cendrung digunakan untuk dekomposisi batubara atau mineral organik pada
kondisi pemanasan tanpa oksigen pada temperature diatas 430˚C/800˚F, sementara istilah
karbonisasi lebih tepat digunakan pada proses untuk memproduksi arang atau kokas pada
pemanasan batubara dengan temperatur diatas suhu 500˚C/930˚F (Speight, 2013). Untuk
karbonisasi kokas metalurgi dibutuhkan temperature >1.000˚C – 1.100˚C.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan batubara dan mengetahui apa itu
batubara kokas dan batu bara coking

1.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Webinar


 Tema Judul Webinar
1. Webinar1
 PEMANFAATAN BATU BARA DAN PERKEMBANGANNYA
DALAM RANGKA KONSERVASI ENERGI.
Hari, tanggal : Kamis, 24 September
Waktu : 10.00 WITA- Selesai
Pemateri :
1) Dr. Deddy NSP Tenggara, S.T., M.T.
2) Dr. Yusuf Rumbino, S.T., M.T., IPM

1
BAB II
RINGKASAN MATERI WEBINAR
2.1 KOKAS

Kokas atau coke adalah batu bara yang mengalami pengaruh termal(Taylor,1998).
Kokas yang terbentuk di alam akibat intrusi dikenal dengan beberapa nama , yaitu natural
coke, geological coke,burn coal,cinder coal, jhama dan hermally metamorphosed coal.
Kokas yang dihasilkan melalui proses karbonisasi dan digunakan pada peleburan besi dan
baja atau logam lainnya seperti nikel,dll hingga sering juga disebut dengan kokas metalurgi.
Komposisi utama kokas adalah matrik yang berasal dari massa dasar batu bara, didominasi
oleh matrik yang berasal dari vitrinit yang terkarbonisasi dan mengalami transformasi melalui
fase plastis. Komponen lain pada kokas adalah konstituen organik dan anorganik yang tidak
atau mengalami sedikit perubahan. Kualitas kokas diukur berdasarkan 2 prameter, yaitu
reaktifitas( CRI/Coke Reactivity Index)dan stabiltas(CSR/Coke Strength after Reaction).

Karbonisasi batubara memainkan peran penting dalam transisi penggunaan


peralatan logam dalam sejarah peradaban manusia dan semakin populer pada masa
revolusi industrialisasi, setelah kayu yang pada awalnya digunakan sebagai bahan
semakin sulit untuk didapat (Nef,1957 ; Miller,2005).

Pada awal pemanfaatan, karbonisasi batubara digunakan untuk membuat


semikokas sebagai bahan bakar rendah emisi bagi kebutuhan domestic dan peralatan
transportasi akan tetapi kemudian berkembang sesuai kebutuhan manusia akan karbon
aktif yang digunakan dalam industry besi dan baja (Speight,2013).

1
Gambar 2.1 Pembakaran Dalam Tanur

Kokas memiliki 3 peran dalam proses metalurgi di tanur peleburan besi atau
nikel, yang pertama sebagai bahan bakar, kokas menyediakan energi panas yang dapat
diserap bagi proses edhotermis reaksi kimia pada fase pencairan slag (terak atau
ampas bijih) dan metal. Kemudian kokas juga memiliki fungsi sebagai agen reduksi
yang memproduksi gas pada reduksi iron oksida. Dan yang terpenting adalah sebagai
lapisan parmeabel yang merupakan satu-satunya lapisan material solid akan tetapi
parmeabel pada tanur yang dapat mensuport pembakaran dalam tanur dan
mengalirkan slag serta metal cair kebagian bawah tanur menuju bagian heart dan
mengalirkan gas dan udara panas kebagian atas tanur.

2
2.2 BATU BARA COKING

1. Kokas dibuat dari batu bara coking atau coking coal juga disebut dengan metallurgical
coal atau caking coal.
2. Coking coal adalah batu bara yang pada proses karbonisasi mengalami rangkaian
perubahan secara fisik dengan melunak, meleleh, melebur dan kemudian
tersolidifikasi kembali (Speight, 2005).
Batubara bituminous secara komersial digunakan untuk memproduksi kokas
metalurgi, karena berdasarkan pada peringkat yang lebih rendah mempunyai
kandungan oksigen terlalu tinggi dan menyebabkan ketidakstabilan pada fase plastis
dan terdekomposisi sebelum mencapai fase plastis, sementara batubara dari peringkat
yang lebih tinggi tidak menghasilkan kokas dengan titik bakar yang ideal (Ishihara,
dkk., 2004).
Batubara coking umumnya adalah batubara bituminous, tapi tidak semua
batubara bituminous memenuhi persyaratan sebagai batubara coking. Hanya sedikit
batubara yang bisa menjadi batubara coking, sebab itulah keterdapatannya sangat
langka dan bernilai sangat tinggi secaara komersial. Batubara dari peringkat yang
lebih rendah seperti lignit, atau dari peringkat yang lebih tinggi seperti antrasit, tidak
memiliki sifat plastis sehingga tidak dapat menghasilkan kokas (Miller, 2005).

Gambar 2.2 Proses pembentukan batubara coking menjadi


3
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pada laporan webinar kali ini, saya dapat menyimpulkan bahwa:
1) Kokas dibuat dari batubara coking atau coking coal juga disebut dengan metallurgical
coal atau caking coal. Sehingga sering disebut dengan batubara metalurgi yang
menghasilkan kokas metalurgi.
2) Karbonisasi batubara memainkan peran penting dalam transisi penggunaan peralatan
logam dalam sejarah peradaban manusia dan semakin popular pada massa revolusi
industrialisasi, setelah kayu yang pada awalnya digunakan sebagai bahan semakin
sulit untuk didapat.

3.2 Saran

Saran saya untuk kegiatan PKL ini agar dilaksanakan tepat waktu dan dilakukan kerja
langsung kelapangan tapi dikarenakan situasi dan kondisi kita tidak dapat melaksanakan kerja
langsung. Harapan saya semoga situasi makin membaik amiin.

1
BAB IV
LAMPIRAN
4.1 Brosur Webinar

4.2 Bukti Keikutsertaan Webinar (Email Bukti Invitation Kegiatan Webinar Foto
ScreenShot Mengikuti Kegiatan Webinar)

1
4.3 Sertifikat

2
MATERI WEBINAR 2

1
BAB I
PROSES PEMURNIAN BAUKSIT MENJADI ALUMINA
1.1 Latar Belakang

Bijih bauksit tidak digunakan untuk membuat aluminium. Bijih bauksit harus terlebih
dahulu masuk proses pemurnian untuk memperoleh aluminium oksida atau alumina. Proses
pemurnian bijih bauksit (Bayer) yang digunakan oleh pabrik pemurnian alumina di seluruh
dunia mencakup empat tahap digestion (pencernaan), clarification (klarifikasi), precipitation
(presipitasi/pengendapan), dan calcination (kalsinasi). Untuk memurnikan bauksit agar
diperoleh alumina, bauksit terlebih dahulu digiling dan dicampur dengan lime dan soda
kaustik. Campuran ini kemudian dipompa ke dalam tangki bertekanan tinggi dan dipanaskan.
Selama proses pemanasan tersebut, aluminium oksida akan terlarut oleh soda kaustik,
kemudian diendapkan, dicuci dan kemudian dipanaskan untuk menghilangkan air yang
tersisa. Hasil akhirnya adalah alumina dalam bentuk bubuk putih, yang kemudian akan
diubah menjadi logam aluminium pada proses peleburan selanjutnya.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut tentang proses bayer dan tahapan-
tahapan nya.
1.3 Jadwal Pelaksanaan Webinar
 Tema Judul Webinar
1. Webinar2
 PENGENALAN INDUSTRI BAUKSIT MENJADI ALUMINA

Hari, tanggal : Selasa, 5 Oktober 2020

Waktu : 07.30 WIB – Selesai

Pemateri :

1) Prof. Dr. mont. M. Zaki Mubarok, S.T., M.T.

2) Zainal Muttakin, S.T.

3) Ilham Tanjung, S.T.

1
BAB II
RINGKASAN MATERI WEBINAR
2.1 PROSES BAYER
Proses bayer adalah metode yang digunakan dalam dunia perindustrian untuk
memproduksi alumina (alumunium oksida) dari bauksit.
• Praktis satu-satunya proses yang digunakan secara komersial di industri untuk memproduksi
alumina (Al2O3 ) dari bauksit.
• Reagen pelindi (leaching agent) yang digunakan: NaOH
Proses Bayer terdiri dari 4 tahapan utama:
1. Digestion
2. Klarifikasi
3. Presipitasi
4. Kalsinasi

Gambar 2.1 Proses Bayer

1
1. Digestion
Bauksit yang telah digerus halus direaksikan dengan larutan NaOH panas di dalam
sebuah digester (autoclave tegak) → terbentuk larutan sodium aluminate (Na(Al(OH)4
atauNaAlO2 ) dan mineralmineral pengotor yang tidak larut.
▪ Reaksi pelindian alumina pada proses digestion:
Al2O3.xH2O + 2NaOH → 2NaAlO2 + (x+1)H2O (endothermis)
x = 1 untuk boehmite & diaspore, x=3 untuk bsitegib
▪ Mengapa tidak dilakukan pelindian dengan larutan asam?
 Dalam larutan asam, Fe dan Ti
mineral ikut larut dan mengkonsumsi asam.
 Presipitat Al(OH)3 dari pelindian asam cenderung berbentuk gel, lebih sulit
dicuci dan difiltrasi.
▪ Sebagaimana telah disebutkan bauksit tipe boehmite & diaspore
memerlukan temperatur pelarutan alumina yang lebih tinggi dibandingkan tipe
gibbsite.
▪ Tipikal kondisi pelindian untuk bijih gibbsite:
- temperatur : 135 – 145 oC
- tekanan : 400 kPA
- konsentrasi NaOH : 140 g/l
- waktu pelindian : 1 jam
▪ Tipikal kondisi pelindian untuk bijih boehmite & diaspore:
- temperatur : 180 –250 oC
- tekanan : 800 kPA
- Konsentrasi NaOH: 200- 300 g/l
- Waktu pelindian : 2 - 4 jam
▪ Pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi mineral-mineral pengotor yang ikut
larut semakin meningkat.
▪ Pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi kebutuhan uap untuk pemanasan
slurry semakin tinggi.

2
▪ Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses digestion:
─ konsentrasi NaOH,
─ kadar alumina dalam bijih,
─ kandungan silika reaktif dan pengotor lainnya,
─ persen padatan,
─ suhu

2. Klarifikasi
• Klarifikasi: proses pemisahan solid-liquid, yaitu larutan yang kaya alumina terlarut
(larutan sodium aluminat) dengan mineral-mineral pengotor yang tidak larut.
• Pada tahap klarifikasi dilakukan settling, pengentalan (thickening), penghilangan
padatan tersuspensi dan penyaringan (filtration).
• Campuran residu pengotor dikenal dengan istilah RED MUD  lumpur merah dan
sebagian kecil juga berupa pasir merah (SAND MUD)
- Kandungan utama REDMUD: Fe2O3 , SiO2 dan TiO2 , Al2O3 - Komponen minor:
Na2O, K2O, CaO dan MgO.
- Pengotor dengan ukuran partikel kasar yang kandungan
utamanya silika biasanya dipisahkan dengan siklon
diikuti pencucian dan klasifikasi.
- Partikel halus dipisahkan melalui serangkaian thickener yang biasanya ditambahkan
juga flokulan untuk meningkatkan kejernihan liquid overflow-nya.
- Overflow dari thickener kemudian disaring, umumnya menggunakan pressure filter
untuk dilakukan pemisahan partikel padat yang masih terikut (trace solids).
- Underflow slurry kental dicuci, dinetralisasi dan disimpan di tempat penempatan red
mud.

3
3. Presipitasi
- Pada tahap ini dilakukan pengendapan alumina terlarut menjadi alumina hidrat
(Al2O3.3H2O atau Al2O3.H2O).
- Reaksi presipitasi merupakan kebalikan reaksi digestion: 2NaAlO2 + 4H2O →
Al2O3.3H2O + 2NaOH (u/ gibbsite).
- Temperatur presipitasi: 50-70oC.
- Kristalisasi alumina hidrat dipercepat dengan penambahan seed alumina hidrat dari
tahapan proses sebelumnya.
- Presipitasi alumina hidrat merupakan tahapan paling lambat dalam Proses Bayer →
24-48 jam.
- Recovery presipitasi merupakan parameter penting performa pabrik pemurnian
alumina.
- Presipitasi alumina hidrat dilakukan dalam tangki dengan volume besar 4000 s/d
6000 m³ (tipikal 15 mD, 30mH)

4. Kalsinasi alumina hidrat → alumina


- Alumina hidrat dikalsinasi untuk menghasilkan Al2O3 murni dan melepaskan air
kristal:
- Kalsinasi dilakukan dalam: rotary kiln atau fluidized bed roaster dengan bahan bakar
minyak atau gas.
- Temperatur kalsinasi: 1050-1350oC.
- Pada rentang suhu 180-600oC, pertama-tama terjadi penghilangan free moisture
yang diikuti dengan air kristal.
- Pada suhu >1000oC terbentuk -alumina Semakin tinggi suhu ukuran partikel
alumina semakin kasar.
Al2O33H2O(s) → Al2O3(s) + 3H2O(g)

1
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1) Proses bayer adalah metode yang digunakan dalam dunia perindustrian untuk
memproduksi alumina (alumunium oksida) dari bauksit. Proses Bayer terdiri dari 4
tahapan utama:
1. Digestion
2. Klarifikasi
3. Presipitasi
4. Kalsinasi

3.2 Saran

Saran saya untuk kegiatan PKL ini agar dilaksanakan tepat waktu dan dilakukan
kerja langsung kelapangan tapi dikarenakan situasi dan kondisi kita tidak dapat
melaksanakan kerja langsung. Harapan saya semoga situasi makin membaik amiin.

1
BAB IV

LAMPIRAN

4.1 Brosur Webinar

4.2 Bukti Keikutsertaan Webinar (Email Bukti Invitation Kegiatan Webinar Foto
ScreenShot Mengikuti Kegiatan Webinar)

1
4.3 Sertifikat

2
̵ Perta
nyaan: Jenis-jenis dan juga gasifikasi batubara?
Jawaban:
Jenis-jenis batubara sebagai berikut:
 Batubara Lignite, atau juga dikenal dengan sebutan batubara coklat, adalah jenis
batubara yang paling rendah kualitasnya.
 Sub-bituminous, adalah jenis batubara sedang di antara jenis lignite dan jenis
bituminous. Secara fisik memiliki ciri-ciri berwarna coklat gelap cenderung
hitam.
 Bituminous, adalah jenis batubara yang lebih tinggi tingkatan kualitasnya.
Mayoritas berwarna hitam, namun kadang masih ada yang berwarna coklat tua.
Dinamakan bituminous dikarenakan adanya kandungan bitumen/aspal.
 Anthracite, adalah jenis batubara yang paling baik kualitasnya. Penggunaan
batubara anthracite pada pembangkit listrik tenaga uap, masuk ke dalam jenis
batubara High Grade dan Ultra High Grade. Namun persediaannya masih sangat
terbatas, yaitu sebanyak 1% dari total penambangan batubara.

Gasifikasi batu bara


Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi
gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-
gas ini karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4),
dan nitrogen (N2) – dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan
uap air sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi
secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.

Anda mungkin juga menyukai