Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POTENSI BAHAN GALIAN INDUSTRI ( BGI)


DAERAH GUNUNG SORIK MERAPI, KABUPATEN MANDAILING NATAL
SUMATRA UTARA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahan Galian Industri ( BGI) Dosen
pengampu : Ir. Windhu Nugroho,S.T.,M.T.

Disusun Oleh :

Ardo P Situmorang
(1709055011)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2020

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI
halaman

Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii
I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 tujuan..............................................................................................................2

II PEMBAHASAN............................................................................................2

2.1 Lokasi & kesampaian daerah .........................................................................2


2.2 Pengertian Belerang........................................................................................5
2.3 Ganesa Belerang.............................................................................................5
2.4 Alur Penambangan Belereng..........................................................................8
2.5 Alur Pengolahan Belerang..............................................................................9
2.6 Potensi Cadangan Belerang...........................................................................10
2.8 Industri Hilir...................................................................................................11

III PENUTUP ....................................................................................................12

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan
nomor atom 16. Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa
terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus. Belerang terjadi secara
alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit,
galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain. Bentuknya adalah
non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang dalam bentuk aslinya,
adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam belerang dapat ditemukan sebagai unsur
murni atau sebagai mineralmineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam
fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida. Belerang
dikenal masyarakat (khususnya para petani) adalah sejenis bahan untuk digunakan pembasmi
tikus. Dengan alat khusus, belerang diubah untuk menjadi asap yang dimasukkan pada
lubang-lubang tikus di persawahan, sehingga tikus dibuatnya semaput. Manfaat belerang
padahal cukup banyak khususnya untuk dunia industri.

Asam sulfat adalah suatu bahan penting untuk berbagai proses produksi, antara lain industri
pupuk, bahan kimia maupun untuk analisa labotarorium. Asam sulfat merupakan asam
anorganik yang bisa diproduksi secara massal dan dalam kapasitas besar. Pada umumnya
setiap pabrik memiliki unit pabrik pengolahan asam sulfat agar mengurangi biaya pembelian
bahan baku. Oleh karena itu, agar kita lebih memahami mengenai industri belerang.

1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah:
1.Untuk mengetahui jumlah cadangan balerang di daerah Gunung Sorik Merapi, Kabupaten
mandailing natal.
2.Untuk mengetahui alur pengolahan Balerang

3.Untuk mengetahui industri hilir penambangan Balerang

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Kabupaten Mandailing Natal dalam konstelasi regional berada di bagian selatan wilayah Provinsi
Sumatera Utara pada lokasi geografis 0°10' - 1°50' Lintang Utara dan 98°50' - 100°10' Bujur
Timur.Dengan ketinggian 0 – 2.145 m di atas permukaan laut. Kabupaten ini merupakan bagian
paling selatan dari Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera
Barat. Batas-batas wilayah kabupaten ini adalah :

a.Batas bagian Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan

b.Batas bagian Timur : Kabupaten Padang Lawas

c.Batas bagian Selatan : Provinsi Sumatera Barat

d.Batas bagian Barat : Samudera Indonesia

Kabupaten dengan ibukota Panyabungan ini memiliki luas wilayah ± 6.620,70 km2 (662.069,00
Ha) atau 9,24% dari seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara.Kecamatan Muara Batang Gadis
memiliki wilayah yang paling luas yakni 143.502 Ha (21,67%), sedangkan Kecamatan Lembah
Sorik Marapi memiliki wilayah yang paling kecil yakni 3.472,37 Ha (0,52%). U

3
Gambar 2.1 Peta Daerah Bahan Galian Industri

4
2.2 Pengertian Belerang

Belerang adalah elemen non-logam yang terletak di keluarga kalkogen. Namanya berasal dari
bahasa Latin “sulphur” dan karena itu simbolnya adalah S. Sejak zaman kuno, telah ada catatan
penggunaannya, di antara manusia gua yang menggunakannya untuk lukisan gua terutama,
dalam peradaban Mesir yang menggunakannya dalam ritual keagamaan, di antara para alkemis
yang menggunakannya dalam senyawa yang mengandung merkuri, dan di samping itu adalah
salah satu obat pertama yang digunakan. Namun, itu diyakini sebagai senyawa kimia dan
kemudian Antoine Lavoisier, bapak Kimia Modern, memperhatikan pada tahun 1777 bahwa itu
sebenarnya unsur kimia. Nomor atomnya 16, nomor massanya 32,07 dan distribusi elektronnya
di bawah ini:

1s2 2s2 2p6  3s2 3p4
Belerang telah dikenal sejak jaman dahulu dan sudah menjadi bagian dari studi kimia. Itu
menjadi sangat populer karena memiliki bau yang tak tertahankan, yang sangat buruk sehingga
bahkan berasimilasi dengan aroma Neraka yang membakar : Sungguh mengerikan! Tapi
ketahuilah, sungguh, bau yang menjadi ciri belerang bukanlah satu-satunya, karena bau telur
busuk didapat saat dihadirkan sebagai hidrogen sulfida (H2S). Karakteristik penciuman ini
terjadi ketika belerang dicampur dengan hidrogen.

Kita akan tahu lebih banyak tentang unsur ini: Belerang adalah unsur kimia dengan simbol S,
dengan nomor atom 16 (16 proton dan 16 elektron) dan massa atom 32 u. Pada suhu kamar,
belerang dalam keadaan padat, adalah non-logam, memiliki warna kuning, lunak, rapuh dan
ringan.

2.3 Genesa Belerang

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki


lambang S dan nomor atom 16. Pada umumnya, endapan belerang mempunyai hubungan erat
dengan kegiatan gunung berapi. Beberapa pendapat mengenai genesa belerang : Belerang berasal
dari H2S yang merupakan hasil reduksi CaSO4 oleh karbon dan methan. Terbentuknya H2S dapat
melalui dua cara, yaitu oksidasi oleh air tanah dan reaksi antara H2S dengan CaSO4.Belerang
dibentuk oleh bakteri de sulpho vibrio de sulfuricans. Prosesnya, sulfat oleh bakteri diubah
5
menjadi sulfite. Selanjutnya sulfit diubah menjadi belerang.Belerang terdapat pada gypsum yang
diendapkan langsung dari poly sulfite. Cebakan belerang ditemukan sebagai hasil sublimasi
solfatara atau fumarola yang merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi

Di alam belerang ditemulakan,baik sebagai unsur dalam bentuk kristal belerang (hampir murni)
atau lumpur dengan kadar sekitar 40% - 60% maupun sebagai persenyawaan dengan logam lain
(golongan sulfida dan garam sulfo),seperti galena (Pbs),spalerit ((Zn,Fe)S),pirit (FeS 2),dan lain-
lain.
Secara umum,tipe endapan belerang di alam terdiri atas endapan primer dan endapan sekunder.
Endapan primer terdiri atas endapan sublimasi,sedimentasi,aliran belerang,dan endapan
penggantian (replancement). Sedangkan endapan sekunder terdiri atas endapan penggayaan
supergen (hasil oksidasi,reduksi kimia dan bakteri) dan batuan penutup kubah garam (cap rock
over salt domes).
Proses sublimasi,sedimentasi dan aliran belerang menghasilkan endapan permukaan;sedangkan
endapan penggantian menghasilkan endapan di bawah permukaan bumi yang memerlukan
pengeboran untuk eksplorasi.
a.       Endapan primer
b.   Endapan sublimasi
Proses sublimasi belerang ini berasal dari gas vulkanik yang di sebut solfatara.endapan ini
berdasarkan suhu solfatara dibagi menjadi 2 yaitu :
-          Solfatara dengan suhu 90 – 110oC
Belerang akan melekat pada permukkan batuan di sekitar mulut solfatara atau akan mengisi
celah-celah batuan dan menjadi semen.
-          Solfatara dengan suhu 200 – 300oC
Aktifitas solfatara besar dan gas-gas vulkanik mengalir melalui saluran –saluran,kemudian
mendingin,meleleh dan terapung dalam cekungan cekungan.
         Endapan sedimentasi
Sedimentasi belerang terjadi di daerah yang berair.belerang yang  menyumbling akan
tengelam dan terapung atau tertimbun sebagai suatu endapan di dasar kawah. Berdasarkan
suhu dasar kawah,belerang jenis ini dapat dibagi dua jenis yaitu :

6
-          Bila suhu dasar kawah lebih renda 1 dari titik cair belerang,maka belerang akan
mengendap ke dasar kawah bersamaan dengan lumpur atau debu.
-          Bila suhu dasar kawah lebih tinggi atau sama dengan titik cair belerang,maka
belerang akan terkumpul di dasar kawah sebagai cairan.
         Aliran belerang
Endapan belerang ini bersitrat asam tinggi atau sama dengan titik cair belerang,maka
belerang akan terkumpul di dasar kawah sebagai cairan.

         Endapan penggantian (replacement)


Proses endapan belerang penggatian terjadi karena tersarangnya batuan induk oleh larutan
hidrotermal,misalnya pirit atau markasit (FeS2).syarat syarat pengendapan belerang
metasomatis adalah :
-          Adanya batuan induk yang serasi,misalnya batuan piroklastik,tufa dan aliran lava
atau breksi vulkanik.
-          Adanya struktur patahan,rekahan,kekar,dan lipatan atau batuan sarang sebagai
saluran.
-          Adanya kegiatan vulkanisme atau instruksi sebagai sumber hidrotermal.
b.      Endapan sekunder
         Endapan pengayaan supergen
Mineral sulfida umumnya sangat peka dan mudah berubah komposisi (toralterasi dan
teroksidasi)menjadi sulfat yang sebagian besar larut dalam air.karena itu singkapan vein sulfida
biasanya bebas dari mineral sukfidis.misalnya gososn (limonit dan kuarsa)sebagai penutup vein
sulfida atau bog iron.syarat pengendapan sulfida supergen adalah :
-          Daerah tropis banyak hujan
-          Batuan sarang,untuk sirkulasi air dan udara
-          Adanya urat-urat sulfida,vein yang diperkaya.
         Reduksi bakteri
Air yang merembes atau mengalir melalui batuan akan menjadikan reaksi kimia dan
menghasilkan garam-garam sulfat.dalam kondisi tertentu (miskin oksigen),garam sulfat
biasanya mengandung bakteri-bakteri yang dapat mereduksi garam sulfat menjadi hidrogen
sulfida dengan reaksi.

7
         Batuan penutup kubah garam (cap rock oversalt domes)
Endapan belerang batuan penutup terdapat di atas kubah – kubah garam,dan biasanya
berasosiasi dengan gamping ,gips,atau anhidrit.jenis ini terjadi akibat proses reduksi bakteria
dan bahan – bahan gips dan anhidritb dan membentuk sulfida kalsium yang kemudian
menjadi kalsium karbonat dan hidrogen sulfida.akhirnya,hidrogen sulfida itu dioksidasi
menjadi belerang dan air.

Sifat fisik belerang adalah :


a.       Kristal belerang berwarna kuning,kuning kegelapan,dan kehitam-hitaman,karena pengaruh
unsur pengotornya.
b.      Berat jenis  : 2,05 – 2,09.
c.       Kekerasan : 1,5 – 2,5
d.      Ketahanan : mudah  hancur(britlle)
e.       Pecahan : bentuk concoidal dan tidak rata
f.       Kilap : damar
g.      Rasa : batu ambar
h.      Gores berwarnah putih

2.4 Alur penambangan belerang


Alur penambangan belerang di daerah Gunung Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal
dilakukan dengan cara tradisional Yaitu
1.Pengambilan belerang menggunakan bantuan alat linggis
2.Belerang yang sudah diambil menggunakan linggis, kemudian belerang tersebut diantar ke
tempat penumpukan,
3.Kemudian belerang tersebut diangkut menggunakan dump truck ke tempat pengolahan.

8
2.5 Alur Pengolahan Belerang

Cara pengolahan belerang bergantung pada kepada jenis endapannya.belerang jenis


lumpur,sebelum dimasukan ke dapur autoclave dilakukan flotasi terlebih dahulu,dengan tujuan
untuk meninggikan kadar belerang dan menghilangkan senyawa besi sulfat dan silika dari
larutan. Dapat juga dilakukan dengan pelarutan dan penghabluran (solvent dan
crystalization),misalnya pelarut karbon disulfida,dimethil disulfida atau larutan hidrokarbon
lainnya.

Belerang kristal penggolahanya dapat langsung dimassukan ke dalam dapur autoclave dengan
menambahkan solar,air,dan NaOH,lalu dipanaskan dengan memasukan uap air panas bertekanan
3 atmosfer selama 30 -60 menit. Pemisahan belerang dalam dapur terjadi karena titik lebur
belerang lebih rendah dari pada mineral penggotornya. Hasilnya berupa belerang cair yang
dialirkan melalui filter kemudian dicetak dalam bentuk balok – balok. Untuk mendapatkan
belerang yang berkadar murni tinggi dilakukan sublimasi dan destilasi,proses pemurnian
belerang ini sangat penting karena industri membutuhkan kemurnian tinggi,yakni 99,9 % S.
Belerang berkadar sekitar 45 – 66 & S. Dipergunakan untuk membasmi tikus,dan lain
sebagainya.

9
2.6 Potensi Cadangan Belerang

Untuk potensi cadangan belerang di daerah Gunung Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal
ada sekitar 220.000 ton.

2.7 Industri Hilir

10
Belerang umumnya banyak digunakan dalam industri kimia, yaitu pembuatan asam sulfat
(H2SO4) yang diperlukan dalam pembuatan pupuk, penghalusan minyak, bahan-bahan kimia
berat dan keperluan metalurgi.

Selain itu masih banyak lagi kegunaan dari pada belerang antara lain yaitu dalam industri cat,
karet, industri tekstil, industri korek api, bahan peledak, industri ban luar dan dalam, pabrik
kertas, industri gula yang digunakan dalam proses sulfinasi serta dalam industri rayon film
cellulosa, ebonit, cairan sulfida, CS2, bahan anti serangga, bahan pengawet kayu, obat-obatan
dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan ini adalah:

11
1.Berdasarkan hasil penyelidikan terdapat jumlah cadangan Belerang sekitar 220.000 ton, dan
memiliki potensi untuk ditambang secara legal.
2.Alur pengolahan Belerang di daerah Gunung Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal yaitu
dengan cara pengolahan belerang bergantung pada kepada jenis endapannya.belerang jenis
lumpur,sebelum dimasukan ke dapur autoclave dilakukan flotasi terlebih dahulu,dengan tujuan
untuk meninggikan kadar belerang dan menghilangkan senyawa besi sulfat dan silika dari
larutan. Dapat juga dilakukan dengan pelarutan dan penghabluran (solvent dan
crystalization),misalnya pelarut karbon disulfida,dimethil disulfida atau larutan hidrokarbon
lainnya.
Belerang kristal penggolahanya dapat langsung dimassukan ke dalam dapur autoclave dengan
menambahkan solar,air,dan NaOH,lalu dipanaskan dengan memasukan uap air panas bertekanan
3 atmosfer selama 30 -60 menit. Pemisahan belerang dalam dapur terjadi karena titik lebur
belerang lebih rendah dari pada mineral penggotornya. Hasilnya berupa belerang cair yang
dialirkan melalui filter kemudian dicetak dalam bentuk balok – balok. Untuk mendapatkan
belerang yang berkadar murni tinggi dilakukan sublimasi dan destilasi,proses pemurnian
belerang
3.Industri hilir Belerang umumnya banyak digunakan dalam industri kimia, yaitu pembuatan
asam sulfat (H2SO4) yang diperlukan dalam pembuatan pupuk, penghalusan minyak, bahan-
bahan kimia berat dan keperluan metalurgi.
Selain itu masih banyak lagi kegunaan dari pada belerang antara lain yaitu dalamm industri cat,
karet, industri tekstil, industri korek api, bahan peledak, industri ban luar dan dalam, pabrik
kertas, industri gula yang digunakan dalam proses sulfinasi serta dalam industri rayon film
cellulosa, ebonit, cairan sulfida, CS2, bahan anti serangga, bahan pengawet kayu, obat-obatan
dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1.Supriatna Suhala dan M. Arifin, 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral.
2.Winanto A.,dkk, 2001, Pengolahan Bahan Galian, Program Studi Teknik Pertambangan U N “
eteran” Yog akarta, Yog akarta.
3.Wills, B. A., 2005, Mineral Processing Technology, Elsevier Science and Technology Books,
Queensland, Australia, Page 120-122 and 186.

12
13

Anda mungkin juga menyukai