Anda di halaman 1dari 4

NEWS / NASIONAL

Korupsi Pengadaan Batik, Ketua KPK: Bupati Nganjuk Jadi Tersangka

Taufiqurahman diduga terlibat kasus korupsi pengadaan batik di Pemkab Nganjuk, dengan anggaran
Rp3,286 miliar.

Ririn Indriani | Nikolaus Tolen

Senin, 05 Desember 2016 | 18:29 WIB

Korupsi Pengadaan Batik, Ketua KPK: Bupati Nganjuk Jadi Tersangka

Ketua KPK Agus Rahardjo. (Suara.com/Oke Atmaja)

Suara.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Agus Rahardjo membenarkan bahwa Bupati
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Taufiqurahman sudah ditetapkan sebagai tersangka. Agus mengatakan
Taufiqurahman diduga terlibat kasus korupsi pengadaan kain batik di Pemerintahan Kabupaten Nganjuk,
dengan anggaran senilai Rp3,286 miliar.

"Oh, iya sudah," kata Agus singkat sambil masuk ke dalam gedung KPK, Jalan Rasuna Said, Jakarta
Selatan, Senin (5/12/2016).

Agus tidak merinci alasan mengapa Taufiqurahman ditetapkan sebagai tersangka. Namun, diduga dia
berperan sebagai inisiator dan mendapatkan uang senilai Rp500 juta dari proyek batik tersebut.

Hal itu, diketahui dari surat dakwaan mantan Sekretaris daerah Nganjuk, H Masduqi yang juga terlibat
dalam kasus pengadaan batik tersebut.Dalam dakwaan yang dibaca di Pengadilan Tipikor Surabaya,
Kamis (8/9/2016), Jaksa Penuntut Umum (JPU) membacakan uraian atas peristiwa tersebut.
Dan ternyata secara riil tidak memposisikan terdakwa sebagai pihak yang aktif mengorganisir perbuatan
pidana yang didakwakan. Jaksa justru menyebut pihak yang mempunyai inisiatif pengadaan kain batik
pada APBD Tahun 2015 adalah Bupati Nganjuk Taufiqurahman.

Dalam dakwaan, bupati selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Nganjuk
melalui hubungan telepon memerintahkan Bambang Eko Suharto selaku Kepala Bappeda yang juga
sebagai Sekretaris Tranparansi pengelolaan Anggaran Daerah (TPAD) menyisipkan atau memasukkan
anggaran belanja kain batik ke APBD 2015.

Perintah bupati itu kemudian oleh Bambang Eko disampaikan ke Masduqi selaku Ketua TPAD, juga
kepada Mukhasanah selaku Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DP2KAD)
Nganjuk.

Berdasarkan perintah bupati, Masduqi bersama Bambang Eko memasukkan atau menyisipkan alokasi
anggaran belanja pakaian batik tradisional sebesar Rp6,262 miliar ke APBD 2015 dan mendapat
pengesahan dari DPRD Kabupaten Nganjuk.

Jaksa dalam dakwaan menyebut, perbuatan bupati bersama-sama Sekda yang dengan sengaja
memasukkan/menyisipkan anggaran belanja kain batik serta menggeser rincian objek anggaran yang
tidak sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemkab Nganjuk dan DPRD Nganjuk itu melawan hukum.
Bahkan bertentangan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 50 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Terdakwa lain dalam kasus sama yang disidangkan secara terpisah adalah Sunartoyo selaku Dirut PT
Delta Inti Sejahtera. Jaksa menyebut Sunartoyo adalah pihak yang kemudian melakukan pengadaan kain
batik.

Sebelum proses lelang, Sunartoyo menggunakan uang pinjaman sebesar Rp500 juta untuk diberikan ke
Bupati Taufiqurahman dan Rp20 juta kepada terdakwa. Tujuannya agar mendapatkan pekerjaan atau
pengadaan kain batik di Nganjuk itu.

Akhirnya Sunartoyo dan rekan-rekannya adalah pihak yang memenangkan pengadaan kain
batik.Menurut surat dakwaan JPU, dari nilai kontrak sebesar Rp6,050 miliar sekitar Rp3,286 miliar
dijadikan bancakan rekanan dan pejabat, yaitu Sunartoyo cs Rp2,76 miliar, Bupati Taufiqurahman Rp500
juta dan terdakwa Masduqi Rp20 juta.

https://amp.suara.com/news/2016/12/05/182905/korupsi-pengadaan-batik-ketua-kpk-bupati-nganjuk-
jadi-tersangka

Latar Belakang Masalah

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang

sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan.

Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik

dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas

yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh

aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali

akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional

tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Maraknya

kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas


siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan

kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik

maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.

Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat

diperlukan untuk menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja

melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang

apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat

dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak

pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar

penyelenggara negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain

Anda mungkin juga menyukai