PEMASARAN JASA
OLEH:
KELOMPOK 5
MANAJEMEN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar membaik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.,
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pemasaran, kita tahu bahwa produk yang dihasilkan suatu perusahaan bisa
berupa barang (goods) dan jasa (service). Pandangan ini perlu dipahami dengan seksama.
Kita mudah sekali terjebak ke pandangan produk fisik yang terbatas. Kita menginginkan
bahwa memikirkan suatu produk dari segi kebutuhan yang akan dipuaskan oleh produk
itu. Jika sasaran perusahaan ingin memuaskan kebutuhan pelanggannya, jasa bisa
merupakan sebagian dari produk atau jasa itu sendiri merupakan produknya dan harus
disajikan sebagai bagian dari pemasaran secara total.
Tetapi ketika perekonomian semakin maju dan perusahaan-perusahaan merasa makin
sulit melakukan diferensiasi produk-produk fisiknya, maka mereka akan semakin
meningkatkan proporsi kegiatan mereka yang difokuskan pada produksi jasa. Jasa
merupakan setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Perusahaan-perusahaan jasa saat ini telah berkembang sangat pesat, dan banyak diminati
layaknya suatu produk yang harus terpenuhi, antara lain jasa dalam bidang sosial, hukum,
ekonomi maupun jasa dalam kepentingan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Pahlevy (2010)
Jogiyanto (2005)
Krismiaji (2010)
Indrajani (2011)
Setelah mengetahui definisi dari flowchart, mungkin Anda sudah dapat memahami untuk
apa tujuan flowchart dibuat. Pada dasarnya, flowchart dibuat dengan tujuan untuk
menunjukkan setiap proses yang harus dilalui dalam suatu sistem. Namun, sebenarnya
masih banyak lagi tujuan dari flowchart yang mungkin belum Anda ketahui. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai beberapa fungsi flowchart yang bisa Anda simak dibawah ini.
Ketika Anda akan merancang suatu proyek, maka hal selanjutnya yang dapat Anda
lakukan adalah memetakan proyek tersebut ke bentuk flowchart. Itu dapat membantu
Anda untuk merancang serangkaian langkah-langkah yang melibatkan keputusan
bersama.
2. Mengelola Alur Kerja
Untuk mengelola alur kerja, flowchart adalah cara yang paling penting dilakukan. Sebab,
flowchart berperan dalam penentuan integritas dari proses tersebut, yaitu dapat
menciptakan hasil yang berkualitas berdasarkan prosedur.
Proses bisnis yang dimaksud bukan hanya berkaitan dengan keuntungan, melainkan
serangkaian tugas baik itu yang sederhana sampai yang rumit juga termasuk kedalam
proses bisnis. Tujuan pemodelan flowchart dapat dilakukan untuk memberikan hasil yang
konsisten dan dapat juga diprediksi.
5. Merepresentasikan Algoritma
6. Mengaudit Proses
Secara umum, flowchart dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi dalam
setiap proses. Flowchart dapat membantu Anda menyelesaikan permasalahan dengan cara
membagi setiap langkah dari proses itu kedalam segmen-segmen yang lebih kecil,
kemudian memeriksa bagian mana yang tidak berfungsi atau perlu diadakan perbaikan.
Alat utama yang kita gunakan untuk merancang jasa baru (atau merancang ulang jasa
lama) disebut dengan membuat cetak biru blueprinting. Ini merupakan versi yang ebih
rumit dari flowcharting. Seperti yang telah kita amati perbedaan antara kedua isilah iní
dalam konteks jasa, suatu diagram alir menggambarkan proses yang sudah ada, sering
kali dalam bentuk yang sederhana; suatu cetak biru merinci secara detail bagaimana
proses jasa sebaiknya dibangun dan meliputi hal-hal rinci seperti tampilan bagi pelanggan
dan di mana terdapat titik-titik kegagalan dalam proses jasa. jasa baru (atau merancang
ulang jasa Bukanlah hal yang mudah untuk menciptakan jasa, apalagi jasa yang harus
dihantarkan saat itu juga ketika pelanggan berada dalam tempat produksi jasa. Untuk
merancang jasa yang memuaskan pelanggan dan efisien secara operasional, pemasar dan
spesialis operasi harus bekerja sama, dan sebuah cetak biru dapat memberikan gambaran
dan bahasa umum bagi beragam departemen yang terlibat.
Mungkin Anda bertanya-tanya dari mana istilah cetak biru berasal dan mengapa kita
menggunakannya dalam konteks pemasaran jasa. Rancangan suatu bangunan atau Kapal
baru biasanya dibuat dalam suatu gambaran arsitektural yang disebut cetak biru disebut
demikian karena hasil reproduksinya biasanya dicetak dalam kertas khusus di mana
gambar rancangan tersebut beserta keterangannya berwarna biru.
ini menunjukkan seperti apa produk tersebut nantinya dan merinci spesifikasi sesuai.
Berbeda dengan arsitektur fisik sebuah bangunan atau peralatan, proses memilki banyak
struktur nirwujud. Dengan demikian, proses jasa lebih sulit untuk divisualisasikan.
Seperti yang telah dikemukakan Lynn Shostack, hal yang sama berlakubagi proses-proses
seperti logistik, rekayasa industri, teori keputusan, dan analisis sistem komputer,
semuanya menggunakan teknik cetak biru untuk menggambarkan proses yang melibatkan
suatu aliran, urutan waktu, hubungan, dan ketergantungan.
Cetak biru membantu merincikan peran pelanggan dalam penghantaran jasa dan
mengidentifikasikan aksesibilitas antar pelanggan dan penyedia jasa. Cetak biru juga
membahas tentang peran pelanggan dalam proses pembuatan benar-benar menerima
penerima atau meminta bantuan dalam menciptakan dan menghasilkan jasa tersebut
Partisipasi Pelanggan Partisipasi pelanggan mendorong pada tindakan dan sumber daya
yang dipasok oleh pelanggan dalam produksi dan / atau penghantaran jasa, Dilengkapi
input mental, fisik, dan bahkan transisi.20 Pada taraf tertentu, partisipasi pelanggan dalam
penghantaran layanan tidak terhindarkan lagi dalam proses manusia dan dalam banyak
layanan lain yang berhubungan langsung dengan pelanggan dan penyedia jasa. Akan
tetapi, seperti yang telah ditun jukkan oleh Mary Jo Bitner dan koleganya, taraf partisipasi
seperti itu beragam dan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yang luas.
Dengan tingkat partisipasi yang rendah, pegawai dan sistem melakukan semua tugas
produknya cenderung berstandardiasi. Pembayaran mungkin hanya membutuhkan
pelanggan masukan. Pelanggan mana saja yang ingin datang ke tempat produksi jasa,
yang diperlukan adalah pelanggan pekerja. Menguning bus menonton atau menumpang
bus menjadi contoh-contohnya. Pelanggan dapat berpartisipasi sama sekali dengan
proses layanan selain menyediakan akses ke penyedia layanan dan melakukan
pembayaran
Dengan tingkat partisipasi yang sedang input pelanggan diperlukan untuk membantu
perusahaan dalam menciptakan dan menghantarkan jasa, input ini dapat mencakup
penyediaan informasi, upaya individu, atau bahkan kepemilikan fisik. Saat mengambil
dan memotong rambut, pelanggan harus n mengizinkan penata rambut mencari gaya apa
yang diinginkan dan bekerja sama selama langkah-langkah proses layanan dilakukan.
Jika klien meminta pertanggungjawaban menyiapkan laporan pembayaran, klien itu
pertama-tama harus mengumpulkan informasi dan administrasi yang dapat menggunakan
akuntan untuk menyiapkan pembayaran pajak yang akurat kemudian disiapkan-siapkan
untuk pria menjawab pertanyaan apa pun yang akan diajukan.
Stephen Tax, Mark Colgate, dan David Bowen menemukan bahwa pelanggan
menjpdi penyebab sepertiga dari seluruh masalah jasa.2 Memulihkan diri dari kegagalan
pelangan menurut mereka, adalah hal yang sulit-tidak heran karena pelanggan dan
perusahaan mungkin memiliki pandangan berbeda atas penyebab masalahnya. Alih-alih,
mereka merekomendasikan bahwa perusahaan berfokus pada pencegahan kegagalan
pelanggan.
E. TEKNOLOGI SWALAYAN
Bentuk terakhir dari keterlibatan dalam produksi jasa adalah pelanggan melaku suatu
kegiatan spesifik, olch penyedia jasa. Hasilnya, waktu dan upaya pelanggan
menggantikan waktu dan upaya pegawai jasa. Dalam kasus jasa telepon dan berbasis
Internet, pelanggan bahkan menyediakan peralatan mereka sendiri.
Pelanggan dihadapkan pada serangkaian teknologi layanan swalayan (self-service
mereka untuk memproduksi jasa yang bebas technologies/SST) yang memungkinkan
merka untuk memproduksi jasa yang bebas Dari keterlibatan pegawai jasa. SST meliputi
antara lain teminal dtomatis perbankan. pemindai swalayan di bagian kasir pasar
swalayan, stasiun pengisian bahan bakar swalayan. SST meliputi antara lain terminal
otomatis per bankan, pemindai swalayan di bagian kasir pasar swalayan, stasiun
pengisian bahan bakar swalayan sistem telepon otomatis seperti phone banking, cek-out
hotel terotomatisasi. Dan berbagai jasa berbasis Internet lain. Jasa berbasis informasi
berutang banyak pada penggunaan SST dan meliputi bukan hanya jasa pelengkap seperti
pengambilan informasi, pemesanan dan reservasi, serta pembayaran, tetapi juga
penghantaran produk inti dalam bidang-bidang seperti perbankan, penelitian , hiburan,
dan pendidikan. Bahkan proses jasa konsultasi dan penjualan telah berubah menjadi
layanan swalayan dengan adanya penggunaan agen pemberi rekomendasi elektronik, dan
penelitian akademik belakangan ini menyarankan cara-cara aga agen rekomendasi ini
lebih efektif. Banyak perusahaan yang telah mengembangkan strategi yang dirancang
untuk mendorong pelanggan agar melakukan layanan mandiri melalui Internet. Mereka
berharap agar pelanggan beralih untuk tidak menggunakan alternatif yang lebih mahal
seperti kontak langsung dengan pegawai menggunakan perantara seperti pialang dan agen
perjalanan atau telepon.
Namun demikian, tidak semua pelanggan memetik manfaat dari SST ini. Matthew
Meuter dan koleganya menyatakan: "Bagi banyak perusahaan, sering kali tantangannya
bukan pada pengelolaan teknologi, melainkan mendorong pelanggan untuk mencoba
teknologi tersebut.
Gagasan dari adanya layanan swalayan secara historis berdasarkan pada alasan ek
menekankan peningkatan produktivitas dan penghematan biaya yang dihasilkan ketika
pelanggan mengambil-alih tugas yang sebelumnya dilakukan pegawai jasa. Dalam
banyak hal, sebagian penghematan yang dihasilkan dibagi bersama pelanggan dalam
bentuk harga yang lebih rendah sebagai dorongan bagi mereka untuk mengubah perilaku.
Dengan adanya investasi besar dalam hal waktu dan uang yang dibutuhkan perusahaan
untuk merancang, menerapkan, dan mengelola SST, penting bagi pemasar jasa untuk
memahami bagaimana pelanggan memutuskan antara menggunakan pilihan SSTs dan
mengandalkan penyedia jasa manusia. Perusahaan perlu mengetahui bahwa SSTs
membawa keuntungan sekaligus kelemahan bagi pelanggan. Selain bermanfaat dalam hal
waktu dan penghematan biaya, fleksibilitas, kenyamanan lokasi, kendali yang lebih besar
atas penghantaran jasa, dan persepsi penyesuaian dengan kebutuhan (customization) yang
lebih tinggi. pelanggan juga dapat mendapatkan kenyamanan, kemudahan, dan bahkan
kejutan yang positif dari penggunaan SSTs ini. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa
sebagian pelanggan merasa kurang nyaman menggunakan SSTs dan memandang
pengenalan SSTs ke dalam penerimaan jasa sebagai sesuatu yang bersifat mengancam,
yang bisa menimbulkan kecemasan dan stres. Penelitian yang dilakukan James Curran,
Matthew Meuter, dan Carol Surprenant menemukan bahwa sikap yang beragam
mendorong niat pelanggan untuk menggunakan SSTs tertentu, termasuk sikap
keseluruhan terhadap teknologi serupa, sikap global terhadap perusahaan jasa tertentu,
dan sikap terhadap pegawainya." Juga, sebagian pelanggan memandang transaksi jasa
sebagai pengalaman sosial karena mereka lebih suka berinteraksi dengan orang-orang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
jasa.Jakarta:Erlangga.
Sora.2015..http://artikelbaden.blogspot.com/2012/06/merancang-dan-mengelola-jasa.html
(diakses 11 April)