Anda di halaman 1dari 29

MATERI KLASIKAL JUM’AT (SHIROH)

A. Materi ke-1
Pengertian Nabi dan Jumlahnya
 Apa arti Nabi? Nabi adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah ta’alaa. Nabi
diutus bukan untuk menyampaikan syari’at baru kepada umatnya, tetapi melanjutkan
syari’at Rasul sebelumnya.
 Apa arti Rasul? Rasul adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah ta’alaa.
Diutusnya rasul yaitu untuk menyampaikan syari’at baru kepada seluruh umat.
 Berapa jumlah Nabi?
Jumlah nabi secara pastinya belum ada dalil yang kuat dalam hal ini. Namun
dalam hal ini, ada yang mengatakan jumlah nabi itu sekitar 300 belasan sekian, ada
pula yang mengatakan 120.000, dan ada juga yang mengatakan jumlahnya 124.000.
Namun dengan ini, yang paling penting adalah kita wajib mengimani semua Nabi.
Baik 25 Nabi yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an maupun yang tidak disebutkan
dalam Al-Qur’an.
Berikut nama-nama 25 Nabi yang ada dalam Al-Qur’an:
1. Nabi Adam 10. Nabi Ya’kub 19. Nabi Ilyas
2. Nabi Idris 11. Nabi Yusuf 20. Nabi Ilyasa
3. Nabi Nuh 12. Nabi Ayub 21. Nabi Yunus
4. Nabi Hud 13. Nabi Syu’aib 22. Nabi Zakaria
5. Nabi Shalih 14. Nabi Musa 23. Nabi Yahya
6. Nabi Ibrahim 15. Nabi Harun 24. Nabi Isa
7. Nabi Luth 16. Nabi Zulkifli 25. Nabi Muhammad
‫ﷺ‬
8. Nabi Ismail 17. Nabi Daud
9. Nabi Ishaq 18. Nabi Sulaiman
Berikut nama-nama Nabi yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an:
1. Nabi Syits bin Adam
2. Nabi Yuusya’ bin Nun
3. Nabi Daniel
4. Nabi Samuel (Samu’il)
B. Materi ke-2
Penciptaan Nabi Adam
Nabi adam pertama kali diciptakan oleh Allah ta’alaa dari segenggam tanah.
Tanah tersebut diambil dari seluruh permukaan tanah yang ada di bumi. Kemudian
setelah Allah ta’alaa menciptakan Nabi Adam, Allah menyuruh seluruh malaikat dan jin
untuk bersujud kepada Nabi Adam, tetapi sujud yang dimaksud adalah sebagai bentuk
penghormatan dan pemuliaan kepada Nabi Adam. Namun ada satu makhluk yang jika
disuruh untuk sujud kepada Nabi Adam dia malah membangkangnya dan
menyombongkan dirinya, makhluk tersebut adalah iblis.
Allah menciptakan istri untuk Nabi Adam, yaitu Hawa. Hawa tercipta dari tulang
rusuk Nabi Adam. Mereka diberi tempat tinggal oleh Allah di surga. Mereka bebas
makan dan minum apa saja yang mereka mau, namun satu yang dilarang oleh Allah,
memakan buah khuldi. Karena iblis tau bahwa Nabi Adam dan Hawa dilarang untuk
memakan buah khuldi, maka iblis pun mencoba menggoda iman Nabi Adam dan
istrinya. Akhirnya mereka berdua tergoda oleh rayuan iblis dan memakan buah yang
telah dilarang oleh Allah. Maka Allah ta’alaa menghukum mereka berdua untuk
diturunkan ke muka bumi. Mereka diturunkan dalam keadaan terpisah, Nabi Adam
dirunkan di Hindustan dan Hawa diturunkan di Jeddah. Hingga puluhan tahun mereka
selalu berdoa kepada Allah ta’alaa agar dipertemukan. Hingga suatu ketika Allah
mengabulkan doa mereka, dan dipertemukanlah mereka di Padang Arafah. Setelah
mereka dipersatukan, mereka membangun kehidupan di bumi, dan Allah ta’alaa
mengkarunia mereka 40 anak. Setiap Hawa melahirkan anaknya selalu kembar laki-laki
dan perempuan. Kemudian Allah ta’alaa menyuruh Nabi Adam untuk menikahkan anak-
anaknya, tapi tidak dengan saudara kembarnya. Hingga akhirnya anak cucu Nabi Adam
bertambah banyak dan tersebar di segala penjuru dunia.

Sumber :http://almanhaj.or.id/5919-kisah-penciptaan-nabi-adam-alaihissallam.html
https://youtu.be/YDZO8EcPBEA

C. Materi ke-3
Nabi Idris Berperang dengan Kaum Keturunan Qabil
Nabi Idris adalah keturunan ke-6 dari Nabi Adam yang lahir di Mesir. Nabi Idris
merupakan seorang yang gemar membaca dan menulis. Beliau juga seorang yang samgat
cerdas. Beliaulah orang yang pertama kali menjinakkan kuda, yang sebelumnya kuda
tersebut merupakan hewan yang liar. Kemudian kuda tersebut digunakan untuk hewan
tunggangan, yang mana orang-orang merasa heran karena Nabi Idris dapat menempuh
perjalanan dengan cepat dibandingkan dengan orang-orang yang masih berjalan kaki.
Dengan adanya kendaraan ini, kaum Nabi Idris jadi lebih terbantu dan menjadi makmur.
Sehingga Nabi Idris menjadi orang yang paling disegani dan menjadi panutan bagi
mereka.
Nabi Idris merupakan manusia pertama yang menulis dengan pena dan dianugrahi
kepandaian oleh Allah, diantaranya ilmu alam semesta, ilmu tulis menulis, dan ilmu
berhitung. Beliau pula yang pertama kali menjahit baju sehingga lebih nyaman dipakai
dari pada baju yang terbuat dari daun dan kulit hewan. Selain itu, beliau juga menguasai
berbagai macam bahasa, dengan begitulah beliau dengan mudah berkomunikasi dengan
manusia yang lainnya. Beliau juga pandai membangun rumah sederhana yang indah dan
nyaman. Sehingga banyak orang dari berbagai daerah yang menirunya dan meminta
bantuan kepada Nabi Idris.
Dari berbagai penemuan teknologi oleh Nabi Idris, hal tersebut membuat kaum
anak cucu Nabi Adam yang berasal dari Qabil menjadi sangat iri, merekapun mulai
merencanakan sesuatu yang jahat dan mengganggu kaum Nabi Idris yang sedang
bekerja. Semakin hari kaum dari Qabil semakin bertambah jahat, mereka mulai berani
merampas harta benda kaum Nabi Idris dan melukai perempuan bahkan anak-anak.
Kemudian kaum Nabi Idris melaporkan kejahatan itu kepada Nabi idris. Nabi Idris lalu
pergi menuju sebuah bukit dan memohon pertolongan kepada Allah ta’alaa.
Pada usia 82 tahun itulah, Nabi Idris diangkat menjadi sebuah rosul untuk
memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia. Dan Nabi Idris pun menjalankan
amanah tersebut dengan memberikan peringatan kepada kaum keturunan Qabil untuk
kembali ke jalan yang benar. Tetapi mereka malah marah dan menantang Nabi Idris
untuk berperang, maka Idris dan para pengikutnya mulai membuat peralatan perang dan
membuat benteng pertahanan untuk melindungi diri dari musuhnya. Akhirnya
peperangan pun terjadi, selain menjadi Nabi dan Rasul, Nabi Idris juga merupakan
panglima perang. Sehingga beliau mendapatkan julukan Asadul Usud yang berarti singa
dari segala singa, karena beliau tidak pernah berputus asa dalam menjalankan tugasnya
untuk memerangi kejahatan, dan beliau selalu memenangkan pertandingan perang.
Setelah peperangan tersebut, kaum keturunan Qabil malah bertambah banyak dan selalu
ingin memerangi kaum Nabi Idris. Oleh karena itulah Allah memerintahkan Nabi Idris
untuk hijrah dan meninggalkan negerinya itu, dan berpindah ke tempat yang lebih aman.
Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/COOboVlvMVs

D. Materi ke-4
Nabi Nuh Memperingatkan Kaumnya
Nabi Nuh adalah seorang yang banyak bersyukur. Nabi Nuh hidup setelah Nabi
Adam. Jarak antara keduanya adalah 10 kurun atau ribuan tahun. Manusia yang hidup
antara Nabi Adam hingga Nabi Nuh berada diatas Islam. Nabi Nuh adalah rasul pertama
yang diutus oleh Allah kepada penduduk bumi, kaum Nabi Nuh yang bernama Bani
Rasib pada waktu itu selalu menyembah orang-orang yang bernama Wa’ad, Suwa’,
Yaguts, Ya’uq, dan Nasr. Nama-nama ini merupakan nama-nama orang shalih dari kaum
Nabi Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kepada mereka untuk
meletakkan patung pada tempat-tempat mereka bermajelis dan memberi nama dengan
nama-nama orang shalih itu. Lalu merekapun melakukannya, dan ketika itu berhala
tersebut belumlah disembah. Hingga suatu ketika ketika berhala tersebut sudah tersebar
di kalangan bangsa Arab, kerusakanpun merajalela di muka bumi, berhala tersebut
mulailah disembah.
Lalu Allah ta’alaa mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya. Beliau merupakan rasul
pertama yang diutus ke penduduk bumi untuk meluruskan akidah mereka. Nabi Nuh
mendakwahi kaumnya agar meninggalkan berhala-berhala tersebut. Beliau mendakwahi
kaumnya hingga ratusan tahun, Nabi Nuh mendakwahi mereka dengan sungguh-
sungguh, baik siang maupun malam hari. Selama berdakwah Nabi Nuh selalu
menggunakan cara yang lembut, namun terkadang di iringi dengan ancaman dan
hardikan. Akan tetapi yang mau mengikuti Nabi Nuh hanyalah sedikit, sebagian besar
kaumnya terus menentang dan tidak mau mengikuti dakwahnya hingga mereka
menentang Nabi Nuh untuk mendatangkan azab kepada mereka.
Kemudian Nabi Nuh mengadu kepada Allah atas sikap kaumnya yang keterlaluan.
Dan mengadu kepada Allah untuk memusnahkan kaumnya yang hanya bisa membuat
kerusakan di bumi. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu
yang besar. Perahu itu di buat oleh Nabi Nuh dan pengikutnya dari kayu, yang mana
kayu tersebut mereka dapat dari pohon-pohon di hutan. Hingga suatu ketika perahu
tersebut selesai mereka kerjakan. Allah menyuruh Nabi Nuh untuk memasukkan hewan
dan tumbuhan sepasang-sepasang, jantan dan betina. Dan seluruh keluarga Nabi Nuh
juga diangkut dalam perahu tersebut bersama orang-orang yang beriman, kecuali istri
dan seorang anaknya. Karena mereka berdua tidak mau masuk kedalam perahu tersebut.
Setelah itu langit menjadi gelap, angin bertiup kencang, petir menggelegar, hujan
turun sangat lebat, dan dari dalam tanah memancar air yang sangat deras, dan juga dari
dapur-dapur penduduk terpancar air yang juga begitu deras. Tidak lama kemudian, air
membanjiri bumi hingga menenggelamkan rumah, pohon, dan tentunya orang-orang
yang berada di luar perahu Nabi Nuh. Nabi Nuh melihat keadaan di sekelilingnya dari
atas, tampak putranya kan’an yang ingin menyelamatkan diri dari banjir. Karena kasih
sayangnya kepada anaknya, beliau mengajaknya untuk menaiki perahu Nabi Nuh, tetapi
anaknya menolak, dia merasa bahwa dia bisa menyelamatkan dirinya dari banjir tersebut.
Tetapi Allah berkendak lain, tiba-tiba datang gelombang besar kepada kan’an hingga
kan’an tidak terlihat lagi. Kemudian nabi Nuh sedih, tetapi beliau menerima semuanya
dengan ikhlas. Dan di dalam perahu, Nabi Nuh selalu bertasbih dan mohon ampun
kepada Allah ta’alaa. Hingga suatu ketika Allah menyuruh bumi untuk menelan banjir,
hujan berhenti dan semua kaum Nabi Nuh terselamatkan dan bersyukur kepada Allah.
Kemudian mereka semua memulai hidup baru tanpa gangguan orang-orang kafir.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/aw8zlG3KYDc

E. Materi ke-5
Nabi Hud dan Kaumnya
Setelah peristiwa banjir besar berakhir Nabi Nuh dan pengikutnya memulai
kehidupan yang baru dalam keimanan yang tinggi kepada Allah ta’alaa. Keturunan
mereka lalu menyebar ke wilayah yang luas. ‘Ad adalah keturunan dari Nabi Nuh dan
putranya Sam bin Nuh. Keturunan ‘Ad lalu dikenal dengan kaum ‘Ad. Kaum ‘Ad
bertubuh tinggi, kuat, dan cerdas. Mereka tinggal di dekat Yaman, mereka di anugerahi
Allah daerah yang subur, sungai-sungai yang mengalir, kebun-kebun yang luas, dan
hasil bumi yang melimpah. Kaum ‘Ad pandai dalam tata kota dan pemerintahan. Mereka
mahir dalam membuat bangunan-bangunan tinggi dan megah serta indah dari gunung
pasir. Mereka pandai dalam segala hal. Oleh karena itu, mereka menjadi lebih maju
daripada kaum lainnya dan lebih disegani. Hal inilah yang malah membuat mereka
sombong dan bermegah-megahan, mereka menilai kemuliaan berdasarkan kekayaan dan
kekuasaan. Pada mulanya mereka merupakan kaum yang beriman dan menyembah
Allah, lama kelamaan mereka malah menyembah berhala dan patung-patung dari tokoh-
tokoh mereka. Berhala yang mereka agung-agungkan adalah Syamud dan al hatar.
Kaum ‘Ad selalu menang dalam peperangan dan berlaku sewenang-wenang kepada
para tawanan. Kehidupan sehari-hari mereka selalu dipenuhi dengan maksiat dan
penindasan. Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Hud untuk mendakwahi mereka. Nabi
Hud berasal dari keluarga kaya dan terpandang dikalangan kaum ‘Ad. Beliau sangat
mulia, cerdas, dan tidak terpengaruh oleh kerusakan kaumnya. Nabi Hud berdakwah
dengan sabar tanpa putus asa, mereka selalu mengajak kaumnya untuk bertaqwa kepada
Allah, agar mereka tidak mengalami nasib yang sama seperti kaum Nabi Nuh. Tetapi
kaum ‘Ad tetap tidak mau mengikuti ajaran Nabi Hud, mereka terus menyembah berhala
dan menganggap Nabi Hud lemah akal dan gila serta mereka menentang Nabi Hud untuk
mendatangkan azab kepada mereka.
Kemudian Nabi Hud mengadukan kepada Allah atas kelakuan kaumnya. Akhirnya
Allah menurunkan musim yang panjang yang membuat sungai-sungai dan sumur-sumur
menjadi kering, tanaman dan binatang banyak yang mati, sehingga kaum ‘Ad menjadi
sangat kelaparan dan kehausan yang parah. Musim ini berlangsung hingga beberapa
tahun. Kemudian Nabi Hud mengajak kaumnya untuk memohon ampun kepada Allah,
tetapi kaumnya tetap tidak mau. Mereka tetap menyembah berhala, dan meminta berhala
untuk segera mengakhiri musim ini dan mendatangkan hujan. Hingga tiba kekuasaan
Allah, Allah mendatangkan awan hitam yang sangat tebal, kemudian kaum ‘Ad pun
gembira, karena mengira hujan lebat akan turun sebentar lagi. Ternyata dugaan mereka
salah, awan hitam itu adalah azab bagi orang-orang kafir. Dan terdengar suara gemuruh
yang menakutkan, tertiup angin yang sangat kencang dan angin itu dingin sekali rasanya,
selama 7 hari 8 malam. Mereka semua akhirnya ketakutan dan mohon ampun kepada
Allah, tetapi hal itu sudah terlambat. Angin telah menghancurkan semuanya, negeri
kaum ‘Ad telah rusak dan mayat orang-orang kafir bergelimpangan dimana-mana. Hanya
Nabi Hud dan pegikutnya yang diselamatkan Allah dari azab itu. Mereka kemudian
hijrah ke Hadramaut, membangun kehidupan baru tanpa adanya gangguan orang-orang
kafir, dan Nabi Hud wafat di sana.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/nGHALjvYOGg

F. Materi ke-6
Kisah Nabi Shalih – Mukjizat Unta dari dalam Batu
Nabi Shalih adalah keturunan dari Nabi Nuh. Nabi Shalih berasal dari keluarga
miskin dan sederhana, namun beliau adalah pemuda yang taat kepada Allah. Nabi Shalih
diutus kepada kaum Tsamut yang hidup dibekas reruntuhan kaum ‘Ad. Kaum ini lebih
pandai daripada kaum ‘Ad. Kaum ini mampu membangun jaringan irigasi yang lebih
sempurna untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan. Bangunan-bangunan yang
sudah runtuh di bangun kembali menjadi lebih megah, gunung-gunung dipahat menjadi
istana yang indah, tanah disana juga subur, pepohonan hijau dan buahnya lebat, dan hasil
panen ditempat itu selalu melimpah ruah.
Dengan keberhasilan itu, kaum Tsamut menjadi lalai dan sombong. Mereka tidak
mau menyembah Allah. Mereka menganggap rezeki itu bukan dari Allah, melainkan
hasil kerja keras mereka sendiri. Oleh karena itulah, Allah mengutus Nabi Shalih agar
mendakwahi kaum tersebut. Namun kaum tersebut tidak mau mengikuti ajakan Nabi
Shalih untuk kembali kejalan yang benar, dan menganggap Nabi Shalih sebagai
pembohong. Kemudian kaum Tsamut menuntut Nabi Shalih untuk mengeluarkan
mukjizat. Lalu Nabi Shalih meminta pertolongan Allah, dan Allah pun mengiyakan
permintaan tersebut.
Nabi Shalih akhirnya mengajak kaumnya ke kaki gunung, sesampainya di kaki
gunung, Nabi Shalih di minta untuk mengeluarkan seekor unta dari batu yang sangat
besar. Namun, betapa terkejutnya kaum Tsamut karena tiba-tiba sebuah batu besar itu
terbelah dan keluarlah seekor unta betina. Setelah kejadian itu, beberapa orang mulai
percaya dan mereka membenarkan kenabian Nabi Shalih. Dan air susu unta tersebut
keluar banyak sekali, dan cukup untuk di minum seluruh penduduk negeri. Namun masih
ada juga orang yang belum percaya terhadap Nabi Shalih. Kemudian orang-orang kafir
dari mereka bersepakat untuk membunuh unta tersebut, namun melalui malaikat jibril
Allah memberitahu rencana pembunuhan itu kepada Nabi Shalih. Kemudian Nabi Shalih
menasehati orang-orang kafir itu untuk bertaubat dan tidak membunuh unta tersebut.
Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Salih, mereka malah mengejar unta
tersebut dan membunuhnya dengan pedang yang telah mereka asah. Kemudian orang-
orang kafir itu datang kerumah Nabi Shalih dan berniat untuk membunuhnya. Namun,
ketika diperjalanan batu-batu besar melayang dan menimpa mereka hingga mereka
meninggal, azab Allah pun turun berupa petir yang menyambar begitu keras, gempa
dahsyat pun terjadi dan orang-orang pada kebingungan. Hingga akhirnya kaum Tsamut
pun binasa kecuali orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Shalih. Dan Nabi Shalih
mengajak pengikutnya untuk berhijrah ke Ramlah yang merupakan suatu tempat di
Palestina.
Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/NSwO-MZHZ2M

G. Materi ke-7
Nabi Ibrahim di Bakar Hidup-Hidup
Nabi Ibrahim dilahirkan di Babilonia, ayahnya bernama Azar. Pekerjaan ayahnya
yakni seorang pembuat patung berhala. Dan ayahnya juga menyembah berhala, oleh
karena itu, manusia yang didakwahi Nabi Ibrahim pertama kali adalah ayahnya sendiri.
Nabi Ibrahim mendakwahi ayahnya dengan lembut, namun semua upaya Nabi Ibrahim
sia-sia, ayahnya marah dan malah menyuruh pergi Nabi Ibrahim.
Kerajaan Babilonia pada waktu itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Namrud bin Kan’an. Dia adalah raja yang kejam, perintahnya harus selalu di taati.
Setelah dewasa, Nabi Ibrahim mulai mengajarkan agama Allah ta’alaa. Suatu ketika,
Nabi Ibrahim mendebat kaumnya yang menyembah bintang, Nabi Ibrahim ingin
menjelaskan bahwa bintang tidak pantas untuk disembah, karena bintang adalah makhluk
yang diatur, ia timbul dan tenggelam mengikuti perintah sang pencipta. Setelah Nabi
Ibrahim menjelaskan bulan yang lebih jelas cahayanya, kemudian berpindah kepada
matahari yang sangat jelas sinar dan kebesarannya. Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa
matahari telah diatur dan ditentukan peredaran dan perjalanannya oleh sang pencipta.
Nabi Ibrahim berusaha dengan segala cara untuk menampakkan berhala-berhala
sesembahan kaumnya yang lemah dan tidak berdaya. Nabi Ibrahim mengucapkan pada
dirinya, “Sungguh, aku akan menghancurkan berhala-berhala kalian.”
Pada suatu hari semua penduduk merayakan sebuah tradisi tahunan dengan pergi
keluar kota untuk berburu. Nabi Ibrahim juga diajak oleh ayahnya, namun Nabi Ibrahim
menolaknya dengan alasan sakit. Kemudian Nabi Ibrahim pergi untuk menghancurkan
patung-patung berhala yang berada di tempat-tempat ibadah dengan menggunakan
sebuah kapak, namun Nabi Ibrahim menyisakan satu patung yang sangat besar.
Ketika para penduduk kembali, mereka sangat terkejut karena patung
sesembahannya hancur berkeping-keping. Mereka mencurigai Nabi Ibrahim, dan
dipangillah Nabi Ibrahim tersebut untuk di adili dan di saksikan oleh seluruh penduduk
Babilonia. Dari sinilah Nabi Ibrahim mulai berdakwah secara terang-terangan. Dalam
pengadilan itu terjadi percakapan antara Nabi Ibrahim dengan raja Namrud. Setelah
mereka bercakap-cakap, raja Namrud akhirnya meminta prajuritnya untuk membakar
Nabi Ibrahim. Namun Nabi Ibrahim tetap tenang dan memohon pertolongan kepada
Allah. Acara pembakaranpun sudah dipersiapkan, maka disulutlah kayu itu dengan api
atas perintah raja Namrud. Api tersebut dengan begitu cepat mulai membesar,
masyarakat bersuka ria karena Nabi Ibrahim telah dilahap api. Nabi Ibrahim lalu
mendapat tawaran dari malaikat untuk membantunya dalam ancaman ini, namun Nabi
Ibrahim hanya megharap pertolongan dari Allah. Maka Allah pun memadamkan api
tersebut dan menjadi keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Namun, api itu tidak menjadi
sangat dingin yang akan menyebabkan beliau tersiksa, karena ternyata ada hewan yang
ikut meniupkan api agar membakar Nabi Ibrahim, hewan itu adalah cicak.
Pada hari kiamat nanti, Nabi Ibrahim berjumpa dengan ayahnya, Azar. Ketika itu,
wajah Azar berwarna hitam dan gelap. Nabi Ibrahim meminta pertolongan kepada Allah,
tetapi Allah telah mengharamkan surga bagi orang-orang kafir. Kemudian Allah berkata
kepada Nabi Ibrahim, “Wahai Ibrahim, apakah yang ada di bawah kakimu?” Ibrahim
memperhatikannya dan ternyata ayahnya telah menjadi anjing hutan yang kotor. Lalu,
dia dipegang ubun-ubunnya dan dan dibuang ke dalam neraka.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/sAVWpPeY-14

H. Materi ke-8
Nabi Luth dan Kaumnya
Nabi Luth hidup pada masa Nabi Ibrahim, Nabi Luth masih memiliki hubungan
kekerabatan dengan Nabi Ibrahim. Ada yang bependapat bahwa Nabi Luth adalah anak
paman Nabi Ibrahim. Nabi luth tinggal di Palestina dan bertetanggaan dengan Nabi
Ibrahim. Sejak diangkat menjadi Nabi, beliau ditugaskan Allah untuk mendakwahi kaum
Sodom, mereka sangat sesat dan durhaka. Kaum Sodom tidak hanya menyekutukan
Allah, mereka juga memiliki moral yang sangat tidak baik, mereka menikah dengan
sesama jenis, baik laki-laki dengan laki-laki ataupun perempuan dengan perempuan.
Tugas Nabi Luth sangatlah berat, beliau harus mendakwahi kaum yang telah
menyimpang dari takdir mereka. Merekapun tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
Nabi Luth berdakwah dengan baik dan hikmah. Tetapi kaum Sodom tidak mau
menerimanya, justru mereka malah mengejek Nabi Luth dan menantang Nabi Luth untuk
memberikan azab kepada mereka. Kesedihan Nabi Luth semakin menjadi-jadi karena
tidak hanya kaumnya yang menantang Nabi Luth tetapi istrinya juga mengikuti
perbuatan kaumnya tersebut. Pada suatu hari, Nabi Luth didatangi 2 orang tamu yang
sangat tampan dan istri Nabi Luth sangatlah gembira dan ia segera menemui kaumnya
untuk memberitahukan hal itu pada mereka. mendengar hal itu semua orang kegirangan,
mereka saling berebut untuk mendapatkan pemuda tampan itu. Maka berbondong-
bondonglah orang-orang menuju rumah Nabi Luth dan mereka berteriak keras agar
mengeluarkan pemuda itu. Kemudian Nabi Luth gelisah akan hal tersebut, tetapi dengan
sabar beliau menyadarkan kaumnya bahwa tindakannya itu tercela. Namun kaumnya
tidak peduli, mereka tetap menuntut agar Nabi luth menyerahkan tamunya.
Disaat yang genting itu, tiba-tiba kedua tamu Nabi Luth mengatakan bahwa
sebenarnya meraka adalah utusan Allah. Kedua tamu itu menyarankan agar Nabi Luth
untuk tetap tenang dan meminta sekeluarga beserta pengikutnya untuk meninggalkan
Negeri Sodom dimalam hari. Dan kedua pemuda itu meminta Nabi Luth dan pegikutnya
untuk tidak berpaling melihat ke belakang. Maka keluarlah Luth dan pengikutnya
melalui pintu belakang. Hari menjelang pagi, penduduk Sodom yang menunggu di depan
rumah Nabi Luth tak sabar lagi, mereka menekat mendobrak pintu rumah Nabi Luth.
Seketika mereka bersorak ketika melihat pemuda tampan itu. Ketika mereka ingin
membawa pemuda itu, harapan mereka pun sirna. Karena tiba-tiba sepasang mata
mereka tidak dapat melihat lagi. Mereka di azab oleh Allah hingga menjadi buta.
Keesokan harinya mereka di timpa azab yang lain. Negeri Sodom di timpa gempa bumi
yang sangat dahsyat. Mereka di hujani batu dari neraka sijjil yang sangat banyak,
sehingga tidak ada seorang pun yang hidup. Nabi Luth bersama istri dan kedua anaknya
mendengar gemuruh hancurnya negeri Sodom. Mereka terus berjalan tanpa berani
menoleh kebelakang, namun istri Nabi Luth tergerak hatinya untuk menoleh ke
belakang, dan tiba-tiba istri Nabi Luth berubah menjadi batu dan musnah bersama
penduduk Sodom yang durhaka itu.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/X88Vz2ZzF70

I. Materi ke-9
Nabi Ismail Menemukan Sumur Zam-Zam
Setelah Nabi Ibrahim menikah sekian lama dengan Sarah, mereka belum juga
dikarunia keturunan oleh Allah ta’alaa. Kemudian Sarah menyuruh Nabi Ibrahim untuk
menikahi Hajar. Setelah Hajar menikah dengan Ibrahim, Allah pun memberikan mereka
keturunan seorang bayi laki-laki yang bernama Ismail. Sarah merupakan wanita yang
memiliki rasa cemburu. Oleh karena itu, ia pun meminta Nabi Ibrahim agar Hajar dan
bayinya itu dijauhkan darinya, tetapi Nabi Ibrahim belum melaksanakan perintah
istrinya. Hingga tiba perintah Allah, Nabi Ibrahim pun membawa Hajar dan Ismail ke
padang pasir yang tandus. Di padang pasir yang tandus dan tidak berpenghuni itu, Nabi
Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya dengan bekal sedikit air dan kurma. Kemudian
akhirnya Nabi Ibrahim kembali ke Negeri Syam untuk menemui istrinya Sarah.
Di padang pasir yang tandus itu, tak lama kemudian habislah bekal air dan
makanan Hajar dan anaknya Ismail. Kemudian Hajar kebingungan mencari air dan
Ismail terus menangis karena kehausan. Maka berlarilah hajar kesana kemari tanpa arah
tujuan, dari satu bukit ke bukit yang lain sebanyak tujuh kali agar mendapati air ataupun
orang. Pada akhirnya perjalanan ini dikenal dengan ibadah sa’i yang dilaksanakan ketika
berhaji atau umrah. Hajar terus berlari dari satu bukit ke bukit yang lain, yaitu bukit
shafa ke marwa. Hajar berlari sambil memperhatikan Ismail, karena khawatir jika Ismail
di dekati binatang ataupun yang lainnya.
Ismal terus menangis, hingga datang pertolongan Allah ta’alaa yaitu ketika kaki
Ismail menginjak tanah maka keluarlah air dari dalam tanah itu. Seketika Hajar langsung
meminumnya dan Ismail pun berhenti menangis. Dan Jibril berkata zam-zam yang
artinya berkumpullah, kemudian mata air itu mengumpul menjadi satu. Dan hingga
sampai saat ini, air itu terus mengalir dan dapat kita kenal dengan nama air zam-zam.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/FBNsny2hHkA

J. Materi ke-10
Perintah Allah untuk Menyembelih Ismail
Nabi Ibrahim memiliki dua istri. Istri yang pertama bernama Sarah dan Istri yang
kedua bernama Hajar. Sarah memiliki anak laki-laki yang bernama Ishaq sedangkan
Hajar memiliki anak laki-laki yang bernama Ismail. Setelah Nabi Ibrahim meninggalkan
Hajar dan Ismail di padang pasir yang tandus, akhirnya beliaupun merasa rindu kepada
mereka berdua, hingga pada akhirnya beliau beberapa kali mengirim utusannya untuk
melihat keadaan anak dan istrinya. Dan ketika utusannya mengatakan bahwa anak dan
istrinya baik-baik saja, Ibrahim pun merasa lega. Ternyata kehidupan istri dan anaknya
telah dicukupi oleh Allah. Hajar dan Ismail dianggap sebagai pemilik dan pemimpin di
Makkah, karena mereka berdualah yang pertama kali menetap dan bertempat tinggal
disana.
Setelah sekian lama, akhirnya Ibrahim tidak bisa lagi menahan rasa rindunya
kepada Hajar dan Ismail. Hingga akhirnya beliau bertekad untuk menemui istri dan
anaknya di Padang Arafah, yang pada saat itu Hajar dan Ismail sedang mengembala
kambing yang begitu banyak. Ketika perjalanan menuju Makkah, mereka bertiga
beristirahat di Musdhalifah karena kelelahan dan akhirnya mereka tertidur. Dalam
tidurnya yang sebentar itu, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah melalui
mimpinya. Beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail, yang mana anak
kesayangannya itu harus saja dikurbankan sebagai bukti patuhnya Nabi Ibrahim terhadap
Tuhannya.
Nabi Ibrahim merasa begitu beratnya ujian yang diberikan Allah kepadanya, tetapi
beliaupun menguatkan hati demi rasa cintanya kepada Allah, dan pada akhirnya beliau
juga memberitahukan mimpinya itu kepada Ismail. Dan Ismail pun mau melaksanakan
perintah Allah tersebut. Tetapi dikisahkan bahwa iblis mencoba menghalangi perintah
Allah pada Nabi Ibrahim. Berkali-kali iblis membujuk Nabi Ibrahim agar tidak
melaksanakan perintah Allah tersebut. Akan tetapi Ibrahim berhasil untuk tidak tergoda
dengan rayuan iblis. Kemudian Nabi Ibrahim membawa Ismail ke atas bukit, disana Nabi
Ismail mengenakan kain penutup mata, dan pedang tajam pun sudah dipersiapkan.
Namun, ketika pedang itu sudah berada di leher Ismail, tiba-tiba Allah mengganti Ismail
dengan penyembelihan yang besar, yaitu kambing besar dan putih yang memiliki
lingkaran hitam pada sekitar matanya. Dan peristiwa ini terjadi pada tanggal 10
Dzulhijjah di Mina. Dan sampai sekarang, peristiwa itu dirayakan oleh seluruh umat
muslim sebagai Hari Raya Idul Adha.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/Yg3J5PBxC6k

K. Materi ke-11
Kabar Kelahiran Nabi Ishaq
Setelah Allah mengaruniakan Isma’il kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
kemudian Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah ta’alaa agar dikaruniakan anak dari
istrinya yang bernama Sarah, istri yang selalu setia bersamanya dalam menegakkan
kalimatullah. Hingga akhirnya Allah pun mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan mengutus
tiga malaikat dalam bentuk manusia untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya
akan lahirnya seorang anak dari istrinya, Sarah. Mereka juga memberitahukan tujuan
mereka yang lain, yakni pergi mendatangi kaum Luth untuk menimpakan azab kepada
mereka.
Ketika para malaikat itu datang bertamu kepada Nabi Ibrahim, maka beliaupun
menjamu para malaikat itu dengan sebaik-baiknya. Karena Nabi Ibrahim adalah seorang
yang selalu memuliakan tamu disamping sebagai orang yang dermawan. Kemudian, idak
lama kemudian Nabi Ibrahim datang membawa anak sapi yang gemuk yang telah
dipanggang serta menghidangkannya kepada para malaikat itu. Tetapi mereka tidak
makan dan meminum jamuan yang telah dihidangkan itu, hingga akhirnya Nabi Ibrahim
merasa takut terhadap mereka. Lalu para malaikat itu menenangkan Nabi Ibrahim dan
memberitahukan kepadanya tentang diri mereka sebenarnya serta memberikan kabar
gembira kepadanya dengan kedatangan seorang anak yang ‘alim (berilmu).
Ketika itu, Sarah mendengar pembicaraan mereka, maka ia datang dengan keadaan
heran terhadap kabar gembira yang mereka sampaikan. Bagaimana ia akan melahirkan
sedangkan ia adalah wanita yang sudah tua lagi mandul (ketika itu usianya 90 tahun),
sedangkan suaminya juga sudah lanjut usia. Maka malaikat berkata, “Demikianlah
Tuhanmu memfirmankan. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.” (Terjemahan QS. Adz-Dzariyat: 30)
Mendengar berita itu, Nabi Ibrahim pun menjadi tenang dan berbahagia, apa yang di
nanti-nantikannya tela tiba.
Selang beberapa waktu, maka datanglah apa yang dinantikan itu, istrinya yaitu
Sarah melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq oleh Nabi Ibrahim
‘alaihissalam. Saat itu, usia Nabi Ibrahim 100 tahun, dan Ishaq lahir 14 tahun setelah
kelahiran Ismail.
Al-Qur’anul Karim tidak menyebutkan secara panjang dan lebar kisah Nabi Ishaq
‘alaihissalam, demikian pula tentang kaum yang kepada mereka diutus Nabi Ishaq
dibeberapa tempat dalam al-Qur’an, diantaranya dalam QS. Shaad: 45-47 yang artinya:
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai
perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi, Sesungguhnya Kami telah
menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi
yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka
pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.
Dan selain itu, anak keturunan Nabi Ishaq juga banyak yang menjadi Nabi.
Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://assunahsalafushsholih.wordpress.com

L. Materi ke-12 dan 13 (2 Pertemuan)


Kisah Nabi Ya’qub yang Dimusuhi Saudara Kembarnya
Ishaq adalah anak dari Sarah. Beliau menikah dalam usia 40 tahun dengan Rifqa
binti Batwayil. Awalnya Rifqa itu mandul, karena Ishaq berdoa terus menerus kepada
Allah, akhirnya beliau dikaruniai anak kembar yaitu ‘Ish dan Ya’qub. Dalam sebuah
riwayat, Nabi Ishaq lebih senang dengan ‘Ish karena ia adalah anak sulung dari mereka,
sedangkan Rifqa lebih senang dengan Ya’qub yang merupakan anak bungsunya.
Suatu ketika Ishaq menyuruh ‘Ish untuk membuatkan makanan untuknya. Tetapi
Rifqa menyuruh Ya’qub untuk menyembelih 2 kambing yang paling baik, dan memasak
makanan yang disukai oleh ayahnya. Seiring bertambahnya usia, penglihatan Nabi Ishaq
tidak begitu kuat, sehingga pada suatu waktu tidak bisa membedakan antara ‘Ish dan
Ya’qub. Ketika makanan sudah siap, Ya’kub mengantarkannya kepada ayahnya dengan
memakai pakaian milik saudara kandungnya, sehingga perawakannya terlihat seperti ‘Ish
lebih besar. Ketika dihadapan ayahnya, Ishaq lalu bertanya kepada Ya’kub “Siapakah
dirimu?” kemudian ya’qub menjawab “aku anakmu”. Kemudian Nabi Ishaq memegang
Ya’qub lalu berkata “Mendengar suaramu terdengar seperti Ya’qub, tetapi dari tubuh
dan pakaianmu, rasa-rasanya engkau adalah ‘Ish”. Kemudian Nabi Ishaq menikmati
sajian makanannya lalu mendoakan Ya’qub agar kelak memiliki kekuatan yang lebih
ketimbang saudaranya, menjadi seorang yang berpengaruh dalam bangsanya, dan
diberikan keturunan yang banyak.
Tak berselang lama, lalu datanglah ‘Ish dengan membawa makanan yang telah ia
siapkan dan menghampiri sang ayah. Nabi Ishaq pun bertanya, “Apa ini wahai anakku
tercinta?” ujar sang ayah karena menduga bahwa itu adalah Ya’qub. Kemudian ‘Ish pun
menjawab, “Ini aku ‘Ish, aku membawakan makanan yang engkau inginkan”. Kemudian
Ishaq berkata “Bukankah engkau telah mendatangiku beberapa saat yang lalu, bahkan
aku memakannya dihadapanmu, lalu kemudian aku setelahnya mendoakanmu.” Lalu,
Nabi Ishaq memberikan doa yang lain kepada ‘Ish, agar kelak ia menjadi orang yang
disegani di muka bumi, dan dilimpahkan rizki dan kesuburan. Setelah mendapat doa
tersebut, lalu ‘Ish keluar dan bersumpah, bahwa kelak nanti setelah kedua orang tuanya
meninggal, ia akan membunuh saudara kandungnya sendiri.
Dari kejauhan ibunya melihat kebencian dan mendengar sumpah ‘Ish tersebut. Dan
tanpa pikir panjang, ia pun menceritakan kejadian tersebut kepada suaminya, Ishaq. Ia
meminta agar suaminya memerintahkan Ya’qub pergi ke tempat pamannya, Laban yang
tinggal di daerah Harran, sampai kemarahan saudaranya hilang. Rifqa juga berpesan
kepada Ya’qub untuk menikahi anak perempuan pamannya. Kemudian Ya’qub pun
menuruti apa yang sang ayah perintahkan, ia pun pergi menjelang sore hari. Dalam
perjalanan, selagi ia beristirahat dan tidur, langit melindunginya dari panasnya sinar
matahari. Dan ia mengambil batu sebagai alas utuk dijadikan bantal. Dan dalam tidurnya,
ia meihat sebuah tangga yang tertancap dari langit menuju bumi, dan para malaikat naik
turun melewati tangga tersebut. Dalam mimpinya itu, Allah ta’alaa berkata kepadanya
“Sesungguhnya aku akan memberikanmu keberkahan dan membanyakkan keturunanmu,
dan menjadikanmu sebagai pemimpin di bumi ini.”
Tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya dan bahagia atas apa yang ia lihat dalam
mimpinya tersebut. Kemudian Nabi Ya’qub pun bernadzar, jika ia kelak dapat pulang ke
rumah dengan keadaan selamat, ia akan membangun masjid di tempat ia bermimpi tadi
dan akan mensedekahkan sepersepuluh dari penghasilannya. Lalu Nabi Ya’qub pun
memberi tanda pada batu ia bersandar dan kelak tempat tersebut akan dijadikannya
sebagai tempat ibadah.
Sesampainya di rumah pamannya, Ya’qub diperkenalkan dengan kedua anak
perempuan pamannya. Anak sulung bernama Laya dan anak keduanya bernama Rahil.
Keduanya sama-sama memiliki paras yang cantik jelita. Ya’qub pun menceritakan apa
yang menjadi pesan ibunya, bahwa dia harus menikahi salah satu dari anak pamannya.
Kemudian pamannya Labban pun mengizinkan dan menyuruh Ya’qub untuk tinggal di
sana, tetapi dengan syarat Ya’qub menggembalakan kambing selama tujuh tahun.
Setelah tujuh tahun berlalu, sebagai pemenuhan janjinya, Labban pun
menjodohkan anak pertamanya Laya yang sedikit memiliki gangguan sakit mata kepada
Nabi Ya’qub. Namun, disisi lain Ya’qub melamar anak kedua pamannya, yang bernama
Rahil. Tetapi Labban mengatakan bahwa ia tidak bisa menikahkan anak bungsunya,
sebelum anak pertamanya menikah. Tetapi akhirnya Labban pun berjanji akan
menikahkan Ya’kub dengan putri keduanya setelah ia mensyaratkan tujuh tahun
tambahan menggembala kambing itu lagi. Berlalulah masa tujuh tahun, kemudian
Ya’qub dinikahkan dengan Rahil. Sehingga Ya’qub menikahi kakak dan adik sekaligus.
Dan pernikahan seperti ini diperbolehkan pada waktu dulu.
Labban memberikan budak perempuan kepada masing-masing anaknya, Laya
diberikan budak perempuan bernama Zulfa dan Rahil diberikan budak perempuan
bernama Bulha. Kemudian Allahpun menyembuhkan kekurangan pada diri Laya dengan
memberikannya keturunan, diantaranya Ruwaibil, Sham’un, dan Yahudha. Rahil pun
merasa cemburu, karena ia tak kunjung juga hamil, kemudian ia pun membolehkan Nabi
Ya’qub untuk menikahi budak perempuannya. Dan akhirnya Nabi Ya’qub memiliki dua
putra keturunan darinya, yakni anak pertama dinamai Da’an dan anak kedua diberi nama
Nifatala. Disusul juga Laya, dia juga membolehkan hal yang sama, yakni Nabi Ya’qub
menikahi budak perempuan Laya, yang bernama Zulfa. Dan dari rahim zulfa, lahirlah
dua orang putra yang diberi nama Jad dan Ashir. Tak berselang lama, kemudian Laya
pun hamil anak ke-4 dari pernikahannya dengan Nabi Ya’qub, yang kemudian diberi
nama Aisakhar. Kemudian, dibeberapa tahun berikutnya lahirlah anak ke-5 mereka yang
diberi nama Zabilun. Kemudian di susul pula lahir anak ke-6 mereka yang berjenis
kelamin perempuan dan di beri nama Dinar.
Di lain hal, Rahil berdoa agar diberi keturunan dari Nabi Ya’qub, kemudian Allah
pun menjawab doa Rahil dan memberikannya keturunan anak laki-laki yang tampan,
terhormat, agung, yang kelak akan menjadi Nabi, ia diberi nama Yusuf. Semua keluarga
Ya’qub tinggal di daerah Harran selama 6 tahun. Sehingga total Nabi Ya’qub tinggal
disana selama 20 tahun.
Kemudian Nabi Ya’qub meminta kepada pamannya Labban agar membolehkannya
untuk keluar dari Harran dan memulai kembali dengan keluarganya. Tak berfikir panjang
akhirnya Labban berkata, “Sungguh, aku telah diberikan banyak keberkahan dengan
hadirnya dirimu, mintalah apapun yang engkau inginkan.” Lalu Nabi Ya’qub pun
berkata, “Berikan aku setiap hewan ternakmu yang berwarna hitam dan putih dan yang
akan melahirkan pada tahun ini, kambing yang sedang mengandung berwarna hitam
dan putih, kambing yang warnanya bercampur hitam dan putih, dan anak kambing yang
tidak tetanduk. Kemudian Labban pun mengiyakan semua yang diminta Nabi Ya’qub.
Setelah itu, anak-anak Nabi Ya’qub pun memisahkan hewan-hewan tersebut sesuai
jenisnya. Mereka membawa pergi keluar hewan-hewan tersebut dengan perjalanan
selama 3 hari. Di lain hal, Nabi Ya’qub memetik daun basah dan memotong-motongnya
lalu di simpan di tempat minum hewan yang sedang hamil, supaya nanti kelak warna
anaknya sesuai dengan keinginan Nabi Ya’qub. Para sejarawan mengatakan bahwa itu
adalah salah satu mukjizat Nabi Ya’qub.
Nabi Ya’qub pun kemudian memiliki hewan ternak yang banyak, hewan melata
yang banyak, dan pekerja yang juga tak kalah banyaknya. Sehingga paman dan
kelompoknya merasa kaget dan heran dengan pencapaian Nabi Ya’qub. Kemudian
setelah itu, Allah mewahyukan kepada Nabi Ya’qub agar pulang di Negeri dimana
keluarganya berada. Kemudian Nabi Ya’qub pun menyampaikan wahyu itu kepada
keluarganya dan tanpa ragu mereka menaati apa yang Nabi Ya’qub sampaikan.
Akhirnya, Nabi Ya’qub pun membawa pulang keluarga dan hartanya. Namun, ketika
mereka melewati Harran, Labban dan kelompoknya mendapati Nabi Ya’qub dan
keluarganya hendak pulang. Lalu mereka pun menanyakan hendak kemana mereka akan
pergi. Setelah itu, Labban menyinggung Nabi Ya’qub secara halus karena pergi tanpa
sepengetahuannya. Kemudian Ya’qub menjelaskan dan sekaligus meminta izin untuk
pulang kenegerinya.
Akhirnya, pamannya Labban pun melepaskan kepergian mereka dengan penuh
kegembiraan dan hiburan musik rebana. Hingga akhirnya, Labban bersama teman-
temannya memberikan ucapan selamat tinggal kepada Ya’qub dan keluarganya. Labban
juga menitipkan pesan kepada putrinya untuk saling menjaga satu sama lain. Kemudian
mereka pun berpisah dengan Labban untuk pergi ke negeri mereka. Dan ketika
mendekati daerah Sa’ir, Nabi Ya’qub disambut oleh para malaikat yang menyampaikan
kabar gembira kepadanya. Lalu, Ya’qub pun mengutus seorang utusan untuk
menyampaikan pesan kepada kakaknya, Ish, bahwa ia akan pulang dan memohon dengan
hormat agar ia bisa diterima kembali.
Sekembalinya utusan tadi, Ya’qub dibuat terkejut dengan berita yang dibawanya,
bahwa Ish telah berangkat kepadanya dengan dikawal 400 orang pemuda. Kemudian
Ya’qub berdoa kepada Allah agar diberikan keselamatan dari saudaranya, Ish. Bahkan
Ya’qub telah mempersiapkan hadiah yang banyak untuk Ish, yaitu berupa 200 ekor
kibas, 20 ekor kambing jantan, 30 ekor unta perahan, 40 ekor sapi betina, 20 ekor sapi
jantan, 20 ekor keledai betina, dan 10 ekor keledai jantan. Kemudian Nabi Ya’qub
menyuruh budaknya untuk menggiring masing-masing kelompok hewan tersebut dan
menyuruhnya agar setiap kelompok hewan itu diberi tempat, dan Ya’qub berpesan jika
mereka ditanya oleh Ish asal usul hewan tersebut, maka sampaikanlah bahwa itu dari
hambamu, Ya’qub dan diperuntukkan untuk tuanku, Ish. Namun tak disangka Ish
bersama ratusan pengawalnya telah berada dihadapan Ya’qub. Ya’qub pun langsung
berdiri dihadapan keluarganya dan langsung sujud sebanyak 7x. Pada masa itu, sujud
merupakan bentuk penghormatan, sama halnya sujud para malaikat kepada Nabi Adam.
Ish yang sangat rindu akan sosok adiknya itu, setelah sekian lama mereka berpisah,
kemudian menangis dan memeluk Nabi Ya’qub yang sujud tersungkur. Bersama
rombongan keluarga yang bersamanya, lantas Ish bertanya, “Adikku siapa mereka?
Bagaimana engkau bisa bersama mereka?”, kemudian Nabi Ya’qub menjawab bahwa
mereka adalah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada hambamu ini. Kemudian
keluarga Ya’qub pun sujud sebagai rasa hormatnya kepada Ish. Kemudian pada awalnya
Ish menolak hadiah yang diberikan Ya’qub kepadanya, namun Nabi Ya’qub terus
memaksa Ish agar tetap menerimanya. Kemudian ish pun menerima hadiah tersebut, dan
kembalilah mereka pulang ke Negeri mereka, ke bukit Sa’id.
Sumber : https://youtu.be/gWJd09BUp8 dan https://youtu.be/p6lmZNotovA
M. Materi ke-14 dan 15 (2 Pertemuan)
Kisah Nabi Yusuf yang Dilempar Kakaknya Kedalam Sumur dan Bertemu dengan
Zulaikha
Allah mengisahkan Nabi Yusuf dalam satu surat al Qu’an, yaitu surat yusuf. Nabi
Yusuf adalah putra dari Nabi Ya’qub. Nabi Yusuf juga memiliki beberapa saudara yang
telah di ketahui dari kisah Nabi Ya’qub.
Di kala masih kecil, Nabi Yusuf bermimpi melihat 11 bintang, matahari, dan bulan
bersujud kepadanya. Mimpinya ini disampaikan kepada ayahnya. Lalu ayahnya
menyuruhnya agar merahasiakan mimpi tersebut. Setelah itu Nabi Ya’qub memberikan
perhatian lebih terhadap Yusuf, sehingga hal itu membuat saudara-saudaranya yang
seayah menjadi iri. Kemudian muncullah ide dari saudara-saudara Yusuf untuk
membuang jauh-jauh Yusuf dari ayahnya, agar perhatian ayahnya bisa tercurah kepada
mereka.
Pada suatu hari, mereka membujuk sang ayah agar Yusuf diizinkan untuk ikut
bermain dengan mereka. Maka diizinkanlah mereka, namun dengan syarat harus dijaga,
agar tidak dimakan oleh serigala. Setelah jauh dari rumah, mereka melepas pakaian
Yusuf, dan memasukkan Yusuf kedalam sumur. Sedangkan bajunya dilumuri dengan
darah kambing, agar ayahnya percaya bahwa Yusuf dimakan serigala. Ketika di dalam
sumur, Allah ta’alaa mewahyukan kepada Nabi Yusuf, bahwa kelak ia akan
memberitahukan perbuatan ini di hadapan saudara-saudara Nabi Yusuf dan dalam
keadaan mereka tidak mengenalinya.
Pulanglah saudara-saudara Nabi Yusuf ke rumah. Lalu, mereka pun menghadap
sang ayah dengan menangis tersedu-sedu. Namun, mereka lupa tidak merobek-robek
baju Nabi Yusuf, sehingga Nabi Ya’qub meragukan mereka dan mengatakan, “Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” Kemudian
datanglah serombongan pedagang yang singgah. Dan salah satu dari mereka pergi ke
sumur untuk mengambil air. Namun, ternyata ia mendapati Yusuf yang tampan. Ia
mengatakan, “Sungguh berita gembira, ini ada seorang anak kecil.” Lalu mereka
menahannya sebagai barang dagangan.
Saudara-saudara Yusuf mengetahui bahwa rombongan kafilah itu mengambil
Yusuf. Lalu mereka bersegera menyusulnya dan mengatakan, “Ini adalah budak kami
yang melarikan diri.” Lalu kafilah itu membelinya dari saudara-saudaranya dengan
harga yang sangat murah. Nabi Yusuf dibeli oleh seorang pembesar di Mesir. Beliau
adalah salah seorang menteri di Kerajaan Mesir kala itu. Kemudian pembesar ini
mengatakan kepada istrinya, “Berikan kepadanya tempat dan layanan yang baik, boleh
jadi dia bermanfaat bagi kita.” Lalu Nabi Yusuf berada dalam pengasuhan sang menteri
dan istrinya hingga mencapai usia dewasa. Demikianlah sangat mudah bagi Allah untuk
memuliakan hamba-Nya. Sangat mudah bagi Allah untuk memutarbalikkan makar
orang-orang yang dengki terhadap karunia dan keputusan-Nya.
Nabi Yusuf tumbuh menjadi dewasa dalam rumah sang menteri. Beliau menjadi
seorang yang sangat terkenal keindahan wajahnya. Bahkan istri menteri yang
mengasuhnya juga ikut tergoda, sehingga ia sangat menginginkan Nabi Yusuf.
Kemudian Nabi Yusuf mendapatkan perlindungan dan taufik dari Allah ta’alaa,
sehingga beliau menolak godaan wanita itu. Nabi Yusuf mengatakan, “Dan aku
berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” (QS.
Yusuf ayat 23)
Karena tidak mau menerima ajakan Istri sang menteri, Nabi Yusuf dikejar istri
pembesar itu,dan ditariklah baju Yusuf dari belakang hingga robek. Tiba-iba pintu
terbuka, dan ternyata suami wanita itu yang masuk. Si wanita terus berusaha membela
dirinya dan menuduh Yusuf yang ingin melakukan sesuatu kepadanya. Akan tetapi, ada
dari pihak keluarga menteri yang mengatakan, “Jika baju Yusuf robek dari depan,
istrinya yang benar, dan yusuf telah berdusta. Namun jika bajunya robek dari belakang,
istrinya yang berdusta dan yusuf yang benar.”
Lalu dilihatlah baju Yusuf. Ternyata yang robek adalah bagian belakangnya, ia
mengatakan kepada istrinya, “Ini adalah tipu daya darimu.” Kemudian pembesar itu
mengatakan kepada Yusuf untuk tidak menyebarkan peristiwa ini. Dan ia juga menyuruh
istrinya untuk memohon ampun atas perbuatan yang salah itu. Setelah itu, tersebarlah
berita di kota Mesir, bahwa istri sang menteri menginginkan anak asuhnya. Oleh karena
itu, istri sang menteri mengundang para wanita. Lalu ia menyediakan hidangan berupa
buah-buahan lengkap dengan pisaunya.
Hadirlah para wanita yang diundang sang istri tersebut. Kemudian ia menyuruh
Yusuf untuk keluar melewati para wanita itu. Melihat Yusuf, mereka sangat kagum dan
takjub dengan ketampanan Nabi Yusuf. Hingga tidak terasa, tangan mereka yang teriris
oleh pisau. Mereka mengatakan, “Mahasuci Allah, ini bukan manusia. Namun ini adalah
malaikat yang mulia.” Istri pembesar mengatakan, “Inilah orang yang kalian mencelaku
karena aku tergoda olehnya. Aku telah merayunya, namun ia memilih untuk menjaga
dirinya. Jika ia tidak mau menuruti perintahku, ia akan dipenjarakan dan akan menjadi
orang yang terhina.” Mendengar ancaman ini, Nabi Yusuf mengatakan, “Wahai
Rabbku, penjara lebih aku senangi daripada menuruti apa yang mereka maukan dariku.
Andaikan Engkau tidak menyelamatkan aku dari makar mereka, pastilah aku akan
cenderung kepada mereka, dan aku akan termasuk orang-orang yang jahil.”
Allah mengabulkan doa Nabi Yusuf, sehingga makar mereka tidak bisa
mencelakakan beliau. Kemudian setelah berselang beberapa waktu lamanya, orang-orang
memandang perlu untuk memenjarakan Nabi Yusuf. Kemudian dijebloskanlah Nabi
Yusuf ke dalam penjara. Lalu Nabi Yusuf mendapati dua orang di dalam penjara, salah
satunya adalah penuang minuman sang raja, dan yang satunya lagi adalah pembuat roti.
Kepribadian Yusuf membuat takjub kedua orang ini. Pada satu malam yang sama,
keduanya bermimpi. Adapun si penuang minuman raja, ia bermimpi melihat tiga tangkai
yang subur dan penuh dengan tangkai anggur. Lalu ia mengambilnya dan membuatnya
sebagai sirup, dan meletakkannya dlam sebuah cawan milik raja, lalu meminumkannya.
Adapun si tukang roti, ia melihat tiga tumpukan roti diatas kepalanya. Kemudian burung-
burung memakan dari tumpukan paling atas. Kemudian keduanya menceritakan mimpi
ini kepada Yusuf.
Setelah menawarkan Islam kepada keduanya, nabi Yusuf memberitahukan tafsir
mimpi keduanya. Yusuf menyampaikan kepada si penuang minuman, bahwa ia akan
kembali menghidangkan minuman Khamer kepada tuannya. Adapun si tukang roti, ia
akan disalib. Ketika keduanya mendengar tafsir mimpinya, si tukang roti mengatakan,
“Kami tidak bermimpi sesuatu apapun.” Lalu Nabi Yusuf menjawab, “Telah diputuskan
perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).” (QS. Yusuf: 41)
Kemudian Nabi Yusuf berpesan kepada orang yang selamat, yaitu si penunag
minum raja, “Ceritakanlah aku di hadapan tuanmu.” Akan tetapi, srtan membuatnya
lupa, sehingga Nabi Yusuf masih tetap berada di dalam penjara untuk beberapa waktu
lamanya. Pada suatu hari, sang raja bermimpi melihat sesuatu yang aneh. Ia melihat tujuh
ekor sapi kurus memakan tujuh ekor sapi gemuk. Ia juga bermimpi melihat tujuh tangkai
gandum segar, dimakan oleh tujuh tangkai gandum kering. Sang raja sangat takut kerana
mimpinya ini. Ia bertanya kepada para ahli tafsir mimpi yang ada di wilayah
kerajaannya, namun mereka semua menjawab bahwa itu hanyalah mimpi yang tidak
perlu diperhatikan.
Pada saat itulah, temen penjara Nabi Yusuf yang selamat teringat kepada Yusuf. Ia
ingat setelah sekian lama berselang. Lalu ia mendatangi Nabi Yusuf dan menyampaikan
mimpi sang raja. Nabi Yusuf bersegera menafsirkan mimpi tersebut. Kemudian sang raja
mengetahui bahwa Yasuf adalah seorang yang berilmu. Lalu, sang raja meminta agar
Nabi Yusuf dihadapkan kepadanya. Kemudian utusan sang raja menemui Nabi Yusuf,
untuk membawanya menghadap kepada sang raja. Akan tetapi, Nabi Yusuf tidak
bersegera keluar memenuhi panggilan raja, Nabi Yusuf ingin keluar dari penjara dalam
keadaan orang-orang mengetahui bahwa dirinya tidak bersalah dan tidak ternodai
kehormatannya. Sehingga Nabi Yusuf menyuruh utusan raja, agar kembali dan
menanyakan tentang para wanita yang dahulu mereka memotong tangnnya sendiri ketika
melihat Nabi Yusuf.
Kemudian setelah itu, nama Nabi Yusuf menjadi bersih. Dan sang raja ingin
menjadikan Nabi Yusuf sebagai salah satu orang dekatnya. Dan Nabi Yusuf berkata
kepada sang raja, “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55)
Dengan demikian Nabi Yusuf menjadi mulia setelah melewati sekian banyak ujian.
Beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran dan bersandar hanya kepada Allah
semata.
Syahdan, datanglah saudara-saudara Nabi Yusuf ke Mesir, untuk mendapatkan
bahan makanan pokok, karena seluruh negeri mengalami paceklik. Nabi Yusuf
mengenali mereka, namun mereka tidak mengenalinya, karena tidak pernah terlintas
pada benak mereka kedudukan yang di dapatkan oleh Nabi Yusuf ini.
Ringkas cerita, Nabi Yusuf mengirimkan bajunya kepada ayahnya, agar bisa
melihat kembali. Kemudian Nabi Yusuf meminta untuk semua keluarganya dibawa ke
Mesir. Dan sesampainya di Mesir mereka bersujud di hadapan Nabi Yusuf sebagai tanda
penghormatan. Inilah takwil mimpi yang pernah dilihat Nabi Yusuf ketika masih kecil.
Allah Mahamampu untuk mewujudkan semua yang ia tentukan, walaupun semua
makhluk berusaha menolak. Dan pada akhirnya, setelah sekian lama berpisah, mereka
berkumpul kembali dengan keluarganya dalam kemuliaan dan kesenangan.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib

N. Materi ke-17
NABI AYYUB
Nabi Ayyub adalah seorang nabi dari keturunan Nabi Ishaq bin Nabi lbrahim. Nabi
Ayyub semula adalah seseorang yang memiliki banyak harta, selain itu ia memiliki
sejumlah anak dan keluarga yang banyak pula. Namun, semua nikmat ini, dicabut
darinya dan ditimpakan kepadanya berbagai penyakit pada seluruh tubuhnya kecuali hati
dan lisannya. Dan dalam menghadapi ujian ini, Nabi Ayyub sangat bersabar dan
mengharapkan pahala dari Allah dan senantiasa mengingat Allah. Dengan hati dan
lisannya, Nabi Ayyub terus menerus berdzikir dan bersyukur kepada Allah. Sehingga
Nabi Ayyub dijadikan sebagai teladan dalam kesabaran ketika menghadapi ujian dari
Allah.
Penyakit yang beliau derita berlangsung sangat lama, sehingga teman berbincang
dan teman dekatnya merasa jijik. Lalu, Nabi Ayyub dikeluarkan dan dibuang di tempat
sampah. Tidak ada orang yang mau mengurusinya kecuali istrinya. Sampai-sampai sang
istri melakukan pekerjaan sebagai pembantu untuk mendapatkan upah agar bisa membeli
makanan untuk Nabi Ayyub. Ia sangat bersabar dalam mengurusi dan melayani
suaminya. Akan tetapi, orang-orang mulai menghindar dari istri Nabi Ayyub karena
khawatir akan tertular penyakit yang diderita Nabi Ayyub. Dan akhirnya, istri Nabi
Ayyub terpaksa menjual kepangan rambutnya kepada salah seorang putri bangsawan,
agar bisa mendapatkan makanan yang baik.
Makanan itu ia hidangkan kepada Nabi Ayyub, dan kemudian ia menjual kepangan
rambutnya yang lain pada hari berikutnya untuk bisa membeli makanan yang baik
sebagai hidangan bagi Nabi Ayyub. Merasa ada yang aneh, Nabi Ayyub pun bersumpah
bahwa beliau tidak akan memakan makanan tersebut hingga istrinya mau
memberitahukan asal makanan itu. Lalu istrinya membuka kepalanya, dan ketika melihat
kepalanya telah gundul, Nabi Ayyub berdoa, “Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Dzat Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang.” (al-Anbiya: 83)
Kebiasaan istri Nabi Ayyub, yakni apabila suaminya hendak pergi untuk
menunaikan hajatnya, istrinyalah yang membantunya agar bisa berjalan. la memegangi
tangan Nabi Ayyub hingga kembali ke tempat semula. Pada suatu hari, istrinya terlambat
memapahnya, kemudian Allah mewahyukan kepada Ayyub, "Hantamkanlah kakimu."
(Shad: 42)
lstri Nabi Ayyub telah lama menunggu kembalinya Nabi Ayyub. Setelah bertemu,
ia memandangi Nabi Ayyub karena sudah tidak lagi seperti biasanya. Sehingga istri Nabi
Ayyub pun terheran dan tidak yakin apakah ini Nabi Ayyub atau bukan. Allah telah
menghilangkan semua penyakitnya, sehingga Nabi Ayyub pun dalam keadaan yang lebih
bagus dari sebelumnya. Ketika melihat Nabi Ayyub, istrinya mengatakan, "Wahai
Saudara, semoga Allah memberikan berkah kepadamu, apakah engkau melihat seorang
nabiyyullah yang mendapatkan ujian itu? Demi Allah, aku tidak pernah melihat adanya
orang yang sangat mirip dengannya ketika masih dalam keadaan sehat dibandingkan
Saudara.” Kemudian Nabi Ayyub menjawab, "Sesungguhnya, inilah aku, Ayyub."
Kemudian Allah mengembalikan harta dan anak-anaknya kepada Nabi Ayyub, bahkan
sampai dilipatgandakan dua kali lipat dari jumlah semula.
O. Materi ke-18
Nabi Syu’aib beserta Kaumnya
Penduduk Madyan adalah kaum bangsa Arab. Mereka menempati sebuah kota
bernama Madyan. Kota ini terletak dekat dengan wilayah Mi’an, yang terletak di ujung
negeri Syam dan berdekatan dengan wilayah Hijaz. Kota ini masih berdekatan dengan
laut kecil bekas tempat tinggal kaum Luth. Kaum Madyan ini muncul berselang beberapa
waktu setelah kaum Luth. Namun, ada yang berpendapat bahwa kaum Madyan masih
keturunan Nabi lbrahim.
Nabi Syu’aib diutus Allah untuk mendakwahi kaum Madyan. Nabi Syu'aib masih
memiliki hubungan kekerabatan dengan kaum Madyan. Ada yang berpendapat bahwa
ibunda Nabi Syu‘aib adalah putri Nabi Luth, atau neneknya adalah puri Nabi Luth, dan
termasuk orang yang beriman kepada Nabi lbrahim. Rasulullah apabila menyebut
Syu’aib, beliau akan bersabda, “Ia adalah khatib para nabi.”
Penduduk Madyan adalah penyembah Aikah. Aikah adalah sebuah pohon yang
rindang Mereka juga melakukan perampokan di jalan, dan meneror orang-orang yang
lewat. Mereka merampas perbekalan yang dibawa orang-orang yang lewat, dan
membayarnya dengan bayaran yang kurang. Kemudian Allah mengutus Nabi Syu'aib
dari kalangan mereka. Nabi Syu’aib mendakwahi mereka agar beribadah kepada Allah
saja. Nabi Syu’aib menyuruh mereka agar meninggalkan penyembahan kepada makhluk,
yaitu pohon yang bernama Aikah. Nabi Syu'aib juga mełarang mereka dari perbuatan-
perbuatan jahat dan curang. Akan tetapi, mereka tidak mau menerima dakwah dan ajakan
Nabi Syu'aib. Oleh karena itu, mereka pantas untuk menerima siksa dan azab dari Allah.

Allah menimpakan panas yang sangat dan meniupkan awan panas selama tujuh
hari. Mereka melarikan diri dari kampung mereka menuju tempat kosong. Kemudian
awan menaungi mereka, dan mereka berkumpul di bawahnya untuk berteduh dengan
bayangannya. Ketika mereka semua telah berada di bawah naungan awan, Allah
mengirimkan kepada mereka kejelekan dan jilatan api. Bumi juga menggoncangkan
mereka. Kemudian datanglah petir yang menggelegar dari langit, sehingga mereka mati
di kampung mereka. Dan Allah menyelamatkan Syu’aib beserta orang-orang yang
bersamanya dari kalangan orang-orang yang beriman.

P. Materi ke-19
Nabi Musa
Pada waktu musa tumbuh menjadi besar, pada suatu siang, disaat orang-orang
beristirahat, ia mendapati dua orang yang sedang bertengkar. Salah satunya dari bangsa
Qibti atau Mesir, sedangkan musuhnya dari bangsa Bani Israil. Orang-orang Bani Israil
meminta bantuan kepada Nabi Musa dalam menghadapi musuhnya itu. Lalu Nabi Musa
menamparnya sehingga ia mati. Nabi Musa tidak sengaja membunuhnya, hanya saja
karena beliau memiliki kekuatan ekstra, akhirnya tamparannya membuatnya mati.
Bangsa Qibti berusaha mencari tau, siapa gerangan yang membunuh salah satu
golongan mereka. akhirnya, mereka mendapatkan berita bahwa yang membunuhnya
adalah Nabi Musa. Lalu Nabi Musa bergegas meninggalkan Mesir setelah diberi tau dan
dinasehati oleh seseorang. Nabi Musa kemudian pergi meninggalkan Mesir tanpa
persiapan bekal. Beliau juga tidak tahu arah mana yang harus di tuju. Akan tetapi, Allah
menunjukkan jalan kepada beliau, sehingga jalan yang beliau tempuh adalah jalan
menuju Madyan.
Di Madyan, beliau bertemu dengan seseorang yang kemudian menikahkan Musa
dengan salah satu putrinya. Beberapa waktu lamanya Nabi Musa tinggal di Madyan, dan
beliau rindu dengan ibu dan keluarganya di Mesir. Lalu Nabi Musa berangkat ke Mesir
dengan membawa keluarganya. Di tengah perjalanan, Allah menurunkan wahyu dan
menjelaskan mukjizat yang diberikan kepada beliau. Mukjizat beliau adalah tongkat
yang bisa berubah menjadi ular.
Sampailah Nabi Musa di Mesir, kemudian beliau masuk ke dalam negeri tersebut.
Nabi Musa juga diperintah untuk mendakwahi Firaun dengan kata-kata yang lembut.
Nabi Musa juga pernah berdoa kepada Allah, agar menjadikan saudararya yang bernama
Harun sebagai nabi untuk memperkuat dakwah beliau. Disamping itu, Fir’aun menolak
dakwah Nabi Musa. Fir’aun menganggap mukjizat Nabi Musa hanyalah sihir. Lalu, ia
mendatangkan semua ahli sihir di kerajaannya untuk melawan Nabi Musa. Akan tetapi,
Allah adalah Dzat Yang Mahakuasa dan Mahaperkasa.
Walaupun semua penduduk bumi bersatu untuk mencelakakan seseorang, mereka
tidak akan bisa mencelakakan Nabi Musa kecuali dengan takdir dan izin dari Allah.
Semua tukang sihir tidak mampu menghadapi mukjizat Nabi Musa. Bahkan, mereka
semua bersujud dan mengikuti agama Nabi Musa dan Nabi Harun yaitu lslam. Lalu
Fir'aun marah dan mengancam mereka akan disalib. Nabi Musa diperintah oleh Allah,
untuk membawa lari semua orang yang beriman ketika waktu sahur.
Fir’aun mengejar Nabi Musa dan semua yang bersamanya. Fir'aun dengan
keyakinannya akan menghabisi mereka semua. Rombongan Nabi Musa terhenti karena
di depannya ada lautan yang bergelombang. Tidak ada pula kapal yang disiapkan.
Sementara Fir’aun masih terus mengejar dan sudah dekat jaraknya. Kedua kelompok
sudah bisa saling melihat, di saat-saat yang membuat sempit dada sepert ini Allah
menurunkan bantuan.
Allah mewahyukan kepada Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut
sehingga terbentuklah 12 jalan yang bisa dilalui oleh masing-masing suku Bani lsrail.
Maka, selamatlah rombongan Nabi Musa. Kini tinggal Fir aun dan pasukannya yang
sangat berambisi untuk membunuh Nabi Musa dan semua yang bersama beliau. Karena
telah tertutupi oleh ambisi ini, Fir’aun dan pasukannya tidak menyadari bahwa yang
dilaluinya adalah lautan.
Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk memukulkan kembali tongkatnya
ke laut. Jalan yang semula bisa dilalui oleh Nabi Musa dan rombongannya, berubah
menjadi lautan yang bergelombang. Sehingga Firaun dan pasukannya pun tenggelam di
laut tersebut. Di saat akan mati, Fir’aun mengucapkan keimanannya. Akan tetapi, hal itu
sudah terlambat waktunya. Fir’aun menjadi pelajaran bagi kaum setelahnya.

Q. Materi ke-20
Kisah Nabi Harun dan Patung Anak Sapi
Nabi Harun adalah kakak kandung dari Nabi Musa, beliau memiliki kemampuan
merangkai kata dan lebih fasih berbahasa daripada Nabi Musa. Karena itu, Nabi Musa
meminta kepada Allah untuk menjadikan Harun sebagai pendamping Nabi Musa dalam
memerangi Fir’aun. Setelah Nabi Harun dan Nabi Musa berhasil mengeluarkan kaumnya
dari mesir. Kini tibalah saatnya Nabi Musa untuk menerima wahyu lagi dari Allah, Nabi
Musa memerintahkan Nabi Harun agar menjaga umatnya supaya mereka tidak tersesat.
Nabi Musa lalu pergi ke bukit Sinai untuk berkhalwat dan berpuasa selama 40 hari.
Diatas bukit itu, Nabi Musa memohon kepada Allah, “Ya Allah dapatkah aku melihat
engkau?” Kemudian Allah berfirman, “Kau tidak akan sanggup melihatku, tapi cobalah
lihat bukit itu, jika tetap berdiri tegak ditempatnya maka kau akan dapat melihatku .”
Lalu Nabi Musa menoleh ke arah bukit, dan mendapati bukit tersebut hancur dan masuk
ke dalam bumi. Kemudian Nabi Musa terkejut dan seluruh tubuhnya gemetar , lalu ia
jatuh pingsan. Namun setelah sadar, ia bertasbih dan memohon ampun, “Maha Besar
engkau Tuhan semesta alam, ampunilah aku dan terimalah taubatk, dan aku akan
menjadi orang pertama yang beriman kepada-Mu.” Kemudian Allah menurunkan kitab
taurat yang berupa potongan batu, yang di dalamnya tertulis pedoman hidup dan
penuntun beribadah.
Ketika Nabi Musa turun dari Bukit Sinai, ia sungguh terkejut. Kaumnya ternyata
telah tersesat, mereka berpesta dan menyembah patung anak sapi yang seluruhnya
terbuat dari emas. Nabi Musa lantas segera menegur saudaranya yaitu Nabi Harun yang
telah di titipi untuk menjaga umatnya. Kemudian Nabi Harun berkata bahwa ia sudah
memperingati mereka, namun mereka tidak mendengarkan dan mereka menganggap
Nabi harun adalah orang yang lemah. Setelah di selidiki ternyata orang yang bernama
Samiri lah yang mengajak kaum Nabi Musa membuat patung anak sapi dan
menyembahnya. Nabi Musa sangat marah sehingga samiri di usir dan tidak boleh ada
orang yang berbicara dengannya, samiri juga di kutuk jika ia di sentuh atau menyentuh
manusia maka ia akan terkena demam dan sakit. Itulah siksaan di dunia, adapun nanti di
akhirat Samiri akan dimasukkan ke dalam neraka. Kemudian Nabi Musa memerintahkan
kepada kaumnya untuk segera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-
benarnya. 70 kaum diantaranya di ajak ke bukit Sinai untuk memohonkan ampun
mewakili kaumnya yang berdosa.
Ketika berada di Bukit sinai, mereka di datangi awal tebal yang menutupi seluruh
bukit Sinai. Nabi Musa dan kaumnya masuk ke dalam awan tersebut dan mereka segera
bersujud. Ketika bersujud mereka mendengar percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya.
Pada saat itu, timbul keinginan di benak mereka untuk melihat Allah. Setelah Nabi Musa
selesai berbicara dengan Allah, mereka berkata kepada Nabi Musa, “Kami tidak akan
beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan terang dan nyata.”
Sebagai jawaban atas kelancangan mereka itu, Allah menurunkan petir yang menyambar
mereka hingga mereka meninggal. Nabi Musa merasa sedih melihat nasib 70 kaumnya
itu, mereka adalah orang-orang terbaik yang di kumpulkan dari kaumnya. Beliau
memohon kepada Allah agar mereka diampuni dan dihidupkan kembali. Kemudian Allah
mengabulkan doa Nabi Musa , 70 orang yang sudah mati itu dihidupkan kembali . dan
Nabi Musa menyuruh mereka berjanji untuk berpegang teguh dengan kitab Taurat
sebagai pedoman hidup. Nabi Musa juga mengingatkan kaumnya untuk selalu
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Sumber : https://youtu.be/7GrCK3iJ89A dan Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya


Fathul Mujib
R. Materi ke-21
Kisah Nabi Dzulkifli dan Gangguan Iblis
Dzulkifli adalah nabi dari kalangan Bani Israil. Ketika llyasa telah tua ia berkata,
“Andaikan aku menunjuk seseorang untuk menjadi penggantiku dan melaksanakan
tugasnya ketika aku masih hidup, agar aku tahu bagaimana yang ia lakukan.” Kemudian
berkumpullah orang-orang di hadapan lyasa. Lalu Ilyasa mengatakan, "Siapakah yang
mau menerima tiga tugas dariku, aku akan menjadikannya sebagai penggantiku, yaitu:
berpuasa di siang hari, melakukan shalat malam, dan tidak marah?”. Kemudian ada
seseorang yang berdiri, yang ia akan dipandang sebelah mata oleh orang-orang, la
mengatakan, "Aku.” lyasa mengatakan, Engkau?! la menjawab, “Ya.” Lalu llyasa
menyuruh mereka semua pergi.
Pada hari berikutnya, Ilyasa mengatakan yang sama dan orang-orang pun tetap
terdiam. Orang yang dipandang sebelah itu yang menjawabnya, sehingga llyasa.
Kemudian setiap peristiwa Ilyas tidak menemukan orang yang bisa mengemban tugas
tersebut kecuali seorang itu. Dan dijadikanlah orang itu sebagai penggantinya. Mulailah
lblis melakukan misinya, yaitu menghalangi manusia dari jalan Allah la menyampaikan
kepada para setan, “Hendaklah kalian mengganggu si fulan. jadikanlah ia tidak kuasa
untuk mengembannya.” Maka berlomba-lombalah syaiton untuk menggoda Dzulkifli,
namun dengan berbagai macam cara, setan selalu gagal ketika menggoda iman dzulkifli,
akhirnya mereka putus asa. Lalu lblis sendiri yang akan menggodanya, iblis mengatakan,
"Biarkanlah aku yang akan menggodanya.” Lalu Iblis mendatanginya dalam rupa
seorang tua bangka. la mendatanginya ketika orang itu hendak istirahat siang. la tidak
tidur kecuali pada waktu itu saja. Kemudian Iblis mengetuk pintu. Orang itu bertanya,
"Siapa itu?” Iblis mengatakan, "Saya seorang tua yang terzalimi.” Pintu dibuka dan lblis
mulai menyampaikan kisahnya, sehingga terlewatlah waktu untuk istirahat siang. Lalu
Nabi Dzulkifli pun berkata. “Saat sore, datanglah ke majelisku, aku akan memberikan
hakmu.” Lalu orang tua bangka itu pergi dan Dzul Kifli pergi menuju majlisnya. Lalu ia
melihat-lihat apakah ada orang tua itu, namun ia tetap saja tidak melihatnya.
Keesokan harinya, saat Nabi Dzulkifli hendak beristirahat siang, iblis kembali
mengetuk pintu dalam wujud yang sama. Kemudian Nabi Dzulkifli membukakan pintu
dan bertakat, “Bukankah sudah ku katakan kepadamu untuk datang ke majelisku saat
aku memberikan keputusan?” Iblis pun menjawab, “Sesungguhnya mereka adalah kaum
yang paling buruk, saat berada di majelismu mereka akan berkata, “Ya kami akan
memberikan hakmu,” namun ketika engkau pergi, maka mereka akan mengingkarinya
dan enggan memberikan hakmu.” Kemudian Nabi Dzulkifli berkata, “Saat sore,
datanglah ke majelisku, aku akan memberikan hakmu.” Namun tetap saja, si Iblis tadi
tidak pernah datang di majelis sore, sementara Nabi Dzulkifli mulai merasakan kantuk
yang berat dan lelah yang sangat karena tak pernah istirahat.
Ringkas cerita, Iblis tidak berhasil mengganggu Dzul Kifli. Ketika Dzul Kifli
sangat mengantuk, Iblis tidak mendapati jalan untuk masuk karena telah dijaga oleh
keluarganya. Lalu Iblis menyelinap lewat lubang kunci dan masuk menemuinya.
Kemudian Dzul Kifli berkata, “Wahai fulan, bukankah aku sudah memintamu untuk
datang sore saja di majelisku?” ujar Dzulkifli yang hampir saja marah. kemudian
Dzulkifli menuju kepada penjaganya dan berkata, "Bukankah aku telah menyuruhmu
untuk tidak membiarkan seorang pun masuk?” Kemudian sang penjaga menjawab,
"Adapun dari jalur pintuku, tidak ada yang menjumpaimu.” Kemudian Dzul Kifli
menuju ke arah pintu, dan beliau mendapati pintunya masih tertutup. Dzul Kifli
mengetahui bahwa orang itu adalah lblis dan beliau berkata “Wahai musuh Allah.” Iblis
menjawab, “Benar. Engkau telah membuatku lemah pada Segala sesuatu (membuat
putus asa untuk menggoda Dzulkifli). Lalu aku melakukan apa yang telah engkau
saksikan untuk membuatmu marah.” Akhirnya iblis pun putus asa untuk menggida Nabi
Dzulkifli. Ternyata beliau tak marah meski mengantuk karena tidak tidur berhari-hari.
Dan beliau tetap sabar meski lelah karena sholat di malam hari dan berpuasa di siang
hari, serta mengurus urusan manusia sepanjang hari. Nabi Dzulkifli pun berhasil
menjalankan tiga tugas dari Nabi Ilyasa.

Sumber : Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Fathul Mujib dan
https://youtu.be/J4klE3VDCfo

Anda mungkin juga menyukai