Tm2. Audit Berbasis Risiko
Tm2. Audit Berbasis Risiko
AUDIT I
2
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA
Abstract Kompetensi
Pada pokok bahasan ini akan Mahasiswa diharapkan mampu
dijelaskan : menjelaskan :
Tahap-tahap audit dalam proses 1. Tujuan audit dalam audit berbasis
berbasis risiko, risiko
2. Unsur-unsur dasar dari suatu audit
berbasis risiko
3. Pendekatan dalam melaksanakan
audit berbasis risiko
Tinjauan Umum
Makna audit berbasis risiko melalui pemahaman beberapa konsep dasar yang saling
berkaitan adalah:
Kutipan dalam ISA 200 menekankan reasonable assurance (asurans yang layak).
Asurans yang layak adalah asurans yang tinggi tetapi bukan pada tingkat yang
mutlak (absolute level of assurance). Asurans yang layak dicapai ketika auditor
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (sufficient appropriate audit evidence)
untuk menekan risiko audit. Risiko audit adalah risiko dimana auditor memberikan
opini yang salah ketika laporan keuangan disalahsajikan secara material (to an
acceptable low level). Dengan bukti asuit yang cukup dan tepat, auditor sudah
menekankan risiko audit. Namun tidak mungkin sampai ke titik nol, karena adanya
kendala bawaan dalam setiap audit. Auditor menekankan risiko auditnya sampai ke
tingkat yang disebut “an acceptably ilow level” atau tingkat rendah yang dapat
diterima oleh auditor. Auditor tidak dapat memberikan absolute assurance (asurans
mutlak). Auditor menarik kesimpulan auditnya dan mendasarkan opini atau
pendapatnya kepada bukti-bukti audit. Padahal kebanyakan bukti audit lebih bersifat
persuasive (menguatkan) dan bukan conclusive (meyakinkan secara mutlak).
Kendala Alasan
Sifat Pelaporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan memerlukan :
1. Judgment menajemen dalam menerapkan
kerangka pelaporan keuangan; dan
2. Keputusan atau peniai subjektif (sperti estimasi)
oleh manajemen dalam melilih berbagai tafsiran
atau judgment yang akseptabel.
Sifat Bukti Audit yang Kebanyakan pekerjaan auditor dalam merumuskan
Tersedia pendapatnya adalah mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti audit. Bukti ini cendrung bersifat persuasive, dan
tidak konklusif.
Bukti audit terutama diperoleh melalui pelaksanaan
prosedur audit. Bukti ini juga meliputi informasi yang
diperoleh dari sumber lain seperti: audit yang lalu;
prosedur kendali mutu dalam rangka
menerima/melanjutkan hubungan dengan klien; catatan
2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Afly Yessie, SE., MSi. Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 2
pembukuan entitas dan bukti audit yang dibuat tenaga
ahli yang digunakan entitas.
Sifat Prosedur Audit Bagaimana bagusnya rancangan prosedur audit, u=ia
tidak akan mampu mendeteksi setiap salah saji:
1. Setiap sampel (kurang dari 100%) mengandung
risiko bahwa salah saji tidak akan terdeteksi;
2. Manajemen/pihak lain (sengaja/tidak) mungkin
tidak memberikan semua informasi yang
diminta;
3. Kecurangan yang canggih, disembunyikan
dengan rapi;
4. Prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit
mungkin tidak mendeteksi informasi yang hilang.
Pelaporan Keuangan Relevansi/nilai informasi keuangan cendrung menurun
Tepat Waktu dengan lewatnya waktu. Oleh karena itu perlu ada
keseimbangan antara keandalan informasi dan
biayanya.
Pemakai laporan keuangan mempunyai ekspektasi
bahwa auditor memberikan pendapat dalam waktu yang
layak dan biaya yang layak. Oleh karena itu tidaklah
praktis meminta semua informasi yang mungkin ada,
atau menuntaskan semua masalah sehabis-habisnya,
dengan asumsi bahwa informasi mengandung
kesalahan/kecurangan sampai terukti sebaliknya.
Lazimnya ruang lingkup auditor dan opini yang diberikan nya, dibatasi pada
menjawab pertanyaan; apakah laporan keuangan dibuat, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan
keuangan auditor yang tidak dimodifikasi (unmodified auditor’s report) atau opini
wajar tanpa pengecualian (WTP) tidak menjamin keberhasilan dan daya bertahan
entitas itu dimasa mendatang (future viability of the entity). WTP juga tidak
mencerminan apakah manajemen mengelola entitas secara efektif dan efisien.
Risiko Audit
Untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, auditor harus:
Dalam definisi ISAs, risiko salah saji material ditingkat asersi, terdiri atas dua komponen,
yakni inherent risk dan control risk. ISAs umumnya tidak menyebutkan inhernt risk dan
control risk secara terpisah. ISAs menggunakan istilah combined assessment (penilaian
gabungan) terhadap “risk of material misstatement” (risiko salah saji material). Namun,
auditor boleh saja membuat penilaian terpisah atau penilaian gabungan atas inhernt risk dan
control risk, tergantung pada teknik atau metodologi audit yang menjadi preferensi auditor
dan pertimbangan prktis.
Banyak risiko bawaan (inhernt risk) menyebabkan risiko bisnis (business risk) dan risiko
kecurangan (fraud risks). Contoh, sistem akuntansi yang baru diimlpementasi berpotensi
membaut kesalahan (ini adalah risiko bisnis), tetapi bisa juga menjadi peluang untuk
memanipulasi laporan keuangan atau mencuri dana/uang entitas (ini adalah risiko
kecuranangan).
Karena itu, ketika mengidentifikasi risiko bisnis, selalu pertimbangkan apakah situasi itu
membuka peluang untuk risiko kecurangan. Jika demikian halnya, catat dan nilai risiko
kecurangan secara terpisah dari risiko bisnis. Kalau tidak, ada kemungkinan tanggapan
auditnya hanya menangani unsur risiko bisnis dan “mengabaikan” risiko kecurangan.
Jika hal-hal ini dtemukan dalam pengamatan auditor (dalam tahap audit yang maupun),
catat dan nilai risiko kecurangan ini, sekalipun dari luar terlihat (seolah-olah) tidak material.
Mencatat setiap risiko semacam ini memastikan bahwa risiko itu mendapat perhatian yang
cukup dan tepat dalam menyusun tanggapan audit.
Dokumentasi
Dokumentasi audit yang cukup, diharuskan agar auditor yang berpengalaman, yang tidak
berhubungan dengan aduit itu memahami:
Daftar Pustaka
1. Audit Berbasis ISA (Internasional Standard on Auditing), Theodorus M. Thuanakotta,
Salemba Empat, 2013
2. Audit Kontemporer, Theodorus M. Thuanakotta, Salemba Empat, 2013
3. Standar Akuntansi Keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia (SAK).
4. Undang-undang Akuntan Publik, 2011 (UU AP).
5. Prinsip-prinsip Pengauditan (Internasional Standard on Auditing), Rick Hayes, Philip
Wallage and Hans Gortemaker, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, 2017