Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Syok hipovolemik merupakan tipe syok paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravaskular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler.
Cairan intraseluler menempati hampir 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravaskuler dan interstisial. Volume
cairan interstisial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravaskuler. , Hal ini akan menggambarkan
kehilangan 750ml sampai 3000 ml pada pria dengan berat badak 70kg. Paling sering, syok
hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).

2.2 Etiologi

Syok terbagi atas:

1. Syok hipovolemik

2. Syok kardiogenik

3. Syok obstruktif

4. Syok distributive

Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam
pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif atau
kehilangan plasma darah.

Syok hipovolemik dapat terjadi akibat:

1. Kehilangan darah / syok hemoragik:


a. Hemoragik eksternal : trauma, pendarahan gastrointestinal

b. Hemoragik internal : hemato


c. hematotoraks, hemoperitonium

2. Kehilangan plasma Misalnya: luka bakar, dermatitis eksfoliatif,

3. Kehilangan cairan dan elektrolit a. Eksternal : muntah, diare, keringat berlebih, keadaan
hiperosmolar (ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar nonketotik) b. Internal : pankreatitis,
asites, obstruksi usus

Penyebab shock Hipovolemik

Perdarahan
 Hematom subkapsular hati
 Aneurisma aorta pecah
 Perdarahan gastrointestinal
 Perlukaan berganda Kehilangan plasma
 Luka bakar luas
 Pancreatitis
 Deskuamasi kulit
 Sindrom Dumping Kehilangan cairan ekstraseluler
 Muntah
 Dehidrasi
 Diare
 Terapi diuretic yang agresif
 Diabetes insipidus
 Insufisiensi adrenal

Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok pada pasien-pasien trauma, baik
oleh karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak terlihat. Perdarahan yang
terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak
terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa,
kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk. Syok
hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Pada luka bakar yang
luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh.
Muntah hebat atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan banyak cairan intravaskuler. Pada
obstruksi ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes atau
penggunaan diuretik kuat, dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang berlebihan.
Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis akut, atau peritonitis
purulenta difus.
Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard sudah
mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respons tubuh terhadap perdarahan
bergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan. Bila volume intravaskular berkurang, tubuh
akan selalu berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan
mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi perubahan-perubahan
hormonal melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem ADH, dan sistem saraf simpatis. Cairan
interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravaskular, dengan
akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.

Penyebab-penyebab syok hemoragik adalah trauma, pembuluh darah, gastrointestinal, atau


berhubungan dengan kehamilan.

 Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma benda tumpul. Trauma yang
sering menyebabkan syok hemoragik adalah sebagai berikut: laserasi dan ruptur miokard, laserasi
pembuluh darah besar, dan perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis dan femur, dan laserasi pada
tengkorak.

 Kelainan pada pembuluh darah yang mengakibatkan banyak kehilangan darah antara lain aneurisma,
diseksi, dan malformasi arteri-vena.

 Kelainan pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan syok hemoragik antara lain: perdarahan
varises oesofagus, perdarahan ulkus peptikum, dan Mallory-Weiss tears.

 Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa,
dan solutio plasenta. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik umum terjadi. Syok hipovolemik akibat
kehamilan ektopik pada pasien dengan tes kehamilan negatif jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan.

2.3 Patofisiologi Syok

Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu sejumlah besar sel dari organ vital telah
mencapai stadium ini, syok menjadi ireversibel dan kematian terjadi meskipun dilakukan koreksi
penyebab yang mendasari.

Mekanisme patogenetik yang menyebabkan kematian sel tidak seluruhnya dimengerti.


Satu dari denomiator yang lazim dari ketiga bentuk syok adalah curah jantung rendah. Pada
pasien dengan syok hipovolemik, syok kardiogenik, dan syok obstruktif ekstrakardiak serta pada
sebagian kecil syok distributif, timbul penurunan curah jantung yang berat sehingga terjadi
penurunan perfusi organ vital. Pada awalnya, mekanisme kompensasi seperti vasokonstrikisi
dapat mempertahankan tekanan arteri pada tingkat yang mendekati normal. Bagaimanapun, jika
proses yang menyebabkan syok terus berlangsung, mekanisme kompensasi ini akhirnya gagal
dan menyebabkan manifestasi klinis sindroma syok. Jika syok tetap ada, kematian sel akan
terjadi dan menyebabkan syok ireversibel.
Orang dewasa sehat dapat mengkompensasi kehilangan 10% volume darah total yang
medadak dengan menggunakan mekanisme vasokonstriksi yang diperantarai sistem simpatis.
Akan tetapi, jika 20 sampai 25 persen volume darah hilang dengan cepat, mekanisme
kompensasi biasanya mulai gagal dan terjadi sindroma klinis syok. Curah jantung menurun dan
terdapat hipotensi meskipun terjadi vasokonstriksi menyeluruh. Pengaturan aliran darah lokal
mempertahankan perfusi jantung dan otak sampai pada kematian sel jika mekanisme ini juga
gagal. Vasokonstriksi yang dimulai sebagai mekanisme kompensasi pada syok mungkin menjadi
berlebihan pada beberapa jaringan dan menyebabkan lesi destruktif seperti nekrosis iskemik
intestinal atau jari-jari. Faktor depresan miokard telah diidentifikasi pada anjing dengan syok
hemoragik tetapi faktor ini tidak dikaitkan secara jelas dengan gangguan fungsi miokard klinis.
Akhirnya, jika syok terus berlanjut, kerusakan organ akhir terjadi yang mencetuskan sindroma
distres respirasi dewasa, gagal ginjal akut, koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal
multiorgan yang menyebabkan kematian.

Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan


menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inlah yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada
beberapa organ:

 Mikrosirkulasi

Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk meningkatkan tekanan
sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot,
kulit dan khususnya traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di
jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energi.
Sehingga keduanya sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila
terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika
tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga <60Mmmhg maka aliran ke organ
akan turun dratis dan fungsi sel ke seluruh organ akan terganggu

 Neuroendokrin

Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan kemoreseptor tubuh. Kedua
reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain.

 Kardiovaskular Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan ventrikel dan
kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah jantung, penentu
utama dalam perfusi jaringan adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu
peningkatan frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.

 Gastrointestinal Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati di dalam usus. Hal ini memicu
pelebaran pembuluh darah serta peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel dan
menyebabkan depresi jantung.

 Ginjal Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi. Frekuensi terjadinya sangat
jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular
akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida
dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan
garam dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan vasopresin bertanggung
jawab terhadap menurunnya produksi.

2.4 Tahapan syok

Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani
oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat
pulih).

1. Tahap kompensasi Adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya.
Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi
ringan, tekanan darah normal, gelisah,dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala pada
tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat normal.

2. Tahap dekompensasi Dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya. Yang terjadi
adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke
lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang
dapat ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan
tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.

3. Tahap ireversibel Dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.
Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran darah akan mengalir
sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme
pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organ-organ
seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati ,maupun ginjal. Walaupun
dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat
diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai