Anda di halaman 1dari 14

FORMAT PENGKAJIAN DAN ANALISIS KETERAMPILAN ITKES WIYATA HUSADA

SAMARINDA

Nama Mahasiswa : Elva Vera Fauziah


Tempat Praktek : ITKES WHS
Tanggal : 03-01-2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial nama : Nn. D Suku : Kutai
Umur : 24 th Pendidikan : Kuliah
J. kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa
Alamat : Jl. Loa bakung, Samarinda Lama bekerja :-
Tanggal MRS : 03-01-2021
Status : Belum menikah Tanggal Pengkajian : 03-01-2021
Agama : Islam Sumber Informasi : Keluarga

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan Utama Saat Masuk RS:
Nn. D mengatakan mengalami sesak napas, disertai batuk.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Nn. D usia 24 tahun masuk ke Klinik Buana pada jam 22.15 dengan keluhan sesak
napas, disertai batuk serta napasnya berbunyi. Sejak kecil Nn. D sering kambuh sesak
napas, ayah Nn. D mempunyai riwayat penyakit Asma. Saat diukur tekanan darah
110/70 mmhg, Pulse rate 100x/menit,respiratori rate 25x/menit, terdengan bunyi
wheezing. Nn. D mengatakan sejak siang belum makan dan hanya minum sedikit air
putih, badannya terasa lemas saat di cek gula darah sewaktu hasilnya 65 mg/dL, Nn.
D juga mengatakan belum ada buang air kecil sejak siang saat ditekan simfisis pubis
area bladder teraba kencang dan keras.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Nn. D mengatakan sejak kecil sering kambuh sesak napas dan ayahnya mempunyai
riwayat penyakit asma.

4. Genogram:
III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI HARI PERTAMA SAUDARAMERAWAT
KLIEN)
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan :
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang masalah kesehatan yang dialaminya saat
ini.

1. Pola nutrisi/metabolic Program diit RS:


a. Intake makanan :
Sebelum sakit : klien mengatakan bisa makan 2× sehari dengan nasi dan lauk pauk
dalam satu piring.
Saat sakit : klien mengatakan porsi makan menurun karena klien sejak siang
belum makan dan hanya minum sedikit air putih dan badannya terasa lemas.
b. Intake cairan :
Sesudah sakit : klien mengatakan mampu minum 6 gelas/hari
Saat sakit : klien mengatakan hanya minum sedikit air putih dan belum ada buang
air kecil sejak siang.

2. Pola eliminasi
a. Buang air besar :
Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1×/hari dengan konsistensi padat.
Saat sakit : klien mengatakan belum ada BAB sejak pagi.
b. Buang air kecil
Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit klien BAK 4 ×/hari.
Saat sakit : klien mengatakan belum ada buang air kecil sejak siang

3. Pola aktifitas danlatihan:


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

4. Oksigenasi:
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering kambuh sesak napas, disertai batuk..
Saat sakit : Klien mengatakan mengalami sesak dengan RR: 25x/menit
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun
tidur):
Sebelum sakit : klien mengatakan sulit untuk tidur pada malam hari 4-5 jam/hari.
Saat sakit : klien mengatakan tidak bisa tidur dan merasa tidak nyaman karena sering
kambuh sesak napas, disertai batuk.

6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):


a. Penglihatan : klien tidak mengalami gangguan penglihatan
b. Pendengaran : klien tidak mengalami gangguan pendengaran
c. Pengecap : klien mampu membedakan rasa makanan dan mampu membedakan
rasa panas, dingin, rasa sakit serta nyeri.

7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri) :
Klien menyatakan bahwa pada saat ini klien menerima dan menyerahkan keadaan
sakitnya kepada Tuhan. Klien selalu berharap agar dalam kondisi yang sehat

8. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.) :


a) Tanggal menstruasi : klien mengatakan mengalami menstruasi yang teratur setiap
bulannya
b) Masalah menstruasi : klien mengatakan tidak memiliki masalah menstruasi
c) Kobtrasepsi : klien mengatakan tidak memakai alat kontrasepsi
d) Masalah seksual b/d penyakit : klien tidak memiliki masalah seksual

9. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain,


kemampuankeuangan):
a. Tanggapan pasien tentang perannya : klien saat dirumah sangat senang menjadi
seorang anak pertama dan kakak.
b. Hubungan dengan orang lain : klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan sangat dekat
c. Kemampuan / Kesanggupan pasien terhadap melaksanakan perannya : klien
mengatakan masih mampu melaksanakan perannya.

10. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-
akhirini):
a) Perhatikan utama tentang perawatan dirumah sakit atau penyakit (finansial,
perawatan diri) : Pasien tidak ada masalah
b) Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : Tidak ada
c) Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : Tidak ada
d) Keadaan emosi dalam sehari-hari : klien mengatakan keadaan emosinya terkontrol

11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan,dll):
a) Agama : Islam
b) Pengaruh agama dalam kehidupannya : Yakin dengan agama sendiri karena ini
hanya cobaan
c) Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : Tidak ada

IV. PEMERIKSAAN FISIK


TD : 110/70 mmHg R : 25 x/menit
N :100 x/menit S : 370C
BB/TB Sebelum sakit : 50kg/165cm BB/TB Sesudah sakit : 49kg/165cm

1. Sistem saraf
a. Inspeksi : kesadaran composmentis GCS 4-5-6, kejang (-), kaku kuduk (-),
brudinsky (-), nyeri kepala (-), pusing (+), istirahat/tidur kurang lebih siang
selama 1 jam/hari dan malam 4-5 jam/hari, serta tidak ada kelainan nervus
kranialis, pupil isokor.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala.

a. Sistem saraf kranial :


1) Saraf olfaktorius : klien mampu membedakan bau alkohol dan minyak kayu
putih
2) Saraf optikus : klien tidak memiliki katarak, konjungtifa anemis, klien mampu
membedakan bentuk dan detail suatu obyek pada jarak tertentu.
3) Saraf okulomotoris : Reaksi pupil klien terhadap cahaya isokor
4) Saraf Troklear : klien mampu mengerakan bola mata ke bawah
5) Saraf Trigeminal : reaksi uji sentuhan dan nyeri pada wajah klien memiliki
reflek yang baik.
6) Saraf abdusen : klien mampu mengerakan bola mata ke samping
7) Saraf Fasialis : klien mampu tersenyum dan mengangkat alis mata
8) Saraf Ventibulokoklear : klien mampu mendengar dengan jelas
9) Saraf Glosofaringeal : klien mampu membedakan rasa manis dan asam
10) Saraf vagus : klien kesulitan saat menelan
11) Saraf aksesori : klien mampuan menggerakan bahu dan melawan tekanan
12) Saraf hipoglosus : Artikulasi klien terdengar cukup jelas saat berbicara

2. Sistem persepsi sensori


Inspeksi : Mata : pupil isokor, reflek cahaya mengecil saat terkena cahaya, konjungtiva
anemis, sklera putih, tidak ada ikterik, palpebra simetris, strabismus tidak ada. Hidung :
bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, sekret (+), klien mampu membedakan
bau. Telinga : bentuk simetris kanan dan kiri, klien mampu mendengar dengan jelas, tidak
terdapat massa pada lubang telinga.
Perasa : Klien mampu merasakan manis, pahit, asam, asin dengan baik.
Peraba : Respon klien cukup baik terhadap sentuhan.

3. Sistem limfatik
a. Inpeksi : Tidak ada massa, tidak terdapat pembengkakan atau kaku otot leher
b. Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat masa atau pembesaran kelenjar
limfe, tidak terdapat nyeri saat di palpasi
c. Palpasi : trakea tepat berada di tengah dan tidak bergeser pada salah satu sisi,
tidak teraba kelenjar tiroid

4. System imun
a. Inspeksi
1) Tidak ada pallor/kulit pucat, cyanosis dan jaundice (-). Tidak terdapat adanya
erythema
2) Tidak terdapat gejala inflamasi atau infeksi (-), seperti kemerahan (-),
pembengkakan (-), panas (-), tenderness (-), penyembuhan luka yang lama (-),
drainage luka (-), induration (pengerasan jaringan) dan lesi (-).
3) Tidak terdapat rash dan catat distribusi
4) Tidak terdapat adanya alopecia
5) Kuku berwarna pink, tekstur halus tanpa alur dan lubang, longitudinal
striations (-), onycholysis dan clubbing (-).
6) Pada membrane mukosa oral tidak terhadap plak (-), lesi (-), edem gusi (-),
kemerahan dan pendarahan (-).
7) Tidak terdapat pembengkakan kelenjar atau ‘lump’ dan pembesaran nodus
lymp yang visible (-)
8) Tidak terdapat adanya Raynaud’s phenomenon (-)
9) Tidak terdapat inflamasi pada anus atau kerusakan permukaan mukosa (-)
b. Palpasi
1) Nadi perifer simetris dan regular
2) Pada abdomen tidak terdapat identifikasi adanya pembesaran organ dan
tenderness (-)
c. Perkusi
Tidak terdapat bunyi dull mengindikasikan adanya konsolidasi yang biasa terjadi
pada pneumonia.
d. Auskultasi
1) Suara tambahan yang abnormal. Wheezing bisa ditimbulkan oleh asthma
2) Auskultasi abdomen tidak terdapat bunyi bowel.

5. Sistem respirasi
a. Inspeksi : bentuk dada simetris kanan-kiri, susunan ruas tulang belakang normal,
irama nafas teratur, retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas (+), ada batuk (+),
nyeri dada (-).
b. Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri sama.
c. Perkusi : thorax terdengar sonor.
d. Auskultasi : suara paru wheezing

6. Sistem kardiovaskular
a. Inspeksi : nyeri dada (-), sianosis (-), clubbing finger (-), pembesaran JVP (-).
b. Palpasi : ictus cordis kuat, (Posisi ICS V midclavikula sinistra, ukuran : 1 Cm ).
c. Perkusi : terdengar suara redup / pekak, letak jantung dalam batas normal di ICS II
sternalis dextra sinistra sampai dengan ICS V mid clavicula sinistra.
d. Auskultasi : terdengar suara jantung: S1 , S2 tunggal.

7. Sistem pencernaan
a. Inspeksi : mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, bentuk bibir simetris,
gigi bersih, kebiasaan gosok gigi selama di rumah 2 x sehari di rumah sakit tidak
pernah, terdapat kesulitan menelan dan terasa mual, tidak terdapat kemerahan dan
tidak ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna
kuning, baunya khas, masalah eleminasi alvi (-), pemakaian obat pencahar (-).
b. Palpasi : abdomen tegang (-), asites (-), kembung (+), nyeri tekan (+)
c. Perkusi : suara tympani.
d. Auskultasi : bising usus 10x/menit.

8. Sistem endokrin
a. Inspeksi : tidak ada luka ganggren
b. Palpasi: pembesaran kelenjar thyroid (-), Pembesaran kelenjar parotis (-).
9. Sistem musculoskeletal dan integument

5 5
5 5

a. Inspeksi : kekuatan otot 5-5-5-5, fraktur (-). Dislokasi (-), kulit sawo matang,
kemampuan ADL parsial karena klien mengeluhkan susah beraktivitas
diakibatkan rasa nyeri.
b. Palpasi : akral hangat, CRT ≤ 3 detik, lembab (-)

10. Sistem urinary


Palpasi : teraba bladder kencang

V. DATAPENUNJANG
1. Laboratorium
Gds 65mg/dl

2. Radiologi
Tidak melakukan pemeriksaan radiologi

3. Pemeriksaan penunjang lain


Tidak ada

VI. TERAPI
1. Diet
Asam lemak (asamomega 6 dan asam omega 3)

2. Obat-obatan
a. Agonis beta kerja lambat (long-acting beta-agonist)
b. Kortikosteroid

VII. ANALISA DATA


No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Data subjektif : Nausea
Klien mengatakan sejak siang
belum makan, hanya minum
sedikit dan badan terasa lemas

Data objektif :
Td : 110/70mmhg
Pulse : 100x/menit
Rr : 25x/menit
S : 37oC
GDS : 65mg/dL
TB : 49 Kg
2. Data subjektif : ) Risiko Defisit Nutrisi
Klien mengatakan sejak siang
belum makan, hanya minum
sedikit dan badan terasa lemas.

Data objektif :
Td : 110/70mmhg
Pulse : 100x/menit
Rr : 25x/menit
S : 37oC
GDS : 65mg/dL
TB : 49 kg

3. Data subjektif : Keletihan


Klien mengatakan sejak siang
belum makan, hanya minum
sedikit dan badan terasa lemas.

Data objektif :
Td : 110/70mmhg
Pulse : 100x/menit
Rr : 25x/menit
S : 37oC
GDS : 65mg/dL
TB : 49 kg

VIII. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Gangguan eliminasi urin
3. Nausea
4.

IX. RENCANA KEPERAWATAN (RenPra)


Diagnosa Tujuan Intervensi

Keletihan Tingkat Keletihan 3. Manajemen Energi


Ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi dari
keperawatan 2×24 jam ekspektasi mengelola penggunaan
Gejala dan tanda mayor tingkat keletihan meningkat. energy untuk mengatasi atau
Subjektif : mencegah kelelahan dan
a. Merasa energy tidak a. Verbalisasi kepulihan energi mengoptimalkan proses
pulih walaupun telah b. Kemampuan melakukan aktivitas pemulihan.
tidur rutin Intervensi
b. Mengeluh lelah c. Verbalisasi lelah Observasi :
Objektif : d. Lesu 3.1 Identifikasi gangguan
Tampak lesu e. Gelisah fungsi tubuh yang
f. Selera makan mengakibatkan kelelahan
g. Pola istirahat 3.2 Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik :
3.3 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
3.4 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Kolaborasi :
3.5 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

LAPORAN ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

Nama mahasiswa : Elva Vera Fauziah


Ruang : Kelompok :

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien Usia : Nn. D, usia: 22 th
2. Diagnosa medis :
3. Pemenuhan kebutuhan : Nutrisi
4. Diagnosa keperawatan : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (Hipoglikemia) (mual)
5. Tindakan yang : kolaborasi pemberian obat intravena (mual) antiemetrik
6. dilakukan
7. Tanggal tindakan : 03-01-2021
8. Waktu : 22:20
B. STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS

1. Pengertian Pemasangan infus untuk memberikan cairan atau obat melalui


parenteral atau intravena
2. Tujuan tindakan 1. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatab ke
dalam tubuh.
2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
3. Untuk melakukan pemberian obat melalui cairan infus dengan
jenis obat lainnya guna mengangkat kadar gula darah pada
seseorang yang mengalami hipoglikemia
3. Prinsip tindakan Streil
(rasional) R: agar tidak terjadi kejadian infeksi.

4. Indikasi 1. Pasien yang tidak mampu atau sulit mendapatkan asupan


secara normal
2. Kondisi umum pasien lemah
3. Kondisi pasien dehidrasi
5. Kontraindikasi 4. Phlebitis vena
5. Sclerosis vena
6. Infeksi kulit sekitar
7. Cedera traumatis proximal dari lokasi pemasangan
8. Infiltrasi intravena sebelumnya
6. Alat 1. Cairan infus sesuai program (kristaloid: dextrose)
2. Jarum/ kateter intravena/abocat (ukuran bervariasi)
3. Set infus (selang mikrodrip untuk bayi dan anak dengan tetesan
60 tetes/ml, dewasa selang makrodrip dengan tetesan 15
tetes/ml atau 20 tetes/ml)
4. Selang ekstension
5. Alkohol atau povidone-iodine swabs atau sticks
6. Handschoon disposibel
7. Tourniquet
8. Spalk untuk tangan
9. Kasa dan povidone-iodine salep atau cairan
10. Plester/hipavik
11. Perlak dan pengalas
12. Bengkok
13. Tiang infus
7. Pra interaksi 1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
8. Interaksi 1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Kerja 1. Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk dan
keluarnya lengan.
R: Memudahkan perawat melakukan tindakan
2. Buka set steril dengan teknik aseptik.
R: Agar tidak terjadi kejadian resiko masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh
3. Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat.
R: agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan agar
pasien safety
4. Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip
dalam keadaan off / terkunci.
R: agar cairan dari botol tidak ngucur kebawah melalui selang
5. Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan dan
tusukkan set infus ke botol / kantong cairan dengan benar.
R: agar tidak terjadi kontaminasi antara tusukan ke botol
6. Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip
infus ⅓-½ penuh.
R: agar cairan mudah masuk kedalam ruang teresn untuk
mencegah udara masuk kedalam selang
7. Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan
sampai ke ujung jarum hingga tidak ada udara dalam selang,
klem kembali, dan tutup kembali jarum.
R: agar tidak ada udara yang nantinya masuk kepembuluh
darah
8. Pilih jarum intravena / abbocath.
R: agar sesuai dengan pembuluh darah klien, tidak kebesaran
abocatnya
9. Atur posisi pasien dan pilih vena.
R: pilih vena yang lurus agar tidak terjadi emboli
10. Pasang perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan
ditusuk
R: agar menjaga kebersihan daerah sekitar tusukan
11. Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet 5-
10 cm proksimal tempat insersi.
R: agar tidak terkontaminasi dan untuk mepermudah
menemukan vena yang akan ditusuk
12. Pakai handschoon
R: mencegah penyebaran mikroorganisme
13. Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam
ke luar).
R : mencegah penyebaran mikroorganisme
14. Pertahankan vena pada posisi stabil
R: agar memudahkan perawat melakukan penusukan pada
vena agar tidak goyang
15. Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk vena
dengan lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan IV
kateter masuk intavena dengan tanda darah masuk ke
abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
R : untuk mengetahui indikator tempat penusukan vena sudah
tepat karena ketika tidak ditarik jarum tidak masuk ke
abocatnya
16. Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan
sambungkan IV kateter dengan selang infus
R : untuk mengetahui apakah abocat telah masuk ke dalam
pembuluh darah
17. Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
R : mengurangi tekanan pada vena dan untuk mengetahui
tidak ada sumbatan
18. Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan daerah
tusukan dan tutup dengan kasa
R : agar jarum tidak lepas dan tetap berada pada posisinya
19. Atur tetesan sesuai program
R : menjalankan terapi cairan sesuai anjuran
20. Lepaskan sarung tangan
R: agar tidak mengkontaminasi area yang lain
10. Terminasi 1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
11. Referensi Rahayu, S dan Harnanto, AM. (2016). Praktikum kebutuhan
dasar manusia 2. Kementrian republik indonesia
C. ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin 1. Phlebitis
terjadi dan cara kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh
pencegahan darah vena. Cara pencegahan : gunakan tekhnik aseptik
selama melakukan tindakan
2. Iritasi vena
Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH
rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,
vancomycin, eritromycin, dan nafcillin). Cara pencegahan :
tidak duduk atau berdiri dalam waktu yang lama, sesekali
menggerakan tangan untuk membantu menjaga aliran darah.
3. Hematoma
Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan
tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat
penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan. Cara
pencegahan : menganjurkan pasien beristirahat, pengopres
area hematoma dengan es batu.
4. Spasme vena
Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau
cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang
mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat. Cara
pencegahan : jika cairan dingin sebaiknya sebelum diberikan
dihangatkan dulu dan diatur kecepatan alirannya.
Identikasi tindakan 1. lakukan observasi setelah pemasanganinfus
keperawatan lainnya 2. Ganti lokasi penusukan setiap 3 harisekali
untukmengatasi 3. Observasi tanda-tanda sistemik local seperti rubor, kalor,
masalahtersebut dollor, edema dan penurunanfungsi.

2. Identifikasi masalah 1. Resiko infeksi b.d phlebitis


keperawatan lain yang 2. Nyeri akut b.d insufisiensi vena
mungkinmuncul (rasional)
3. Evaluasi diri Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan
keyakinan dan waktu yang lebih efisien. Tidak ada kendala
selama dilakukannya pemasangan infus pada klien.

4. Rencana tindak lanjut 1. Lebih memantau kebersihan dan kesiapan alat.


2. Lakukan perawatan infus setiap 24-48 jam sekali
3. Pantau tanda-tanda infeksi
5 Referensi Dougherty L, Bravery K, Gabriel J, Kayley J, Malster M, Scales
K, et al. (2010). Standards for infusion therapy (third edition).
Royal College of Nursing

RESUME ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

Nama mahasiswa :
Ruang : Kelompok :
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien :(jelas)
2. :(jelas)
Usia
3. :(jelas)
4. Diagnosa medis : (kebutuhan dasar manusia)
5. : (berdasarkan kasus, pilih salah satu)
Pemenuhan
6. : (tindakan mandiri atau kolaboratif)
7. kebutuhan Diagnosa : (Tanggal mahasiswa melakukan tindakan)
8. : (Waktu mahasiswa melakukan tindakan)
keperawatan
Tindakan

yang dilakukan
Tanggal tindakan
Waktu
9. Kerja : (dibuat langkah demi langkah prosedur beserta rasionalnya)
Contoh :
1. Mendekatkan alat
R : memudahkan dalam melaksanakan
tindakan dst
10. Terminasi : (jelas)
11. Referensi : (jelas)
C ANALISA
KETERAMPILAN

1. Bahaya yang : (diisi sebelum


mungkin terjadi dan melakukantindakan) Contoh
cara pencegahan 1. Phlebitis
kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh
darah vena. Cara pencegahan : gunakan tekhnik aseptic selama
melakukan tindakan
dst…

2 Identikasi tindakan lakukan observasi setelah pemasanganinfus


Ganti lokasi penusukan setiap 3 harisekali
keperawatan lainnya
Observasi tanda-tanda sistemik local seperti rubor, kalor, dollor,
untuk
edema dan penurunanfungsi

emngatasi
masalah tersebut
3 Identifikasi masalah : (masalah keperawatan yang mungkin muncul setelah dilakukan
keperawatan lain tindakan)
yang mungkin Contoh :
1. Resiko infeki b/d…………..
muncul (rasional) R : tindakan ini merupakan tindakan invasive yang…..
dst

4 Tindakan : (dibuat berdasarkan tahapan tindakan yang telah dilakukan


Contoh :
yang dilakukan
Mendekatkan alat:
Pelaksanaan : baki alat diletakkan diranjang pasien karena
tidak tersedianya meja tindakan
Desinfeksi area yang akan dilakukan penusukan dengan
menggunakan kapas alcohol
Pelaksanaan : …………………….
Dst
5 Evaluasi diri (narasi evaluasi tindakan yang telah berjalan secara umum)
Contoh :
Praktek berjalan dengan keterbatasan alat seperti :
Beberapa tahapan terlupa dilakukan yaitu…… Dampak yang
mungkin akan muncul……….
Praktek berjalan dengan lancer, tindakan dilakukan dengan
keyakinan dan waktu lebih efisien…
Dst. (silahkan dikembangkan)

6 Rencana tindak lanjut : (hal yang akan dilakukan setelah mempelajari kesalahan
sebelumnya) Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :
1. Lakukan perawatan infus setiap setiap 24-48 jam sekali.

2. Pantau tanda-tandainfeksi
3. dst

7 Referensi (referensi analisis keterampilan. Buku minimal 10 tahun terakhir,


jurnal minimal 5 tahun terakhir)

Anda mungkin juga menyukai