Anda di halaman 1dari 14

FORMAT PENGKAJIAN DAN ANALISIS KETERAMPILAN ITKES WIYATA HUSADA SAMARIND

Nama mahasiswa :Elva Vera Fauziah, Oktavia Darwito Putri, Rizki Ansari
Tempatpraktek :ITKES WHS
Tanggal :22 - 12 - 2020

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial nama : Nn. D Suku : Banjar
Umur : 24 th Pendidikan : SMA
J. kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa
Alamat : Jl. Loa bakung, samarinda Lama bekerja :-
Tanggal MRS : 22-12-2020
Status : Belum menikah Tanggal Pengkajian : 22-12-2020
Agama : Islam SumberInformasi : Keluarga

II. RIWAYATPENYAKIT
1. Keluhan utama saat masuk RS:
Nn. D mengatakan sejak siang belum makan dan hanya minum sedikit air putih,
badannya terasa lemas

2. Riwayat penyakitsekarang:
Nn. D usia 24 tahun masuk ke Klinik Buana jam 22.15 dengan keluhan sesak napas,
disertai batuk serta napasnya berbunyi. Sejak kecil Nn. D sering kambuh sesak napas,
ayah Nn. D mempunyai riwayat penyakit Asma. Saat diukur tekanan darah 110/70
mmhg, Pulse rate 100x/menit,respiratori rate 25x/menit, terdengan bunyi wheezing.
Nn. D mengatakan sejak siang belum makan dan hanya minum sedikit air putih,
badannya terasa lemas saat di cek Gula darah sewaktu hasilnya 65 mg/dL, Nn. D juga
mengatakan belum ada buang air kecil sejak siang saat ditekan simfisis pubis area
bladder teraba kencang dan keras.

3. Riwayat PenyakitDahulu:
Nn. D mengatakan sejak kecil sering kambuh sesak napas, dan ayahnya mempunyai
riwayat penyakit asma.

4. Genogram:
III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI HARI PERTAMA SAUDARAMERAWAT
KLIEN)
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan: Nn. D
kurang mengetahui tentang masalah yang dialami
1. Pola nutrisi/metabolic Program diitRS:
a. Intake makanan :
1) Diet/sumplemen khusus : Tidak ada
2) Intruksi diet sebelumnya : Tidak ada
3) Nafsu makan : Menurun karena Nn. D mengatakan sejak siang belum makan
4) Kesulitan menelannn.(Disfagia)
d : Tidak ada
b. Intake cairan : Nn. D mengatakan hanya minum sedikit air putih

2. Pola eliminasi
a. Buang airbesar :
1) Kebiasaan defekasi : 2 hari sekali
b. Buang airkecil
1) Berkemih : Nn. D mengatakan belum ada buang air kecil sejak siang
2) Inkontinensia : Tidak ada

3. Pola aktifitas danlatihan:


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total

3. Oksigenasi:
Nn. D mengatakan mengalami sesak, yaitu respiratori rate 25x/menit dan melakukan
pemberian oksigenasi

4. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat
banguntidur):
Nn.D mengakatakan pola tidurnya terganggu karena sering kambuh sesak napasnya
dan memiliki riwayat penyakit asma

5. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap,sensasi):


Penglihatan klien berfungsi dengan baik. Pendengaran, pengecap dan penciuman
klien berfungsi dengan baik. Sensori klien masih mampu membedakan sensori tajam
dan tumpul sekalipun harus dengan tekanan yang kuat

6. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsepdiri) :


Nn. D menyatakan bahwa pada saat ini klien menerima dan menyerahkan keadaan
sakitnya kepada Tuhan. Klien selalu berharap agar dalam kondisi yang sehat

7. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi,dll.) :


a) Tanggal menstruasi akhir : Tidak ada
b) Masalah menstruasi : Tidak ada
c) Pap smear terakhir : Tidak ada
d) Masalah seksual b/d penyakit : Tidak ada

8. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain,


kemampuankeuangan):
Tanggapan pasien tentang perannya : klien saat dirumah sangat senang menjadi seorang
anak pertama dan kakak.
Kemampuan / Kesanggupan pasien terhadap melaksanakan perannya : klien mengatakan
masih mampu melaksanakan perannya.

9. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-


akhirini):
1) Perhatikan utama tentang perawatan dirumah sakit atau penyakit (finansial,
perawatan diri) : Pasien tidak ada masalah
2) Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : Tidak ada
3) Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : Tidak ada
4) Keadaan emosi dalam sehari-hari : Santai

10. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan,dll):
1) Agama : Islam
2) Pengaruh agama dalam kehidupannya : Yakin dengan agama sendiri karena ini
hanya cobaan
3) Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : Tidak ada

IV. PEMERIKSAAN FISIK


TD : 110/70mm/Hg R : 25x/m
N :100x/menit S : 370C
BB/TBSebelumsakit :50kg/165cm BB/TB Sesudah sakit :50kg/165cm

1. Sistem saraf
a. Saraf olfaktorius :
b. Saraf optik : Tidak ada katarak, konjungtifa normal, Fisus mata normal
c. Saraf okulomotoris : Reaksi pupil terhadap cahaya baik
d. Saraf Troklear : Gerakan bola mata normal
e. Saraf Trigeminal : Uji sentuhan dan yeri pada wajah (normal)
f. Saraf abdusen : Gerakan bola mata normal
g. Saraf Fasialis : Gerakan otot wajah normal
h. Saraf Ventibulokoklear : Fungsi pendengaran baik
i. Saraf Glosofaringeal :
j. Saraf vagus :
k. Saraf aksesori : Kemampuan mengangkat bahu baik
l. Saraf hipoglosal : Artikulasi pasien normal

a. Inspeksi : kesadaran composmentis GCS 4-5-6, orientasi cukup baik, kejang (-),
kaku kuduk (-), brudinsky (-), nyeri kepala (-),pusing (-),istirahat/tidur kurang lebih
siang selama 2 jam/hari dan malam 8 jam/hari, serta tidak ada kelainan nervus
kranialis, pupil isokor, reflek terhadap cahaya normal.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala.

2. Sistem persepsisensori
Inspeksi : Mata : pupil isokor, reflek cahaya sensitif, mengecil saat terkena
cahaya,konjungtiva merah muda, sklera putih ,tidak ada ikterik,palpebra simetris,
strabismus tidak ada , ketajaman penglihatan baik alat bantu (-). Hidung : bentuk normal ,
mukosa hidung lembab, sekret (-),ketajaman penciuman normal. Telinga : bentuk simetris
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran cukup baik, alat bantu (-).
Perasa : Klien mampu merasakan manis,pahit, asam, asin dengan baik. Peraba : Respon
klien cukup baik terhadap sentuhan.

3. Sistem limfatik
Palpasi kelenjar leher : untuk mengetahui pembesaran kelenjar/massa (-), bagaimana
konsistensinya lunak atau tidak, fluktuasi, kenyal atau padat; berapa ukurannya;
melekat dengan struktur disekitarnya atau tidak, apakah nyeri atau tidak; apakah
tunggal atau multiple.
a. Palpasi kelenjar limf submental dan submandibular, dapat juga dilakukan palpasi
bimanual dari luar dan dalam mulut
b. Palpasi rantai kelenjar jugularis dapat dimulai di uperficial dengan melakukan
penekanan ringan dengan menggerakan jari-jari sepanjang sternocleideus.
c. Palpasi kelenjar limfa asesorius.
d. Palpasi kelenjar limfa supraklavikular

4. System imun
a. Inpeksi
1) Observasi terhadap pallor, cyanosis dan jaundice. Juga cek adanya erythema
yang mengindikasi inflamasi local dan plethora.
2) Evaluasi integritas kulit. Catat tanda dan gejala inflamasi atau infeksi, seperti
kemerahan, pembengkakan, panas, tenderness, penyembuhan luka yang lama,
drainage luka, induration (pengerasan jaringan) dan lesi.
3) Cek adanya rash dan catat distribusinya
4) Observasi tekstur dan distribusi rambut, catat adanya alopecia
5) Inpeksi kuku terhadap warna, tekstur, longitudinal striations, onycholysis dan
clubbing.
6) Inpeksi membrane mukosa oral terhadap plak, lesi, edem gusi, kemerahan dan
pendarahan
7) Inpeksi area dimana pasien melaporkan pembengkakan kelenjar atau ‘lump’
terutama abnormalitas warna dan pembesaran nodus lymp yang visible.
8) Observasi respirasi, ritme dan energi yang dikeluarkan saat melakukan upaya
bernapas. Catat posisi pasien saat bernapas.
9) Kaji sirkulasi perifer. Inpeksi adanya Raynaud’s phenomenon (vasospasme
arteriol intermite pada jari tangan atau kaki dan terkadangtelinga dan hidung)
10) Inpeksi inflamasi pada anus atau kerusakan permukaan mukosa

b. Palpasi
1) Palpasi nadi perifer, dimana seharusnya simetris dan regular
2) Palpasi abdomen, identifikasi adanya pembesaran organ dan tenderness
3) Palpasi joint, cek pembengkakan. Tenderness dan nyeri
4) Palpasi nodus lymph superfisial di area kepala, leher, axilla, epitrochlear,
inguinal dan popliteal. Jika saat palpasi reveals pembesaran nodus atau
kelainan lain, catat lokasi, ukuran, bentuk, permukaan, konsistensi,
kesimetrisan, mobilitas, warna, tenderness, suhu, pulsasi dan vaskularisasi dari
nodus

c. Perkusi
Perkusi anterior, lateral, dan posterior dari thorax. Bandingkan satu dengan sisi
lainnya. Bunyi dull mengindikasikan adanya konsolidasi yang biasa terjadi pada
pneumonia. Hiperesonan (meningkatnya bunyi perkusi) dapat dihasilkan oleh
udara yang terjebak seperti pada asthma bronchial.

d. Auskultasi
1) Auskultasi diatas paru untuk mengecek suara tambahan yang abnormal.
Wheezing bisa ditimbulkan oleh asthma atau respon alergi. Crackles
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia.
2) Auskultasi bunyi jantung diatas precordium. Auskultasi normal reveals hanya
bunyi jantung 1 dan 2.
3) Auskultasi abdomen untuk bunyi bowel. Gangguan autoimmun yang
menyebabkan diare, bunyi bowel meningkat. Seleroderma (pengerasan dan
penebalan kuit dengan degenerasi jaringan konektif) dan gangguan autoimmun
lainnya yang menyebabkan konstipasi, bunyi bowel menurun

5. Sistem respirasi
c. Inspeksi : bentuk dada simetris kanan-kiri, susunan ruas tulang belakang normal,
irama nafas teratur , retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas (- ),tidak ada batuk
(-), sputum (-), nyeri dada (-).
d. Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri sama.
e. Perkusi : thorax terdengar sonor.
f. Auskultasi : suara paru wheezing

6. Sistem kardiovaskular
a. Inspeksi : nyeri dada (-),sianosis (-),clubbing finger (-), pembesaran JVP (-).
b. Palpasi : ictus cordis kuat , (Posisi ICS V midclavikula sinistra, ukuran : 1 Cm ).
c. Perkusi : terdengar suara redup / pekak, letak jantung dalam batas normal di ICS II
sternalis dextra sinistra sampai dengan ICS V mid clavicula sinistra.
d. Auskultasi : terdengar suara jantung: S1 , S2 tunggal.

7. Sistem pencernaan
a. Inspeksi : mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal,
gigi bersih, kebiasaan gosok gigi selama di rumah 2 x sehari di rumah sakit tidak
pernah, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, tidak ada kemerahan dan tidak
ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna
kuning , bau khas , memakai pampers, masalah eleminasi alvi (-), pemakaian obat
pencahar (-).
b. Palpasi : abdomen tegang (-), asites (-), kembung (-), nyeri tekan (-)
c. Perkusi : suara tympani.
d. Auskultasi : bising usus 15x/menit.

8. Sistem endokrin
a. Inspeksi : tidak ada luka ganggren
b. Palpasi: pembesaran kelenjar thyroid (-),Pembesaran kelenjar parotis (-).

9. Sistem musculoskeletal dan integument


a. Inspeksi : ROM bebas,kekuatan otot 5-5-5-5 , fraktur (-). dislokasi (-), kulit sawo
matang, kemampuan ADL parsial karena klien mengeluhkan susah beraktivitas
diakibatkan rasa nyeri.
b. Palpasi : akral hangat, CRT ≤ 3 detik, lembab (+)

10. Sistem urinary


Palpasi : teraba bladder kencang

V. DATAPENUNJANG
1. Laboratorium
Gds 65mg/dl

2. Radiologi
Tidak ada

3. Pemeriksaan penunjang lain


Tidak ada

VI. TERAPI
1. Diet
Karbohidrat sederhana
2. Obat-obatan
Tidak ada

VII. ANALISADATA
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Data subjektif : Tidak makan Ketidakstabilan Kadar
Klien mengatakan sejak siang Glukosa Darah
belum makan, hanya minum
sedikit dan badan terasa lemas Lemas

Data objektif :
Td : 110/70mmhg Kadar glukosa darah rendah
Pulse : 100x/menit (hipoglikemia)
Rr : 25x/menit
S : 37oC
GDS : 65mg/dL Ketidakstabilan kadar glukosa
darah

VIII. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan palpitasi

IX. RENCANA KEPERAWATAN (RenPra)


SDKI SLKI SIKI
Ketidakstabilan Kadar Kestabilan kadar glukosa 1. Manajemen
Glukosa Darah : darah: Hipoglikemia:
Variasi kadar glukosa darah Mengidentifikasi dan
turun dari rentang normal. a. Pusing mengelola kadar glukossa
1 2 3 4 5 darah rendah:
Data Subjektif : Menuru Sedan N
Klien mengatakan sejak siang n g 1.1. Identifikasi tanda dan
belum makan, hanya minum gejala hipoglikemia
sedikit dan badan terasa lemas b. Lelah/lesu 1.2. Identifikasi
1 2 3 4 5 kemungkinan penyebab
Data Objektif : Menuru Sedan N hipoglikemia
Td : 110/70mmhg n g 1.3. Berikan karbohidrat
Pulse : 100x/menit sederhana, jika perlu
Rr : 25x/menit c. Keluhan lapar 1.4. Pertahankan kepatenan
S : 37oC 1 2 3 4 5 jalan nafas
GDS : 65mg/dL Menuru Sedan N 1.5. Pertahankan akses IV,
n g jika perlu
1.6. Anjurkan monitor kadar
d. Kadar glukosa dalam darah glukosa darah
1 2 3 4 5 1.7. Ajarkan pengelolaan
hipoglikemia (mis, tanda
Menuru Sedan N
dan gejala, faktor resiko,
n g
dan pengobatan
hipoglikemia)
e. Palpitasi
1.8. Ajarkan perawatan
1 2 3 4 5
mandiri untuk mencegah
Menuru Sedan N
hipoglikemia (mis,
n g
meningkatkan asupan
makanan)
1.9. Kolaborasi pemberian
dekstrose, jika perlu
1.10. Kolaborasi pemberian
glukagon, jika perlu
LAPORAN ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

Nama mahasiswa : Elva Vera Fauziah, Oktavia Darwito Putri, Rizki Ansari
Ruang : Kelompok :4

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien : Nn. D
2. Usia : 22th
3. Diagnosa medis :
4. Pemenuhan kebutuhan : NUTRISI DAN CAIRAN
5.
Diagnosa keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa darah
6.
7. Tindakan yang : PEMASANGAN INFUS
8. dilakukan : 22-12-2020
Tanggal tindakan : 22:20
Waktu
B STANDAR
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
OPERASIONAL
1. Pengertian Pemasangan infus untuk memberikan cairan atau obat melalui
parenteral atau intravena

2. Tujuan tindakan 1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan


2. Untuk melakukan pemberian obat melalui cairan infus dengan
jenis obat lainnya guna mengangkat kadar gula darah pada
seseorang yang mengalami hipoglikemia
3. Prinsip tindakan Streil
(rasional) R: agar tidak terjadi kejadian infeksi.

4. Indikasi 1. Pasien yang tidak mampu atau sulit mendapatkan asupan secara
normal
2. Kondisi umum pasien lemah
3. Kondisi pasien dehidrasi
5. Kontraindikasi 1. Phlebitis vena
2. Sclerosis vena
3. Infeksi kulit sekitar
4. Cedera traumatis proximal dari lokasi pemasangan
5. Infiltrasi intravena sebelumnya
6. Alat 1. Cairan infus sesuai program (kristaloid: dextrose)
2. Jarum/ kateter intravena/abocat (ukuran bervariasi)
3. Set infus (selang mikrodrip untuk bayi dan anak dengan tetesan
60 tetes/ml, dewasa selang makrodrip dengan tetesan 15
tetes/ml atau 20 tetes/ml)
4. Selang ekstension
5. Alkohol atau povidone-iodine swabs atau sticks
6. Handschoon disposibel
7. Tourniquet
8. Spalk untuk tangan
9. Kasa dan povidone-iodine salep atau cairan
10. Plester/hipavik
11. Perlak dan pengalas
12. Bengkok
13. Tiang infus
7. Pra interaksi 1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
8. Interaksi 1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Kerja 1. Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk
dan keluarnya lengan.
R: Memudahkan perawat melakukan tindakan
2. Buka set steril dengan teknik aseptik.
R: Agar tidak terjadi kejadian resiko masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh
3. Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat.
R: agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan
agar pasien safety
4. Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip
dalam keadaan off / terkunci.
R: agar cairan dari botol tidak ngucur kebawah melalui
selang
5. Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan
tusukkan set infus ke botol / kantong cairan dengan benar.
R: agar tidak terjadi kontaminasi antara tusukan ke botol
6. Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung
drip infus ⅓-½ penuh.
R: agar cairan mudah masuk kedalam ruang teresn untuk
mencegah udara masuk kedalam selang
7. Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan
cairan sampai ke ujung jarum hingga tidak ada udara dalam
selang, klem kembali, dan tutup kembali jarum.
R: agar tidak ada udara yang nantinya masuk kepembuluh
darah
8. Pilih jarum intravena / abbocath.
R: agar sesuai dengan pembuluh darah klien, tidak
kebesaran abocatnya
9. Atur posisi pasien dan pilih vena.
R: pilih vena yang lurus agar tidak terjadi emboli
10. Pasang perlak dan pengalas
R: agar darah yang keluar tidak mengotori tempat tidur klien
11. Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet
10-15 cm proksimal tempat insersi.
R: agar tidak terkontaminasi, dan untuk memudahkan vena
terlihat
12. Pakai handschoon
R: untuk menjaga kesterilan penusukan jarum infus
13. Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam
ke luar).
R : agar tidak terkontaminasi
14. Pertahankan vena pada posisi stabil
R: agar memudahkan perawat melakukan penusukan pada
vena agar tidak goyang
15. Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk
vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan
IV kateter masuk intavena dengan tanda darah masuk ke
abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
R : untuk mengetahui indikator tempat penusukan vena
sudah tepat karena ketika tidak ditarik jarum tidak masuk ke
abocatnya
16. Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan
sambungkan IV kateter dengan selang infus
R : untuk mengetahui apakah abocat telah masuk ke dalam
pembuluh darah
17. Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
R : untuk mengetahui tidak ada sumbatan
18. Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan
daerah tusukan dan tutup dengan kasa
R : agar tidak lepas dan tidak hematum
19. Atur tetesan sesuai program
R : agar tidak terjadi kelebihan cairan yang masuk
20. Lepaskan sarung tangan
R: agar tidak mengkontaminasi area yang lain

10. Terminasi 1. Evaluasi hasil / respon klien


2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
11. Referensi Rahayu, S dan Harnanto, AM. 2016. Praktikum kebutuhan
dasar manusia 2. Kementrian republik indonesia
C ANALISA
KETERAMPILAN PHLEBITIS

1. Bahaya yang 1. Phlebitis


kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada
mungkin terjadi dan
pembuluh darah vena. Cara pencegahan : gunakan
cara pencegahan tekhnik aseptik selama melakukan tindakan
2. Iritasi vena
Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH
rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,
vancomycin, eritromycin, dan nafcillin).Cara pencegahan :
tidak duduk atau berdiri dalam waktu yang lama, sesekali
menggerakan tangan untuk membantu menjaga aliran darah.
3. Hematoma
Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan
tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat
penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan. Cara
pencegahan :menganjurkan pasien beristirahat, pengopres
area hematoma dengan es batu.
4. Spasme vena
Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau
cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang
mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat. Cara
pencegahan : jika cairan dingin sebaiknya sebelum
diberikan dihangatkan dulu dan diatur kecepatan alirannya.
Identikasi tindakan 1. lakukan observasi setelah pemasanganinfus
2. Ganti lokasi penusukan setiap 3 harisekali
keperawatan lainnya 3. Observasi tanda-tanda sistemik local seperti rubor, kalor,
untukmengatasi dollor, edema dan penurunanfungsi.
masalahtersebut
2. Identifikasi masalah 1. Resiko infeksi b.d phlebitis
2. Nyeri akut b.d insufisiensi vena
keperawatan lain
yang mungkinmuncul
(rasional)
3. Evaluasi diri Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan
keyakinan dan waktu yang lebih efisien. Tidak ada kendala
selama dilakukannya pemasangan infus pada klien.
4. Rencana tindak lanjut1. Lebih memantau lagi kebersihan dan kesiapan alat.
5 Referensi Dougherty L, Bravery K, Gabriel J, Kayley J, Malster M,
Scales K, et al. Standards for infusion therapy (third edition).
Royal College of Nursing; 2010

RESUME ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

Nama mahasiswa :
Ruang : Kelompok :

NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien :(jelas)
2. :(jelas)
Usia
3. :(jelas)
4. Diagnosa medis : (kebutuhan dasar manusia)
5. : (berdasarkan kasus, pilih salah satu)
Pemenuhan
6. : (tindakan mandiri atau kolaboratif)
7. kebutuhan Diagnosa : (Tanggal mahasiswa melakukan tindakan)
8. : (Waktu mahasiswa melakukan tindakan)
keperawatan
Tindakan

yang dilakukan
Tanggal tindakan
Waktu
9. Kerja : (dibuat langkah demi langkah prosedur beserta rasionalnya)
Contoh :
1. Mendekatkan alat
R : memudahkan dalam melaksanakan
tindakan dst
10. Terminasi : (jelas)
11. Referensi : (jelas)
C ANALISA
KETERAMPILAN

1. Bahaya yang : (diisi sebelum


mungkin terjadi dan melakukantindakan) Contoh
cara pencegahan 1. Phlebitis
kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh
darah vena. Cara pencegahan : gunakan tekhnik aseptic selama
melakukan tindakan
dst…

2 Identikasi tindakan lakukan observasi setelah pemasanganinfus


Ganti lokasi penusukan setiap 3 harisekali
keperawatan lainnya
Observasi tanda-tanda sistemik local seperti rubor, kalor, dollor,
untuk
edema dan penurunanfungsi

emngatasi
masalah tersebut
3 Identifikasi masalah : (masalah keperawatan yang mungkin muncul setelah dilakukan
keperawatan lain tindakan)
yang mungkin Contoh :
1. Resiko infeki b/d…………..
muncul (rasional) R : tindakan ini merupakan tindakan invasive yang…..
dst

4 Tindakan : (dibuat berdasarkan tahapan tindakan yang telah dilakukan


Contoh :
yang dilakukan
Mendekatkan alat:
Pelaksanaan : baki alat diletakkan diranjang pasien karena
tidak tersedianya meja tindakan
Desinfeksi area yang akan dilakukan penusukan dengan
menggunakan kapas alcohol
Pelaksanaan : …………………….
Dst
5 Evaluasi diri (narasi evaluasi tindakan yang telah berjalan secara umum)
Contoh :
Praktek berjalan dengan keterbatasan alat seperti :
Beberapa tahapan terlupa dilakukan yaitu…… Dampak yang
mungkin akan muncul……….
Praktek berjalan dengan lancer, tindakan dilakukan dengan
keyakinan dan waktu lebih efisien…
Dst. (silahkan dikembangkan)

6 Rencana tindak lanjut : (hal yang akan dilakukan setelah mempelajari kesalahan
sebelumnya) Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :
1. Lakukan perawatan infus setiap setiap 24-48 jam sekali.

2. Pantau tanda-tandainfeksi
3. dst

7 Referensi (referensi analisis keterampilan. Buku minimal 10 tahun terakhir,


jurnal minimal 5 tahun terakhir)

Anda mungkin juga menyukai