Nama mahasiswa :Elva Vera Fauziah, Oktavia Darwito Putri, Rizki Ansari
Tempatpraktek :ITKES WHS
Tanggal :22 - 12 - 2020
II. RIWAYATPENYAKIT
1. Keluhan utama saat masuk RS:
Nn. D mengatakan sejak siang belum makan dan hanya minum sedikit air putih,
badannya terasa lemas
2. Riwayat penyakitsekarang:
Nn. D usia 24 tahun masuk ke Klinik Buana jam 22.15 dengan keluhan sesak napas,
disertai batuk serta napasnya berbunyi. Sejak kecil Nn. D sering kambuh sesak napas,
ayah Nn. D mempunyai riwayat penyakit Asma. Saat diukur tekanan darah 110/70
mmhg, Pulse rate 100x/menit,respiratori rate 25x/menit, terdengan bunyi wheezing.
Nn. D mengatakan sejak siang belum makan dan hanya minum sedikit air putih,
badannya terasa lemas saat di cek Gula darah sewaktu hasilnya 65 mg/dL, Nn. D juga
mengatakan belum ada buang air kecil sejak siang saat ditekan simfisis pubis area
bladder teraba kencang dan keras.
3. Riwayat PenyakitDahulu:
Nn. D mengatakan sejak kecil sering kambuh sesak napas, dan ayahnya mempunyai
riwayat penyakit asma.
4. Genogram:
III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI HARI PERTAMA SAUDARAMERAWAT
KLIEN)
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan: Nn. D
kurang mengetahui tentang masalah yang dialami
1. Pola nutrisi/metabolic Program diitRS:
a. Intake makanan :
1) Diet/sumplemen khusus : Tidak ada
2) Intruksi diet sebelumnya : Tidak ada
3) Nafsu makan : Menurun karena Nn. D mengatakan sejak siang belum makan
4) Kesulitan menelannn.(Disfagia)
d : Tidak ada
b. Intake cairan : Nn. D mengatakan hanya minum sedikit air putih
2. Pola eliminasi
a. Buang airbesar :
1) Kebiasaan defekasi : 2 hari sekali
b. Buang airkecil
1) Berkemih : Nn. D mengatakan belum ada buang air kecil sejak siang
2) Inkontinensia : Tidak ada
3. Oksigenasi:
Nn. D mengatakan mengalami sesak, yaitu respiratori rate 25x/menit dan melakukan
pemberian oksigenasi
4. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat
banguntidur):
Nn.D mengakatakan pola tidurnya terganggu karena sering kambuh sesak napasnya
dan memiliki riwayat penyakit asma
10. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan,dll):
1) Agama : Islam
2) Pengaruh agama dalam kehidupannya : Yakin dengan agama sendiri karena ini
hanya cobaan
3) Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : Tidak ada
1. Sistem saraf
a. Saraf olfaktorius :
b. Saraf optik : Tidak ada katarak, konjungtifa normal, Fisus mata normal
c. Saraf okulomotoris : Reaksi pupil terhadap cahaya baik
d. Saraf Troklear : Gerakan bola mata normal
e. Saraf Trigeminal : Uji sentuhan dan yeri pada wajah (normal)
f. Saraf abdusen : Gerakan bola mata normal
g. Saraf Fasialis : Gerakan otot wajah normal
h. Saraf Ventibulokoklear : Fungsi pendengaran baik
i. Saraf Glosofaringeal :
j. Saraf vagus :
k. Saraf aksesori : Kemampuan mengangkat bahu baik
l. Saraf hipoglosal : Artikulasi pasien normal
a. Inspeksi : kesadaran composmentis GCS 4-5-6, orientasi cukup baik, kejang (-),
kaku kuduk (-), brudinsky (-), nyeri kepala (-),pusing (-),istirahat/tidur kurang lebih
siang selama 2 jam/hari dan malam 8 jam/hari, serta tidak ada kelainan nervus
kranialis, pupil isokor, reflek terhadap cahaya normal.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala.
2. Sistem persepsisensori
Inspeksi : Mata : pupil isokor, reflek cahaya sensitif, mengecil saat terkena
cahaya,konjungtiva merah muda, sklera putih ,tidak ada ikterik,palpebra simetris,
strabismus tidak ada , ketajaman penglihatan baik alat bantu (-). Hidung : bentuk normal ,
mukosa hidung lembab, sekret (-),ketajaman penciuman normal. Telinga : bentuk simetris
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran cukup baik, alat bantu (-).
Perasa : Klien mampu merasakan manis,pahit, asam, asin dengan baik. Peraba : Respon
klien cukup baik terhadap sentuhan.
3. Sistem limfatik
Palpasi kelenjar leher : untuk mengetahui pembesaran kelenjar/massa (-), bagaimana
konsistensinya lunak atau tidak, fluktuasi, kenyal atau padat; berapa ukurannya;
melekat dengan struktur disekitarnya atau tidak, apakah nyeri atau tidak; apakah
tunggal atau multiple.
a. Palpasi kelenjar limf submental dan submandibular, dapat juga dilakukan palpasi
bimanual dari luar dan dalam mulut
b. Palpasi rantai kelenjar jugularis dapat dimulai di uperficial dengan melakukan
penekanan ringan dengan menggerakan jari-jari sepanjang sternocleideus.
c. Palpasi kelenjar limfa asesorius.
d. Palpasi kelenjar limfa supraklavikular
4. System imun
a. Inpeksi
1) Observasi terhadap pallor, cyanosis dan jaundice. Juga cek adanya erythema
yang mengindikasi inflamasi local dan plethora.
2) Evaluasi integritas kulit. Catat tanda dan gejala inflamasi atau infeksi, seperti
kemerahan, pembengkakan, panas, tenderness, penyembuhan luka yang lama,
drainage luka, induration (pengerasan jaringan) dan lesi.
3) Cek adanya rash dan catat distribusinya
4) Observasi tekstur dan distribusi rambut, catat adanya alopecia
5) Inpeksi kuku terhadap warna, tekstur, longitudinal striations, onycholysis dan
clubbing.
6) Inpeksi membrane mukosa oral terhadap plak, lesi, edem gusi, kemerahan dan
pendarahan
7) Inpeksi area dimana pasien melaporkan pembengkakan kelenjar atau ‘lump’
terutama abnormalitas warna dan pembesaran nodus lymp yang visible.
8) Observasi respirasi, ritme dan energi yang dikeluarkan saat melakukan upaya
bernapas. Catat posisi pasien saat bernapas.
9) Kaji sirkulasi perifer. Inpeksi adanya Raynaud’s phenomenon (vasospasme
arteriol intermite pada jari tangan atau kaki dan terkadangtelinga dan hidung)
10) Inpeksi inflamasi pada anus atau kerusakan permukaan mukosa
b. Palpasi
1) Palpasi nadi perifer, dimana seharusnya simetris dan regular
2) Palpasi abdomen, identifikasi adanya pembesaran organ dan tenderness
3) Palpasi joint, cek pembengkakan. Tenderness dan nyeri
4) Palpasi nodus lymph superfisial di area kepala, leher, axilla, epitrochlear,
inguinal dan popliteal. Jika saat palpasi reveals pembesaran nodus atau
kelainan lain, catat lokasi, ukuran, bentuk, permukaan, konsistensi,
kesimetrisan, mobilitas, warna, tenderness, suhu, pulsasi dan vaskularisasi dari
nodus
c. Perkusi
Perkusi anterior, lateral, dan posterior dari thorax. Bandingkan satu dengan sisi
lainnya. Bunyi dull mengindikasikan adanya konsolidasi yang biasa terjadi pada
pneumonia. Hiperesonan (meningkatnya bunyi perkusi) dapat dihasilkan oleh
udara yang terjebak seperti pada asthma bronchial.
d. Auskultasi
1) Auskultasi diatas paru untuk mengecek suara tambahan yang abnormal.
Wheezing bisa ditimbulkan oleh asthma atau respon alergi. Crackles
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia.
2) Auskultasi bunyi jantung diatas precordium. Auskultasi normal reveals hanya
bunyi jantung 1 dan 2.
3) Auskultasi abdomen untuk bunyi bowel. Gangguan autoimmun yang
menyebabkan diare, bunyi bowel meningkat. Seleroderma (pengerasan dan
penebalan kuit dengan degenerasi jaringan konektif) dan gangguan autoimmun
lainnya yang menyebabkan konstipasi, bunyi bowel menurun
5. Sistem respirasi
c. Inspeksi : bentuk dada simetris kanan-kiri, susunan ruas tulang belakang normal,
irama nafas teratur , retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas (- ),tidak ada batuk
(-), sputum (-), nyeri dada (-).
d. Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri sama.
e. Perkusi : thorax terdengar sonor.
f. Auskultasi : suara paru wheezing
6. Sistem kardiovaskular
a. Inspeksi : nyeri dada (-),sianosis (-),clubbing finger (-), pembesaran JVP (-).
b. Palpasi : ictus cordis kuat , (Posisi ICS V midclavikula sinistra, ukuran : 1 Cm ).
c. Perkusi : terdengar suara redup / pekak, letak jantung dalam batas normal di ICS II
sternalis dextra sinistra sampai dengan ICS V mid clavicula sinistra.
d. Auskultasi : terdengar suara jantung: S1 , S2 tunggal.
7. Sistem pencernaan
a. Inspeksi : mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal,
gigi bersih, kebiasaan gosok gigi selama di rumah 2 x sehari di rumah sakit tidak
pernah, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, tidak ada kemerahan dan tidak
ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, warna
kuning , bau khas , memakai pampers, masalah eleminasi alvi (-), pemakaian obat
pencahar (-).
b. Palpasi : abdomen tegang (-), asites (-), kembung (-), nyeri tekan (-)
c. Perkusi : suara tympani.
d. Auskultasi : bising usus 15x/menit.
8. Sistem endokrin
a. Inspeksi : tidak ada luka ganggren
b. Palpasi: pembesaran kelenjar thyroid (-),Pembesaran kelenjar parotis (-).
V. DATAPENUNJANG
1. Laboratorium
Gds 65mg/dl
2. Radiologi
Tidak ada
VI. TERAPI
1. Diet
Karbohidrat sederhana
2. Obat-obatan
Tidak ada
VII. ANALISADATA
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Data subjektif : Tidak makan Ketidakstabilan Kadar
Klien mengatakan sejak siang Glukosa Darah
belum makan, hanya minum
sedikit dan badan terasa lemas Lemas
Data objektif :
Td : 110/70mmhg Kadar glukosa darah rendah
Pulse : 100x/menit (hipoglikemia)
Rr : 25x/menit
S : 37oC
GDS : 65mg/dL Ketidakstabilan kadar glukosa
darah
VIII. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan palpitasi
Nama mahasiswa : Elva Vera Fauziah, Oktavia Darwito Putri, Rizki Ansari
Ruang : Kelompok :4
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien : Nn. D
2. Usia : 22th
3. Diagnosa medis :
4. Pemenuhan kebutuhan : NUTRISI DAN CAIRAN
5.
Diagnosa keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa darah
6.
7. Tindakan yang : PEMASANGAN INFUS
8. dilakukan : 22-12-2020
Tanggal tindakan : 22:20
Waktu
B STANDAR
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
OPERASIONAL
1. Pengertian Pemasangan infus untuk memberikan cairan atau obat melalui
parenteral atau intravena
4. Indikasi 1. Pasien yang tidak mampu atau sulit mendapatkan asupan secara
normal
2. Kondisi umum pasien lemah
3. Kondisi pasien dehidrasi
5. Kontraindikasi 1. Phlebitis vena
2. Sclerosis vena
3. Infeksi kulit sekitar
4. Cedera traumatis proximal dari lokasi pemasangan
5. Infiltrasi intravena sebelumnya
6. Alat 1. Cairan infus sesuai program (kristaloid: dextrose)
2. Jarum/ kateter intravena/abocat (ukuran bervariasi)
3. Set infus (selang mikrodrip untuk bayi dan anak dengan tetesan
60 tetes/ml, dewasa selang makrodrip dengan tetesan 15
tetes/ml atau 20 tetes/ml)
4. Selang ekstension
5. Alkohol atau povidone-iodine swabs atau sticks
6. Handschoon disposibel
7. Tourniquet
8. Spalk untuk tangan
9. Kasa dan povidone-iodine salep atau cairan
10. Plester/hipavik
11. Perlak dan pengalas
12. Bengkok
13. Tiang infus
7. Pra interaksi 1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
8. Interaksi 1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Kerja 1. Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk
dan keluarnya lengan.
R: Memudahkan perawat melakukan tindakan
2. Buka set steril dengan teknik aseptik.
R: Agar tidak terjadi kejadian resiko masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh
3. Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat.
R: agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan
agar pasien safety
4. Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip
dalam keadaan off / terkunci.
R: agar cairan dari botol tidak ngucur kebawah melalui
selang
5. Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan
tusukkan set infus ke botol / kantong cairan dengan benar.
R: agar tidak terjadi kontaminasi antara tusukan ke botol
6. Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung
drip infus ⅓-½ penuh.
R: agar cairan mudah masuk kedalam ruang teresn untuk
mencegah udara masuk kedalam selang
7. Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan
cairan sampai ke ujung jarum hingga tidak ada udara dalam
selang, klem kembali, dan tutup kembali jarum.
R: agar tidak ada udara yang nantinya masuk kepembuluh
darah
8. Pilih jarum intravena / abbocath.
R: agar sesuai dengan pembuluh darah klien, tidak
kebesaran abocatnya
9. Atur posisi pasien dan pilih vena.
R: pilih vena yang lurus agar tidak terjadi emboli
10. Pasang perlak dan pengalas
R: agar darah yang keluar tidak mengotori tempat tidur klien
11. Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet
10-15 cm proksimal tempat insersi.
R: agar tidak terkontaminasi, dan untuk memudahkan vena
terlihat
12. Pakai handschoon
R: untuk menjaga kesterilan penusukan jarum infus
13. Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam
ke luar).
R : agar tidak terkontaminasi
14. Pertahankan vena pada posisi stabil
R: agar memudahkan perawat melakukan penusukan pada
vena agar tidak goyang
15. Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk
vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan
IV kateter masuk intavena dengan tanda darah masuk ke
abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
R : untuk mengetahui indikator tempat penusukan vena
sudah tepat karena ketika tidak ditarik jarum tidak masuk ke
abocatnya
16. Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan
sambungkan IV kateter dengan selang infus
R : untuk mengetahui apakah abocat telah masuk ke dalam
pembuluh darah
17. Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
R : untuk mengetahui tidak ada sumbatan
18. Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan
daerah tusukan dan tutup dengan kasa
R : agar tidak lepas dan tidak hematum
19. Atur tetesan sesuai program
R : agar tidak terjadi kelebihan cairan yang masuk
20. Lepaskan sarung tangan
R: agar tidak mengkontaminasi area yang lain
Nama mahasiswa :
Ruang : Kelompok :
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien :(jelas)
2. :(jelas)
Usia
3. :(jelas)
4. Diagnosa medis : (kebutuhan dasar manusia)
5. : (berdasarkan kasus, pilih salah satu)
Pemenuhan
6. : (tindakan mandiri atau kolaboratif)
7. kebutuhan Diagnosa : (Tanggal mahasiswa melakukan tindakan)
8. : (Waktu mahasiswa melakukan tindakan)
keperawatan
Tindakan
yang dilakukan
Tanggal tindakan
Waktu
9. Kerja : (dibuat langkah demi langkah prosedur beserta rasionalnya)
Contoh :
1. Mendekatkan alat
R : memudahkan dalam melaksanakan
tindakan dst
10. Terminasi : (jelas)
11. Referensi : (jelas)
C ANALISA
KETERAMPILAN
emngatasi
masalah tersebut
3 Identifikasi masalah : (masalah keperawatan yang mungkin muncul setelah dilakukan
keperawatan lain tindakan)
yang mungkin Contoh :
1. Resiko infeki b/d…………..
muncul (rasional) R : tindakan ini merupakan tindakan invasive yang…..
dst
6 Rencana tindak lanjut : (hal yang akan dilakukan setelah mempelajari kesalahan
sebelumnya) Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :
1. Lakukan perawatan infus setiap setiap 24-48 jam sekali.
2. Pantau tanda-tandainfeksi
3. dst