Anda di halaman 1dari 14

GIGI TIRUAN LENGKAP (GTL)

GIGI TIRUAN LENGKAP

Gigi tiruan lengkap (GTL) merupakan protesa yang digunakan untuk menggantikan kehilangan
seluruh gigi (full edentoulus) yang terjadi baik pada rahang atas maupun rahang bawah yang
didukung oleh jaringan pendukung dalam rongga mulut. Penggunaan GTL bertujuan untuk
megembalikan dan memelihara fungsi rongga mulut pada pasien full edentoulus. Indikasi dari
GTL menurut Robinson dan Bird (2003) adalah:
1.      Pasien dengan full endetoulus
2.      Pasien dengan gigi yang masih tersisa sedikit dan tidak dapat dipertahankan
3.      Pasien dengan gigi yang masih tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL) dan tidak terdapat alternatif perawatan lain
4.      Pasien menolak diberikan rekomendasi alternatif perawatan lain.
Kontraindikasi dari GTL adalah:
1.      Terdapat pilihan perawatan lain
2.      Pasien memiliki penyakit fisik atau mental yang dapat mempengaruhi kekooperatifan pasien
selama pembuatan dan pemakaian gigi tiruan
3.      Pasien memiliki hipersensitifitas terhadap bahan gigi tiruan
4.      Pasien tidak menginginkan untuk mengganti gigi yang hilang (Robinson dan Bird, 2003).
GTL terdiri dari beberapa komponen dan memiliki fungsi masing-masing, seperti :
1.      Basis. Basis berfungsi menggantikan tulang alveolar yang mengalami resorpsi dan mendukung
gigi tiruan yang hilang
2.      Flange. Flange  berfungsi sebagai perluasan basis yang membentang diatas mukosa
3.      Post dam. Post dam  berfungsi sebagai retensi GTL pada rahang atas
4.      Elemen gigi. Komponen ini berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang.
Menurut Mc Cord dan Grant (2000), tahapan dalam pembuatan GTL terdiri dari beberapa tahap,
yaitu sebagai berikut:
A.    Pemeriksaan klinis, diagnosa, rencana perawatan dan prognosis
Pemeriksaan klinis pada pasien yang akan dilakukan pembuatan GTL perlu diperhatikan
beberapa hal seperti:
1.      Bentuk dan besar lengkung rahang
Bentuk dari lengkung rahang terdiri dari 3 bentuk yaitu persegi, lancip, dan lonjong. Bentuk
persegi mempunyai sisi kiri dan kanan yang hampir sejajar, bentuk lancip mempunyai bagian
anterior yang sempit dan melebar kearah bagian posterior, dan bentuk lonjong mempunyai
bagian yang membulat baik di anterior dan posterior. Bentuk lengkung rahang persegi dan
lonjong lebih mantap dan kokoh dibandingan dengan bentuk lancip.
2.      Bentuk lingir
Bentuk lingir yang memiliki lingir tinggi mempunyai kemantapan dan kekokohan yang baik
sebagai GTL.
Bentuk lingir terdiri dari 3 macam yaitu:
a)      Bentuk U, dimana permukaan labial atau bukal sejajar permukaan lingual atau palatal. Bentuk
ini memiliki bentuk yang paling menguntungkan dibandingkan bentuk lain. Makin lebar puncak
lingir maka semakin tinggi kemampuan untuk menahan daya kunyah.
b)      Bentuk V, dimana berpuncak sempit dan kadang-kadang tajam. Bentuk ini kurang
menguntungkan dibandingkan dengan bentuk U. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan
terejepitnya mukoperiosteum sekitar lingir yang dapat menimbulkan rasa sakit
c)      Bentuk jamur atau bulbous, dimana bentuk membesar atau melebar pada daerah puncak. Bentuk
ini memiliki keuntungan bentuk yang hampir sama dengan bentuk U, namun terdapat celah yang
dapat menimbulkan rasa sakit saat memasang atau melepas protesa (Hashanur dkk., 2016)..
3.      Hubungan rahang atas dan rahang bawah
Hubungan rahang atas dan bawah dicatat pada pasien dalam posisi istirahat. Hal ini membantu
memberikan pedoman penyusunan gigi dengan tidak menggangu estetik ke fungsi.
4.      Kesejajaran lingir rahang atas dan rahang bawah
Kesejajaran lingir rahang atas dan rahang bawah membantu menentukan panjang gigi yang akan
digunakan. Kesejajaran lingir rahang atas dan rahang bawah terdiri dari 3 macam yaitu, sejajar,
konvergen dan divergen. Jarak kesejajaran kurang lebih 10-15 mm. Kesejajaran lingir
berhubungan erat dengan oklusi. Oklusi yang diharapkan pada pasien tak bergigi adalah oklusi
snetris yang harmonis dengan relasi sentris.
5.      Tuber maksilaris
Tuber maksilaris dapat dicatat besar, sedang, atau kecil. Hal ini dapat terjadi satu sisi atau dua
sisi. Hal ini berpengaruh dalam penyusunan gigi dan arah pasang protesa.
6.      Eksostosis
Eksostosis merupakan tonjolan tulang membulat yang tajam akibat pencabutan gigi dan jika
diraba terasa sakit. Hal ini dipertimbangan karena dapat menggangu kemantapan geligi tiruan
dan menghilangkan retensi karena postdam yang kurang cermat.
7.      Batas jaringan bergerak dan tidak bergerak
Batas jaringan bergerak dan tidak bergerak terutama pada palatum keras dan palatum lunak harus
diperhatikan karena dapat mengurangi retensi gigi tiruan. Hal ini ditangain dengan pembuatan
postdam dengan mengetahui kelas dari palatum lunak.
8.      Tahanan Jaringan
Tahanan jaringan dapat dicatat besar/ sedang/ kecil. Hal ini bergantung dengan ketebalan
jaringan yang meliputi tulang rahang sebagai jaringan pendukung geligi tiruan. Pemeriksaan
ketahanan jaringan dilakukan dengan menekan beberapa tempat menggunakan burnisher.
Ketebalan jarngan yang normal adalah 2mm. Daerah yang biasanya memiliki ketebalan jaringan
yang kurang dari 2 mm adalah torus palatinus atau torus mandibularis.
9.      Lidah
Ukuran lidah perlu diperhatikan dengan pencatatan besar/ normal/ kecil. Pergerakan juga dilihat
dengan dicatat aktif atau pasif. Hal ini dapat memperngaruhi basis gigi tiruan.
10.  Air ludah
Pemeriksaan air ludah dapat dicatat kental atau cair serta banyak atau sedikit. Air ludah yang cari
dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan anatomis geligi tiruan sehingga
mempertinggi daya permukaan. Air ludah yang banyak dan kental mudah melepaskan geligi
tiruan dan mempersulit saat pencetakan (Hashanur dkk., 2016).

B.     Pencetakan Rahang
Cetakan rahang merupakan bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung geligi tiruan yang
selanjutnya dilakukan pengecoran untuk mendapatkan bentuk positif rahang yang disebut model
rahang. Cetakan rahang yang akurat bertujuan untuk mendapatkan landasan geligi tiruan yang
seoptimal mungkin, memberikan kemantapan dan dukungan pada geligi tiruan, serta
mempertahankan kesehatan jaringan pendukungnya. Retensi GTL dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti tekanan atmosfir, adhesi berupa gaya tarik menarik antara molekul yang berbeda, kohesi
yaitu gaya tarik mernarik antara molekul yang sama, tegangan permukaan, dan daya otot
(Harshanur, 2016).

Pencetakan rahang dilakukkan setelah koreksi gangguan otot, TMJ, dan mukosa. Langkah-
langkah pencetakan dilakukan sebagai berikut:
1.      Membuat cetakan awal
a)      Memilih sendok cetak berupa stock tray dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan rahang
pasien
b)      Mempersiapkan bahan cetak seperti irreversible hydrocoloid
c)      Memanipulasi bahan cetak dan menaruh pada sendok cetak untuk rahang atas, sedangkan rahang
bawah dimaipulasi dan diletakkan pada retromolar dan lingual terlebih dahulu kemudian
diletakkan pada sendok cetak
d)      Memasukan kedalam rongga mulut
e)      Menginstruksikan pasien untuk menjulurkan lidah ke depan pada saat pencetakan rahang bawah
f)       Tunggu hingga mengeras
g)      Melepas sendok cetak berisi bahan cetak dari dalam rongga mulut (Hashanur dkk., 2016).
2.      Membuat cetakan akhir
Pembuatan sendok cetak perseorangan pada model studi. Bahan yang digunakan berupa shellac
base plate atau acrylic cold cure. Hal ini diawali dengan pemotongan base plate sesuai dengan
batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, apabila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk
memberikan tempat pada bahan cetak asal tidak mudah lepas, sehingga menghasilkan base–plate
trimming. Selanjutnya dilakukan muscle trimming dengan pembentukan pinggiran sekitar rongga
mulut dan batas posterior untuk rahang atas sehingga menghasilkan bentukan seal untuk
mencegah terjadinya kebocoran. Pegangan sendok cetak perseorang juga dibentuk serta lubang
berada pada daerah langit-langit dengan jarak 4-5 mm. Lubang ini dibuat untuk mengalirkan
bahan cetak yang berlebihan sehingga tekanan yang ada dapat merata pada geligi tiruan dan
jaringan pendukungnya. Landasan sendok cetak perseorangan bagian tepi dipotong 3-4 mm
dari buccal fold demikian pula pada tepi bagian lingual dan digantikan dengan green stick
compound untuk menciptakan border molding berupa peripheral seal pada pasien. Bahan yang
dapat digunakan untuk mencetak cetakan akhir dapat berupa rubber base. Pada pencetakan akhir
terdapat beberapa teknik yaitu:
a)      Pencetakan dalam keadaan mulut terbuka
Teknik ini lebih melibatkan operator, dimana operator saat pencetakan memegang sendok cetak
sambil menggerakan otot bibir dan pipi.
b)      Pencetakan dalam keadaan mulut tertutup
Teknik ini lebih melibatkan keaktifan pasien, namun sendok cetak perseorangannya harus dibuat
dari bahan yang lebih kuat seperti oston serta pencetakan menggunakan bahan alginat yang encer
dimana konsistensi dari air lebih banyak dari bubuk.
Pencetakan yang telah didapat selanjutnya dilakukan pencetakan model kerja dengan gips tipe III
(Harshanur, dkk., 2016).

C.     Desain Geligi Tiruan


Cara kerja desain geligi tiruan berupa:
1.      Persiapan model kerja yang diawali dengan merapikan model kerja menggunakan trimmer, pisau
gips, dan amplas.
2.      Pembuatan desain GTL. Hal ini terdari beberapa tahapan yaitu:
a)      Pembuatan lekukan pengontrol pada dasar model kerja. Hal ini bertujuan agar keadaan model
rahang pada artikulator saat penyusunan gigi geligi sesuai dengan keadaan model rahang saat
sesudah GTL disalin dengan akrilik saat akan melakukan selective grinding. 3 buah lekukan
dibuat pada dasar model, yaitu satu di anterior dan dua di posterior. Lekukan didbuat cukup
dalam sebesar kurang lebih 7 mm dan landai menggunakan pisau malam
b)      Pembuatan kawat penguat. Hal ini bertujuan agar oklusal rim yang akan dicoba dalam mulut
pasien pada saat menentukan hubungan maksila mandibula tidak berubah. Gambar baatas-batas
perluasan landasan GTL pada rahang untuk rahang atas kira-kira 1-2 mm didepan batas posterior
atau garis “A” yang berkontak pada model rahang dengan panjang kawat kira-kira 3-4 mm
dibawah lingir rahang, sedangkan untuk rahang bawah kira-kira di tengah-tengah antara puncak
lingir dan batas inferior sayap lingual egan anjang kawat tidak melenihi distal gigi molar
pertama.
c)      Penarikan garis median. Hal ini bertujuan untuk panduan penyusunan gigi pemasangan model
kerja pada artikulator. Rahang atas dimulai dari frenulum labialis melewati midpalatal suture
sampai titik tengah fossa palatina, sedangkan rahang bawah dimulai dari frenulum labialis
melintasi frenulum lingualis. Garis median melewati dasar model dan berhimpit diantara rahang
atas dan rahang bawah.
d)      Penarikan garis puncak lingir. Hal ini bertujuan sebagai panduan dalam penyusunan gigi. Garis
ini melewati puncak processus alveolaris anterior dan posterior pada kedua sisi dan dilanjutkan
hingga tepi model. Garis anterior ditarik pada daerah insisivus pertama hingga kaninus,
sedangkan garis posterior ditarik dari mesial premolar sampai daerah tuber maksila rahang atas
dan retromolar pad pada rahang bawah. Outline GTL pada rahang atas melalui daerah peripheral
labial dan bukal serta bagian posterior melewati vibrating line, pada rahang bawah melalui
peripheral labial, bukal, lingual dan bagian posterior sampai dengan retromolar pad (Hashanur
dkk., 2016).
D.    Penentuan dimensi vertikal dan oklusi sentrik
Pada pasien full edentoulus berarti sudah kehilangan bidang oklusal, tinggi gigitan atau dimnesi
vertikal, dan oklusi sentrik. Hal-hal ini perlu dicari saat pembuatan GTL dengan menggunakan
bantuan media galangan gigit atau occlusal bite rim yang berfungsi untuk menentukan dimensi
vertikal dan mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien. Galangan gigit terdiri dari bentuk
landasan dan galangan malam, syarat pembuatan landasan dan galengan gigit antara lain:
1.      Lempeng gigit harus beradaptasi baik dengan permukaan model
2.      Lempeng gigit harus mengikuti outline GTL
3.      Galengan gigit harus melekat baik dengan lempeng gigit
4.      Lengkung galengan gigit sesuai dengan lengkung rahang
5.      Bidang labial dan bukal galengan gigit tidak boleh melebihi sulkus
6.      Penampang galengan gigit berbentuk trapezium
7.      Tinggi galengan gigit rahang atas 20-22 mm dan rahang bawah 16-18 mm
8.      Lebar galengan gigit anterior 5 mm, premolar 7 mm, dan molar 11 mm
9.      Galengan gigit rahang atas dibuat sampai distal molar pertama dan rahang bawah sampai
retromolar pad
10.  Galengan gigit anterior rahang atas membentuk sudut 5o sehingga terdapat jarak bidang labial
galengan gigit rahang atas dan bawah sebesar 2 mm.
Cara kerja permbuatan lempeng gigit rahang atas dan rahang bawah adalah sebagai berikut:
1.      Pertama-tama dengan melunakkan malam merah diatas api spiritus kemudian ditekan pada
rahang atas dimulai pada bagian palatum
2.      Tepi-tepi malam yang berlebihan dipotong dengan pisau model kemudian malam pada dasar
vestibulum ditekan sehingga menempel dan membentuk lempeng gigit sesuai model kerja
3.      Malam merah dirapikan mengikuti outline GTL
4.      Lempeng gigit rahang bawah diawali dengan memotong malam pada bagian linggir membentuk
huruf V. Malam yang telah dilunakkan ditekan pada model rahang bawah
5.      Melipat malam pada dasar vestibulum sehinggga membentuk lempeng gigit sesuai model kerja
6.      Pemotongan malam merah sesuai outline GTL
7.      Pembuatan galengan gigit dilakukan dengan melunakkan malam merah dan digulung kemudian
diletakkan pada lempeng gigit diatas processus alveolaris
8.      Membentuk galengan gigit bagian bukal, labial, palatinal sesuai besar gigi dimana anterior 5mm,
premolar 7 mm, dan molar 10 mm
9.      Membuat garis panduan penyusunan gigi yang merupakan puncak ridge galengan gigit rahang
atas dan rahang bawah. Garis ini akan membagi bagian oklusal bukal dan palatal dengan
perbandingan 2:1 pada rahang atas dan perbandingan 1:1 pada rahang bawah serta perbandingan
1:1 pada bagian anterior baik rahang atas maupun rahang bawah
E.     Uji coba galengan gigit rahang atas dan rahang bawah
Uji coba galangan gigit dilakukkan dengan tahapan sebagai berikut:
1.      Menginstruksikan pasien duduk dengan nyaman dan posisi tegak dan kemudian galengan gigit
atas dimasukkan kedalam mulut pasien dengan pedoman antara lain:
a)      Adaptasi landasan
Landasan harus diam tepat pada tempatnya, permukaannya merapat dengan jaringan pendukung,
pinggirannya tidak terlalu panjang atau pendek
b)      Dukungan bibir dan pipi
Pasien harus tampak normal seakan-akan seperti bergigi dengan penilaian sulkus nasolabialis
dan philtrum tampak tidak terlalu dalam atau hilang. Bibir dan pipi tidak boleh tampak cembung
atau cekung. Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertikal dengan jangka sorong serta
mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan fox bite gauge.
c)      Panjang galengan gigit
Pedoman galengan gigit rahang atas adalah low lip line yaitu pada saat pasien istirahat. Garis
insisal galengan gigit atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari lateral, sejajar garis ala nasi
tragus. Apabila tersenyum garis insisal terlihat kira-kira 2 mm dibawah sudut bibir. Panjang
galengan gigit atas dan bawah berpedoman glabella-subnasion = subnasion-gnathion = pupil-
sudut bibir.
d)      Bidang orientasi
Mensejajarkan bagian anterior dengan garis pupil dan bagian posterior dengan garis camper yang
berjalan dari ala nasi ke tragus.
2.      Uji coba galengan gigit rahang bawah dengan pedoman yang sama dengan rahang bawah

3.       Penetapan rumus dimensi


vertikal. Hal ini dilakukan dengan rumus

Physiological rest position diperoleh dengan mengukur dimensi vertikal dalam keadaan istirahat
tanpa galengan gigit dalam mulut, sedangkan free way space merupakan ruang bebas antar
galengan gigit malam atas dan bawah yang biasanya 2-3 mm.
4.      Penentuan oklusi sentrik
Penentuan oklusi sentrik dilakukan setelah dimensi vertikal didapat. Hal ini dapat dilakukan
dengan gerakan menelan dimana menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang
ditempatkan pada garis tengah landasan paling posterior, membantu pasien agar posisi rahang
bawah berada pada posisi paling posterior dengan mendorong rahang bawah dalam keadaan otot
kendor, serta menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin. Hal ini difikasi dengan
menggunakan gips dengan membuat cekungan pada malam rahang atas dan rahang bawah di
regio kaninus dan premolar 2 baik kanan maupun kiri.
5.      Penentuan garis orientasi lain. Hal ini dilakukan setelah oklusi sentrik yang harmonis dengan
relasi sentrik didapat. Garis orientasi lain berupa high lip line yaitu garis tertinggi bibir atas
waktu pasien tersenyum serta menandai bagian kaninus atas kiri dan kanan yang segaris dengan
ala nasi.
F.      Mounting pada artikulator
G.    Pemilihan gigi
Pada pemilihan gigi, perlu diperhatikan beberapa hal seperti bentuk wajah yang dapat berbentuk
persegi, tappering, dan ovoid, profil wajah seperti datar, cekung, dan cembung, jenis kelamin,
usia, dan bahan yang diinginkan.
H.    Penyusunan gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap dari anterior rahang atas, anterior rahang bawah,
posterior rahang atas, dan gigi molar pertama bawah dan gigi posterior rahang bawah lainnya.
Faktor yang perlu diperhatikan pada saat penyusunan gigi antara lain :
1.      Inklinasi gigi
2.      Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan antagonis
3.      Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah meliputi oklusi sentrik, working side, dan balancing
side
4.      Overbite dan overjet
5.      Estetik.

I.        Konturing ginggiva
Hal ini bertujuan untuk membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa secara
harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan anatomis dan
jaringan mulut, sehingga diperoleh GTL yang stabil, retentif, dan selaras dengan otot-otot
orofasial pasien. Hal yang perlu diperhatikan saat konturing gingiva berupa:
1.      Root prominece yaitu tonjolan pada gingiva yang mencerminkan adanya akar gigi di bawahnya
2.      Mc call feston yaitu daerah servikal gigi berupa garis dan membulat
3.      Stippling yaitu bintik-bintik pigmentasi diseluruh pemrukaan gingiva
4.      Gingival resection yaitu turunnya gingiva sehingga akar gigi tampak terutama pada lansia
5.      Rugae
6.      Raphae palatine.
J.       Pemrosesan
Hal ini terdiri dari flasking atau penanaman kedalam kuvet, boiling out, packing, curing dan
deflasking.
K.    Penyesuaian oklusi
Hal ini terdiri dari remounting dan selective grinding. Remounting bertujuan untuk mengoreksi
hubungan oklusi yang tidak harmonis dari geligi tiruan yang baru slesei diproses dilakukan
dengan memasang kembali geligi tiruan rahang atas dan rahang bawah pada artikulator.
Selecetive grinding bertujuan mengurangi terjadinya traumatik oklusi dari pemakaian gigi tiruan
yang baru diproses.
L.     Penyelesaian akhir
Penyelesaian akhir terdiri dari membuang sisa-sisa rensin akrilik pada batasan geligi tiruan
dengan carbide bur serta melakukkan polishing dengan felt cone bur edngan pumice serta bur
bulu domba dengan bubuk batu kapur.

M.   Try in dan insersi


Pada tahp ini dilakukan pemeriksaan stabilitas, oklusi, artikulasi, estetik dan edukasi terhadap
pasien. Stabilitas dilakukan pengecekan dengan menekan bagian depan dan belakang geligi
tiruan secara bergantian dan tidak boleh terdapat pergerakan. Pada pemeriksaan oklusi dan
artikulasi dilakukan dengan menggunakan artikulating paper dan pasien mengucapkan beberapa
huruf. Edukasi diberikan kepada pasien mengenai cara menjaga kebersihan rongga mulut serta
pembersihan dari gigi tiruan (Gunadi dkk., 2012). 

PRAKTIKUM PROSTO 3 (GIGI TIRUAN LENGKAP)


           Hallo teman :D , udah lama nih ga buka blog... mau share praktikum semester 6 dong..
hehehe.. kali ini mau share praktikum Prosto 3...yaitu tentang Gigi Tiruan Lengkap.
Praktikum Prosto 3 ini, merupakan praktikumm terakhir preklinik... dalam praktikum prosto 3
ini, kita di tuntut untuk bisa membuat gigi tiruan lengkap..
 Untuk melakukan praktikum gigi tiruan lengkap ini ada beberapa tahap pengerjaan , :
1. Mencetak dan membuat model kerja rahang atas dan rahang bawah
2. Membuat Basis
Model Kerja dan basisnya :D

3. Membuat Landasan

Landasan Rahang Atas dari Shelac

4. Membuat Tanggul Gigitan


Tanggul gigitan yang dibuat dengan menggunakan cetakan yang siap dipasang di landasan yang
telah dibuat ditahap sebelumnya 

5. Fiksasi RA/RB

Tanggul gigitan yang telah di tempel di landasan dengan tinggi dan lebar yang telah ditentukan
dan siap difiksasi

tinggi tanggul gigitan untuk Gigi anterior RA dan RB 7-10mm dan posterior RA dan RB 5-7mm.
Lebar Anterior RA dan RB 5-7mm sedangkan posterior 7-10 mm.

6. Garis -garis Orientasi


7. Pemasangan Artikulator
Model yg telah difiksasi ditempel di artikulator dengan ketentuan-ketentuan yang telah
disesuaikan

8. Menyusun Gigi

Penyusunan Gigi tiruan anterior dilihat dari aspek labial

Penyusunan Gigi tiruan anterior dilihat dari aspek insisal


penyusunan gigi tiruan anterior

Penyusunan gigi Rahang atas (Posterior)

penyusunan gigi tiruan rahang bawah


Penyusunan gigi posterior rahang bawah dan persiapan kontur gusi

9. Kontur Gusi

10. Pemendaman
11. Pembuangan Lilin

12. Pengisian Akrilik


13. Pemasakan

14. Penghalusan dan Pengkilapan

Gigi tiruan yang baru dikeluarkan dari kuvet dan siap di halusakan dan dipoles

Gigi tiruan yang telah di poleh..... treng2,, keren kan :) siap dipasang dimulut nih :) h

Anda mungkin juga menyukai