A. Pendahuluan
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu desain kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Saylor (dalam Gafur, dkk.
2001) menartikan kurikulum berbasis kompetensi sebagai rancangan kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan atas seperangkat kompetensi khusus, yang harus dipelajari dan
atau ditampilkan siswa. Seperangkat kompetensi tersebut, pada akhirnya akan
menggambarkan sebuah profil kompetensi yang utuh, terukur dan teramati.
Mengacu pada pengertian di atas, setidaknya pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi mencakup pengembangan silabus dan system penilaiannya. Silabus merupakan
acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan penilaian
mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan pelaksaannya. Jenis ujian adalah berbagai tagihan,
seperti ulangan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Bentuk soal terkait
dengan jawaban yang harus dilakukan oleh siswa, seperti bentuk pilihan ganda atau soal
uraian.
Pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasis kompetensi bersifat hierarkhis
atau berurutan yaitu dengan urutan; standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok
beserta uraian materi pembelajaran, indicator ketercapaian, dan soal ujian. Standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan standar materi pokok, dikembangkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, sedangkan penentuan uraian materi pembelajaran (uraian dari materi
pokok), indicator pencapaian, dan penentuan soal ujian dikembangkan oleh setiap daerah atau
sekolah. Dengan demikian, materi pembelajaran dan soal ujian yang digunakan akan
menampung keperluan daerah sesuai dengan karakteristik masing-masing. Selain itu, sumber
daya manusia di semua daerah akan diberdayakan sehingga tidak tergantung pada
Departemen Pendidikan Nasional.
10 | M o d u l P e r k e m b a n g a n K u i r k u l u m
P e m b u a t : J a j a P r a t a m a , S . P d . M M
kompetensi di Negara-negara lain perlu juga dilakukan sebagai bahan rujukan agar lulusan
kita tidak jauh ketinggalan dengan lulusan Negara lain. Standar kompetensi yang telah
ditetapkan berlaku secara nasional, namun cara mencapai standar tersebut diserahkan pada
kreasi masing-masing wilayah.
Perlu diingat kembali, bahwa kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil
belajar. Sesuai dengan pengertian kompetensi tersebut, maka standar kompetensi adalah
standar kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa hasil
mempelajari bidang studi atau matapelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan,
sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai.
Dalam keadaan dimana standar kompetensi dalam mempelajari mata pelajaran tertentu
belum tersedia karena mata pelajaran yang harus dikembangkan baru sama sekali, maka
pengembang silabus perlu merumuskan standar kompetensi tersebut. Sebaliknya, dalam
keadaan dimana standar kompetensi telah tersedia namun belum ditentukan urutan
sebarannya, maka tugas pengembang silabus adalah menentukan sebaran dan urutan standar
kompetensi dalam kelas, semester atau catur wulan. Sebagai contoh, standar kompetensi
siswa MTs dalam mempelajari bahasa inggris meliputi: (a) spoken skills atau keterampilan
berbicara (mendengar, berbicara), dan (b) written skills atau keterampilan menulis (membaca,
menulis). Terhadap kompetensi tersebut, pengembang silabus perlu menentukan urutan serta
penyebarannya dalam kelas dan semester, mulai dari kelas atau semester pertama sampai
dengan kelas atau semester terakhir.
Langkah-langkah merinci dan mengurutkan beberapa standar kompetensi adalah sebagai
berikut:
Melaksanakan analisis standar kompetensi. Menganalisis berarti merinci. Suatu standar
kompetensi dapat dianalisis atau dirinci menjadi beberapa sub-kompetensi atau
kompetensi dasar.
Mengurutkan rincian standar kompetensi. Setelah mendapatkan perincian standar
kompetensi, tugas berikutnya adalah mengurutkan beberapa sub-kompetensi atau
kompetensi dasar tersebut.
Dick & Carey (1978:25) membedakan dua perbedaan pokok dalam analisis dan urutan
standar kompetensi di samping pendekatan yang ketiga yakni gabungan antara kedua
11 | M o d u l P e r k e m b a n g a n K u i r k u l u m
P e m b u a t : J a j a P r a t a m a , S . P d . M M
pendekatan pokok tersebut. Dua pendekatan yang dimaksud adalah pertama pendekatan
procedural, dan kedua pendekatan hierarkis (berjenjang). Sedangkan gabungan antara kedua
pendekatan tersebut dinamakan pendekatan kombinasi.
1. Pendekatan procedural
Pendekatan procedural (procedural approach) dipakai bila standar kompetensi yang
diajarkan berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas
pembelajaran. Dalam bentuk diagram, pendekatan procedural ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Diagram 1
Pendekatan Prosedural
Contoh dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ada beberapa standar
kompetensi yang diharapkan dapat dipelajari secara berurutan. Guru diharapkan dapat
menyajikan mana yang akan didahulukan. Misalnya kompetensi; (1) Mengidentifikasi
landasan hokum Islam yang digunakan dalam pelaksaan suatu ibadah, (2) Mendeskripsikan
kegiatan yang dilakukan dalam melaksanaka suatu ibadah, dan (3) Mendeskripsikan manfaat
suatu ibadah kepada masyarakat. Ketiga komponen tersebut dilihat dari logika berpikir
kompetensi untuk mengidentifikasikan konsep-konsep yang membangun PAI harus paling
dulu dipelajari, setelah itu baru kompetensi berikutnya. Di antara kedua komponen
berikutnya, pengusaan terhadap kompetensi mendeskripsikan tatacara melakuakan suatu
ibadah lebih didahulukan agar siswa dengan mudah mendeskripsikan manfaat suatu ibadah,
mengingat pelaksanaan ibadah akan lebih dapat disenangi dan dihayati apabila mengetahui
manfaat suatu ibadah yang dilakukan.
Beberapa hal yang perlu dicatat dari contoh tersebut:
Siswa harus menguasai standar kompetensi tersebut secara berurutan.
Masing-masing standar kompetensi dapat diajarkan secara terpisah (independent).
Hasil (output) dari setiap langkah merupakan masukan (input) untuk langkah
berikutnya.
12 | M o d u l P e r k e m b a n g a n K u i r k u l u m
P e m b u a t : J a j a P r a t a m a , S . P d . M M
2. Pendekatan hierarkis
Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat subordinat/berjenjang
antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang
mendahului dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan
prasyarat bagi standar kompetensi yang berikutnya.
Untuk mengidentifikasi beberapa standar kompetensi yang harus dipelajari terlebih
dahulu agar siswa dapat mencapai standar kompetensi yang lebih tinggi dilakukan dengan
jalan mengajukan pertanyaan “Apakah yang harus sudah dikuasai siswa, agar dengan
pembelajaran yang seminimal mungkin dapat dikuasi standar kompetensi berikutnya?”.
G. Kompetensi Dasar
Untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, standar
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai dalam mempelajari setiap bidang studi,
selanjutnya diuaraikan atau dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi minimum atau
kompetensi dasar. Untuk keperluan pembelajaran kompetensi dasar digunakan sebagai acuan
atau materi pembelajaran. Sedangkan untuk keperluan system penilaian, kompetensi dasar
tadi kemudian dikembangkan menjadi sebuah indicator untuk menetukan soal ujian.
Dalam hubungannya dengan standar kompetensi, kompetensi dasar menjawab
pertanyaan “Kompetensi-kompetensi minimal apa saja yang harus dikuasai, agar siswa
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan?”. Sebagai contoh, salah satu standar
kompetensi dalam matapelajaran Bahasa Inggris MTs. Adalah “Spoken skills” (keterampilan
lisan).
Kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa untuk mencapai standar kompetensi
tersebut adalah (1) Recognizing English stress paterns; (2) Discriminating English intonation
and tones; (3) Demonstrating knowledge of basic vocabulary in aural texts as determined by
a specified word list; (4) Demon-strating aural skills in comprehending a variety of aural
texts.
H. Format Silabus
Silabus sebagai su-sistem pembelajaran terdiri dari komponen-komponen yang satu
sama lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Komponen silabus antara lain
13 | M o d u l P e r k e m b a n g a n K u i r k u l u m
P e m b u a t : J a j a P r a t a m a , S . P d . M M
terdiri dari: identifikasi nama mata pelajaran, jenjang sekolah, kelas, semester, standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan urainnya, alternative strategi pembelajaran
(tatap muka atau pengalaman belajar siswa), alokasi waktu, dan sumber bahan/acuan/rujukan.
Komponen-komponen tersebut perlu disusun dalam bentuk format dan sistematika yang jelas.
Format berisikan bentuk penyajian isi silabus, sedangkan sistematika menggambarkan urutan
penyajian bagian-bagian silabus. Format dan sistematika silabus disusun berdasarkan prinsip
berorientasi pada pencapaian kompetensi (competency oriented).
Sesuai prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi tersebut format penyajian
silabus diwujudkan dalam bentuk matrik agar hubungan antar komponen dapat dilihat dengan
jelas. Sesuai pula dengan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, setelah
jenjang sekolah, mata pelajaran, kelas, semester diidentifikasi, maka sistematika penyajian
silabus meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, materi pokok serta
uraian atau rinciannya, strategi pembelajaran, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber
bahan/acuan/rujukan yang dipakai.
14 | M o d u l P e r k e m b a n g a n K u i r k u l u m
P e m b u a t : J a j a P r a t a m a , S . P d . M M
pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (Mc Ashan,
dalam Gafur 2001). Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Sesuai pendapat tersebut, komponen pokok
pembelajaran berbasis kompetensi meliputi:
kompetensi yang akan dicapai,
strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi,
sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa
dalam mencapai kompetensi.
Pengembangan standar kompetensi perlu dilakukan secara terbuka, seimbang dan
melibatkan semua kelompok yang akan dikenai standar kompetensi tersebut. Melibatkan
semua kelompok sangatlah penting agar kesepakatan yang telah dicapai dapat dilaksanakan
secara bertanggung jawab oleh pihak sekolah masing-masing. Di samping itu kajian standar
kompetensi di Negara-negara lain perlu juga dilakukan sebagai bahan rujukan agar lulusan
kita tidak jauh ketinggalan dengan lulusan Negara lain. Standar kompetensi yang telah
ditetapkan berlaku secara nasional, namun cara mencapai standar tersebut diserahkan pada
kreasi masing-masing wilayah.
REFERENSI
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana S. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
15 | M o d u l P e r k e m b a n g a n K u i r k u l u m
P e m b u a t : J a j a P r a t a m a , S . P d . M M