Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi


1. Pengertian Demokrasi
Istilah “demokrasi” pada awalnya berasal dari wilayah Yunani Kuno di abad
ke-5 SM. Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos”
yang berarti masyarakat (rakyat) dan “kratos” yang berarti aturan atau kekuasaan.
Jadi, demokrasi berarti kekuasaan di tangan rakyat, atau lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Mohammad Hatta, wakil presiden pertama RI, menyebutkan bahwa demokrasi
merupakan sebuah pergeseran dan pergantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan
rakyat. Demokrasi dinyatakan dengan berbagai pengertian oleh para ahli.
Diantaranya:
(a) Menurut Abraham Lincoln, democracy is government of the people, by the
people, and for the people (demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat).
(b) Menurut Philippe C. Schimitter, demokrasi merupakan suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-
tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil
mereka yang telah terpilih.

Salah satu prinsip demokrasi adalah prinsip trias politika yang membagi
kekuasaan negara menjadi tiga, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa negara yang


menganut sistem demokrasi senantiasa mengingat kepentingan dan keinginan
rakyatnya. Ciri-ciri pokok berjalannya proses demokrasi di suatu negara adalah
sebagai berikut.

a) Pemerintah menjalankan kehendak dan kepentingan rakyat.


b) Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pemerintah.
c) Adanya mekanisme tanggung jawab dari pemerintah.

Kriteria untuk menentukan situasi demokratis suatu negara antara lain sebagai
berikut.

a) Kekuasaan
b) Keadilan
c) Kesejahteraan
d) Peradaban
e) Afeksi
f) Keamanan
g) Kebebasan

2. Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Demokrasi

a. Ciri-Ciri Demokrasi

Ciri utama dari sistem demokrasi adalah tegaknya hukum di masyarakat (Law
enforcement) dan diakuinya hak asasi manusia (HAM) oleh setiap anggota
masyarakat di suatu negara. Henry B. Mayo dalam bukunya Introduction to
Democratic Theory, memberikan ciri-ciri demokrasi dari sejumlah nilai (values),
yaitu sebgai berikut.

1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga


2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah
3) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum
5) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat
6) Menjamin tegaknya keadilan

Sementara itu, G. Bingham Powell (2009) menyebutkan lima kriteria


terwujudnya demokrasi, yaitu sebagai berikut.

1) Legitimasi pemerintah berdasarkan klaimnya mewakili keinginan para warga


negara.
2) Klaim pemerintah berdasarkan pemilu yang kompetitif dan dilaksanakan
secara berkala.
3) Kebanyakan orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilu, baik sebagai
pemilih maupun calon yang dipilih.
4) Para pemilih, tidak dapat dipaksa dan suara mereka adalah rahasia.
5) Para warga negara memiliki kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan
berkumpul, kebebasan berorganisasi, serta membentuk partai politik.

Melalui sistem demokrasi, masyarakat dapat mengakses kebutuhan-kebutuhan


hidupnya dengan mudah sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Namun ,
kekuasaan yang bersifat dominatif ini memiliki kelemahan, yaitu membuat
pelaksanaan demokrasi menjadi cenderung bersifat otoriter dibandingkan dengan
konsensus (musyawarah atau mufakat).

b. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Menurut Melvin I. Urofsky, terdapat 11 prinsip-prinsip dasar yang harus ada


di suatu negara demokrasi. Kesebelas prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1) Constitutionalism (konstitusionalisme)
2) Democratic Elctions (pemilihan yang demokratis).
3) State and local governments (negara dan pemerintah daerah).
4) Creation of Law (pembuatan hukum)
5) An independent judiciary (peradilan yang independen)
6) Powers of the presidency (kekuasaan presiden)
7) Role of a free media (media yang bebas)
8) Role of interest groups (peran kelompok kepentingan)
9) Public’s right to know (hak publik untuk tahu)
10) Protecting minority right (melindungi hak-hak minoritas)
11) Civilian control of the military (kontrol sipil terhadap militer)

Dalam sistem demokrasi perwakilan, keterlibatan warga negara diusahakan


dapat mendorong aparatur negara agar bersikap responsif terhadap tuntutan
sebagian besar warga negara yang telah dikembangkan, yaitu sebagai berikut.

a) Teori Elitis
Teori ini menyatakan bahwa demokrasi adalah suatu metode pembuatan
keputusan yang mengokohkan efisiensi dalam administrasi dan pembuatan
kebijakan, namun menuntut adanya kualitas ketanggapan pihak penguasa dan
kaum elite terhadap pendapat umum.
b) Teori Pastisipatori
Teori ini menyatakan bahwa demokrasi menuntut adanya tingkat keterlibatan
yang lebih tinggi dari masyarakat karena sangat diperlukan untuk menegakkan
demokrasi.vKeterlibatan warga negara dalam sistem demokrasi, terutama
adalah langkah untuk mengendalikan tindakan para pemimpin politik.

Terdapat lima ide terpisah atau kombinasi yang berkenaan dengan masalah
tingkat persamaan di dalam masyarakat. Kelima ide itu adalah persamaan politik,
persamaan di muka hukum, persamaan kesempatan, persamaan ekonomi, dan
persamaan sosial atau persamaan hak.
a. Persamaan politik, mencakup dua hal yang terpisah sebagai berikut.
1) Persamaan hak suara, antara lain menuntut hal-hal sebagai berikut:
 Setiap individu harus mempunyai akses mudah dan pantas ke tempat
pemilihan;
 Setiap orang harus bebas menentukan pilihan sesuai dengan
keinginannya;
 Setiap suara harus diberi nilai yang sama ketika diadakan perhitungan.
2) Persamaan untuk dipilih sebagai pejabat pemerintahan, dengan persyaratan
usia dan kualifikasi khusus yang berlaku, tidak ditentukan oleh kekayaan.

b. Persamaan di depan hukum. Adanya perlakuan dengan cara sama oleh sistem
hukum resmi yang berlaku. Fungsi utama hukum adalah untuk membentuk
hukum-hukum umum yang diharapkan dapat diterima dan dipatuhi semua
orang atau bersedia menerima segala konsekuensinya.

c. Persamaan kesempatan. Sejauh mana setiap individu dalam masyarakat


mengalami peningkatan atau penurunan dalam strata atau sosialnya sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.

d. Persamaan ekonomi. Setiap individu di dalam masyarakat diupayakan


memiliki kesempatan yang sama dalam mengelola produksi barang/jasa dan
untuk mendapatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang memadai.
e. Persamaan sosial. Tidak ada asosiasi publik atau asosiasi pribadi yang dapat
menciptakan halangan buatan bagi kegiatan-kegiatan dalam asosiasi.

Di dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi, rakyat bebas untuk
mengeluarkan pendapat, menyampaikan kritik yang bersifat membangun, memilih
wakil-wakilnya, serta memilih kepala negaranya.

B. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia sejak Orde Lama, Orde


Baru, dan Reformasi
Indonesia membangun sistem politik demokrasi sejak menyatakan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini sesuai dengan UUD 1945
Pasal 1 Ayat (2) yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar”.
Indonesia menetapkan UUD 1945 sebagai konsutitusi negara, Pancasila
sebagai dasar negara, “Indonesisa Raya” sebagai lagu kebangsaan, bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, bendera Merah putih sebagai bendera nasional
dan presiden-wakil presiden, yaitu Seokarno-Hatta. Indonesia pernah menerapkan
tiga model demokrasi, yaitu demokrasi parlementer (liberal), demokrasi terpimpin,
dan demokrasi pancasila. Periode perkembangan demokrasi yang pernah
dilaksanakan di Indonesia dijabarkan sebagai berikut.

1. Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 - 5 juli 1959)


Demokrasi liberal dilaksanakan setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah
No.14 November 1945. Dalam sistem ini kepala pemerintah dipimpin oleh seorang
perdana menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
berhentikan, serta bertanggung jawab kepada parlemen dan presiden menjabat
sebagai kepala negara. Berikut adalah sejarah pergantian kabinet yang terjadi pada
masa demokrasi liberal.
a. Kabinet Natsir (6 september 1950 – 27 April 1951). Kabinet ini
merupakan kabinet pertama yang memerintah pada masa demokrasi liberal. Narsir
berasal dari partai Masyumi.
b. Kabinet sukiman-soewirjo (27 April 1951 – 3 April 1952). Kabinet ini
dipimpin oleh sukiman-suwirjo dan merupakan kabinet koalisi Masyumi-PNI.
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 juni 1953). Kabinet ini merintis
sistem zaken kabinet, yaitu kabinet yang dibentuk terdiri dari para ahli di
bidangnya masing-masing.
d. Kabinet Ali 1 atau kabinet Ali-Wongso (31 juli 1953 - 12 Agustus
1955). Kabinet ini merupakan kabinet terakhir sebelum diadakannya pemilihan
umum, didukung oleh PNI-NU, sedangkan Masyumi menjadi oposisi. Pada masa
kabinet ini, diselenggarakan Konferensi Asia Afrika pada bulan April 1955
e. Kabinet Bahanudin Harahap dari Masyumi (12 Agustus 1955 – 3
Maret 1956). Pada masa kabinet ini pemilu yang demokrasi untuk pertama kalinya
berhasil dilaksanakan. Pada 29 September 1955 rakyat memilih anggota DPR dan
pada 15 Desember 1955 rakyat memilih anggota konstituante. Pemilu ini
menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI,
NU, Masyumi, dan PKI
f. Kabinet Ali 2 (20 Maret 1956 – 14 Maret 1957), merupakan kabinet
koalisi PNI, Masyumi, dan NU. Program kabinet ini disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang.
g. Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 juli 1959), merupakan zaken
kabinet. Setelah Pemilu 1955 berakhir, pergantian kabinet terus berlangsung
hingga dikeluarkannya Dekret Presiden pada 5 juli 1959. Dekret Presiden 1959
dilatarbelakangi kegagalan badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru
sebagai penggati UUDS 1950.

2. Demokrasi Terpimpin (5 juli 1959 – 1965)


Selama masa demokrasi liberal, rakyat Indonesia sadar bahwa sistem
demokrasi liberal tidak cocok dengan sistem politik Indonesia.
a. Sistem demokrasi liberal bertentangan dengan nilai dasar Pancasila,
khususnya sila ketiga tentang persatuan Indonesia, dan sila keempat tenteng
permusyawaratan yang dilandasi nilai hikmat kebijaksaan.
b. Ketidakmampuan Konstituante untuk menyelesaikan masalah-masalah
kenegaraan, khususnya pengambilan keputusan mengenai UUD 1945 sehingga
sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Dekriet Presiden tahun 1959 menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku lagi dan
memberlakukan kembali UUD 1945. Dekret Presiden memuat ketentuan pokok
sebagai berikut
a. Menetapkan pembubaran Konstituante.
b. Menetapkan bahwa UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap bangsa
indonesia.
c. Pembentukan majelis Permusyawaratan Rakyat Semntara (MPRS) dan
Dewan pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dalam waktu singkat
Sistem demokrasi terpimpin ditafsirkan Presiden Sukarno saat itu dengan
mengatakan kata “terpimpin” artinya dipimpin oleh seorang pemimpin atau
panglima besar revolusi, yaitu presiden. Berkut praktik sistem politik demokrasi
terpimpin yang terpusat pada presiden
a. Menurut UUD 1945, kewenangan presiden berada di bawah MPR,
namun dalam kenyataan MPR tunduk pada presiden. Presiden dapat menentukan
apa yang harus diputuskan oleh MPR.
b. Pada 1960, DPR hasil pemilu dibubarkan oleh presiden dan digantikan
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR – GR), keanggotaan dalam DPR-
GR didudukin oleh tokoh-tokoh beberapa partai besar, seperti PNI, NU fan PKI.
c. Pengangkatan Presiden Sukarno sebagai presiden seumur hidup dalam
Sidang Umum MPRS tahun 1963.
d. Usulan prinsip nasakom untuk melanggengkan kedudukan presiden
sebagai pemimpin besae revolusi.

3. Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 – 1998)


Orde baru berkeinginan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang dianggap telah menyimpang
dari Pancasila. Sistem politik baru yang digunakan diberi nama “demokrasi
konstitusional” atau demokrasi pancasila yang berdasarkan pada pancasila dan
UUD 1945.
Sampai dengan tahun 1970-an proses pembangunan di Indonesia masih berada
dalam koridor Pancasila dan UUD 1945. Namun pada akhir tahun 1980-an dan
1990-an, pembangunan ekonomi berubah menjadi sistem mercusuar dan panglima.
Akibatnya kesenjangan ekonomi terjadi antara pusat dan daerah sehingga tingkat
kesejahteraan tidak merata.
Selama masa orde baru, pemerintah berhasil melaksanakan enam kali
pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, 1997. Orde Baru
berakhir dengan munculnya perlawanan rakyat melalui gerakan reformasi Mei
1998. Gerakan ini berhasil menurunkan Presiden Suharto sebagai presiden
Republik Indonesia, posisi yang dikuasai selama 32 tahun.

4. Demokrasi Era Reformasi


Demokrasi pasca reformasi merupakan salah satu reaksi terhadap
pemerintahan Orde Baru yang dianggap telah menyimpang dari tujuan dan cita-cita
demokras pancasila. Era reformasi berlangsung dari 1998 sampai dengan saat ini
atau sering disebut orde transisi demokrasi Pancasila.
Setahun setelah tumbangnya orde baru, Indonesia melaksanakan pemilu pada
7 Juni 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik. Dari pemilu tersebut, diperoleh hasil
lima besar partai pemenang, yaitu PDIP, Golkar, PPP (Partai Persatuan
Pembangunan), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dan PAN (Partai Amanat
Nasional).
Selanjutnya pada 20 Oktober 1999, diadakan penyelenggaraan pemilihan
presiden RI dengan calon K.H. Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.
Pemilihan dilakukan secara voting oleh MPR dan hasilnya, K.H. Abdurrahman
Wahid memperoleh 373 suara, Megawati 313 suara. Dengan demikian presiden
terpilih adalah Abdurrahman Wahid dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri.
Untuk pertama kalinya pada tahun 2004, bangsa indonesia melaksanakan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat. Pemilu diikuti
oleh 24 partai politik dan dilakukan dalam 3 tahap. Pertama, pada 5 April 2004
dilaksanakan pemilihan anggota DPR,DPRD provinsi, DPRD kota/kabupaten dan
DPD. Kedua pada 5 Juli 2004 dilaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden
tahap pertama. Ketiga pada 20 September 2004 pemilihan presiden dan wakil
presiden tahap kedua. Hasil pemilu menempatkan pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Juduf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden Republik
Indonesia priode 2004-2009.
Di masa reformasi, kebebasan masyarakat dalam menggunakan haknya
menjadi lebih terbuka dan meluas. Sehingga bangsa Indonesia telah sepakat untuk
membangun sistem demokrasi yang sehat atas dasar evaluasi dan introspeksi
terhadap berbagai sistem demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia yang
ternyata dinilai gagal, yaitu demokrasi liberal pada awal kemerdekaan yang tidak
menjamin stabilitas pemerintahan, demokrasi terpimpin pada era Orde Lama dan
demokrasi Pancasila di era Orde Baru yang menghasilkan pemerintahan yang
otoriter.

C. Perilaku Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari


Demokrasi pancasila merupakan paham demokrasi yang berpedoman pada
asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berpersatuan indonesia, dan yang bersama-sama menjiwai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia.
Maka dalam perilaku demokrasi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Menjunjung tinggi persamaan.
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3. Membudayakan sikap bijak dan adil.
4. Membiasakan musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan.
5. Mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Selain kelima hal diatas, sikap demokrasi yang dapat kita kembangkan di
lingkungan terdekat
antara lain sebagai berikut.
1. Lingkungan keluarga
2. Di lingkungan masyarakat
3. Di lingkungan sekolah

Anda mungkin juga menyukai