Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PERAN BIDAN DI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER”

OLEH

NAMA : ERTIN SARTIKA MATKUSA

NIM : A1A220017

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah

memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Peran Bidan Di Pelayanan Kesehatan Primer”” tepat

pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini penulis diberikan bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, karena itu dengan penuh rasa hormat dan tulus hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen Pengampu

2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan berupa nasihat dan materi.

3. Teman-teman Kebidanan Universitas Megarezky

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik

dari segi penulisan maupun dari segi materi yang disajikan. Oleh karena itu, untuk

kesempurnaan penulisan penulis mengharapkan masukan yang bersifat

membangun dari semua pihak.

Makassar, 07 November 2020

ii
DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................ i

Kata Pengantar............................................................................................. ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuluan....................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

C. Tujuan.............................................................................................. 2

Bab II Pembahasan....................................................................................... 3

A. Pengertian......................................................................................... 3

B. Unsur Utaman dan Prinsip PHC...................................................... 4

C. Program-Program, Elemen dan Tujuan PHC................................... 6

D. Ruang lingkup, Ciri-Ciri dan Fungsi PHC....................................... 7

E. Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Bidan dalam PHC.................... 8

Bab III Penutup............................................................................................ 13

A. Kesimpulan...................................................................................... 13

B. Saran................................................................................................. 14

Daftar Pustaka.............................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1977

melahirkan kesepakatan global unutk mencapai “ Kesehatan Bagi Semua

(KBS) pada tahun 2000” yakni tercapainya suatu derajat kesehatan yang

optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara sosial

maupun ekonomi. Selanjutnya pada tahun 1978, dalam konferansi di Alma Ata

ditetapkan prinsip-prinsip Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan

atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua (KBS) dan Indonesia

ikut menandatangani, menyatakan bahwa untuk mencapai kesehatan bagi

semua pada tahun 2000, PHC adalah kuncinya. Sedangkan pembangunan

kesehatan masayarakat di desa adalah salah satu bentuk operasional dari PHC.

Hal terebut didasari benar bahwa kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal

utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki

kesehatan.

Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki

kesehatan yang optimal karena berbagai masalah bersama secara global.

Diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang

rendah, yang menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan

kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.Oleh karena itu PHC merupakan

salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi seluruh tahun

2000 sebagai tujuan pembangunan kesehatan semesta dlam mencapai derajat

1
2

kesehatan yang optimal. Di Indonesia bentuk operasional PHC adalah

PKMD dengan berlandaskan kepada garis-garis besar haluan Negara (GBHN)

yang merupakan ketetapan MPR untuk dilaksanakan dengan melibatkan

kerjasama lintas sektoral dan instansi-instasi berwenang dalam mencapai

derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah pengertian dari PHC?

2. Apakah unsur utama dan prinsip PHC?

3. Apa sajakah Program-program, elemen dan tujuan PHC?

4. Bagaimanakah Ruang lingkup, Ciri-ciri dan Fungsi PHC?

5. Bagaimanakah Peran, Tugas dan Tanggung jawab bidan dalam PHC?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari PHC?

2. Untuk mengetahui unsur utama dan prinsip PHC?

3. Untuk mengetahui Program-program, elemen dan tujuan PHC?

4. Untuk mengetahui Ruang lingkup, Ciri-ciri dan Fungsi PHC?

5. Untuk mengetahui Peran, Tugas dan Tanggung jawab bidan dalam PHC?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang

berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat

diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat

melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat

terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat

perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan

menentukan nasib sendiri (self determination). Pelayanan Kesehatan Primer

/ PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal

dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada

perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang

diberikan adalah essensial bisa diraih, dan mengutamakan pada peningkatan

serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi

masyakarat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan. Pelayanan kesehatan

primer (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat

minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk (Lancaster.J dan

Stanhope.M, 1997).

Pelayanan primer berfokus pada pelayanan kesehatan individual,

sedangkan pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan kesehatan dari

seluruh populasi (Perry, Potter. 2009). PHC menekankan pada perkembangan

3
4

yang bisa diterima, terjangkau pelayanan kesehatan yang diberikan adalah

esensial bisa diraih, yang esensial dan mengutamakan pada peningkatan serta

kelestarian yang disertai percaya kepada diri sendiri disertai partisipasi

masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan. Amerika tidak

mengadopsi PHC sebagai strategi nasional atau sebagai strategi alternatif yang

minimal dari tingkat kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan masyarakat

mempunyai peranan penting dalam menolong orang untuk mempelajari cara

merawat diri sendiri dan mau bekerja dengan masyarakat yang lain dalam

mengembangkan kapasitas atau infrastruktur yang diperluas untuk menjamin

pelayanan kesehatan yang esensial bagi setiap orang (McMahon Rosemary.

2002).

B. UNSUR UTAMA DAN PRINSIP PHC

1. Unsur Utama PHC Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah

sebagai berikut :

a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

b. Melibatkan peran serta masyarakat

c. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

2. PRINSIP PHC Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan

prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai

kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :

a. Pemerataan upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan menurut

prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk

memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan


5

sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,

warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.

b. Penekanan pada upaya preventif Upaya preventif adalah upaya

kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta

individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.

c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan Teknologi

medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan

diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk

vaksin cold storage).

d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian Peran serta atau

partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari

lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi

masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung

jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka

dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam

pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi

kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di

desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah daerah.

Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena

masalah heterogenitas yang minim.

e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan Pengakuan

bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam


6

sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam

mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor

ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan

makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah

kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan

mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan

yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan

perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau

pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).

C. PROGRAM-PROGRAM, ELEMEN DAN TUJUAN PHC

1. PROGRAM-PROGRAM PHC

a. Asuransi kesehatan

b. Pos obat desa (POD)

c. Tanaman obat keluarga (TOGA)

d. Pos kesehatan

e. Kemitraan dengan sector diluar kesehatan

f. Peningkatan pemberdayaan masyarakat

g. Upaya promotif dan preventif

h. Pelayanan kesehatan dasar

i. Tenaga kesehatan sukarela

j. Kader kesehatan
7

k. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah

tangga)

2. ELEMEN PHC Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial

yaitu :

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit

serta pengendaliannya

b. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi

c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar

d. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB

e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat

g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa

h. Penyediaan obat-obat essensial

3. TUJUAN PHC

a. TUJUAN UMUM

Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang

diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada

masyarakat yang menerima pelayanan.

b. TUJUAN KHUSUS

A. pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani

B. pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami

C. pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang

dilayani
8

D. pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-

sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

D. RUANG LINGKUP, CIRI-CIRI DAN FUNGSI PHC

1. Ruang Lingkup

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara

b. pencegahan penyakit serta pengendaliannya.

c. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

d. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

e. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

f. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

g. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

h. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

i. Penyediaan obat-obat essensial.

2. CIRI-CIRI PHC

a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

b. Pelayanan yang menyeluruh

c. Pelayanan yang terorganisasi

d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

e. Pelayanan yang berkesinambungan

f. Pelayanan yang progresif

g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja


9

3. FUNGSI PHC

PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Pemeliharaan kesehatan

b. Pencegahan penyakit

c. Diagnosis dan pengobatan

d. Pelayanan tindak lanjut

e. Pemberian sertifikat

E. PERAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM PHC

1. Peran dan Tugas Peran dan tugas bidan dalam masyarakat sebagai tenaga

terlatih dalam PHC :

1. Sebagai pelaksana, memberi pelayanan kesehatan (provider care)

Bidan memegang peranan penting untuk meningkatkan pelayanan

yang menyeluruh dan bermutu ditengah masyarakat dengan

memberika pelayanan kebidanan secaran langsung maupun tidak

langsung. Pelayanan kesehatan yang patut dilaksanakan bidan antara

lain :

1) Meningkatkan upaya pengawaasn ibu hamil

2) Meningkatkan gizi ibu hamil dan ibu menyusui

3) Meningkatkan penerimaan gerakan KB

4) Meningkatkan kesehatan lingkungan

5) Meningkatkan sistem rujukan

6) Meningkatkan penerimaan imunisasi ibu hamil dan bayi.


10

b. Sebagai pengelola Sebagai pengelolah bidan berperan dalam

pengembangan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan

untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah

kerja dengan melibatkan keluarga/klien. Pengembangan pelayanan dasar

kesehatan yang dapat dilakukan bidan antara lain :

1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan

terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk

meningkatkan dan mengembangan kesehatan di wilayah kerjanya.

2) Mengelolah pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu

dan anak serta KB sesuai rencana

3) Mengkoordinasi, mangewasi dan membimbing kader, dukun atau

petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB

4) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,

khusunya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan

sumber yag ada pada program dan sector terkait.

5) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta

memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.

c. Sebagai pendidik (Health Education) Pendidikann masyarakat memegang

peranan penting yang meliputi :

1) Pentingnya arti pengawasan hamil

2) Pentingnya arti imunisasi TT pada ibu hamil pentingnya arti

pelaksanaan KB
11

3) Mengarahkan kemana persalinan dilakukan untuk mendapatkan well

born baby

4) Pengawasan post partum danpersiapan untuk merawat bayi dan

menyususi

d. Sebagai pangamat kesehatan (Health Monitor) Melakukan monitoring

terhadap perubahan-perubahan yang terjadipada individu, keluarga dan

masyarakat yang menyangkutkan masalah-masalah kesehatan yang tibul

serat berdampak terhadap setatus kesehatan mereka melalui kunjungan

rumah, pertemuan-pertemuan dengan cara observasi dan pengumpulan

data.

e. Sebagai koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of service)

Mengkoordinasi seluruh kegiatan upaya peeayanan kesehatan puskesmas

dan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama

dengan tim kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam

sistem pelayanan kesehatan.

f. Sebagai penggorganisasian pelayanan kesehataan (organisator) Berperan

serta memberikanmotivasi untuk meningkatkan partisipasi individu,

keluarga dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan oleh masyarakat misalnya posyandu, dana sehat, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dan berpartisipasi aktif

dalamkegiatan pengembangan kegiatan masyarakat dalam bidang

kesehatan.
12

2. Tanggung Jawab Bidan Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih

dititik beratkan kepada hal-hal sebagai berikut :

a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan

implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan

b. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu dalam

meningkatkan derajat kesehatan

c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada

masyarakat

d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan

kesehatan dan kepada masyarakat

e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.


13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PHC merupakan startegi untuk menyajikan pelayanan kesehatan essensial

kepada masyarakat

2. Para petugas pada sistem PHC merupakan mitra dalam berbagai kegiatan

bersama-sama dengan anggota masyarakat

3. PHC menandaskan pelayanan kesehatan yang terbayar, bisa dijangkau,

tersedia dan bisa diterima

4. Pengkajian masyarakat, menentukan prioritas kesehatan. Implementasi

aktifitas melaksanakan evaluasi merupakan aspek-aspek perawatan

kesehatan masyarakat yang dipakai PHC

5. Menghimbau masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, menyiapkan

diri untuk mendapatkan kesempatan mekasanakan perawatan sendiri dalam

mengatasi masalah-masalah kesehatan dan social.

6. Memberikan penyuluhan kepada penduduk mengenai perkembangan

kesehatan dan sosial untuk membantu diri mereka meraih perawatan

mandiri, mengambil keputusan sewndiri dan mempercayai diri sendiri.

7. Target dari PHC adalah seluruh masyarakat dan bukan individu.

8. PHC Berbeda dengan pelayanan primer. Pelayanan primer merupakan

komponen dari PHC

9. Para petugas kesehatan masyarakat berpartisipasi dalam implementasi

PHC
14

10. TIM PHC terdiri dari perawat, dokter, gigi, apoteker, penyuluhan

kesehatan, ahli sanitasi dan ahli diet.

11. Perawat yang efektif dari sistem PHC bekerja dekat dengan penduduk,

masyarakat dengan sumber-sumebr dan dengan profesional-profesinal lain

di masyarakat yang bersangkutan.

12. Perawat di tim PHC membutuhkan kepemimpinan yang disertai

ketrampilan manajemen.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun

bagi pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.


15

DAFTAR PUSTAKA

http://yefi-yefi.blogspot.com/2010/07/pelayanan-kesehatan-primer-primary.html

http://assova.blogspot.com/2012/10/primary-health-care_480.html

http://mayuputri.blogspot.com/2012/06/primary-health-care.html

http://tugaskuliah001.blogspot.com/2013/02/menerepkan-peran-dan-tugas-bidan-
dalam.html

http://6tyawibowo.blogspot.com/2010/08/peran-dan-fungsi-bidan.html

http://ainul-mushlihatul-muslimah.blogspot.com/2012/10/primary-health-care-
phc.html

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1558-implementasi-
primary-health-care-di-indonesia.html

https://ompuheso.wordpress.com/2012/11/05/primary-health-care-phc/ Mine coins


- make money:

http://bit.ly/money_crypto Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto


Mine coins - make money:

http://bit.ly/money_crypto Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto


16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah

memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “BUDAYA ATAU TRADISI DALAM KEBIDANAN””

tapat padawaktunya.”

Dalam penulisan makalah ini penulis diberikan bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, karena itu dengan penuh rasa hormat dan tulus hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen Pengampu

2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan berupa nasihat dan materi.

3. Teman-teman Kebidanan Universitas Megarezky

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik

dari segi penulisan maupun dari segi materi yang disajikan. Oleh karena itu, untuk

kesempurnaan penulisan penulis mengharapkan masukan yang bersifat

membangun dari semua pihak.

Makassar, 07 November 2020


17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia mengartikan masa nifas merupakan periode waktu sejak
selesai persalinan sampai 40 hari setelah itu. Menurut Bobak et.al (2005) periode
pascapartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya yang
diungkapkan oleh Saleha (2009) masa nifas adalah masa yang dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa nifas
ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu. Perubahan fisiologi
yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada
kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter , bidan maupun perawatan ikut
membentuk respons ibu terhadap ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini
(Bobak, et.al 2005). Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu,
bayi, dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi dalam masa nifas
ini dengan baik.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama (Maryunani, 2009). Oleh karena itu pemantauan dan asuhan pada ibu
postpartum sangat penting dilakukan untuk dapat mencegah kematian ini.
Pengetahuan memang peranan penting dalam penentuan perilaku yang utuh.
Kurangnya pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap kesehatan dan penyakit,
adanya tradisi dan kepercayaan yang negatif mempengaruhi perilaku ibu sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang
menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang
menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena
pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi
kesehatan. Banyak yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih
adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini.
Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan
atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu
dan anaknya. Faktor perilaku yang bersifat budaya sangat mempengaruhi kesehatan.
18

Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan
kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah sesuai kepercayaan dan
adat istiadat yang berlaku.
Menurut pendekatan biososiokultur dalam kajian antropologi, kehamilan dan
kelahiran tidak hanya dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja, tetapi dilihat
juga sebagai proses yang mencakup seperti pandangan budaya mengenai kehamilan
dan kelahiran, wilayah tempat kelahiran berlangsung, para pelaku, atau penolongnya
cara pencegahan bahaya dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan
mengenai pertolongan, serta perawatan bayi dan ibunya.
Dalam penelitian Syafrudin (2009), di daerah Maluku terdapat pantangan
makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak bercak putih, nanas,
mangga tidak bagus untuk rahim. Masyarakat di Bali, seorang ibu yang baru
melahirkan dianggap ”sebel/lateh” dan tidak diperkenankan ke pura sampai
dilaksanakannya upacara pembersihan diri. Ada beberapa perawatan set elah
melahirkan di beberapa daerah di Indonesia seperti: mandi uap air rebusan ramuan
(setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, minum air perasaan daun turi,
mengompres kepala ibu dengan ampas daun turi. Anggapan setelah melahirkan
darah putih naik ke kepala dapat menyababkan kematian, pencegahannya seperti
yang telah dsebutkan itu. Makan rebusan kulit pohon ketapang untuk memulihkan
kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan satu bulan atau 40 hari.
Suku Minangkabau (Muarif, 2009) adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di
Indonesia. Mereka berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Di propinsi yang terletak di
bagian barat tengah Pulau Sumatera ini, suku Minangkabau merupakan etnik
mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai. Setiap bangsa memiliki tradisi
tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang mereka. Seperti suku
Minangkabau. Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang
sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang.
Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum
menurut budaya Minang meliputi: minum telur dan kopi, penguapan dari bahan
rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata),
meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan
rempah-rempah, membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.
Dari uraian yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti
perawatan ibu postpartum khususnya budaya Minang, karena suku Minang banyak
tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Selain itu, setelah penulis melakukan
tinjauan literatur, belum pernah ada penelitian yang khusus mempelajari dan
membahas perawatan postpartum menurut perspektif budaya mmnT BEBEang. Oleh
karena itu, penelitian tentang perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu
postpartum dilakukan.
19

B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian adalah “Bagaimana perawatan ibu postpartum
menurut budaya Minang?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu
postpartum menurut budaya Minang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi institusi pendidikan
kebidanan di Sumatera Utara untuk mengetahui dan menambah pengetahuan
bagaimana perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang.
2. Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
pelayanana kesehatan tentang perawatan ibu nifas dan menambah wawasan
pelayan kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu postpartum
tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada. Perlu diperhatikan dari aspek
kesehatan.
3. Penelitian Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan dapat
menjadi sumber pengetahuan pada penelitian berikutnya tentang perawatan
ibu postpartum menurut budaya, khususnya budaya Minang. 4. Ibu Hasil
penelitian ini di harapkan ibu dapat meninggalkan dan mengubah kebiasaan
yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anaknya, ibu juga mendapat
pengetahuan tentang bagaimana perawatan masa nifas yang benar menurut
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai