Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

II.1. Pengertian Bank

Menurut Kasmir bank secara sederhana diartikan lembaga keuangan yang


kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Sedangkan menurut KBBI bank adalah badan usaa di bidang keuangan yang
menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Undang – Undang RI Nomor 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa bank adalah


badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, maksudnya usaha
perbankan selalu berkaitan dengan masalah di bidang keuangan. Dapat disimpulkan
bahwa bank meliputi tiga kegiatan utama, yaitu menghimpun dana, menyalurkan
dana, dan memberikan jasa bank lainnya (Andrianto, Fatihudin, D; Frimansyah.,
2019).

II.2. Jenis Jenis Bank

Menurut Kasmir (2012) jenis perbankan di Indonesia dapat dibedakan dari


berbagai segi antara lain :

1. Dilihat dari Segi Fungsinya


Dalam Undang - Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan di
Indonesia terdiri dari dua jenis bank, yaitu :
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Di samping kedua jenis bank di atas dalam praktiknya masih terdapat satu
jenis bank yang ada di Indonesia, yaitu Bank Sentral. Fungsi Bank Sentral
dipegang oleh Bank Indonesia (BI).

2. Dilihat dari Segi Kepemilikan


Jenis bank dari segi kepemilikan dapat dilihat dari akta pendirian dan
penugasan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank ini terdiri
dari :
a. Bank milik pemerintah, merupakan bank yang akta maupun modalnya
dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula. Selain itu pada daerah tingkat I dan tingkat II terdapat Bank
Pemerintah Daerah (BPD).
b. Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan
oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.
c. Bank milik asing, merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
mili swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
d. Bank milik campuran, merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya
secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia (WNI).

3. Dilihat dari Segi Status


Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status menunjukkan ukuran
kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah, produk,
modal maupun kualitas pelayanannya. Jenis bank ini dibagi ke dalam dua macam,
yaitu :
a. Bank devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer inkasi keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit (L/C), dan transaksi luar negeri lainnya .
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank non devisa, merupakan bank yang belum mempunyai izin
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti bank devisa. Jadi, transaksi yang dilakukan
masih dalam batas-batas suatu Negara.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga


Cara menentukan harga dapat diartikan juga sebagai cara penentuan
keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank ini terdiri dari :
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang memiliki prinsip konvensional akan menetapkan
bunga sebagai harga jual untuk produk simpanan dan harga beli untuk
produk pinjaman. Penentuan harga ini disebut spread based. Selain itu, untuk
jasa – jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya – biaya dalam nominal atau presentase tertentu.
Sistem pengenaan biaya ini disebut fee based.
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah.
Bank jenis ini menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dengan pihak lain dalam hal untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan
harga dan mencari keuntungan bagi bank memiliki prinsip syariah dengan
beberapa cara, diantaranya pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan (ijarah
wa iqina)

II.3. Bank Syariah


II.4.1. Pengertian Bank Syariah
Definisi bank syariah menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan Unit Usaha Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan lalu lintas pembayaran.
Unit Usaha Syariah atau UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan keegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.

II.4.2. Fungsi dan Peranan Bank Syariah


Peranan serta fungsi bank syariah yang tercantum dalam pembukaan standar
akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI ( Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution), ialah sebagai berikut:
1) Manajer investasi, maksudnya bank syariah dapat mengelola investasi atas
dana nasabah dengan menggunakan akan mudharabah atau sebagai agen
investasi. Dalam hal ini bank syariah berfungsi dan berperan untuk
menghimpun dana masyarakat dan menginvestasikan dana tersebut secara
prinsip-prinsip syariah.
2) Investor, maksudnya bank syariah dapat menyalurkan dana melalui kegiatan
investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa. Bank syariah
menginvestasikan dana yang dimiliki maupun dana nasabah yang
dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai
dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang
disepakati antara bank dan pemilik modal.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan
syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan
mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta
dana – dana sosial lainnya.

II.4.3. Tujuan Bank Umum Syariah


Menurut Heri Sudarsono (2004) ada 6 poin tujuan bank syariah, yaitu :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi rakyat untuk bermuamalah secara Islam,
khusunya yang berhubungan dengan bank, agar terhindar dari praktik –
praktik riba atau jenis – jenis usaha lain uang mengandung unsur gharar
(tipuan), selain dilarang dalam Islam, jenis – jenis usaha tersebut juga
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
sangat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhka dana.
3. Meningkatkan kualitas hidup rakyat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang diarahkan
kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian
usaha.
4. Menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan
program utama dari negara – Negara yang sedang berkembang. Upaya
bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan
nasabah yang lenih menonjol kebersamaannya dari siklus usaha yang
lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan
pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja, dan program pengembangan usaha bersama.
5. Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.
6. Menyelamatkan ketergantungan masyarakat muslim terhadap bank non-
syariah.

II.4.4. Pengelompokan Bank Umum Syariah


a. Bank Umum Syariah Pemerintah

Nama Bank Nama Sebelumnya / Mergerr Didirikan


Bank BNI Syariah - 29 April 2000 (sebagai
Unit Usaha Syariah)
19 Juni 2010 (sebagai
Bank Umum Syariah)
Nama sebelumnya :
Bank Jasa Arta (1969-2008) 3 April 1969 (sebagai
Bank BRI Syariah (2008- Bank Konvensional)
Bank BRI Syariah
sekarang) 17 November 2008
Merger : (sebagai Bank Syariah)
UUS BRI ( 1 Januari 2009)
Nama sebelumnya :
Bank Industri Nasional
(1955-1967) 15 Juni 1955 (sebagai
Bank Syariah Bank Maritim (1967-1973) Bank Konvensional)
Mandiri Bank Susila Bakti (1973- 8 September 1999
1999) (sebagai Bank Syariah)
Bank Syariah Mandiri (1999-
sekarang)

Nama Bank Nama Sebelumnya / Mergerr Didirikan


Nama sebelumnya : 7 September 1957
Bank Kesejahteraan Aceh (sebagai BPD umum)
(1957-1973) 19 September 2016
BPD Daerah Istimewa Aceh (sebagai BPD syariah)
Bank Aceh (1973-1999)
BPD Aceh (1999-2010)
Bank Aceh (2010-2016)
Bank Aceh Syariah (2016-
sekarang)
Bank BJB Syariah / Nama sebelumnya : 20 Mei 2000 (sebagai
BPD Jawa Barat dan Bank Jabar Syariah (2000- UUS)
Banten Syariah 2007) 15 Januari 2010 (sebagai
Bank Jabar Banten Syariah Bank Syariah)
(2007-2010)
Bank BJB Syariah (2010-
sekarang)
Bank NTB Syariah / -
BPD Nusa Tenggara
Barat

b. Bank Umum Syariah Swasta Nasional

Nama Bank Nama Sebelumnya / Mergerr Didirikan


Nama sebelumnya :
Utama Internasional Bank 21 Mei 1991 (sebagai
(1992-1997) Bank Konvensional)
Bank BCA Syariah
Bank UIB (1997-2010) 5 April 2010 (sebagai
Bank BCA Syariah (2010- Bank Syariah)
sekarang)
Nama sebelumnya :
Bank Maybank Nusa (1994- 14 September 1994
2000) (sebagai Bank
Bank Maybank
Bank Maybank Indocorp Konvensional)
Syariah Indonesia
(2000-2010) 23 September 2010
Bank Maybank Syariah (sebagai Bank Syariah)
Indonesia (2010-sekarang)
Nama sebelumnya :
14 Juli 1990 (sebagai
Bank Umum Tugu (1990-
Bank Konvensional)
Bank Mega Syariah 2004)
27 Juli 2004 (sebagai
Bank Mega Syariah (20014-
Bank Syariah)
sekarang)
Bank Muamalat
- 1 November 1991
Indonesia
Bank Panin Dubai Nama sebelumnya : 8 Januari 1972 (sebagai
Syariah Bank Pasar Bersaudara Jaya Bank Konvensional)
(1990-1997) 2 Desember 2009
Bank Harfa (1997-2009) (sebagai Bank Syariah)
Panin Bank Syariah (2009-
2006)
Panin Dubai Bank Syariah
(2016-sekarang)
Nama sebelumnya :
Bank Pasar Gunung Sindoro
(1971-1990)
Bank Swansarindo
Internasional (1990-2003)
Bank Persyarikatan Indonesia 24 Desember 1971
(2003-2008) (sebagai Bank
Bank Syariah Bank Syariah Bukopin (2008- Konvensional)
Bukopin sekarang) 9 Desember 2009
Merger : (sebagai Bank Syariah)
Bank Pasar Gunung Sindoro,
Samarinda dan Bank Pasar
Gunung Kedeng, Solo
membentuk Bank
Swansarindo pada 29 Juli
1990
Nama sebelumnya :
Bank Purba Danarta (1991-
2009)
Bank Sahabat Purba Danarta 7 Maret 1991 (sebagai
Bank Tabungan
(2009-2014) Bank Konvensional)
Pensiunan Nasional
Bank BTPN Syariah (2014- 14 Juli 2014 (sebagai
Syariah
sekarang) Bank Syariah
Merger :
UUS BTPN pada 14 Juli
2014
Nama sebelumnya : 15 April 1966 (sebagai
Bank Victoria Bank Swaguna (1966-2009) Bank Konvensional)
Syariah Bank Victoria Syariah (2009- 1 April 2010 (sebagai
sekarang) Bank Syariah)
II.4. Kinerja Bank & Kesehatan Bank
II.4.1. Kinerja Keuangan Bank

Kinerja keuangan ialah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi yang
menggambarkan capaian suatu kegiatan usaha dalam periode tertentu sesuai dengan
standar yang berlaku. Maka, kinerja keuangan bank dapat menggambarkan prestasi
yang dicapai bank dalam kegiatan operasionalnya, baik dari segi keuangan,
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, ataupun sumber energi manusia.

Kinerja tersebut dapat dilihat dengan menganalisis laporan keuangan suatu


perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk memberikan
informasi mengenai posisi keungan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
pembuatan keputusan-keputusan (Maith, 2013). Laporan keuangan juga dapat
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka (Muhayati, 2017). Untuk mengetahui kinerja
keuangan bank dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan pada laporan
keuangan (Cahyaningsih et al., 2014)

Analisis laporan keuangan terdiri dari dua bagian kata, yaitu “analisis” dan
“laporan keuangan”. Analisis adalah penguraian suatu persoalan atau permasalahan
serta menjelaskan mengenai hubungan antara bagian – bagian yang ada di dalamnya
untuk selanjutnya diperoleh suatu pengertian secara keseluruhan. Sedangkan laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu perusahaan (Maith, 2013). Analisis laporan keuangan dapat
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan apakah perusahaan dalam kondisi baik
atau tidak (Tanor et al., 2015).

Kinerja keuangan bank dapat menggambarkan kondisi bank secara


keseluruhan, terutama mengenai kondisi keuangan bank, apakah bank tersebut sehat
atau tidak. Dapat disimpulkan bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan
fungsi – fungsinya dengan baik. Bank yang sehat ialah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat
membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan pemerintah dalam
melaksanakan kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
II.4.2. Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Triandari dan Budisantoso, kesehatan keuangan bank dapat diartikan


sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal seperti kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga
lain, dan dari modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk
menyalurkan dana ke masyarakat karyawan, pemilik modal, dan pihak lain,
pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku serta mampu memenuhi semua
kewajiban dengan baik dengan cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.
(Ruwaida, 2011).

Secara sederhana keuangan bank dikatakan sehat karena bank dapat


menjalankan fungsinya dengan baik, bank mempunyai modal yang cukup, dapat
menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga
dapat memenuhi kewajibannya setiap saat.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan Surat Edaran


Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap
risiko dan kinerja bank. Bank wajib melakukan self assesment untuk menilai tingkat
kesehatan bank dengan pendekatan risiko (Risk-Based Bank Rating), dengan cakupan
terhadap faktor-faktor sebagai berikut :

a. Risk Profile (Profil Risiko)


b. Good Coorporate Governance (GCG)
c. Earnings (Rentabilitas)
d. Capital (Permodalan)

II.5. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC

Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03 yang


menjadi faktor penilaian tingkat kesehatan bank, terdiri dari :

a) Risk Profile (Profil Risiko)


Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap Risiko inheren
dan kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank. Risiko
yang wajib dinilai terditi atas 10 jenis Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko
Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Strategik, Risiko Kepatuhan,
Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi.

1) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Risiko kredit dapat dihitung dengan menggunakan rasio Non Performing
Financing.
Pembiayaan Bermasalah
NPF= × 100 %
Total Pembiayaan
2) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang
dapat diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara lain risiko
benchmark suku bunga (benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko
ekuitas, dan risiko komoditas. Risiko pasar dapat dihitung dengan menghitung
Volume Aset Portofolio.
Aset Trading , Derivatif , dan FVO
VAP= × 100 %
Total Aset
3) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau aset
likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas dapat dihitung dengan rasio – rasio,
yaitu :
1. Financing to Deposit Ratio
Jumlah Pembiayaan yang Diberikan
FDR= ×100 %
Total Dana Pihak Ketiga
2. Cash Ratio
Alat− Alat Likuid yang Dikuasai
Cash Ratio= × 100 %
Dana Pihak Ketiga
4) Risko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal
yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem, dan atau adanya kejadian eksternal yang dipengaruhi operasional bank.
5) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan atau
kelemahan aspek yuridis.
6) Risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan atau
pelaksanaan suatu keputusan strategic serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
7) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah akibat bank tidak mematuhi dan atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta
prinsip syariah.
8) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Salah satu
pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi
bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).
9) Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil adalah risiko akibat perubahan tingkat hasil yang dibayarkan
bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah
dana pihak ketiga.
10) Risiko Investasi
Risiko investasi adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha
nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang
menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode
profit and loss sharing.

b) Good Coorporate Governance (GCG)

Penilaian faktor Good Coorporate Governance bagi Bank Umum Syariah


merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaskanaam 5 (lima)
prinsip Good Coorporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, professional, dan kewajaran. Prinsip – prinsip Good Coorporate
Governance dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip – prinsip Good
Coorporate Governance tersebut berpedoman pada keetentuan Good Coorporate
Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank.

c) Earnings (Rentabilitas)

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas,


sumber – sumber rentabilitas, dan pelaksanaan fungsi sosial. Penilaian terhadap faktir
earnings didasarkan pada rasio – rasio, yaitu :

1. Return on Assets
Laba Sebelum Pajak
ROA= ×100 %
Rata−Rata Total Aset
2. Return on Equity
Laba S etelah Pajak
ROE= ×100 %
Rata−Rata Modal Inti
3. Net Operation Margin
Pendapatan Penyaluran Dana
Setelah Bag i Hasil−BebanOperasional
NOM = ×100 %
Rata−Rata Aktiva Produktif
4. Net Imbalan
Pendapatan Penyaluran Dana
Setelah Bag i Hasil−( Imbalan dan Bonus)
¿= ×100 %
Rata−Rata Total Aktiva Produktif

5. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional


BebanOperasional
BOPO= ×100 %
Pendapatan Operasional

d) Capital (Permodalan)

Penilaian faktor permodalan melliputi evaluasi tterhadap kecukupan modal


dan kecukupan pengelolaan permodalan. Capital atau permodalan memiliki indikator
antara lain rasio kecukupan modal dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi
potensi kerugian sesuai profil risiko, yang disertai dengan pengelolaan permodalan
yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha
bank. Rasio kecukupan modal, yaitu :

Modal
CAR= ×100 %
ATMR

Anda mungkin juga menyukai