Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA ISLAM

AQIDAH, SYARIAH dan AKHLAK

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. Frenade Arta Frasetya (1913451019)


2. Faradila Annisa (1913451024)
3. Resi Oktariana (1913451026)
4. Ingga Rosa Herba (1913451028)

Politeknik Kesehatan Tanjung Karang


Jurusan Kesehatan Lingkungan
Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami uncapkan kepada allah swt atas segala rahmat dan hidayah yang telah
dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik yang
membahas tentang kerangka dasar dalam islam yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak.
Selanjutnya, salawat dan salam kami sanjungkan kepada rassulullah saw dan para sahabat beliau
yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam penuh ilmu pengetahuan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang kerangka dasar dalam islam yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak.
Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Kami
mohon  maaf  apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Mudah-mudahan
dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan
yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 30 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Aqidah....................................................................................................................... 2
B. Syariah....................................................................................................................... 4
C. Akhlak....................................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. kesimpulan................................................................................................................ 13
B. Saran......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum dalam 3 hal
pokok; Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam bermuara pada tiga hal
ini. Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam.
Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut
merupakan pondasi atau kerangka dasar dari Agama Islam.

Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an dan as Sunnah telah banyak
yang melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya bermunculan aliran-aliran sesat atau
yang sifatnya bid’ah. Selain itu, kasus-kasus kriminalitas yang semakin merajalela pada saat
sekarang ini merupakan suatu cerminan keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini. Untuk
itulah, kita selaku umat Rasulullah SAW perlu mengetahui serta mempelajari tentang Ilmu yang
membahas ketiga unsur yang menjadi kerangka dasar ajaran agama Islam tersebut agar kita tidak
tersesat dan tetap berada di jalan yang benar.

Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini kami membahas tentang ketiga unsur tersebut
yaitu Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq. Dengan mempelajari dan mengambil esensi dari ketiga unsur
ini, semoga Allah memberikan kita petunjuk agar selamat di dunia dan di akhirat.

B. Rumusan Masalah

1.     Apa pengertian Aqidah, Syariah dan Akhlak?


2.     Apa fungsi Aqidah, Syariah dan Akhlak?

C. Tujuan

1.     Untuk mengetahui pengertian Aqidah, Syariah dan Akhlak.


2.     Untuk mengetahui fungsi Aqidah, Syariah dan Akhlak.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aqidah
1. Pengertian Aqidah

ْ yang
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (bahasa Arab) aqidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫)ال َع ْقد‬
berarti ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫ق‬LLْ‫ )التَّوْ ثِي‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
ْ yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (‫)ال َّر ْبطُبِقُ َّو ٍة‬
ihkaamu (‫)ا ِإلحْ َكا ُم‬
yang berarti mengikat dengan kuat, at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di
antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). "Al-‘Aqdu"
(ikatan) lawan kata dari al-hallu (pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja:
"Aqadahu" "Ya'qiduhu"(mengikatnya), "Aqdan"(ikatan sumpah), dan "Uqdatun Nikah.Allah
ta’alaberfirman: :
َ‫ط ِع ُمونَأ َ ْهلِي ُك ْمأَوْ ِكس َْوتُهُ ْمأَوْ تَحْ ِرير َُرقَب‬ ْ ُ‫ط َعا ُم َع َش َر ِة َم َسا ِكينَ ِم ْنأَوْ َس ِط َمات‬ ْ ِ ‫اخ ُذ ُك ُماللّهُبِاللَّ ْغ ِوفِيأ َ ْي َمانِ ُك ْم َولَـ ِكنيُؤَ ا ِخ ُذ ُكمبِ َما َعقَّدتُّ ُماألَ ْي َمانَفَ َكفَّا َرتُهُإ‬
ِ ‫الَيُ َؤ‬
َ‫واأَ ْي َمانَ ُك ْم َك َذلِ َكيُبَيِّنُاللّهُلَ ُك ْمآيَاتِ ِهلَ َعلَّ ُك ْمتَ ْش ُكرُون‬
ْ ُ‫صيَا ُمثَالَثَ ِةأَيَّا ٍم َذلِ َك َكفَّا َرةُأَ ْي َمانِ ُك ْمإ ِ َذا َحلَ ْفتُ ْم َواحْ فَظ‬
ِ َ‫ٍةفَ َمنلَّ ْميَ ِج ْدف‬
Artinya : “ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud
(untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin,
yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian
kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan
yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-
Nya)”  (Al-Maa-idah : 89)
Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya
kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang
menghujan atau tersimpul di dalam hati.  Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang
wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan
kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan. 
2

Adapun aqidah menurut para ahli seperti berikut :


M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu
yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.
Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari
segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh
syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan.

Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama
halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan
aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan
jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan. 

Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Aqidah dalam agama islam adalah keimanan
yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan
taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-
Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang
prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma'(konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik
secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah
yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih.

2. Upaya Memperkokoh Aqidah

Salah satu cara untuk memperkokoh aqidah adalah dengan memurnikan keimanan kepada Allah.
Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama. Rukun ini sangat penting
kedudukannya dalam Islam. Sehingga wajib bagi kita untuk mengilmuinya dengan benar supaya
membuahkan aqidah yang benar pula tentang Allah SWT.
3

3. Fungsi Aqidah

Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut sebagai titik
tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu maka aqidah memiliki peran yang
sangat penting di dalam memunculkan semangat peningkatan kualitas hidup seseorang. Fungsi
tersebut antara lain:
a. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.
b. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.
c. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.

B. Syariah
1. Pengertian Syariah

Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau dimestikan oleh agama atau lainya itu bagi
seseorang untuk dilaksanakan ,berupa peraturan-peraturan dan hukum-hukum sebagai
manifestasi atau konsekuensi dari akidah yang dianut. Demikian arti syariah secara umum. Apa
pula yang dikatakan syariah islam? Syariat islam adalah apa-apa yang disyariatkan Allah
terhadap semua hamba-Nya, berupa sunnah atau peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk
dilaksanakan dan diamalkan debagai perwujudan, manifestasi dan konsekuensi dari akidah yang
dianut,yaitu akidah islam yang sebenarnya menurut peraturan, tidak sah pemakaian syariah itu
kepada yang bukan peraturan Islam, karena kata syariah itu hanya terdapat dalam islam yang
tertera dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul.

Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam itu sendiri.
Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari ajaran Islam, yang lebih
berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam merupakan ajaran yang
tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari aqidah sebagai fondasi dan akhlaq yang
menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri. Syariah memberikan kepastian hukum yang penting
bagi  pengembangan diri manusia dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang
berperadaban (masyarakat madani).
4

Syariah meliputi 2 bagian utama :


a. Ibadah (dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal).
Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah.  Misalnya : salat, zakat, puasa
b. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) .  Dalam hal
ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya munakahat, dagang, bernegara,
dll.
Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh. Dalam menjalankan
syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan :
a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan as Sunnah (24:51, 4:59) menjauhi bid'ah (perkara
yang diada-adakan)
b. Syariah Islam telah memberi aturan yang jelas apa yang halal dan haram (7:33, 156-157),
maka : Tinggalkan yang subhat (meragukan).  Ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap
yang didiamkan jangan bertele-tele.
c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia (2:286), dan menghendaki
kemudahan (2 :185, 22 :78). Sehingga  terhadap kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan
diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan.
d. Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syari’ah (3:103, 8:46).
Syari’ah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf nahi
munkar.

2. Perbedaan Syari’ah dan Fiqh


Sepintas kita melihat bahwa syari’ah dan Fiqh tidak jauh berbeda, Ilmu Fiqh memang membahas
tentang tata cara beribadah yang termasuk dalam syari’ah. Keduanya ada untuk saling
melengkapi. Namun, tetap ada perbedaan diantara keduanya. Berikut ulasannya, Syari’ah terdiri
dari dua bagian yaitu:
a. Ibadah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
b. Muamalah yang mengatur hubungan dengan sesama dan makhluk lainnya (binatang dan
tumbuhan). Sedangkan Fiqh menurut bahasa berarti ‘paham’ dan secara istilah adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum syari’ah yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan
mukallaf dan mengkaji secara mendalam ilmu Syari’ah yang terdiri dari ibadah, baik yang
bersifat mahdhah maupun ghairmahdhah. Syari'ah memiliki pengertian yang amat luas.

5
Tetapi dalam konteks hukum Islam, makna Syari'ah adalah Aturan yang bersumber dari nash
yang qat'i. Sedangkan Fiqh adalah aturan hukum Islam yang bersumber dari nash yang  zanni.

3. Fungsi Syariah

Syari’ah Islam berfungsi membimbing manusia dalam rangka mendapatkan ridha Allah dalam
bentuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Diturunkannya Syariat Islam kepada manusia juga
memiliki “tujuan” yang sangat mulia.

Pertama, memelihara atau melindungi agama dan sekaligus memberikan hak kepada setiap orang
untuk memilih antara beriman atau tidak, karena, “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama
Islam” (QS. Al Baqaarah, 2:256). Manusia diberi kebebasan mutlak untuk memilih, “...Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir” (QS. Al Kahfi, 18:29). Pada hakikatnya, Islam sangat menghormati dan
menghargai hak setiap manusia, bahkan kepada kita sebagai mu’min tidak dibenarkan memaksa
orang-orang kafir untuk masuk Islam. Berdakwah untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah
kewajiban. Namun demikian jika memaksa maka akan terkesan seolah-olah kita butuh dengan
keislaman mereka, padahal bagaimana mungkin kita butuh keislaman orang lain, sedangkan
Allah SWT saja tidak butuh dengan keislaman seseorang.

Yang kedua, “melindungi jiwa”. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa seseorang
dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya hukum “qishash”. Di dalam
Islam dikenal ada “tiga” macam pembunuhan, yakni pembunuhan yang
“disengaja”, pembunuhan yang “tidak disengaja”, dan pembunuhan “seperti disengaja”. Hal ini
tentunya dilihat dari sisi kasusnya, masing-masing tuntutan hukumnya berbeda. Jika terbukti
suatu pembunuhan tergolong yang “disengaja”, maka pihak keluarga yang terbunuh
berhak menuntut kepada hakim untuk ditetapkan hukum qishash/mati atau membayar
“Diyat”(denda). Dan, hakim tidak punya pilihan lain kecuali menetapkan apa yang dituntut
oleh pihak keluarga yang terbunuh. Berbeda dengan kasus pembunuhan yang “tidak disengaja”
atau yang “seperti disengaja”, di mana Hakim harus mendahulukan tuntutan hukum membayar
“Diyat” (denda) sebelum qishash. Bahwasanya dalam hukum qishash tersebut terkandung
jaminan perlindungan jiwa, kiranya dapat kita simak dari firman Allah SWT: “Dan dalam qishash itu

ada (jaminan kelangsungan)  hidup bagimu,  hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (QS.
Al Baqarah, 2:179).

Yang ketiga, “perlindungan terhadap keturunan”. Islam sangat melindungi keturunan diantaranya
dengan menetapkan hukum “Dera” seratus kali bagi pezina ghoiru muhshon (perjaka atau gadis)
dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon (suami/istri, duda/jand) (Al Hadits). Firman Allah
SWT : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”
(An Nuur, 24:2). Ditetapkannya hukuman yang berat bagi pezina tidak lain untuk melindungi
keturunan. Bayangkan bila dalam 1 tahun saja semua manusia dibebaskan berzina dengan siapa
saja termasuk dengan orangtua, saudara kandung dan seterusnya, betapa akan semrawutnya
kehidupan ini.

Yang keempat, “melindungi akal”. Permasalahan perlindungan akal ini sangat menjadi perhatian
Islam. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menyatakan, “Agama adalah akal, siapa
yang tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah agama baginya”. Oleh karenanya,
seseorang harus bisa dengan benar mempergunakan akalnya. Seseorang yang tidak bisa atau
belum bisa menggunakan akalnya atau bahkan tidak berakal, maka yang bersangkutan bebas dari
segala macam kewajiban-kewajiban dalam Islam. Misalnya dalam kondisi lupa, sedang tidur
atau dalam kondisi terpaksa. Kesimpulannya, bahwa hukum Allah hanya berlaku bagi orang
yang berakal atau yang bisa menggunakan akalnya. Betapa sangat luar biasa fungsi akal bagi
manusia, oleh karena itu kehadiran risalah Islam diantaranya untuk menjaga dan memelihara
agar akal tersebut tetap berfungsi, sehingga manusia bisa menjalankan syariat Allah dengan baik
dan benar dalam kehidupan ini. Demikian pula, agar manusia dapat mempertahankan eksistensi
kemanusiaannya, karena memang akallah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk
Allah yang lain. Untuk memelihara dan menjaga agar akal tetap berfungsi, maka Islam
mengharamkan segalamacam bentuk konsumsi baik makanan, minuman atau apa pun yang dihisap misalnya,
yang  dapat merusak atau mengganggu fungsi akal. Yang diharamkan oleh Islam adalah khamar.

7
Yang disebut khamar bukanlah hanya sebatas minuman air anggur yang dibasikan seperti
dizaman dahulu, tapi yang dimaksud khamar adalah, “setiap segala sesuatu yang membawa
akibat memabukkan” (Al Hadits).

Keharaman Khamar sudah sangat jelas, di dalam QS. Al Maidah ayat 90 Allah SWT
menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk  perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan” (QS. Al Maa-idah,5:90) Ayat ini mengisyaratkan, bahwa seseorang yang dalam
kondisi mabuk, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib maka tergolong syaitan,
karena sifat syaitani sedang mengusai diri yang bersangkutan.

Yang kelima, “melindungi harta”. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa menjadi
hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan menetapkan hukum potong
tangan bagi pencuri. “Laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al Maa-idah, 5:38). Juga peringatan keras
sekaligus ancaman dari Allah SWT bagi mereka yang memakan harta milik orang lain dengan
zalim, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-
nyala (neraka Jahannam) (QS. An Nisaa, 4:10).

Yang keenam, “melindungi kehormatan seseorang”. Termasuk melindungi nama baik seseorang


dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya dimata orang lain
dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri
melakukan kejahatan. Karena itu betapa luar biasa Islam menetapkan hukuman yang keras dalam
bentuk cambuk atau “Dera” delapan puluh kali bagi seorang yang tidak mampu membuktikan
kebenaran tuduhan zinanya kepada orang lain. Allah SWT  berfirman: “Dan orang-orang yang
menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
maka deralah  mereka  (yang menuduh itu) dengan delapan  puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. An Nuur, 24:4).
Juga dalam firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat. 8
Dan bagi mereka azab yang besar” (QS. An Nuur,24:23). Dan larangan keras pula untuk kita
berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan dan menggunjing terhadap sesama mu’min (QS. Al
Hujurat,49:12).

Yang ketujuh, “melindungi rasa aman seseorang”. Dalam kehidupan bermasyarakat,seseorang


harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa
menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya itu
“tidak mengalami kelaparan dan ketakutan”. Allah SWT berfirman: “Yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”
(QS. Al Quraisy, 106:4).

Yang kedelapan, “melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara”. Islam menetapkan


hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan “kudeta” terhadap pemerintahan
yang sah yang dipilih oleh umat Islam “dengan cara yang Islami”. Bagi mereka yang tergolong
Bughot ini, dihukum mati, disalib atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara
terjamin (QS. Al Maa-idah, 5:33). Juga peringatan keras dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Muslim, Nabi Saw menyatakan, “Apabila datang seorang yang mengkudeta khalifah yang sah
maka penggallah lehernya”.

C. Akhlak
1. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari  kata  akhlaaqun, jamak taksir dari kata khuluqun yang berarti perangai
atau kesopanan.  Menurut istilah Akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari
dorongan jiwanya.  Imam Al-Ghazali mengatakan : Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa(manusia ), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa
melalui maksud untuk memikirkan(lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu
tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlaq yang baik.
Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.

Pengertian akhlaq secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya adalah akhlaq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku.

9 Kata akhlaq berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan


kata khaliq  (pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khalaq(penciptaan).

Kesamaan akar kata diatas mengiyakan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya
keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluk (manusia). Atau dengan
kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai
akhlaq yang haqiqi jika tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq. Dari
pengertian etimologi tersebut diatas akhlaq merupakan tata aturan atau norma prilaku yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, dan juga yang mengatur hubungan antar manusia
dengan Tuhan dan dengan alam semesta. Apabila kata akhlak dikaitkan dengan kalimat
Islam,yang disebut al-Akhlak Islamiyah atau al-Akhlak al-Karimah maka artinya adalah
perbuatan dan tingkah laku yang terbaik dan terpuji, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan as
Sunnah.

Secara terminologis, Imam Ghazali mendefinisikan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara menurut Imam Qurthubi akhlaq adalah
adab atau tata krama yang dipegang teguh oleh seseorang sehingga adab atau tata krama itu
seakan menjadi bagian dari penciptaan dirinya.

Akhlaq terbagi menjadi dua yaitu akhlakul al-karimah (terpuji) dan akhlakul al-madzmumah
(tercela). Menurut objek atau sasarannya, akhlaq juga dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu
akhlaq terhadap Khalik atau Pencipta yaitu Allah SWT dan akhlaq terhadap makhluk. Makhluk
adalah segala yang diciptakan Allah, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia dan bukan
manusia. Akhlaq terhadap manusia terdiri dari akhlaq terhadap Nabi dan Rasul, akhlaq terhadap
diri sendiri, akhlaq terhadap keluarga, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan hubungan antar
bangsa.
Akhlaq terhadap selain manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terhadap benda mati, terhadap
alam nabati atau flora, dan terhadap alam hewani atau fauna. Ajaran tentang dasar-dasar agama
Islam ini, terjalin rukun agama yang disebut Hadis Nabi yaitu Hadis Jibril (Iman, Islam, dan
Ihsan).

10

2. Jenis-jenis akhlaq

Ulama Ahklaq menyatakan bahwa akhlaq yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang
Shiddiq ,sedangkan akhlaq yang buruk merupakan sifat syaitandan orang-orang yang tercela.
Maka pada dasarnya ,akhlaq  itu menjadi dua macam jenis:
a. Akhlaq baik atau terpuji yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan ,sesame manusia dan
makhluk-makhluk lain;
b. Akhlaq buruk atau tercela yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan ,sesama manusia dan
makhluk-makhluk lain.

3. Sumber Akhlaq

Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al-Qur’an dan as Sunnah,
bukan akal fikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan
bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mu’tazilah.

Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata
karena Syara’ (Al-Qur’an dan as Sunnah) menilainya demikian. Kenapa sifat sabar, syukur,
pemaaf, pemurah, jujur misalnya dinilai baik?tidak lain karena syara’ menilai semua sifat-sifat
itu baik. Begitu juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan dusta
misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena Syara’ menilainya demikian.

4. Akhlak Dalam Kehidupan Manusia

 Akhlak kepada Allah


a.     Mensyukuri nikmat Allah.
b.     Malu berbuat dosa.
c.      Allah sebagai tempat pengharapan.
d.     Optimis terhadap pertolongan Allah.
e.      Yakin akan janji-janji Allah.

11
 Akhlak kepada diri sendiri
a.     Taubatun nashuha.
b.     Muroqobah     : senantiasa merasa dalam pengawasan Allah.
c.      Muhasabah    : evaluasi diri.
d.     Mujahadah         : bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu.

 Akhlak kepada orang tua


Akhlak kepada orang tua : Taat dan patuh kepada orang tua. QS Lukman: 15, Harus taat
danpatuh pada orang tua,namun jika orang tua memaksa berbuat jahat, kita tidak boleh
mengikuti.

 Akhlak kepada masyarakat


a.     Amar ma’ruf nahi munkar.
b.     Menyebarkan rahmat dan kasih aying.

 Akhlak kepada lingkungan


a.     Mengelola dan memelihara lingkungan hidup.
b.     Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup
12

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Aqidah dalam agama islam adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan
segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-
malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma'(konsensus) dari Salafush
Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang
telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih.

Pengertian akhlaq secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya adalah akhlaq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kata akhlaq berakar dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan, dengan kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khalaq(penciptaan).

Syariat islam adalah apa-apa yang disyariatkan Allah terhadap semua hamba-Nya, berupa sunnah
atau peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk dilaksanakan dan diamalkan debagai
perwujudan, manifestasi dan konsekuensi dari akidah yang dianut, yaitu akidah islam.yang
sebenarnya menurut peraturan, tidak sah pemakaian syariah itu kepada yang bukan peraturan
Islam, karena kata syariah itu hanya terdapat dalam islam yang tertera dalam Al-Quran dan
Sunnah Rasul.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak
terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/canepen/pengertian-aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-
islam_54f93c40a333110a068b4903

https://atashiwabenkyoushimasu.wordpress.com/2015/01/04/aqidah-syariah-dan-akhlak/

https://farislengkap.wordpress.com/2017/02/15/hubungan-aqidah-syariah-dan-akhlak/

https://idaeyuliana.wordpress.com/2016/09/28/hubungan-aqidah-syariah-dan-akhlak/

http://indomaterikuliah.blogspot.co.id/2015/04/makalah-hubungan-aqidah-syariah-dan.html

http://harryfaisalri.blogspot.co.id/2016/03/pengantar-ekonomi-islam.html
14

Anda mungkin juga menyukai