Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANDIRI

Keperawatan Medikal Bedah III

SISTEM INTEGUMEN

Anggun Septiani
185070207111007
Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2020
1. Identifikasi minimal 15 obat pada infeksi kulit
a. Antivirus
Antivirus adalah obat untuk penyakit kulit yang disebabkan oleh
virus seperti pada cacar air, herpes, dan herpes zoster. Obat-obatan
antivirus ini tidak bisa mematikan virus sepenuhnya dari tubuh, tapi
berfungsi untuk mengurangi risiko penyebaran, mengurangi keparahan
dan lama infeksi, serta mencegah agar seseorang tidak terinfeksi virus ini
di masa mendatang. Beberapa contoh obat anti virus yang sering
digunakan yaitu :
 Acyclovir (Zovirax),
 Famciclovir (Famvir), dan
 Valacyclovir (Valtrex).
b. Antibiotic
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Oleh sebab itu, obat ini juga sering
disebut sebagai antibakteri. Adapun beberapa obat yang sering digunakan
yaitu
 penicillins (penicillin G, amoxicillin, flucloxacillin)
 cephalosporins (cefoxitin, cefotaxime, ceftriaxone)
 tetracyclines (tetracycline, doxycycline, lymecycline).
c. Antijamur
Obat antijamur digunakan untuk mengatasi masalah kulit akibat infeksi
jamur seperti kurap dan kutu air. Ada dua jenis obat antijamur yaitu obat
oleh dan yang diminum.
 Oles : Miconazole. Obat ini termasuk salah satu obat infeksi jamur
yang bekerja dengan mencegah pertumbuhan jamur
 Minum : itraconazole, ketoconazole, fluconazole, dan tablet
voriconazole atau posaconazole bila infeksinya serius.
d. Kortikosteroid
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan iritasi pada
kulit.
- kortikosteroid minum : prednisone, prednisolone, methylprednisolone,
dan beclomethasone.
- Kortikosteroid obat oles :
 Kortikosteroid sangat kuat, betamethasone dipropionate,
clobetasol propionate (Clobex, Temovate, Olux).
 Kortikosteroid kuat, amcinonide (Cylocort), desoximetasone
(Topicort, Topicort LP), halcinonide (Halog).
 Kortikosteroid sedang, betamethasone valerate (Luxiq),
clocortolone pivalate (Cloderm).
 Kortikosteroid dosis rendah, alclometasone dipropionate
(Aclovate), desonide (Desowen), dan hydrocortisone.
e. Imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk mengobati psoriasis dan eksim yang
parah. Imunosupresan bekerja dengan mengendalikan sistem kekebalan
tubuh guna memperlambat gejala kulit. Obat ini dapat membantu
mengurangi gatal dan membiarkan kulit sembuh. Contoh obat
imunosupresan yaitu
- azathioprine (Imuran)
- methotrexate (Trexall)
2. Jelaskan tentang manifestasi klinis, patofisiologi dan medical
management pada infeksi Herpes zoster atau simpleks!
Herpes zozter adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zozter yang
sifatnya terlokalisisr dan terutama cenderung menyerang orang dewasa.
MANIFESTASI KLINIS HERPES ZOZTER
Gejala Prodomal
1. Gejala prodromal berlangsung selama 1-4 hari
2. Gejala yang mempengaruhi tubuh : Demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea,
rash, kemerahan, sensitive, sore skin (penekanan kulit, nyeri (rasa terbakar atau
tertusuk), gatal dan kesemutan
3. Gejala yang mempengaruhi mata : Kemerahan, sesnsitif terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur, dan penurunan
sensasi penglihatan
4. Manifestasi awal : Demam, sakit kepala, lemas, dan fotofobia akut pada satu sisi
tubuh saja (Suputra et al., 2014)
5. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul

Timbul Erupsi Kulit

1. Kadang terjadi limfadenopati regional2)


2. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis
3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul
dandalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga
berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari.
Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini
nyeri segmental juga menghilang4)
4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai hari
ke 75)
5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)6)
6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.

Perkembangan lesi pada Herpes Zozter :


Hari Pertama Hari Kedua Hari Kelima Hari
Keenam

PATOFISIOLOGI HERPES ZOZTER

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella zoster(VZV).
Virus DNA ini adalah virus yang menyebabkan penyakit cacar air (chicken pox)
yang merupakan infeksi awal sebelum sesorang mengalami herpes zoster. Jadi
herpes zoster hanya dapat muncul pada seseorang yang telah mengalami cacar air
sebelumnya. Setelah episode cacar air telah sembuh, varicella zoster akan
bersifat laten di dalam badan sel saraf kemudian varicella menyebar secara
sentripetal ke sensori fiber dan sensori ganglia. Virus tesebut dorman dan tanpa
menimbulkan gejala.

Virus dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion mengikuti dermatum
saraf (daerah pada kulit yang disarafi oleh satu spinal nerve) yang
menimbulkan tanda dan gejala pada kulit berupa clusteratau gerombolan
benjolan yang kecil yang kemudian menjadi blister. Blister-blister tersebut akan
terisi cairan limfa dan kemudian pecah lalu menjadi krusta dan menghilang.
Postherpatic neuralgia terkadang terjadi dikarenakan kerusakan pada saraf. Sistem
imun akan mengeliminasi sebagian besar virus sehingga seseorang dapat dikatakan
sembuh. Meskipun tanda dan gejala telah tidak ada, namun virus akan tetap bersifat
laten pada ganglion saraf (ganglion dorsal root maupun ganglion gasseri) pada
dasar tengkorak. Apabila sistem imun menurun virus akan mengalami multiplikasi
dan menyebar sepanjang ganglion menyebabkan nekrosis di neuron yang ditandai
oleh neulagia (Fitzpatrick, 2012).

MEDICAL MANAGEMENT HERPES ZOZTER


1. Pemeriksaan penunjang secara virology maupun serologi
Virologi :
 Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi,
apusan pada permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin
ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel
yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar menyerupai
balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck
dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia
berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
 Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari
spesimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron
(90% sensitif, 90% spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat
dicocokkan dengan kultur virus.
 PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif
dibandingkan kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %,
dibandingkan dengan kultur yang hanya 75 %). Tetapi penggunaannya
dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan secara reguler,
kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa
digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang
lebih cepat dibandingkan kultur virus.
 Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk
HSV adalah cara yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik
dibanding dengan cara-cara lain. HSV dapat berkembang dalam 2
sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat, khususnya jika
cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi
sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak.
Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya sering (-).
Namun cara ini memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang
lama dan biaya yang mahal.
Serologi :
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang
mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus
negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan gejala-
gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual dari orang yang
terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang mempunyai banyak
pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis infeksi menular sexual
lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini diambil dari darah atau serum.
Pemeriksaannya dapat berupa :
 ELISA
Dasar dari pemeriksaan ELISA adalah adanya ikatan antara antigen
dan antibodi, dimana antigen berasal dari suatu konjugat igG dan
antibodi berasal dari serum spesimen. Setelah spesimen dicuci
untuk membersihkan sample dari material (HRP) kemudian diberi
label antibodi IgG konjugat. Konjugat ini dapat mengikat antibodi
spesifik HSV-II. komplek imun dibentuk oleh ikatan konjugat yang
ditambah dengan Tetramethylbenzidine (TMB) yang akan memberikan
reaksi berwarna biru. Asam sulfur ditambahkan untuk menghentikan
reaksi yangakan memberikan reaksi warna kuning. Pembacaan reaksi
dilakukan dengan mikrowell plate reader ELISA dengan panjang
gelombang 450 nm.
 Western Blot Test
Merupakan test yang sangat akurat untuk mendeteksi HSV, namun
harganya lebih mahal dibandingkan tes-tes yang lain dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengintepresentasikannya. Test ini merupakan metoda gold
standard dalam pemeriksaan antibodi. Tes ini hanya digunakan
sebagai referensi dan konfirmasi apabila tes dengan ELISA
menunjukkan hasil yang meragukan. Test ini memiliki ketelitian untuk
menyimpulkan secara spesifik bahwa sample benar-benar mengandung
antibodi terhadap protein tertentu dari virus.
 Biokit HSV II
Merupakan tes untuk mendeteksi antibodiHSV tipe II. Tes ini
merupakan tes yang cepat, hanya kira-kira membutuhkan waktu 10
menit dan hasilnya juga cepat ditunjukkan. Hasil positif ditunjukkan
dengan dua warna merah yang lebih tipis bila dibandingkan dengan
kontrol. Jika antibodi HSV-II tidak ada, maka hanya tampak satu
warna merah. Jika hanya mengandung antibodi HSV-I maka hanya
akan ada satu tanda merah. Jika tidak terdapat tanda merah maka tes
tersebut tidak valid dan harus diulang.
2. Pemberian sistemik antivirus (Ayuningati, Lia Kinasih., Indramaya, 2015)
: asiklovir, valasiklovir
3. Pemberian analgesik
: asammefenamat, metampiron, parasetamol
4. Pemberian antibiotik
: amiksilin, eritromisin, kloksasilin, siprofloksasin
5. Pemberian antihistamin
: setirizin, mebhidrolin napadisilat
6. Pemberian obat topical
: bedak salisil, natrium fusidat, kompres NaCl 0,9% (untuk lesi yang berupa
krusta), mupirosin (untuk lesi yang berupa erosi)

3. Susunlah asuhan keperawatan pada infeksi Herpes zozter atau simpleks


PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat
pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak
sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat
perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat
di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah
yang terkena pada fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat
yang terinfeksi virus ini.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes
simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini
 Riwayat Psikososial
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam
keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.
c. Pola Kehidupan
 Aktivitas dan Istirahat
Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.
 Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada Herpes Zoster oftalmik , pasien mengalami penurunanan nafsu makan ,
karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga pasien tidak
dapat mengunyah makanan dengan baik karena disebabkan oleh rasa nyeri
 Pola Aktivitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola saat
aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan aktivitas .
 Pola Hubungan dan Peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.
d. Pengkajian Fisik
 Keadaan Umum
Tingkat kesadaran, TTV
 Head to Toe
KEPALA
Wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran :
merata dengan kulit )
RAMBUT
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.
MATA (PENGLIHATAN)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
HIDUNG (PENCIUM)
Septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan
tidak terdapat hiposmia.
TELINGA (PENDENGARAN)
Inspeksi
 Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
 Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.
Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
MULUT DAN GIGI
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
ABDOMEN
Inspeksi
 Bentuk : normal simetris
 Benjolan : tidak terdapat lesi
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
 Tidak terdapat massa / benjolan
 Tidak terdapat tanda tanda asites
 Tidak terdapat pembesaran hepar
INTEGUMEN
 Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
 Edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.
 Akral hangat
 Turgor kulit normal/ kembali <1 detik
 Terdapat lesi pada permukaan kulit wajah

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI
DS : Virus varisela zozter
Klien merasa nyeri yang
hebat dan mengganggu Infeksi promer, infeksi virus alfa menetap dalam
tidurnya bemtuk laten di neuron dari ganglion
DO :
Adanya lesi Faktor predisposisi pada klien
Hipertermi (Cacar air, imunodefisiensi)
Takikardi
Reaksi virus

Vesikula

Respon inflamasi lokal

Kerusakan saraf perifer

Nyeri akut

DS : Virus varisela zozter


Klien mengeluh demam
dan nyeri Infeksi promer, infeksi virus alfa menetap dalam
DO : bemtuk laten di neuron dari ganglion
Terdapat bintik merah
dan vesikel Faktor predisposisi pada klien
Hipertermi : 38,5 C (Cacar air, imunodefisiensi)
Leukosit meningkat :
12.000/mm3 Reaksi virus

Vesikula

Respon inflamasi lokal


Kerusakan saraf perifer

Muncul lesi pada kulit

Gangguan integritas kulit

DS : Virus varisela zozter


Klien mengeluh demam
dan nyeri Infeksi promer, infeksi virus alfa menetap dalam
Klien mengeluh gatal bemtuk laten di neuron dari ganglion
Menggaruk luka
DO : Faktor predisposisi pada klien
Terdapat bintik merah (Cacar air, imunodefisiensi)
dan vesikel
Hipertermi : 38,5 C Reaksi virus
Leukosit meningkat :
12.000/mm3 Vesikula

Respon inflamasi loka

Kerusakan saraf perifer

Muncul lesi pada kulit

Kurangnya pengetahuan

Garukan pada lesi

Port entry kuman


Resiko Infeksi
DS : Virus varisela zozter
Mengungkapkan
perasaan negative Infeksi promer, infeksi virus alfa menetap dalam
tentang perubahan tubuh bemtuk laten di neuron dari ganglion
Mengungkapkan
kekhawatiran pada Faktor predisposisi pada klien
penolakan orang lain (Cacar air, imunodefisiensi)
Mengungkapkan
perubahan gaya hidup Reaksi virus
DO :
Lesi menyebabkan Vesikula
kerusakan struktur tubuh
Fokus berlebihan pada Kerusakan integritas kulit
perubahan tubuh
Terjadi perubahan pada struktur tubuh

Respon psikologis

Gangguan citra tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d respon inflamasi lokal akibat infeksi virus varisela zozter
(D.0077)
2. Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer akibat respon inflamasi
lokal infeksi virusn varisela zozter (D.0192)
3. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit dan kurangnya pengetahuan
d.d pasien menggaruk lesi (D.0142)
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh akibat lesi
herpes zozter (D.0083)
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa D.0077
Nama Diagnosa Nyeri akut b.d respon inflamasi lokal akibat infeksi virus
varisela zozter .
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Kriteria Hasil SLKI : Tingkat Nyeri (L.08066)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan tingkat nyeri pasien menurun dengan indikator :
● Keluhan nyeri cukup menurun (4)
● Kesulitan tidur menurun (5)
● Frekuensi nadi membaik (5)
● Pola nafas membaik (5)
● Tekanan darah membaik (5)
Intervensi SIKI : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
3. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
2. Kontrol lingkungan
3. Fasilitasi istirahan dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu

No Diagnosa D.0192
Nama Diagnosa Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer akibat respon
inflamasi lokal infeksi virusn varisela zozter
Definisi :
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament..
Kriteria Hasil SLKI : Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan intergritas kulit dan jaringan pasien meningkat,
dengan indikator :
● Perfusi jaringan meningkat (5)
● Kerusakan lapisan kulit cukup menurun (4)
● Nyeri menurun (5)
Intervensi SIKI : Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
1. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
2. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan minum air yang cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
4. Anjurkan mandi dan menggunakan suhu secukupnya

No Diagnosa D.0142
Nama Diagnosa Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit dan kurangnya
pengetahuan d.d pasien menggaruk lesi

Definisi :
Berisiko mengalami penigkatan terserang organisme patogenik
Kriteria Hasil SLKI : Tingkat Infeksi (L.14137)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan tingkat infeksi pasien menurun dengan indikator :
● Kebersihan badan meningkat (5)
● Demam menurun (5)
● Vesikel cukup menurun (4)
● Kadar sel darah putih membaik (5)
Intervensi SIKI : Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Berikan perawatan kulit
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
atau lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berikso tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan

No Diagnosa D.0083
Nama Diagnosa Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh
akibat lesi herpes zozter
Definisi :
Perubahan persepsi tentang penampilan,struktur dan fungsi
fisik individu
Kriteria Hasil SLKI : Citra Tubuh (L.09067)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan citra tubuh pasien meningkat, dengan indikator :
● Verbalisasi perasaan negative tentang perubahan tubuh
menurun (5)
● Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
menurun (5)
● Hubungan sosial membaik (5)
Intervensi SIKI : Promosi Koping (I.09312)
Observasi
1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
2. Identifikasi pemahaman proses penyakit
3. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan
hubungan
4. Identifikasi metode penyelesaian masalah
Terapeutik
1. Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
2. Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
3. Hindari mengambil keputusan saan pasien berada
dibawah tekanan
Edukasi
1. Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
3. Anjurkan keluarga terlibat
4. Anjurkan memecahkan masalah secara konstruktif
5. Latih penggunaan teknik relaksasi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Lakukan pengkajian fisik, psiko, sosio dan spiritual secara menyeluruh kepada pasien
2. Lakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan
3. Susun rencana keperawatang akan dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pasien

EVALUASI

1. Evaluasi target pencapaian rencana keperawatan yang telah disusun


2. Sesuaikan target pencapaian dan intervensi dengan kondisi terkini pasien
3. Jika kondisi membaik, lanjurkan perawatan menggunakan rencana keperawatan yang
telah disusun
4. Jika kondisi belum membaik, lakukan perancangan ulang rencana keperawatan
sesuai dengan kondisi terkini pasien

DOKUMENTASI

1. Dokumentasikan data pengkajian secara lengkap


2. Dokumentasikan diagnosa keperawatan yang diangkat
3. Dokumentasikan rencana keperawatan yang disusun
4. Dokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan
5. Dokumentasikan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan

Referensi :

Ayuningati, Lia Kinasih., Indramaya, D. M. (2015). Studi Retrospektif: Karakteristik Pasien


Herpes Zoster. Periodical of Dermatology and Venereology, 27(3), 211–217.

Suputra, I. G. A. B., Darmada, I. G. K., & Rusyati, L. M. M. (2014). Herpes Zoster Cruris
Dextra : a Case Report. E-Jurnal Medika Udayana, 3.

{Bibliography}

Anda mungkin juga menyukai