142401141
142401141
2017
Annisa, Shella
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4756
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAN BILANGAN IODINE (IODINE VALUE) DALAM
(REFINED BLEACHED DEODORAZED PALM STEARIN) RBD
PALM STEARIN DAN (REFINED BLEACHED DEODORIZED
PALM OLEIN) RBD PALM OLEIN DI PT. SUCOFINDO MEDAN
KARYA ILMIAH
SHELLA ANNISA
142401141
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
SHELLA ANNISA
142401141
Disetujui di
Medan, Juli 2017
Disetujui Oleh
Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
Ketua,
Disahkan Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
iii
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
SHELLA ANNISA
142401141
iv
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-NYA berupa kesehatan dan kertebukaan pikiran bagi penulis, sehingga penulis
dapat menyelessaikan tugas akhir ini yang berjudul “Penentuan bilangan iodine
Iodine Value) dalam (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) RBD Palm
Stearin dan (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) RBD Palm Olein Di PT.
SUCOFINODO MEDAN” Tidak juga lupa penulis panjatkan shalawat dan salam atas
junjungan nabi kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi Diploma-3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada orangtua penulis Ayahanda Kamaludin dan Ibunda Latifah yang telah
membesarkan dan mendidik serta meberikan dorongan moral dan materil kepada
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Selesainya tugas akhir ini juga tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr.Minto Supeno, M.Si selaku ketua program studi D3 kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Siselaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
khususnya jurusan kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
5. Seluruh keluarga saya khususnya kakak saya Siti Hasanah, Silvia Annisa dan
adik-adik saya Fadilla Annisa, Amalia Annisa , Dinda diva Annisa yang telah
mendukung dan membantu saya memberikan masukan dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
6. Teman saya Hardi Siswayudi yang telah membantu dan memberikan masukan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini
7. Teman-teman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Krisno Sinaga, Elpidayanti,
Riama Hutabarat, Anita yang telah sama-sama melaksanakan PKL di PT.
SUCOFINDO LABORATORIES
8. Teman-teman saya IMADIKA 014 telah banyak memberikan bantuan,
khususnya teman – temansaya Nisa Siregar Rafika Dewi dukungannya dan
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan dalam tugas akhir ini
karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Medan, Juli2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Salah satu parameter dalam menentukan suatu kualitas minyak dapat ditentukan dengan
menggunakan analisis bilangan iodine yang menyatakan ukuran ketidakjenuhan suatu
minyak. Bila bilangan iodine semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat
ketidakjenuhan suatu minyak, dan itu menunjukkan kualitas suatu minyak semakin
bagus. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata bilangan iodin untuk
RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD Palm Stearin (2) = 35,67 meq, RBD Palm
Stearin (3) = 35,74 meq dan untuk RBD Palm Olein (1) = 58,50 meq, RBDP Olein
(2) = 58,42 meq, RBD Palm Olein (3) = 58,71 meq. Dan dari data yang diperoleh hasil
analisis telah memenuhi Standar Mutu yaitu untuk RBD Palm Stearin = min 35 meq dan
untuk RBD Palm Olein = min 56 meq.
vii
ABTRACT
viii
LEMBARAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN iii
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vii
ABSTRAC viii
DAFTAR ISI ix
DAFTRA TABEL xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit 5
2.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 5
2.3 Klasifikasi Botani Kelapa Sawit 6
2.4 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 7
2.5 Sumber Minyak dan Lemak 9
2.6 Pengolahan Minyak dan Lemak 9
2.6.1. Ekstraksi 9
2.6.2 Pemurnian Minyak 10
2.6.3 Hidrogenisasi 13
2.6.4 Inter-esterifikasi 13
2.6.5 Winterisasi 13
2.7 Penentuan Kadar Lemak Dan Minyak 13
2.8 Penentuan Angka Iodin 14
2.9 Bilangan Iodin 16
A. Cara Hanus 16
ix
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika
Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil
dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di
luar daerah asalnya seperti, Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini. Bahkan
mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia,
tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional.
masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industry melalui proses
Deodorized Palm Oli). Disamping itu CPO Dapat diuraikan untuk produksi minyak
sawit padat (RBD Palm Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Palm
Olein). RBD Palm Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng.
Sedangkan RBD Palm Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margarine dan
shortering disamping untuk pembuatan sabun dan detergen. Proses pengolahan buah
kelapa / Tandan Buah Segar (TBS) menghasilkan minyak sawit dapat digunakan dengan
cara modern maupun konvensional. Pada tahap awal proses pengolahan yaitu proses
pemerasan (Pengempaan) daging buah kelapa sawit dihasilkan minyak kelapa sawit
mentah / kasar yang popular yang dikenal dengan nama Crud Plam Oil (CPO). Melalui
proses lebih lanjut yaitu proses fraksinasi akan dihasilkan 2 macam produk :
2. Olein yaitu bagian dari minyak kelapa sawit yang merupakan fraksi cair
Melalui proses refinasi (refining) dengan cara melakukan bleaching & Deodorizing
maka akan dihasilkan olein murni yang disebut RBD Palm Olein dan RBD Palm
Salah satu standart mutu minyak goreng adalah bilangan iodin yang dapat menyatakan
derajat ketidakjenuhan minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk
iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah
yang besar. Bila bilangan iod semakin tinggi maka kualitas dari suatu minyak goreng
semakin bagus. Akan tetapi bila bilangan iodin tinggi atau banyak ikatan tidak jenuh
makan akan mudah teroksidasi sehingga minyak menjadi tengik dan menurun daya
Standart mutu minyak RBD Palm Olein menurut PORAM asam lemak bebas 0,1%
kadar air dan kotoran 0,1 - 0,7% serta bilangan iodin 56% dan RBD Palm Stearin asam
lemak bebas 0,2% kadar air dan kotoran 0,15% bilangan iodin 48%
Standart mutu minyak RBD Palm Olein menurut SNI 01-0018-2006 asam lemak bebas
0,1% kadar air dan kotoran 0,1% serta bilangan iodin 56% dan RBD Palm Stearine
menurut SNI asam lemak bebas 0,1% kadar air dan kotoran 0,15% bilangan iodin 40%..
Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk memilih judul untuk karya ilmiah
penulis Penantuan Bilangan Iodin (Iodin Value) pada (Refined Bleaching Deodorized
Palm Stearin) RBDP Stearin dan (Refined Bleaching Deodorized Palm Olein) RBDP
1.2. Permasalahan
1. Apakah kadar Bilangan Iodin(Iodine Value) pada minyak RBD Palm Stearin
Standar Mutu
2. Apakah kadar Bilangan Iodin (Iodine Value) pada minyak RBD Palm Olein yang
Standar Mutu
1.3. Tujuan
1. Untuk menentukan bilangan iodin (Iodine Value) dari RBD Palm Stearin
2. Untuk menentukan bilangan iodin (Iodine Value) dari RBD Palm Olein Sehingga
1.4. Manfaat
1. Dengan mengetahui kadar bilangan iodin yang terdapat dalam minyak RBD
Palm Stearin yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak tersebut sudah
2. Dengan mengetahui kadar bilangan iodin yang terdapat dalam minyak RBD
Palm Stearin yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak tersebut sudah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
belanda pada tahun 1848, tepatnya dikebun raya bogor (s’Lands Plantetuin Buintezorg).
Pada tahun 1876, sir yosepph hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa
Setelah 10 tahun, tanaman yang benihnya dibawa dari kebun raya kew (London) ini
ditebang habis diganti dengan kelapa. Sesudah tahun 1911, K,Schadt seorang
tanaman kelapa sawit. Schadt mendirikan perusahaan diPulau Raja (Asahan) dan Sungai
Liput (Aceh).
Sejak itulah dimulai dibuka perkebunan-perkebunan baru. Pada tahun 1938, di Sumatera
dieprkirakan sudah ada 90.000 Ha perkebunan kelapa sawit. Pada saat ini perkebunan
kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak
nabati dan produk industri oleochamical. Produk minyak sawit meurpakan komponen
Mengandung kurang kebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar
minyak dalam prikarp sekitar 34 - 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat
yang mempunyai komposisi yang tetap. Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan
jumlah rantai asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan
kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak
sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama
minyak inti sawit berbentuk cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam
proses pengolahan makan akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-masing
bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga
dari bahan itu dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah
jadi.
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
sawit
Kelas = Angiospermae
Ordo = Monocotiledonae
Subfamili = Cocoideae
Genus = Elaeis
3. E.odora
( Pahan, I. 2011)
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan
bagian generative. Bagian generatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun,
sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembang biakan terdiri dari bunga
dan buah.
1. Bagian Vegetatif
a. Akar
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan
respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu
menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga
tanaman 25 tahun.Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan
berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya
sangat kuat karena tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder,
b. Batang
Kelapa sawit merupakan tanaman monoktil, yaitu batangnya tidak mempunyai cambium
dan umumnya tidak bercabang. Batang berfuingsi sebagai penyangga tajuk serta
c. Daun
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip
genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya
mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250 -
400 helai
2. Bagian Generatif
a. Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) artinya bunga jantan dan
bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu
tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga
muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi
seludang, dapat dibedakan bunga jantan dengan bunga betina, yaitu dengan melihat
bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak
meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agal
bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar.
b. Buah
Buah disebut juga fructus.Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian
pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium, sedangkan
yang kedua adalah biji, yang teridiri dari endokaprium, endosperms, dan lembaga atau
embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium
yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling
tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau
disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam, yang dapat
bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak tersebut
berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan
a Biji-bijian palawija : minyak jagung , biji kapas, kacang. Rape seed, wijen,
cohunesejenisnya.
b Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari
c Hasil laut : minyak ikan sarden, manhaden dan sejenisnya, dan minyak ikan
paus. (S.Ketaren.1986)
2.6.1 Ekstraksi
Ekstarksi adalah suatu cara mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
yaitu : rendering (dry rendering dan wet rendering), echanical expression dan solvent
extraction.
a. Rendering
Rendering merupakan suatu car ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak dan lemak dengan kadar air yang tinggi
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 pesen).
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses
ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida,
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa
serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan
minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri
1. Perlakuan Pendahuluan
Pemisahan gum merupakan suatu prose pemisahan getah atau lendir-lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa mengurangi
Biasanya proses ini dilakukan dengan car dehidratasi gum atau kotoran lain agar
supaya bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan
proses pemusingan (sentrifusi). Caranya ialah dengan melakukan uap air panas kedalam
minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya disentrifusi sehingga bagian
lendir terpisah dari air. Pada waktu proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan bahan
kimia yang dapat menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl).
Suhu minyak pada waktu proses sentrifusi berkisar antar 32-50oC dan pada suhu
tersebut kekentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak.
2. Tahap-tahap Pemurnian
a. Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
b. Pemucatan (Bleaching)
warna yang tidak disukai dalam minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tahan
serap (fuller eart), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga
c. Deodorisasi
menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dala minyak prinsip proses
deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau
keadaan vakum.
Proses deodorisasi dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan.
Pada tahap ini minyak dari bleaching DBPO (Degumming bleaching palm oil) akan
dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bauk (odor), warna (collour), proses
panaskan dalam suhu 200-250oC pada tekanan 1 atm dan selanjutnya pada tekanan
rendah (± 100 mm hg) sambil di aliri uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut
sampah yang menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah
pengaliran uap selesai, maka tersebut perlu di vakumkan pada tekanan turun yang lebih
rendah
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan
bersama – sama dengan uap panas. Setelah proses deodorisasi sempurna, maka minyak
harus cepat di dinginkan ± 84oC dan selanjunya ketel di buka dan di keluarkan dari
ketel
(Ketaren S,2005)
2.6.3 Hidrogenisasi
Hidrogenisasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat
bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak
dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan
hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap
2.6.4 Inter-esterifikasi
asil antartrigliserida. Karena trigliserida mengandung 3 gugus ester per molekul, maka
2.6.5 Winterisasi
Winterisasi yaitu proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak
Penentuan kadar lemak dan minyak dengan pelarut, selain lemak juga terkut fosfoipida,
sterol, asam lemak bebas, kerotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisanya
lemak kasar (“crude fat”) pada garis besarnya analisa “lemak kasar“ ada dua macam
Pada cara kering bahan dibungkus atau diitempatkan dalam thimble, kemudian
dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan
dihindari suhu yang terlalu tinggi, untuk ini dianjurkan dengan vakum oven ( suhu
70oC) dengan tekanan vakum. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus
bersifat tidak menyerap air. Apabila bahan masih mengandung air yang tinggi maka
bahan pelarut akan sulit masuk kedalm jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan
air selanjutnya ekstraksi lemak kurang efisien. Selain itu adanya air akan menyebabkan
zat-zat yang terlarut dalam air akan ikut pula terekstrasi bersam lemak sehingga hasil
analisa kurang mencerminkan yang sebenarnya. Ekstraksi lemak dari bahan kering
Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak.
Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod yang dan membentuk senyawa yang
jenuh. banyaknya iod yang diikat menjukkan banyaknya ikatan rangkap. Angka iod
dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh 100 gram minyak dan lemak
von hubl, atau dengan cara wijs. Penentuan angka iodin dapat dengan cara hanus atau
cara kaufmaun dan von hubl, atau dengan cara wijs . (Sudarmadji.1989 )
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak
dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan
minyak “bukan pengering”. Minyak “pengering” mempunyai bilangan iod yang lebih
dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh 100 gram lemak.
Ikatan rangkap yang trdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iodin
atau senyawa iodin. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat
iodin dalam jumlah yang lebih besar. Bilangan iodin di tetapkan dengan melarutkan
sejumlah contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gr) dalam kloroform atau karbon
pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang dikontrol, kelebihan dari iodin yang
tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi larutan-larutan campuran tadi dengan
natrium tiosulfat. Reaksi dari ion yang berlebihan tersebut adalah sebagai berikut:
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator
lemak dan juga dapat digunakan menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak
bukan pengering. Minyak mengering mempunyai bilangan iodin yang lebih dari 130.
Minyak yang mempunyai bilangan iodin 100 sampai 130 bersifat setengah mongering.
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah
iodin dan membentuk senyawa jenuh. Besarnya jumlah iodin yang diserap
dinyatakan sebagai jumlah gram iodin yang diserap oleh 100 gr lemak/minyak.
Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada
macam halogen dan struktur dari asam lemak.Dalam urutan iod > brom > flour > klor,
bilangan iodin biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs dan
perhitungan bilangan iodin dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara
ini berdasarkan atas prinsip titrasi dimana pereaksi halogen berlebihan ditambahkan
pada contoh yang diuji. Stelah reaksi sempurna kelebihan reaksi ditentukan jumlahnya
A. Cara Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam larutan asam asetat
glasial (Larutan Hanus). Untuk membuat larutan ini, 20 gram iodium bromide dilakukan
dalam 1000 ml alcohol murni yang bebas dari asam asetat. Jumlah contoh yang
ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu sekitar 0,5 gram untuk
lemak, 0,25 gram untuk minyak,dan 0,1 sampai 0,2 gram untuk minyak dengan derajat
Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yangterdiri dari campuran 5,2 ml larutan
brom murni didalam 1000 ml methanol dan dijenuhkan dengan natrium bromide.
dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat
0,1 N dengan indikator larutan pati. Blanko dikerjakan dengan cara yang sama.
Pada cara Von Hubl dugunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 gram iod di dalam
500 ml etanol dan larutan 30 gram merkuri klorida di dalam 500 ml etanol. Kedua
larutan ini baru dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh berumur lebih
dari 48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
C. Cara Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 gram iod monoklorida dalam 1000 ml asam
asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu dengan
melarutkan 13 gram iod dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian dialirkan gas klor
sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah gas klor yang
dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar, dan bersifat tidak tahan
lama: Larutan ini sangat peka terhadap cahaya, panas, dan udara, sehigga harus
Prosedur:
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1-0,5 gram di dalam
volume pereaksi sekitar 50-60 persen. Dengan cara yang sama dibuat juga larutan
blanko. Erlenmeyer disimpan di tempat gelap pada suhu 25º ± 5ºC selama 30
air.Kemudian, botol ditutup serta dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan
Ketaren.S,1986)
Titrasi Iodometri
Titrasi Iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang
dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua,
menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai akhirnya
lenyap. Namun lebih mudah dan lebih jelas bila ditambahkan amilum ke dalam larutan
yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali.Pada titik akhir titrasi, iod yang
terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan
perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu
sampai mendekati titik akhir titrasi ( bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari
warnanya yang kuning-muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod
dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali
lenyap sehingga titik akhir titrasi tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak
sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia.Oleh karena itu,
syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak
dapat dibedakan menjadi dua arti .pertama, banar-benar murni dan tidak bercampur
dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur, angka penyabunan,
dan bilangan iodium. Kedua pengertian mutu sawit berdasarkan spesifikasi standart
mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, kotoran, logam besi, logam
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industry pangan dan
non pangan masing-masing berbeda. Oleh Karen itu kemurniannya harus diperhatikan.
(Fauzi, 2003)
(Ningsi,E 2005)
No Karakteristik RBD Palm Oil RBD Palm Olein RBD Palm Stearin
(Ningsi,E 2005)
1 Warna - 3R maks
1 Warna - Normal
Graha, S.2013
BAB 3
3.1.1 Alat
Buret 50 mL Pyrex
Oven -
Magnetic Stirer -
3.1.2 Bahan
1. RBDP Olein
2. RBDP Stearin
4. Larutan Wijs
5. Larutan KI 10 %
9. Aquadest
3.2 Prosedur
magnetic stirer
Pertama ditimbang 1 gram pati masukan dalam beaker glass 100 ml kemudian
Pertama dipanaskan Kalium Dikromat dalam oven selama 1 jam didinginkan dalam
sulfat 1:1 5 mL dititrasi dengan Na2S2O3 sampai kuning gading ditambahkan indikator
larutan pati ditirasi dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi berwarna hijau
Petama cairkan sampel RBD Palm Olein jika belum dalam keadaan cair (suhu selama
pelelehan tidak boleh dari 10 oC titik leleh contoh catatan : seluruh peralatan gelas yang
digunakan harus bersih dan kering kemudian timbang 0,2 mL sampel kedalam
erlenmeyer asah 500 mL, gunakan tabel untuk penimbangan yang akurat tambahkan 15
mL larutan (Cyclohexan + Glasial Acetic acid ) 1:1 dan pastikan sampel telah larut
simpan segera labu dalam tempat yang gelap untuk mempercepat reaksi pada suhu 25±
5oC selama 1 jam. Pindahkan labu dari tempat gelap dan tambahkan 20 mL larutan KI
10% dan 100 mL aquadest titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1N sampai warna kuning
gading tambahkan 1-2 mL larutan indikator pati (amilum) 1% dan lanjutkan titrasi
Petama cairkan sampel RBD Palm Stearin, jika belum dalam keadaan cair ( suhu selama
pelelehan tidakboleh dari 10oC titik leleh contoh catatan : seluruh peralatan gelas yang
digunakan harus bersih dan kering kemudian timbang sampel 0,2 mL kedalam
erlenmeyer asah 500ml, gunakan tabel untuk penimbangan yang akurat tambahkan 15
mL larutan (Cyclohexan + Glasial Acetic acid ) 1:1 dan pastikansampel telah larut
simpan segera labu dalam tempat yang gelap untuk mempercepat reaksi pada suhu 25±
5oC selama 1 jam. Pindahkan labu dari tempat gelap dan tambahkan 20 ml larutan KI
10% dan 100 mL aquadest titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1N sampai warna kuning
BAB 4
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Dari hasil analisa yang dilakukan bilangan iodine (iodine value) pada
sampel RBD Palm Stearine yang dikerjakan dengan tiga kali perlakuan setiap satu
Tabel 4.2 Dari hasil analisa yang dilakukan bilangan iodine (iodine value) pada
sampel RBD Palm Olein dikerjakan dengan tiga kali perlakuan setiap satu
3 RBDP Olein
0,2859 46,80 37,55 0,1000 58,81
3 (a)
RBDP Olein 58,71
0,2728 46,80 37,50 0,1000 58,61
3 (b)
4.2. Perhitungan
( )
Iodine value =
BE I2 : 12,69
( )
Iodine value = = 35,58
( )
Iodine value = = 35,54
× =
= 35,56
( )
Iodine value = = 35,68
( )
Iodine value = = 35,67
× =
= 35,67
( )
Iodine value = = 35,75
( )
Iodine value = = 35,74
× =
= 35,74
( )
Iodine value = = 58,57
( )
Iodine value = = 58,41
× =
= 58,50
( )
Iodine value = = 58,,43
( )
Iodine value = = 58,41
× =
= 58,42
( )
Iodine value = = 58,81
( )
Iodine value = = 58,41
× =
= 58,71
4.3 Pembahasan
Bilangan iod digunakan untuk menentukan ketidakjenuhan dari minyak. Bilangan iod
menunjukkan jumlah ikatan rangkap yang dimiliki oleh asam lemak. Semakin banyak
asam lemak yang memiliki ikatan rangkap maka wujudnya berupa cairan dan
sebaliknya jika asam lemak jenuh tinggi maka wujudnya padat jadi dapat disimpulkan
bahwa RBD Palm Stearin memiliki asam lemak yang jenuh sedangkan RBD Palm Olein
asam lemak yang tidak jenuh karena berbentuk leih cair dari pada RBD Palm Stearin.
Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah
yang besar. Bila bilangan iodin semakin tinggi maka kualitas dari suatu minyak goreng
semakin bagus. Jadi parameter iodin ini sangat penting untuk menjaga kualitas dari
suatu minyak sehingga mutunya dapat terjamin dari hasil analisis yang telah dilakukan,
diperoleh rata-rata bilangan iodin untuk RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD Palm
Stearin (2) = 35,67 meq, RBD Palm Stearin (3) = 35,74 meq dan untuk RBD Palm
Olein (1) = 58,50 meq, RBD Palm Olein (2) = 58,42 meq, RBD Palm Olein (3) = 58,71
meq dari data yang diperoleh hasil analisis telah memenuhi Standar mutu yaitu untuk
RBD Palm Stearin = min 35 meq dan untuk RBD Palm Olein = min 56 meq.
BAB 5
5.1. Kesimpulan
Medan diperoleh rata-rata hasil untuk RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD
Palm Stearin (2) = 35,67 meq, RBD Palm Stearin (3) = 35,74 meq
RBD Palm Olein (1) = 58,50 meq, RBD Palm Olein (2) = 58,42 meq , RBD
Rata - rata bilangan iodin pada RBD Palm Olein lebih besar dibandingkan
Hasil analisa bilangan iodin yang diperoleh secara analisis telah memenuhi
standar mutu
5.2. Saran
Diharapkan untuk menganalisa minyak CPO dan RBD Palm Olein menggunakan
parameter yang lain, seperti penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, bilangan
peroksida, bilangan penyabunan, penentuan titik leleh supaya wawasan kita tidak
Diharapkan pada saat penambahn larutan wijs terhindar dari cahaya, panas dan
udara.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Yan. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil Limbah dan Limbah
Analis Usaha dan Pemasaran. Penebaran Swadaya. Jakarta
Graha, S. 2013. Penentuan Bilangan Iodine (Idine Value0 pada CPO (Crude Palm Oil)
Dan RBD (Refined Deodorized) Olein [Tugas Akhir] Medan. Universitas
Sumatera Utara. Program Diploma
Gilbert, A. 2006. Penetuan Bilangan Iodin Dalam Crud Palm Stearin dan Refined
Bleached Deodorized Plam Stearin [Tuga Akhir] Mean. Universitas
SumateraUtara
Ningsi, N.2005. Penentuan Kadar Bilangan Iodin RBD Palm Olein di PT. Palmcoco
Laboratorium. [Tugas Akhir] Medan. Universitas Sumatera Utara. Program
Diploma
Pahan, Y. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hillir. Penebaran Swadaya Jakarta
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Libbery Yogyakarta.
Universitas Gajah Mad. Yogyakarta