Anda di halaman 1dari 9

Journal of Creativity Students 1 (1) (2016)

Journal of Creativity Students


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jcs

Uji Efektivitas Ekstrak Sargassum muticum Sebagai Alternatif Obat Bisul Akibat
Aktivitas Staphylococcus aureus

Nikmatul Hidayah1, Aisyah Khoirotun Hisan2, Ahmad Solikin1, Irawati2, Dewi Mustikaningtyas1.

1Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
2Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,

Indonesia

Info Artikel Abstrak


___________________________ __________________________________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan penyakit kulit
Diterima Agustus 2016 khususnya bisul. Hampir setiap orang pernah mengalami infeksi yang disebabkan bakteri oleh
Disetujui September 2016 Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari infeksi kulit yang kecil sampai infeksi yang tidak bisa
Dipublikasikan Oktober 2016 disembuhkan. Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antibiotik, maka
___________________________ dibutuhkan penemuan obat baru. Sumber antibakteri baru dapat diperoleh dari senyawa bioaktif
Keywords: seperti fenol, alkaloid dan flavonoid yang banyak terkandung dalam tanaman, salah satunya
Staphylococcus aureus; adalah alga laut jenis Sargassum muticum. Senyawa bioaktif hasil metabolisme sekunder yang
ekstrak Sargassum muticum; dapat dijadikan sebagai antibakteri alami dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Proses
obat bisul. ekstraksi dapat menggunakan 3 jenis pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-
__________________________________ heksana (nonpolar), etil asetat (semi polar) dan etanol (polar). Ekstrak S. muticum diuji
efetivitasnya sebagai antibakteri dengan konsentrasi 500, 400, 300, 200 dan 100 (mg/mL)
kemudian dimasukkan dalam sumuran 7 mm sebanyak 50 µl yang telah ditumbuhi S.aureus dan
diinkubasi pada 370 C selama 24 jam. Pengukuran Luasnya zona bening merupakan bukti
kepekaan S.aureus terhadap bahan atau senyawa antibakteri. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil ekstraksi terbesar terdapat pada ekstrak dengan pelarut etanol 96% (2.5%) diikuti
etil asetat (1%) dan n-heksanan (0.5%). Konsentrasi hambatan minimum ekstrak etanol S.
muticum sebesar 100 mg/mL dengan diameter hambat 2 mm. Sedangkan konsentrasi hambat
minimum dari ekstrak etil asetat adalah sebesar 100 mg/mL dengan diameter hambat sebesar 2
mm serta konsentrasi hambat minimum ekstrak n-heksana sebesar 100 mg/mL sebesar 1.5 mm.
Dapat disimpulkan bahwa jenis pelarut pada proses ekstraksi berpengaruh terhadap hasil
ekstraksi dan aktivitas antibakteri S. muticum. Berdasarkan ketiga jenis pelarut yang digunakan
ekstrak etanol S. muticum merupakan ekstrak yang paling efektif jika dibandingkan ekstrak etil
asetat dan n-heksana.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2502-1958
Geduang D7 Lantai 2, Sekaran, Semarang, 50229, Indonesia
E-mail: hidayah.nikma46@gmail.com

1
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

PENDAHULUAN

Infeksi merupakan salah satu mengotori pantai karena pada saat musim
penyebab penyakit yang sering terjadi tertentu terhanyut oleh gelombang dan
di daerah yang beriklim tropis khususnya mengapung di permukaan pantai.
Indonesia. Bakteri patogen adalah salah Rumput laut jenis sargassum sp
satu penyebab infeksi pada manusia. Hasil dapat menghasilkan senyawa metabolit
penelitian Siregar et al., (2012) sekunder alkaloid, steroid, tanin, dan
menyatakan bahwa salah satu penyakit saponin (Alamsyah, 2014), triterpenoid
infeksi yang sering terjadi adalah infeksi (Riyanto, 2013). Saat ini Sargassum sp
pada kulit yang disebabkan oleh bakteri. banyak dimanfaatkan sebagai bahan
Staphylococcus aureus adalah bakteri makanan, bahan bakar (fuels) untuk
patogen pada manusia yang dapat memproduksi polimer gula, bahan
menyebabkan penyakit bisul. kosmetik, bahan obat obatan, pigmen, dan
Sampai sekarang, metode yang suplemen. Rumput laut juga mempunyai
banyak digunakan untuk mencegah dan potensi senyawa bioaktif alami yang
menanggulangi serangan infeksi bakteri bermanfaat untuk kesehatan manusia
pada kulit adalah pengobatan dengan (Bourgougnon and Stiger-Pouvreau,
antibiotik. Akan tetapi, seiring 2011). Rumput laut menunjukkan
berjalannya waktu resistensi bakteri substansi bioaktif alami, ekstrak sel dan
terhadap obat antibiotik semakin senyawa aktif mempunyai aktivitas
meningkat dan juga membutuhkan biaya antibakteri secara in vitro terhadap
yang mahal. Oleh karena itu, potensi bakteri gram positif dan bakteri gram
dalam penelitian ini adalah negatif.
dikembangkan obat alternatif dengan Senyawa bioaktif hasil metabolisme
bahan dasar Sargassum muticum untuk sekunder dapat diperoleh melalui proses
penyakit bisul akibat aktivitas S. aureus. ekstraksi. Proses ekstraksi dapat
Sumber antibakteri dapat diperoleh dari menggunakan 3 jenis pelarut dengan
senyawa bioaktif seperti fenol, alkaloid tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-
dan flavonoid yang banyak terkandung heksana (nonpolar), etil asetat
dalam tanaman, salah satunya adalah (semipolar) dan etanol/metanol (polar).
rumput laut (Yunianto et al., 2014). Perbedaan pelarut dalam ekstraksi dapat
Beberapa keuntungan menggunakan mempengaruhi kandungan total senyawa
tumbuhan antara lain relatif lebih aman, bioaktif (Santoso et al., 2012). Hal ini
mudah diperoleh, murah, tidak disebabkan karena perbedaan polaritas
menimbulkan resistensi. dari pelarut (Megha et al., 2014).
Rumput laut merupakan Tujuan dari penelitian ini antara
sumberdaya hayati yang paling melimpah lain: 1) membandingkan pengaruh
di perairan Indonesia (Widowati, 2014). perbedaan jenis pelarut terhadap
Perairan pantai utara pulau jawa S. efektivitas ekstrak S.muticum terhadap
muticum adalah salah satu jenis rumput penurunan aktivitas S. aureus; 2)
laut yang tidak diperhatikan dan belum mengetahui konsentrasi optimal ekstrak
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, S.muticum terhadap penurunan aktivitas
keberadaanya seringkali dianggap S. aureus.
mengganggu bagi pelayaran nelayan serta

2
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

METODE yaitu etanol 96%. Etil asetat dan n


heksana, blood plate agar dan DMSO
Metode penelitian yang akan 100%.
digunakan yaitu metode eksperimen Alat yang digunakan dalam
laboratorium pengujian S.muticum penelitian ini adalah gunting, label, oven,
sebagai antibakteri terhadap blender, erlenmeyer, rotary evaporator,
pertumbuhan S.aureus. timbangan analitik, botol fial, gelas ukur,
1. Tahap persiapan autoklaf, cawan petri, inkubator, LAF,
Pada tahap persiapan meliputi lemari pendingin, mikropipet, cotton
persiapan administrasi surat, tempat, alat swab, dan penggaris.
dan bahan yang diperlukan untuk Variabel bebas dalam penelitian ini
penelitian. berupa variasi pelarut yang terdiri dari
a. Persiapan tempat etanol, etil asetat dan n hekana serta
Pengambilan sampel di teluk awur variasi konsentrasi uji sebesar
Jepara. Preparasi sampel dan ekstraksi 500,400,300,200,100 (mg/mL). Variabel
S.muticum dilakukan di Laboratorium terikat dalam penelitian ini berupa
Biologi Universitas Negeri Semarang. diameter zona hambat pertumbuhan
Evaporasi ekstrak dilakukan di S.aureus. Variabel kontrol dalam
Laboratorium Farmasi Fakultas penelitian ini adalah suhu pengeringan
Kedokteran Unisula Semarang. Pengujian sampel terdedah dan oven pada suhu
efektivitas antibakteri dilakukan di 50oC selama 2 jam; suhu maserasi (suhu
Laboratorium Mikrobioogi Fakultas ruang); waktu pengeringan dan maserasi
Kedokteran Undip Semarang. (7 hari); perbandingan pelarut dan
b. Persiapan alat dan bahan simplisia (1:10 (b/v); volume ekstrak uji
Sampel yang digunakan dalam antibakteri (50 µl); jumlah biakan bakteri
penelitian ini adalah S.muticum yang 1x107 CFU/ml
diperoleh dari perairan Teluk Awur 2. Tahap Pelaksanaan
Jepara untuk diuji efektivitasnya sebagai Tahap pelaksanaan meliputi
antibakteri terhadap S. aureus. Bakteri uji pengambilan sampel, preparasi sampel,
yang digunakan adalah Staphylococcus ektraksi sampel, dan uji efektivitas
aureus ATCC 29213 dari Laboratorium antibakteri ekstrak S.muticum terhadap
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNDIP S.aureus.
Semarang. a. Pengambilan dan preparasi sampel
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tiga jenis pelarut

3
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

b. Ekstraksi Sampel

c. Uji efektifitas anti bakteri (metode


sumuran)

pelarut, perbandingan pelarut dengan


HASIL DAN PEMBAHASAN bahan ekstraksi, suhu, tekanan dan waktu
ekstraksi serta komponen bioaktif
Ekstraksi maserasi tumbuhan. Jika kondisi suhu dan
Ekstraksi merupakan suatu proses temperatur sama, maka jenis pelarut dan
yang bertujuan untuk memisahkan komponen senyawa kimia yang terdapat
komponen – komponen yang diinginkan pada tanaman adalah dua faktor penting
dari suatu tanaman sehingga didapatkan yang menentukan keberhasilan proses
senyawa aktif dengan kemurnian tinggi. ekstraksi (Lopez, 2011). Hasil ekstraksi
Proses ekstraksi dipengaruhi oleh maserasi diperoleh ekstrak pekat
beberapa faktor, diantaranya jenis berbentuk pasta seperti pada gambar 4.2.

4
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

a b

c d

Gambar 1. (a). filtrat hasil ekstraksi, (b) Ekstrak etanol S. muticum, (c) ekstrak n
heksana S. muticum, (c) ekstrak etil asetat S. muticum.
Penelitian ini menggunakan dan tidak tahan panas (Dean, 2009).
metode maserasi satu tahap dengan Adanya sistem perendaman ini maka
pelarut organik dengan tingkat kepolaran pelarut akan menembus dinding sel dan
yang berbeda yaitu etanol (polar), etil masuk ke dalam sel yang mengandung zat
asetat (semi polar) dan n-heksana (non aktif. Maka zat aktif yang terdapat dalam
polar). Metode maserasi dipilih karena sel akan larut dalam pelarut (Khoiriyah,
dapat mengekstraksi senyawa aktif 2014). Rendemen dari masing-masing
dengan baik melalui perendaman tanpa ekstrak kasar S. muticum disajikan pada
pemanasan sehingga dapat menghindari Tabel 1.
kerusakan komponen senyawa yang labil
Tabel 1. Hasil ekstrak dan rendemen S. muticum
Ekstrak Warna Warna Ekstrak Ekstrak kasar (g) Rendemen (%)
Filtrat kasar
Etanol 96% Hijau Pekat Coklat pekat 0,5 2,5%
kehitaman
Etil Asetat Hijau pekat Coklat pekat 0,2 1%
N heksana Hijau Coklat pekat 0,1 0,05%

Ketiga jenis ekstrak berbentuk terdapat pada ektsrak etanol S. muticum


pasta dengan aroma yang khas. sebesar 0,5 gram dengan rendemen
Karakteristik warna filtrat relatif sama ekstrak sebesar 2,5%, diikuti oleh nilai
antara ekstrak etanol 96% dan etil asetat ekstrak etil asetat sebesar 0,2 gram
yaitu hijau kecoklatan, sedangkan warna dengan rendemen sebesar 1% dan yang
filtrat n-heksana adalah hijau. Ekstrak terakhir adalah ekstrak n-heksana dengan
kasar dari ketiga jenis pelarut nilai ekstrak sebesar 0,1 dengan
menunjukkan warna yang relatif sama rendemen sebesar 0,05%. Hal ini berarti
yaitu coklat pekat. Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel S. muticum lebih banyak
bahwa jenis pelarut berpengaruh mengandung senyawa polar karena
terhadap hasil ekstraksi dan rendemen. ekstrak tertinggi diperoleh dari pelarut
Nilai ekstrak dan rendemen tertinggi etanol 96%. Sebaliknya, komponen

5
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

senyawa aktif yang bersifat semipolar dan Uji efektivitas Antibakteri


nonpolar terdapat dalam jumlah yang Uji efektivitas antibakteri ekstrak S.
lebih kecil dalam jaringan S. muticum muticum menunjukkan bahwa ketiga jenis
karena ekstrak yang dihasilkan dari ekstrak memiliki senyawa bioaktif yang
pelarut etil asetat dan n-heksana lebih dapat menghambat pertumbuhan bakteri
rendah. Hal ini berarti bahwa senyawa- S. aureus. Sensitivitas bakteri uji terhadap
senyawa aktif pada S. muticum relatif pemberian ekstrak S. muticum berbeda-
larut dalam pelarut polar. Hasil Penelitian beda, hal ini ditandai dengan adanya
Siregar (2012) juga menunjukkan bahwa peningkatan zona hambat seiring
ekstrak dengan pelarut etanol pada bertambahnya konsentrasi sampel uji.
berbagai jenis rumput laut memiliki berat Aktivitas senyawa antibakteri ditandai
ekstrak yang lebih tinggi dibandingkan dengan adanya zona bening di sekitar
dengan pelarut etil asetat dan n heksana. sumuran. Ukuran zona hambat
Pelarut seperti etanol yang bersifat polar dipengaruhi oleh beberapa faktor
akan mengekstraksi senyawa fenol dari diantaranya, sensitivitas mikroorganisme,
alga coklat. Pelarut semi polar mampu medium kultur, kondisi inkubasi, dan
mengekstrak senyawa fenol, terpenoid, kecepatan difusi agar (Schlegel dan
alkaloid, aglikon dan glikosida. Schmidt 1994). Berikut adalah rerata
Sedangkan Pelarut non polar dapat diameter zona hambat di sekitar sumuran
mengekstrak senyawa kimia seperti lilin, pada ketiga ekstrak S. muticum terhadap
lipid dan minyak yang mudah menguap pertumbuhan S. aureus yang disajikan
(Harborne, 1987). pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak S. muticum terhadap S.aureus (mm)
Konsentrasi Pelarut Etanol 96% Pelarut etil asetat Pelarut n-
mg/mL heksana
500 3.5 2.75 2.5
400 3 2.5 2.25
300 2.75 2.25 2
200 2.5 2.25 2
100 2.25 1.75 1.5
K+ 10 10 10
K- 0 0 0
Keterangan: Kontrol (-) : DMSO Kontrol (+) : Ampicillin
Berdasarkan Tabel 2 hasil Aktivitas antibakteri yang terdapat pada
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak etanol teridentifikasi pada
etanol S. muticum memiliki aktivitas konsentrasi 500 mg/mL (3.5 mm), 400
antibakteri yang lebih tinggi jika mg/mL (3mm), 300mg/mL (2.75mm),
dibandingkan dengan ekstrak etil asetat 200mg/mL (2.5mm), 100mg/mL
dan n-heksana. Hal ini ditandai dengan (2.25mm), pada ekstrak etil asetat
besarnya zona hambat pada setiap konsentrasi 500 mg/mL (2.75 mm), 400
konsentrasi masing-masing ekstrak. mg/mL (2.5mm), 300mg/mL (2.25mm),
Konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi 200mg/mL (2.25mm), 100 mg/mL
menyebabkan efek hambatan yang lebih (1.75mm), serta konsentrasi 500 mg/mL
tinggi sehingga mengakibatkan zona (2.5 mm), 400 mg/mL (2.25mm),
bening di sekitar sumuran semakin lebar. 300mg/mL (2mm), 200mg/mL (2mm),

6
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

100mg/mL (1.5mm) pada ekstrak n- ekstrak S.muticum sebagai antibakteri


heksana. Terjadi peningkatan diameter serta untuk mengetahui konsentrasi yang
zona hambatan seiring dengan dapat menghambat pertumbuhan bakteri
bertambahnya konsentrasi ekstrak S. S. aureus. Potensi dari penelitian ini yaitu
muticum pada semua pelarut. mampu meningkatkan nilai daya guna
Penelitian Vijayabaskar (2011) limbah laut yang berupa alga coklat S.
pada beberapa alga coklat menunjukkan muticum. Penelitian awal ini berpotensi
bahwa aktivitas antibakteri pada alga untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi
coklat dipengaruhi oleh salah satu produk terapan berupa salep untuk
senyawa metabolit sekunder yang dapat penyakit kulit akibat aktivitas bakteri S.
menghambat pertumbuhan dan aureus.
metabolisme bakteri gram positif maupun
gram negatif. Kontrol positif SIMPULAN
menggunakan antibiotik ampicillin yang
merupakan antibiotik komersial. Berdasarkan hasil penelitian
Ampicillin membentuk zona hambat yang dapat disimpulkan bahwa:
lebih besar jika dibandingkan dengan 1. Pelarut untuk ekstraksi berpengaruh
ketiga jenis ekstrak S.muticum yaitu terhadap hasil ekstraksi dan
sebesar 10 mm. Ampicillin merupakan aktivitas antibakteri S. muticum
salah satu jenis antibiotik penicillin yang terhadap S. aureus.
bekerja dengan cara menghambat sintesis 2. Sifat antibakteri tertinggi terdapat
dinding sel. Kemampuan ekstrak S. pada ekstrak yang menggunakan
muticum pada berbagai pelarut dalam pelarut etanol 96% diikuti oleh
menghambat bakteri S. aureus termasuk pelarut etil asetat dan n heksana
dalam kategori lemah atau resisten sesuai dengan penurunan polaritas.
karena zona hambat yang terbentuk < 28 Maka dapat direkomendasikan
mm (CLSI, 2015). Kontrol negatif berupa bahwa ekstraksi menggunakan
pelarut DMSO 100% yang merupakan etanol 96% pada simplisia S.muticum
pelarut untuk ketiga jenis ekstrak. Pada menghasilkan ekstrak yang paling
uji antibakteri tidak menghasilkan zona besar daya hambatnya terhadap
hambat terhadap S. aureus. Dimetil bakteri S.aureus.
Sulfoksida (DMSO) adalah senyawa 3. Konsentrasi hambatan minimum
organosulfur, yang dapat melarutkan baik ekstrak etanol S. muticum sebesar
senyawa polar dan nonpolar dan larut 100 mg/mL dengan diameter
dalam berbagai pelarut organik maupun hambat 2.25 mm. Sedangkan
air (Pratiwi, 2008). Tidak adanya zona konsentrasi hambat minimum dari
hambat tersebut membuktikan bahwa ekstrak etil asetat adalah sebesar
zona hambat yang terbentuk tidak 100 mg/mL dengan diameter
dipengaruhi oleh jenis pelarut melainkan hambat sebesar 1.75 mm serta
karena aktivitas senyawa aktif yang ada konsentrasi hambat minimum
pada ekstrak S. polycystum sebagai ekstrak n-heksana sebesar 100
antibakteri. mg/mL sebesar 1.5 mm. Konsentrasi
Pada penelitian ini sesuai dengan optimal pada ketiga jenis pelarut
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adalah 500 mg/mL.
pengaruh pelarut terhadap aktivitas

9
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

DAFTAR PUSTAKA PETROLEUM ETER EKSTRAK


METANOL ALGA COKLAT
Alamsyah, H. K., Widowati, I., & Sabdono, Sargassum vulgare DARI PANTAI
A. 2014. Aktivitas antibakteri KAPONG PAMEKASAN MADURA.
ekstrak rumput laut sargassum ALCHEMY: Journal of Chemistry,
cinereum (jg agardh) dari perairan 3(2): 133-144.
pulau panjang jepara terhadap López, A., Rico, M., Rivero, A., & de Tangil,
bakteri escherichia coli dan M. S. 2011. The effects of solvents
staphylococcus epidermidis. on the phenolic contents and
Journal of Marine Research, 3(2): antioxidant activity of Stypocaulon
69-78. scoparium algae extracts. Food
Apriliana, A., Soedarsono, P., dan Chemistry, 125(3), 1104-1109.
Purnomo, P.W. 2014. Hubungan Megha N. M and Sabale A. B. 2014.
Kelimpahan Fitoperifiton dengan Antimicrobial, Antioxidant and
Konsentrasi Nitrat dan Ortofosfat Haemolytic Potential of Brown
pada Daun Enhalus acoroides di Macroalga Sargassum. World
Perairan Pantai Jepara. Diponegoro Journal of Pharmacy and
Journal of Maquares, 3(3): 19-27. Pharmaceutical Sciences. 3(8):
Critchley, A. T. 1983. Sargassum muticum: 2091-2104.
a morphological description of Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
European material. Journal of the Jakarta: Erlangga.
Marine Biological Association of the Riyanto, E. I., Widowati, I., & Sabdono, A.
United Kingdom, 63(4): 813-824. 2013. Skrining aktivitas antibakteri
Dean, J. 2009. Extraction Techniques In pada ekstrak Sargasum polycystum
Analytical Science. London: John terhadap bakteri Vibrio harveyi dan
Wiley And Sons LTD. Micrococcus luteus di Pulau
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Panjang Jepara. Journal of Marine
Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Research, 1(1), 115-121.
Departemen Kesehatan RI. Santoso, J., Anwariyah, S., Rumiantin, R. O.,
Halaman 321-325. Putri, A. P., Ukhty, N., & Yoshie-
Harborne J.B. 1987. Phytochemical Stark, Y. 2012. Phenol content,
methods. Ed ke-2. New York: antioxidant activity and fibers
Chapman and Hall. profile of four tropical seagrasses
Irwani, I., & Afiati, N. 2013. Epibion from Indonesia. Journal of Coastal
Makrofit Pantai Berpasir di Development, 15(2), 189-196.
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Schlegel H.G dan Schmidt K. 1994.
(Epibiont Macrophyte on Sandy Mikrobiologi Umum Edisi ke kenam.
Beach, in the Regency of Jepara, Alih Bahasa: Baskoro T.
Central Java). ILMU KELAUTAN: Yogyakarta: UGM –Press.
Indonesian Journal of Marine Siregar, A. F., Sabdono, A., & Pringgenies,
Sciences, 18(1): 30-38. D. 2012. Potensi Antibakteri
Khoiriyah, S., Hanapi, A., & Fasya, A. G. Ekstrak Rumput Laut Terhadap
(2014). UJI FITOKIMIA DAN Bakteri Penyakit Kulit
AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI Pseudomonas aeruginosa,
ETIL ASETAT, KLOROFORM DAN Staphylococcus epidermidis, dan

9
Nikmatul Hidayah dkk. / Journal of Primary Education 2 (1) (2013)

Micrococcus luteus. Journal of Scavenging Compounds: A


marine research, 1(2), 152-160. Preliminary Study. International
Vijayabaskar, P., & Shiyamala, V. 2011. Journal of Marine and Aquatic
Antibacterial activities of brown Resource Conservation and Co-
marine algae (Sargassum wightii existence, 1(1), 63-67.
and Turbinaria ornata) from the Yunianto, H.P., Widowati, I. dan Radjasa,
Gulf of Mannar Biosphere Reserve. O.K. 2014. Skrining Antibakteri
Advances in Biological Research, Ekstrak Rumput Laut Sargassum
5(2), 99-102. plagyophyllum dari Perairan
Widowati, I., Puspita, M., Stiger-Pouvreau, Bandengan Jepara terhadap Bakteri
V., & Bourgougnon, N. 2014. Patogen Enterobacter, Pseudomonas
Potentiality of Using Spreading aeruginosa dan Staphylococus
Sargassum Species from Indonesia aureus. Journal of Marine Research.
as an Interesting Source of 3(3):165-17.
Antibacterial and Radical

Anda mungkin juga menyukai