Anda di halaman 1dari 5

Pola Hidup Bersih, Sehat ,dan Indah di Rumah, Sekolah,dan

masyarakat.

   Menurut data hasil penelitian dari riset Kesehatan Dasar 2007 yang dilakukan
badan penelitian dan pengembang Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan,
Kesadaran untuk berperilaku bersih dan sehat di lingkungan masyarakat masih sangat
rendah. (Pikiran Rakyat, Kamis, 18 November 2008, halaman 17). Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) merupakan bagian dari visi mewujudkan "Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) tahun 2010" hal itu diwujudkan dengan menerapkan poa hidup bersih
sehat dan indah. Menurut hasil data kesehatan Pikiran Rakyat 18 November 2008 di
Jawa Barat,Indonesia 97% penduduk usia 10 tahun ke atas kurang makan buah dan
sayur.Sebanyak 40,7% Penduduk belum berprilaku cuci tangan pakai sabun.
   Tahukah kalian setiap tanggal 15 oktober diperingati hari cuci tangan atau sering
disebut (Global Hands Washing Day)? Mengapa harus diperingati hari cuci tangan  se-
dunia Jawabanya ada dalam data Dinas Kesehatan,Hampir Satu Juta anak setiap tahunya
dapat meniggal di setap tahunya karena penyakit diare,Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA). Salah satu penyababnya adalah bakteri.Tangan kotor adalah bakteri masuk ke
dalam tubuh,

   Tanpa sadar setiap hari tangan kita menyantuh benda-benda yang kotor, Maka
yang harus kita lakukan menjaga lingkungan kita tetap sehat bersih dan indah ya agar
bakteri jauh dari tempat tinggal kita salah satunya cuci tangan pakai sabun.caranya
dibawah ini

   1.Basuh Kedua Tangan Pakai air yang mengalir.


   2.Gosoklah kedua tangan seperti dua orang sedang bersalaman.
   3.Gosok pula sela-sela jari higga kuku.
   4.Bilas lagi dengan air.
   5. Keringkan tangan dengan lap yang kering dan bersih.

Ada lima waktu penting untuk cuci tangan yaitu :


   1.Sebelum Makan.
   2.Sebelum menmegang bayi.
   3.Setelah BAB (Buang Air Besar) / Buang air kecil
   4.Setelah menceboki bayi.
   5.Sebelum menyiapkan makanan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Jika perilaku hidup bersih dan sehat tersebut diaplikasikan secara tepat maka
akan tercipta sekolah sehat dengan warga yang kuat.
Mens sana in corpore sano. Kalimat tersebut diambil dari Bahasa Latin yang
artinya "dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat''.
Tubuh yang sehat tersebut adalah hasil yang didapat dari sebuah proses. Dalam
proses tersebut terdapat kegiatan pembiasaan perilaku hidup bersih dan
sehat yang disingkat PHBS.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Definisi tersebut dikutip dari Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI
Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat.

Menurut Pasal 2 Permenkes tersebut, PHBS digunakan sebagai acuan


semua pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan PHBS di tatanan rumah
tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum,
dan tatanan fasilitas pelayanan kesehatan.

Salah satu institusi pendidikan yang dimaksud Pasal 2 itu adalah sekolah.
Oleh karena dalam sekolah terjadi proses pendidikan, sangat tepat jika
dinyatakan PHBS merupakan hasil pembelajaran.

Pembelajaran menurut Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan definisi pembelajaran, konsep PHBS dan penjelasan Pasal 2


Permenkes di atas, dapat disimpulkan untuk mewujudkan PHBS diperlukan
interaksi yang baik antara peserta didik dan pendidik. Secara nyata interaksi
harus dilangsungkan dalam kegiatan pembelajaran.

Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah


Kegiatan pembelajaran terkait PHBS harus disesuaikan petunjuk dalam
BAB III Permenkes RI Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011. Dalam bab  tersebut
dinyatakan strategi PHBS dilaksanakan dalam 5 (lima) tindakan.
Pertama, mengembangkan kebijakan berwawasan kesehatan agar para penentu
kebijakan di berbagai sektor tingkatan administrasi menetapkan kebijakan
dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Kedua, menciptakan lingkungan yang mendukung yaitu mengupayakan agar


setiap sektor dalam melaksanakan kegiatan mengarah terwujudnya lingkungan
sehat.

Ketiga, memperkuat gerakan masyarakat, yaitu memberikan dukungan kegiatan


masyarakat agar lebih berdaya dalam mengendalikan faktor yang mempengaruhi
kesehatan.

Keempat, mengembangkan kemampuan individu agar masyarakat tahu, mau, dan


mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya memelihara,
meningkatkan, serta mewujudkan kesehatannya, melalui pemberian informasi,
serta pendidikan dan pelatihan.

Kelima, menata kembali arah pelayanan kesehatan yaitu mengubah pola pikir


masyarakat agar mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan aspek kuratif dan rehabilitatif.

Aksi Nyata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah


Lima tindakan di atas hanya konsep. Agar konsep ini terwujud diperlukan
tindakan nyata. Berikut ini beberapa alternatif tindakan yang dapat dilakukan
sekolah berdasarkan lima konsep tersebut.

Pertama, dalam pengembangan kebijakan berwawasan kesehatan sekolah dapat


membuat peraturan tentang tata cara PHBS di sekolah. Kebijakan tersebut tentu
juga harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah agar paham.

Kedua, dalam menciptakan lingkungan yang mendukung terwujudnya lingkungan


sehat, sekolah dapat menciptakan kegiatan pembiasaan tentang PHBS di sekolah.
Sekedar contoh, sekolah dapat menyediakan tempat cuci tangan di setiap kelas.
Sebelum pembelajaran dimulai atau sebelum masuk kelas, siswa dapat dibiasakan
mencuci tangan terlebih dahulu.
Selain cara di atas adalah dengan menyediakan sarana atau fasilitas (air bersih,
jamban sehat, kantin sehat, tempat sampah, dan lain-lain) untuk mendukung
PHBS di sekolah.
Ketiga, dalam memperkuat gerakan masyarakat yang berhubungan dengan
pengendalian kesehatan, sekolah dapat pro aktif dalam mensinergikan program
sekolah dengan program lembaga lain seperti Puskesmas yang berada di sekitar
sekolah. Sekolah dapat mengajukan sebagai pelaksana program selama program
relevan dengan program sekolah.
Sebagai contoh sinergi program di atas adalah jika Puskesmas memiliki program
pemberantasan nyamuk demam berdarah, sekolah dapat mengajukan sebagai
pelaksana program tersebut untuk diterapkan di sekolah.

Keempat, dalam kaitan pengembangkan kemampuan individu untuk


pemeliharaan lingkungan sehat, sekolah dapat bekerja sama dengan dinas
kesehatan setempat. Wujud kerja sama dapat dilakukan dengan mengundang
dinas kesehatan ke sekolah. Tujuannya memberi pengarahan kepada warga
sekolah tentang penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan cara ini
warga sekolah akan memiliki pengetahuan tentang PHBS yang tepat.
Dengan pengetahuan yang memadai, warga sekolah khususnya pihak UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) akan dapat memaksimalkan perannya dalam membantu
sekolah dalam menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

Kelima, dalam upaya mengubah pola pikir agar lebih mengutamakan aspek


promotif dan preventif, sekolah dapat memanfaatkan berbagai sarana komunikasi
dan informasi yang dimiliki sekolah. Sekedar contoh, sekolah dapat
memanfaatkan website sekolah.  
Website sekolah dapat dipergunakan untuk menyampaikan berita-berita yang
berhubungan dengan kesehatan. Berita dapat bersumber dari internet. Artinya
sekolah tidak harus membuat atau menulis berita tersebut tapi sekedar
menyampaikan link dari berbagai situs yang dinilai relevan dalam menyampaikan
informasi kesehatan.

Meskipun semua yang dijelaskan sekedar alternatif, semua itu sangat


dianjurkan dilaksanakan di sekolah. Secara nyata semua ini langkah kongkrit
mewujudkan salah satu aspek tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional yang disampaikan dalam Pasal 3 UU RI Nomor


20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Salah aspek dalam tujuan pendidikan di atas menjadikan manusia sehat.
Secara logis, manusia sehat bukan hanya yang bebas penyakit tetapi juga yang
mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Jika perilaku hidup bersih
dan sehat tersebut diaplikasikan secara tepat maka akan tercipta sekolah sehat
dengan warga yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai