Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian

neonatal di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu

strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan

melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. Evaluasi tahun 2000-2001

menunjukkan cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI mulai

mengembangkan intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para

calon pengantin.

Pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin telah diatur dalam

ketetapan Departemen Agama: No. 2 Tahun 1989 No. 162-I/ PD.0304.EI tanggal 6 Maret

1989 tentang imunisasi tetanus toxoid calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah

di imunisasi tetanus toxoid sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum pasangan tersebut

mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasaran surat keterangan

imunisasi/ kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan merupakan prasyarat administratif

pernikahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamid, dkk (2010) didapatkan data dari 401 responden

penelitian (calon pengantin) hanya 38,7% yang menyatakan melakukan tindakan

pemeriksaan kesehatan sebelum menikah (Pre Marital Screening) di puskesmas. Dari tujuh

kegiatan yang dilakukan pada Pre Marital Screening yaitu imunisasi, ukur lingkar lengan

atas, cek laboratorium, cek tekanan darah, berat badan dan mens terakhir, tes urin, dan

pemeriksaan kesehatan, yang paling banyak dilakukan adalah tindakan imunisasi,

1
walaupun imunisasi hanya dilakukan kepada 135 responden dari 401 responden penelitian

yang ada atau sekitar 33,6% responden. Dari sejumlah responden yang diberi imunisasi

hanya 78 reponden (57,8% responden) yang menyebutkan bahwa imunisasi yang diberikan

adalah imunisasi tetanus.

Berdasarkan profil kesehatan Depkes RI tahun 2008, Sekitar 40% kematian bayi

terjadi pada saat neonatal dan sebanyak 165 kasus terjadi karena tetanus neonatorum

dengan angka kematian 91 kasus atau Case Fatality Rate (CFR) 55% dengan angka

kejadian tetanus neonatorum tertinggi terjadi di provinsi Banten (50 kasus, 23 meninggal),

Jawa Barat (41 kasus, 28 meninggal), dan Sumatera Selatan (17 kasus, 9 meninggal). Dari

kasus tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun

beranak. Ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak imunisasi TT mempunyai

kecenderungan 36 kali lebih besar bayinya menderita tetanus neonatorum dibandingkan

dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di KUA Kecamatan Tripe Jaya tanggal 07

September 2020, didapatkan data bahwa dari 29 calon pengantin yang mendaftarkan diri di

KUA Kecamatan Tripe Jaya sejak awal tahun 2020 tidak ada yang melakukan imunisasi

TT lengkap seperti yang seharusnya di anjurkan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari data yang ada, maka masalah dalam Mini Project ini adalah “Penyuluhan dan
Pengaktifan Imunisasi TT pada Calon Pengantin di Kecamatan Tripe Jaya Wilayah Kerja
Puskemas Rerebe”.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Pengaktifan pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon
pengantin wanita di Kecamatan Tripe Jaya.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan petugas KUA, petugas kesehatan setempat, dan

calon pengantin wanita tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon

pengantin wanita

2. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang manfaat

pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita

3. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang hambatan pada

pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Dinas Kesehatan setempat
Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan

setempat dalam membuat kebijakan mengenai program imunisasi TT pada calon

pengantin wanita.

1.4.2 Manfaat bagi institusi kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi institusi kesehatan

(pengelola program imunisasi setempat) tentang peran mereka dalam pelaksanaan

program imunisasi TT bagi calon pengantin.

1.4.3 Manfaat bagi penyelenggara


1. Menyelesaikan tugas mini project sebagai tugas dokter internsip
2. Berbagi pengetahuan dan mengasah pengetahuan lebih tajam khususnya mengenai
imunisasi TT
3. Membina hubungan baik dengan banyak pihak dalam penyelenggaraan penyuluhan.
4. Menambah pengalaman dalam masalah imunisasi TT pada calon pengantin di
wilayah kerja Puskesmas Rerebe.

Anda mungkin juga menyukai