Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENELITIAN

Potensi Kerjasama Regional Usaha Mikro Kecil


Menengah (Umkm) Berbasis Komoditas Pertanian

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Kebijakan Ekonomi Regional

Disusun Oleh :

Riyadhi Azmi Alsafikri

( 01021181823013 )

Dosen Pembimbing :

DR. Azwardi, S. E, M.SI

Imelda, S.E, M.S.E

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020/2021
DAFTAR ISI
BAB l................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 5
BAB 2 .................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1 LANDASAN TEORI ................................................................................... 6
1. Laju Pertumbuhan .................................................................................. 6
2. PAD .......................................................................................................... 7
3. Tenaga Kerja ........................................................................................... 8
4. Jarak ........................................................................................................ 9
5. Metode Loqation Quetion (LQ)............................................................. 10
6. Local Indicator of Spatial Autocorrelation(LISA) ................................ 11
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 12
2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................ 14
BAB III ............................................................................................................... 16
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 16
3.1 Ruang Lingkup: waktu, objek, variable................................................. 16
3.2 Jenis, Sumber dan cara mengumpulkan Data...................................... 16
3.3 Teknik Analisis .................................................................................... 16
3.3.1 LQ (Location Quotient) .................................................................... 16
3.3.2 Lokal Autokorelasi Spasial ( LISA) ................................................. 17
3.4 Definisi Variabel Operasional ................................................................ 18
3.4.1 Laju Pertumbuhan ........................................................................... 19
3.4.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ....................................................... 19
3.4.3 Tenaga Kerja .................................................................................... 19
3.4.4 Jarak ................................................................................................. 19
3.4.5 Lokal Autokorelasi Spasial ( LISA) ................................................. 19
BAB IV .............................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 21
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 21
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian................................................. 21
4.1.2 Hasil Olahan Data ............................................................................ 23
BAB l

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peranan yang penting dalam


pertumbuhan ekonomi dan industri suatu negara. Hampir 90% dari total usaha
yang ada di dunia merupakan kontribusi dari UKM Disamping itu, UKM
mempunyai kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Studi empirik
menurtjukkan bahwa UKM pada skala internasional merupakan sumber
penciptaan lapangan pekerjaan. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga
kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia,
mempunyai peranan yang signifikan dalam penanggulangan masalah
pengangguran. Berdasarkan Data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jambi
tahun 2019 terdapat sebanyak 138.470 Usaha Kecil Menengah (UKM) di
Provinsi Jambi. Jumlah tersebut mampu menampung 188.947 tenaga kerja.

Tabel 2. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lapangan


Usaha Atas Dasar Harga Konstan (persentase)

No Sektor PDRB 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013

A. Pertanian,
1 Kehutanan, dan 27.54 27.74 29.68 30.05 28.24 26.22 25.63
Perikanan

B. Pertambangan dan
2 18.76 20.05 17.79 16.64 19.01 24.48 26.16
Penggalian

3 C. Industri Pengolahan 9.83 9.92 10.31 10.54 11.05 10.94 11.15

D. Pengadaan Listrik
4 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.04
dan Gas

5 E. Pengadaan Air, 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14


Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang

6 F. Konstruksi 7.41 7.07 7.01 7.05 7.23 7.1 6.78

G. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
7 12.29 11.77 11.63 11.84 11.12 9.78 9.27
Mobil dan Sepeda
Motor

H. Transportasi dan
8 3.21 3.19 3.29 3.36 3.17 2.95 2.91
Pergudangan

I. Penyediaan
9 Akomodasi dan Makan 1.21 1.19 1.21 1.19 1.15 1.1 1.02
Minum

J. Informasi dan
10 3.89 3.79 3.74 3.65 3.47 3.07 3.07
Komunikasi

K. Jasa Keuangan dan


11 2.32 2.32 2.46 2.53 2.43 2.45 2.5
Asuransi

12 L. Real Estate 1.62 1.55 1.56 1.59 1.56 1.45 1.49

13 M.N. Jasa Perusahaan 1.23 1.19 1.21 1.21 1.16 1.09 1.09

O. Administrasi
Pemerintahan,
14 4.85 4.58 4.51 4.72 4.88 4.16 3.48
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib

15 P. Jasa Pendidikan 3.5 3.36 3.32 3.35 3.3 3.12 3.41

Q. Jasa Kesehatan dan


16 1.18 1.11 1.1 1.1 1.08 1.02 0.94
Kegiatan Sosial

17 R.S.T.U. Jasa lainnya 0.96 0.96 0.97 0.97 0.96 0.89 0.91

PRODUK DOMESTIK
100 100 100 100 100 100 100
REGIONAL BRUTO

Sumber : Badan Pusat Statitistik


Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2019, sektor
pertanian merupakan lokomotif pembangunan perekonomian Provinsi Jambi
dengan kontribusi sebesar 27,87% dengan nilai 240.583.55 (dalam satuan Milyar
rupiah) sehingga mampu untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini berfokus pada UMKM berbasis pada komoditas
pertanian. Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif
Budimanta mengatakan UMKM memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar
60% serta serapan tenaga kerja sebanyak 99,9%. Fenomena ini menjelaskan
bahwa UMKM merupakan usaha yang produktif untuk dikembangkan bagi
mendukung perkembangan ekonomi secara makro dan mikro di Indonesia dan
mempengaruhi sektor-sektor yang lain bisa berkembang.Salah satu sektor yang
terpengaruh dari pertumbuhan UMKM adalah sektor jasa perbank yang ikut
terpengaruh, sebab hampir 30% usaha UMKM mengunakan modal operasioanal
dari perbankan.

Berdasarkan pada potensi UMKM dan komoditas pertanian yang berpengaruh


positif terhadap perekonomian dan dapat mengurangi angka kemiskinan, maka
perlu diketahui lebih lanjut mengenai hubungan spasial bahan baku yang
digunakan UMKM terhadap komoditas basis. Hubungan spasial tersebut akan
membentuk klaster yang menggambarkan keterkaitan antara lokasi UMKM
terhadap lokasi bahan baku terdekat. Hasil akhir dari penelitian ini ialah
teridentifikasinya komoditas pertanian yang berpotensi untuk membentuk pola
kerjasama regional pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun.
Adapun pola kerjasama regional tersebut bertujuan untuk mendukung
produktivitas UMKM melalui keberlanjutan ketersediaan bahan baku sehingga
dapat memperkuat aktifitas perekonomian, produksi pertanian dan perluasan
skala ekonomi regional (Saputra et al, 2015).

Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan agar pelaku UMKM dapat
diarahkan menggunakan bahan baku yang berpotensi membentuk kerjasama
regional sehingga dapat memaksimalkan nilai produksi usaha. Nilai produksi
yang meningkat dapat berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat
sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat dan dapat menciptakan
lapangan pekerjaan lebih banyak.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui komoditas unggulan/basis berbasis komoditas pertanian di


provinsi Jambi

Untuk mengetahui dan menganalisis pola kerjasama regional UMKM antar


kabupaten/kota provinsi Jambi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

1. Laju Pertumbuhan

Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatuproses


yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan
politik, struktur sosial, nilai sosial, dan struktur kegiatan perekonomiannya.
Sedangkan menurut (Salvatore, 1997) Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya
diartikan sebagai suatu proses dimana PDB riil atau pendapatan riil per kapita
meningkat secara terus-menerus melalui kenaikan produktivitas per kapita.

Menurut Smith bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan


ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan
pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut.
Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan ekonomi
akan bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan
diantara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena
spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktifitas tenaga kerja dan mendorong
perkembangan teknologi (Sukirno, 1985)

Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua


faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (
Arsyad,1999).Solowdan Swan seperti dinyatakan kembali oleh Boediono (1999)
dalam Saptomo (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung
pada pertumbuhan penyediaan faktor-faktor produksi yang berupa penduduk,
tenaga kerja, dan akumulasi modal (Investasi). Model pertumbuhan Solow ini
yang sering disebut sebagai model pertumbuhan neoklasik (Mankiw, 2003).
Model dasar dalam model pertumbuhan ini adalah:

Y=f(K,L)

Dimana:

Y= Output, K=Kapital/modal fisik, L= Angkatan kerja.

Menurut teori pertumbuhan neoklasik, pertumbuhan output selalu bersumber dari


satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
(melalui pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal
(melalui tabungan dan investasi) serta penyempurnaan teknologi

Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup


perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.
Pembangunan ekonomi pada umunya didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam
jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.Pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus
menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan pendapatan
perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang dan yang terakhir
perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik,
hukum, sosial, dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek
perbaikan dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik
legal formal maupun informal. Dalam hal Ini, berarti pembangunan ekonomi
merupakan suatu usaha tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara
dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat
dibutuhkan peran serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang
terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembangunan.

2. PAD

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2001) adalah penerimaan


yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Menurut Bratakusumah & Solihin (2002) pengertian
PAD adalah pendapatan yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan
guna membiayai kegiatan - kegiatan daerah tersebut. Dalam kenyataannya PAD
terdiri dari empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)adalah salah satu sumber penerimaan daerah


yang mendukung kemampuan keuangan daerah. Pengertian Pendapatan Asli
Daerah menurut Undang-Undang no.28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan
daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.Menurut Nurcholis
(2007 : 182) pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah
dari penerimaan pajakdaerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah dan lain-
lain yang sah. Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU
No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal
dari dana perimbangan pusat dan daerah juga berasal dari daerah itu sendiri
yakni pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.

Menurut Mardiasmo (2002: 132), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah


penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah. Kewenangan untuk memberdayakan
sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Idealnya suatu perimbangan keuangan pusat dan daerah terjadi apabila setiap
tingkat pemerintahan bebas dalam bidang keuangan untuk membiayai
pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing. Artinya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) menjadi sumber pendapatan utama atau dominan, sementara
subsidi atau transfer dari tingkat pemerintah pusat merupakan sumber
penerimaan pendukung atau tambahan yang peranannya tidak dominan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pembiayaan
pemerintahan daerah yang peranannya sangat tergantung kemampuan dan
kemauan daerah dalam menggali potensi yang ada di daerah.

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber


dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terdiri atas: 1)
Hasil pajak daerah yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
kepada semua objek pajak, seperti orang / badan, benda bergerak / tidak
bergerak. 2) Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan
dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku oleh pemerintah daerah secara
langsung dan nyata. 3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain laba dividen, penjualan saham
milik daerah. 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain hasil
penjualan aset tetap dan jasa giro (Sirozujilam dan Mahalli, 2011).

3. Tenaga Kerja

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua


pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja
atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu
untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.
Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai
ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur
dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man
power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia
kerja (work-ing age population)(Sumarsono,2009).Tenaga kerja memiliki
beberapa definisi, menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Pada UU No. 25 tahun 1997 mendefinisikan tenaga kerja
adalah penduduk usia 15 tahun atau lebih, sedangkan pada undang-undang
terbaru tentangketenagakerjaan yaitu UU No. 13 tahun 2013 tidak memberikan
batasan umur dalam definisi tenaga kerja, namun pada undang-undang tersebut
melarang mempekerjakan anak –anak. Anak-anak menurut UU No. 25 tahun
1997 tentang ketenagakerjaan adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur
kurang dari 15 tahun. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan
lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak,1985).Tenaga
kerjaatau manpower terdiri dari angkata kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja atau labor force adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang
benar-benar menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan
yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok
bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang
mengurus rumah tangga, dan golongan lain –lain atau penerima
pendapatan.Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu –
waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini
sering dinamakan potensial labor force (Simanjuntak,1985).

Mulyadi juga memberikan definisi tenaga kerja sebagai penduduk dalam usia
kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.Menurut
Murti, tenaga kerja adalah individu yang menawarkan keterampilan dan
kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar perusahaan dapat
meraih keuntungan dan untuk ituindividu tersebut akan memperoleh gaji atau
upah sesuai dengan keterampilan yang dimilikiya. Berdasarkan definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap
penduduk yang mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dengan batas usia minimal angkatan kerja yaitu 15 tahun.

4. Jarak

Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah
posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam pengertian sehari-hari, jarak dapat
berupa estimasi jarak fisik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu
(misalnya jarak tempuh antara Jambi-Tanjung Jabung Barat). Pengertian jarak
menurut penilitian ini adalah seberapa jauh jarak antar kabupaten dan jarak
kabupaten menuju pusat kota. Seberapa jauh jarak akan mempengaruhi
ketergantungan dan hubungan daerah tersebut dalam membentuk kerjasam
antar regional. Jarak antar daerah di kabupaten/kota dapat dihubungkan dengan
teori CBD (Central Business Development) karena pusat sebagai central dalam
penggerak komoditas di daerah dan menjadi pusat pembangunan. (CBD =
Central Business District) sebagai pusat bisnis dan kaitannya dengan kawasan
pusat perkotaan. CBD adalah pusat bisnis dan komersial (niaga atau
perdagangan) yang menjadi salah satu inti di suatu kota/perkotaan. Kawasan
CBD biasanya juga menjadi pusat kegiatan politik, sosial, budaya, teknologi dan
pasti ekonomi. CBD merupakan zona dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi
pada suatu kota yg minim akan penduduk. CBD menjadi pusat kegiatan finansial
dimana transaksi usaha terjadi dengan cepat dan dengan jumlah yang cukup
besar setiap hari. Ciri-ciri CBD:
Terdapat pemusatan kawasan-kawasan ritel, perdagangan, bisnis, pertokoan,
dan bahkan mall

Terdapat kawasan vertikal dengan massa bangunan yang cukup padat


(pemusatan bangunan perkantoran dan ritel)

Minim Kawasan Permukiman (jika ada terdiri dari hunian mewah seperti
kondominium dan apartemen high end)

Tata bangunan yang cukup rapih, cukup banyak zona hijau, jalanan besar
dengan pedestrian yang baik

Tidak terdapat industri besar (manufaktur, produksi dll dan pergudangan besar)

CBD sebenarnya menjadi salah satu elemen pembentuk kota dimana CBD
menjadi pusat (inti) dari teori struktur ruang kota yang ada.

5. Metode Loqation Quetion (LQ)

Dengan teknik kuantitatif ini, kita dapat menentukan kapasitas ekspor


perekonomian suatu daerah dan tingkat kemandirian suatu sektor. Dalam
analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

Kegiatan suatu sektor yang melayani pasar didaerah itu sendiri maupun diluar
daerah yang bersangkutan. Industri ini disebut dengan industri basis. Kegiatan
sektor yang melayani pasar didaerah tersebut, industri seperti ini disebut industri
non basis. Metode Loqation Quotient (LQ) adalah metode yang dilakukan
dengan cara membandingkan nilai lapangan usaha di sektor suatu wilayah
dengan nilai lapangan usaha sektor di Provinsi.

Formula LQ dapat dirumuskan sebagai berikut :


𝑉𝑖𝑘⁄
𝑉𝑘
LQ = 𝑉𝑖𝑝
⁄𝑉𝑝

Dimana :

Vik : Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota) dalam


PDRR daerah studi k.

Vk : PDRB total semua sektor di daerah studi k.

Vip : Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (Provinsi) dalam


pembentukan PDRR daerah referensi p.

Vp : PDRB total di semua sektor daerah referensi p.

Jika LQ > 1 maka dapat dikatakan bahwa sektor tersebut merupakan sektor
basis.

Jika LQ < 1 maka dapat dikatakan bahwa sektor tersebut merupakan sektor non
basis.

Jika LQ = 1 maka laju pertumbuhan sektor i didaerah studi k adalah sama


dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah
referensi (provinsi).

6. Local Indicator of Spatial Autocorrelation(LISA)


Local Associationadalah kuantifikasi spatialautocorrelationdalam
wilayah yang lebih kecil dan menghasilkan signifikansi secara statistik tinggi
(hotspots), signifikansi secara statistik rendah (coldspots), dan pencilan
(outlier) [5].LISA divisualisasikan menggunakan peta yang digunakan untuk
menunjukkan lokasi daerah studi yang signifikan. Untuk setiap lokasi, nilai
LISA memungkinkan untuk komputasi dari kesamaannya dengan tetangga dan
juga untuk menguji signifikansinya. Adapun lima skenario yang mungkin
terjadi adalah sebagai berikut [9]:

a)High-High (H-H) atau hotspots, dimana menunjukkan daerah yang


mempunyai nilai pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah yang mempunyai
nilai pengamatan tinggi. Visualisasi hotspots ini ditandai dengan warna merah.

b)High-Low (H-L) atau outlier, menunjukkan daerah dengan nilai pengamatan


tinggi yang dikelilingi oleh daerah dengan nilai pengamatan rendah.
Visualisasi outlier ini ditandai dengan warna merah muda.

c)Low-High (L-H) atau outlier, menunjukkan daerah dengan pengamatan


rendah tapi dikelilingi daerah dengan nilai pengamatan tinggi. Visualisasi
outlier ini ditandai dengan warna biru muda.

d)Low-Low (L-L) atau coldspots, menunjukkan daerah dengan nilai


pengamatan rendah dan dikelilingi daerah yang juga mempunyai nilai
pengamatan rendah. Visualisasi coldspots ini ditandai dengan warna biru.

e)Not-significant, dimana menunjukkan daerah yang tidak memiliki


autokorelasi spasial. Visualisasi not-significant ini ditandai dengan warna
kuning.

2.2. Penelitian Terdahulu

Peranan UMKM pada perekonomian Indonesia sebelumnya sudah


dibahas oleh Demirbag (2009); Abidin (2015); Putriana 2014); dan Suci (2017).
Menurut Demirbag, UMKM dianggap tulang punggung pertumbuhan ekonomi di
semua negara. Pada abidin, Di Indonesia sendiri, UMKM merupakan salah satu
sektor strategis dalam perekonomian nasional yang dapat dilihat dari penyerapan
tenaga kerja. Kemudian dalam penelitian Putriana dikatakan bahwa UMKM
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga
berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan dan harus kita akui
bahwa UMKM mempunyai suatu peran yang sangat vital didalam pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinegara sedang berkembang tapi juga di
negara maju. Pada penelitian Suci disebutkan bahwa UMKM merupakan usaha
yang produktif untuk dikembangkan bagi mendukung perkembangan ekonomi
secara makro dan mikro di Indonesia dan mempengaruhi sektor-sektor yang lain
bisa berkembang.

Dalam penelitian Singh (2008); Budi (2011); Islam (2020); Baker & Judge
(2020); dan Rahmana (2009) yang menunjukkan peran UMKM dalam
memberikan lapangan kerja dan bagaimana mengelola sumber daya yang ada.
Menurut Singh Kegiatan UMKM berkontribusi dalam memberikan lapangan
kerja, bertindak sebagai pemasok barang dan layanan untuk organisasi
besar. Sejaladalam penelitiannya Budi melihat peran UMKM dalam
pembangunan ekononomi karena UMKM dapat menyerap banyak tenaga kerja
yang masih menganggur, selain itu mereka juga memanfaatkan berbagai sumber
daya alam yang potensial di suatu daerah yang belum diolah secara komersial.
Selanjutnya pada penelitian Rahmana menegaskan kembali masalah
pengangguran bahwa UKM di Indonesia telah menunjukkan perannya dalam
penciptaan atau pertumbuhan kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber
penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Jika dilihat dalam
regional ASEAN menurut Islam di ASEAN, UMKM menghasilkan lapangan kerja
antara 50% s.d. 95%, dan berkontribusi antara 30% s.d. 50% terhadap GDP .

Usaha kecil termasuk yang paling terpukul oleh krisis COVID banyak yang
menutup usaha sementara waktu, dan lebih jauh lagi menghadapi kendala arus
kas Pada penelitian;

Sektor pertanian dan pola kerjasama regional menurut Sasongko (2013); Ponto
(2015); dan Saputra (2015). Menurut Sasongko sektor pertanian berdampak baik
terhadap peningkatan perekonomian dan mampu menurunkan tingkat
kemiskinan. Selanjutnya menurut Ponto perkembangan sektor pertanian dapat
dilihat dari nilai PDRBnya, dimana jika PDRB sektor pertanian tinggi maka
mampu untuk menurunkan tingkat kemiskinan suatu daerah. Sehingga menurut
Ponto ini akan membentuk pola kerjasama regional yang mendukung
produktivitas UMKM melalui keberlanjutan ketersediaan bahan baku sehingga
dapat memperkuat aktifitas perekonomian, produksi pertanian dan perluasan
skala ekonomi regional.

Perkembangan UMKM dalam masa pandemi menurut Gentilini, Almenfi, Orton, & Dale
(2020); (Setyawati, 2009); Hanoatubun (2020); Lebih dari 106 negara telah
mengenalkan atau mengadopsi program perlindungan sosial serta intervensi pasar
tenaga kerja sebagai respons atas COVID-19 Umumnya setiap negara melakukan
bauran kebijakan untuk tetap menjaga agar sektor UMKM telah dapat bertahan selama
pandemi dan setelah pandemi COVID-19. Tetapi ada ancaman merosotnya UMKM yang
menurut Setyawati Dalam masa krisis perkonomian saat ini yang dimana pernah
terjadi pada tahun 1198 yang Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kenaikan dibanding
sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya usaha rnenengah dan besar,
terutama pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian
tergeser kembali oleh usaha besar. Jadi menurut Hanoatubun Masyarakat dan
pemerintah harus bersama-sama melindungi perekonomian dari dampak Covid-19.

Santovito, Sivestri, Lamonaca, & Conto (2009); Usaha kecil dan menengah
sektor pertanian memiliki peranan utama dalam produksi pertanian,
pembangunan ekonomi domestik dan berkontribusi pada upaya pengembangan
pendapatan, pekerjaan, ekspor dan pengembangan kewirausahaan (,
2016).

Adapun pola kerjasama regional tersebut bertujuan untuk

Pengkajian ulang dari hasil penelitian terdahulu akan membantu memahami


masalah yang akan dibahas secara mendalam. Selain itu juga dapat
memberikan gambaran dan pemahaman kepada peneliti untuk membedakan
penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut beberapa penelitian terdahulu.

2.3 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, terdapat 3 variabel yang dijadikan data analisis yaitu
variabel Jarak antar kabupaten, variable UMKM, variable komodiitas pertanian.
Dari variabel-variabel tersebut terdapat variabel indikator yaitu variabel
Dependent dan Independent. Variabel Dependent adalah variabel yang di
pengaruhi/terikat dengan variabel lain. Sedangkan variabel Independent adalah
variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah UMKM yang berdiri di


kabupaten/kota di provinsi Jambi. Sedangkan variabel Independent nya adalah
Jarak antar kabupaten dan sektor Komoditas Pertanian. Jarak antar kabupaten
dan sektor Komoditas Pertanian akan memberikan pengaruh terhadap
kerjasama regional UMKM di kabupaten/kota provinsi Jambi. Karena seperti
yang kita ketahui Jarak dan sektor komoditas pertanian merupakan penentu
bagaiamana kerjasama UMKM di regional Provinsi Jambi. Sehingga kerangka
pikir dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Jarak Antar
Kabupaten Kerjasama
regional
UMKM
Komoditas
Pertanian

GAMBAR 1. KERANGKA PIKIR

Keterangan

= Variabel X (Jarak antar Kabupaten dan Sektor Komoditas Pertanian)

= = Variabel Y (Kerjasama regional UMKM)

= Arah Hubungan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup: waktu, objek, variable

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober Tahun


Pelajaran2020/2021. Objek yang diteliti adalah Provinsi Jambi dengan Laju
pertumbuhan Ekonomi, PAD, Tenaga kerja, dan Jarak antar daerah di provinsi
Jambi sebagai varibel yang diteliti dari objek.

3.2 Jenis, Sumber dan cara mengumpulkan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk
time series. Data time series yang digunakan adalah dari tahun 2013-2019 yang
bersumber dari BPS.

3.3 Teknik Analisis

Dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap


dependen. Alat analisis yang digunakan adalah LQ (Location quotient) dan Lokal
Autokorelasi Spasial ( LISA).

3.3.1 LQ (Location Quotient)

Analisis locationquotient(LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan


untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di
suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leadingsektor.
Locationquotientmenghitung perbandingan shareoutputsektor i di kota atau
kabupaten dan shareoutsektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor
bisnis yang tidak akan habis apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah.
Menurut Hood (1998 dalam Hendayana 2003), menyatakan bahwa
locationquotientadalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana
dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. dengan model sebagai berikut :

𝐿𝑖/𝐿𝑡
LQ =
1. Pendekatan Tenaga Kerja 𝑁𝑖/𝑁𝑡
𝑉𝑖/𝑉𝑡
2. Pendekatan Nilai Tambah / LQ =
𝑌𝑖/𝑌𝑡
Pendapatan

Location Quotient Analysis

Dimana:

Li= jumlah tenaga kerja sektor I pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Lt= total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Ni= jumlah tenaga kerjan sektor i pada tingkat wilayah yang lebih diatas

Nt= total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih diatas

Vi= nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Vt= total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah

3.3.2 Lokal Autokorelasi Spasial ( LISA)

Local Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA) adalah metode yang


digunakanuntuk pengidentifikasian koefisien autocorrelation secara lokal (local
autocorrelation) atau korelasi spasial pada setiap wilayah. Menurut Lee dan D.
W. S(2011), “Semakin tinggi nilai lokal maka akan memberikan informasi bahwa
wilayah yang berdekatan memiliki nilai yang hampir sama atau membentuk suatu
penyebaran yang mengelompok”. Untuk rumus dengan pengujian LISA dalam
persamaan (2.15) sebagai berikut(Lee & Wong, 2001)

dimana
dengan 𝜎𝑥adalah nilai standar deviasi dari variabel prediktor.
18Berikut adalah hipotesis untuk pengujian autokorelasispasial menggunakan metode Local
Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA)(Lee & Wong, 2001):𝐻0:𝐼𝑖=0(tidak ada autokorelasi
pada lokasi ke-𝑖)𝐻1:𝐼𝑖≠0(ada autokorelasi pada lokasi ke-𝑖)untuk𝑖merupakan masing-masing
wilayah atau lokasi ke-𝑖, dimana 𝑖=1,2,3...,𝑛dan statistik uji LISAdituliskan dalam persamaan
(2.17) berikut(Lee & Wong, 2001):

dengan variansidan ekspetasi dariindeks LISAke-𝑖,𝐼𝑖dapat dirumuskan sebagai berikut:

dan

Daerah penolakan untuk pengujian autokorelasi spasial yakni jika nilai |𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔| >
𝑍𝛼2 atau 𝑝−𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼 maka 𝐻0 ditolak yang artinya lokasi atau wilayah ke-𝑖
terindikasi adanya autokorelasi spasial(Lee & Wong, 2001).2.

3.4 Definisi Variabel Operasional

Ada 4 variabel operasional dalam penelitian ini, antara lain: Laju


pertumbuhan Ekonomi, PAD, Tenaga kerja, dan Jarak antar daerah di provinsi
Jambi sebagai varibel yang diteliti dari objek.
3.4.1 Laju Pertumbuhan

Menurut Smith bahwa perkembangan penduduk akan mendorong


pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan
perluasan pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian
tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan
ekonomi akan bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian
pekerjaan diantara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan
ekonomi karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktifitas tenaga kerja
dan mendorong perkembangan teknologi (Sukirno, 1985)

3.4.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD)adalah salah satu sumber penerimaan


daerah yang mendukung kemampuan keuangan daerah. Pengertian Pendapatan
Asli Daerah menurut Undang-Undang no.28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan
daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

3.4.3 Tenaga Kerja

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua


pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja
atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu
untuk menghasilkan barang dan jasa.

3.4.4 Jarak

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua


pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja
atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu
untuk menghasilkan barang dan jasa.

3.4.5 Lokal Autokorelasi Spasial ( LISA)

Local Association adalah kuantifikasi spatial autocorrelation dalam


wilayah yang lebih kecil dan menghasilkan signifikansi secara statistik tinggi
(hotspots), signifikansi secara statistik rendah (coldspots), dan pencilan
(outlier) [5]. LISA divisualisasikan menggunakan peta yang digunakan untuk
menunjukkan lokasi daerah studi yang signifikan. Untuk setiap lokasi, nilai
LISA memungkinkan untuk komputasi dari kesamaannya dengan tetangga dan
juga untuk menguji signifikansinya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi yang menjadi bagian tidak


terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Letak
provinsi Jambi berada di Pulau Sumatera yang merupakan provinsi terluas ke-6
di Indonesia dengan wilayah seluas 473.481 Km2. Ibu Kota provinsi Jambi
terletak di Kota madya Jambi. Provinsi Kalimantan Timur terletak pada posisi 0
°45’ Lintang Selatan (LS) dan 101 ° 10’ - 104 °55’ Bujur Timur. Posisi Provinsi
Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan
pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth
Triangle).

Berdasarkan letak geografis Provinsi Jambi maka bertetanggan dengan berbagai


provinsi, sebagai berikut:

1. Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera,


2. sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau,
3. Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau,
4. sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan
5. sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.
Luas Provinsi Kalimantan Timur adalah 53.435,72 Km2 meliputi wilayah
daratan seluas 50.160,05 Km2 dan wilayah perairan seluas 3.274,95 Km2 yang
terdiri atas:

1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)


2. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)
3. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)
4. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)
5. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)
6. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)
7. Kabupaten Tanjab Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)
8. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)
9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)

Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi


tahun 2010 sebanyak 131 Kecamatan dan 1.372 Desa/Kelurahan, dimana
jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan terbanyak di Kabupaten Merangin yaitu
24 Kecamatan dan 212 Desa/Kelurahan. Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri
atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian (Bappeda, 2010):

1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah.
Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten
Merangin
2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah
tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta
sebagian Kabupaten Batanghari; dan
3. Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan
ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten
Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0
meter dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 meter dpl, ke arah
barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan
kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu
dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat.

4.1.2 Hasil Olahan Data

Deskripsi variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat


dilihat dari penjelasan berikut :

Analisis LISA (Local Indicator of Spatial Association)

Analisis LISA bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan antara


suatu lokasi pengamatan terhadap lokasi pengamatan yang lainnya (Anselin,
2005). Analisis LISA berfungsi untuk analisa suatu pemetaan. Variabel yang
digunakan ialah nilai proporsi bahan baku yang digunakan oleh UMKM dan
komoditas basis. Pada penelitian ini menggunakan variabel penggunaan bahan
baku UMKM terhadap nilai LQ komoditas pada sektor pertanian. Manfaat yang
diperoleh dari analisis LISA ialah pada suatu daerah dapat teridentikasi sektor
pertanian yang berpotensi untuk membentuk pola kerjasama regional antar
kecamatan guna meningkatkan skala ekonomi regional wilayah sehingga aktifitas
perekonomian dan produksi pertanian memiliki nilai saing yang kuat dipasar
(Saputra, 2015). Adapun output dari analisis LISA yaitu berupa significance map,
cluster map, box plot, dan moran scatter plot. Pada penelitian ini menggunakan
software GeoDa untuk menghasilkan output tersebut.

Significance map

Significance map menunjukkan wilayah-wilayah dengan nilai statistik (p-


value) yang signifikan. Significance map menggolongkan wilayah dengan
perbedaan nilai signifikan. Nilai p-value pada significance map dapat dikatakan
signifikan apabila bernilai dibawah 0,05 ( Anselin, 2005) Adapun nilai signifikan
tersebut menunjukkan tingkat keterkaitan spasial antar wilayah ( Saputra, 2015).

GAMBAR 2. LISA significance map.


Cluster map
Cluster map terdiri atas empat kuadran yaitu high-high, low-low, low-high, dan
high-low. Selain empat kuadran tersebut pada peta cluster map juga menampilkan daerah
yang tidak terklasifikasi (not significant) dan daerah yang tidak memiliki hubungan
ketetanggan dengan daerah yang lainnya (neighborless).

GAMBAR 3. LISA CLUSTER MAP

 Pada kuadran HH (High-High) menunjukkan bahwa daerah yang mempunyai nilai


pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah yang mempunyai nilai pengamatan
tinggi.

• Pada kuadran LH (Low-High) menunjukkan bahwa daerah yang


mempunyai nilai pengamatan rendah dikelilingi oleh daerah yang
mempunyai nilai pengamatan tinggi.

• Pada kuadran LL (Low-Low) menunjukkan bahwa daerah yang


mempunyai nilai pengamatan rendah dikelilingi oleh daerah yang
mempunyai nilai pengamatan rendah.

• Pada kuadran HL (High-Low) menunjukkan bahwa daerah yang


mempunyai nilai pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah yang
mempunyai nilai pengamatan rendah.

Moran scatter plot


Pada moran scatter plot menunjukkan nilai dari moran’s I. Moran’s I
bertujuan untuk mengidentifikasi koefisien autocorrelation secara lokal dengan
menemukan korelasi spasial pada setiap daerah. Menurut Arrowiyah dan Sutikno
(2006), adanya autokorelasi spasial mengindikasikan bahwa nilai atribut pada
daerah tertentu terkait oleh nilai atribut tersebut pada daerah lain yang letaknya
berdekatan (bertetangga). Untuk mengidentifikasi adanya autokorelasi spasial
atau tidak, dapat dilakukan dengan uji signifikansi moran’s I. Menurut Wuryandari
dan Abdul (2014) rentang nilai dari moran’s I dalam kasus matriks pembobot
spasial terstandarisasi adalah -1 ≤ I ≤ 1. Nilai -1 ≤ I < 0 menunjukkan adanya
autokorelasi spasial negatif, sedangkan nilai 0 < I ≤ 1 menunjukkan adanya
autokorelasi spasial positif. Apabila nilai moran’s I bernilai nol hal tersebut
mengandung arti bahwa data tidak berkelompok.

GAMBAR 4. MORAN SCATTER PLOT

Kuadran II = LH (Low-High) Kuadran I = HH (High-High)

Kuadran III = LL (Low-Low) Kuadaran IV = HL (High-Low)

Anda mungkin juga menyukai