Anda di halaman 1dari 35

DEFIBRILASI DAN DEFIBRILATOR

EKSTERNAL AUTOMATIS
Tujuan pembelajaran
Setelah pembelajaran ini diharapkan peserta :
1. Mampu untuk menjalankan alat defibrilator dan
Defibrilator Eksternal Automatis.
2. Mampu untuk melakukan tindakan defibrilasi.
3. Mampu untuk mengenali dan mengetahui hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum, sementara dan setelah
melakukan terapi elektrik
Pendahuluan
• Defibrilasi merupakan suatu penghantaran aliran
listrik melalui miokardium untuk mendepolarisasi
miokardium sehingga dapat mengembalikan
koordinat aktivitas listrik jantung.
• Tujuan defibrilasi adalah untuk mengembalikan ritme
yang teratur dan sirkulasi spontan

Terminasi
Defibrilasi
Fibrilasi
Penghubung vital dari Chain of Survival

Early Early Early Early


Access CPR Defibrillation Advanced
Care

Call for help Chest Defibrillation Advanced Life Post-Cardiac arrest


Compression Support Care
Defibrilasi Dini Penting !
• Memberikan korban kesempatan terbaik
untuk hidup.
Waktu Defibrilasi mempengaruhi survival
Waktu Defibrilasi mempengaruhi survival
Fisiologi Jantung
Konduksi Jantung
Electrical pattern ECG tracing
Henti Jantung
• Oklusi arteri koroner
menyebabkan iskemia
• Iskemia berkembang
terjadinya infark yang
menyebabkan
terputusnya konduksi
jantung yang normal
• Infark = VF/VT
Shockable Rhythms
Ventricular Fibrillation Ventricular Tachycardia
Algoritme bantuan hidup dasar yang disederhanakan (AHA 2015)
Algoritme bantuan hidup lanjut (AHA 2015)
Defibrilasi
Fase Henti Jantung
(Weisfeldt & Becker)

0 - 4 menit 4 – 10 menit > 10 menit

Fase pertama: Fase kedua: Fase ketiga:


FASE ELEKTRIK FASE SIRKULASI FASE METABOLIK
T/defibrilasi memberi perfusi pada memberi kesempatan
otak dan jantung pada otak untuk
recovery atau
T/kompresi-ventilasi
menurunkan kebutuhan
oksigen otak
T/hipotermia
Manual Defibrilator
Defibrilator Eksternal Automatis
Defibrilasi Monofasik vs Bifasik
• Defibrilator modern diklasifikasikan berdasarkan 2
tipe gelombang, monofasik dan bifasik.

• Gelombang bifasik lebih efektif dan aman pada


terminasi VF dengan tingkat energi lebih rendah.

• Satu kejut defibrilasi bifasik setara bahkan lebih baik


dibanding 3 kali kejut defibrilasi monofasik
Energi Kejut
• Pada defibrilator gelombang bifasik eksponensial
yang diperpendek menggunakan energi 150-200 J.
• Pada defibrilator gelombang bifasik rektilinear
menggunakan energi 120 J untuk kejutan pertama,
selanjutnya menggunakan energi yang sama atau
lebih besar
• Pada defibrilator monofasik pilihan dosis 360 J untuk
semua kejutan
Energi Kejut
• Pada bayi dan anak defibrilasi manual ( bifasik atau
monofasik) dosis 2 J/Kg untuk percobaan pertama
dan 4 J/kg untuk percobaan selanjutnya.

• Dosis energi terkecil yang efektif pada bayi dan anak


belum diketahui.
Elektroda
• Lempeng elektroda atau defibrilator dengan perekat sama
efektifnya dengan lempeng yang menggunakan pasta atau
gel.
• Posisi elektroda pada sternal-apikal; lempeng dada
kanan(sternal) pada supero-anterior dan lempeng apikal
(kiri) pada inferolateral.
• Posisi lain yang dapat diterima: dinding lateral kanan-
kiri(biaksiler) atau lempeng kiri pada posisi apikal standar
dan lempeng lainnya pada punggung kanan atau kiri
Elektroda
• Pasien dengan pacu jantung permanen atau Internal Cardioventer Defibrilator
(ICD) jangan meletakkan elektroda diatas atau dekat generatornya karena dapat
menyebabkan malfungsi; minimal jarak 5 cm.

• Jangan meletakkan elektroda diatas lembar medikasi transdermal; menghambat


aliran energi, menyebabkan luka bakar.

• Bila pasien basah, keringkan bagian dada sebelum menempelkan lempeng


elektroda.

• Pada pasien dengan dada berambut, bila memungkinkan hilangkan rambut pada
dada.

• Ukuran handheld paddle/ elektroda self adhesive dewasa 8-12 cm, anak

4.3 cm
Langkah-langkah sebelum defibrilasi
• Minimalkan jedah pre-shock
• Menggunakan O2 secara aman selama defibrilasi
• Tehnik kontak elektroda dengan dada korban
 cukur bulu dada
 tekanan pedal pada dada korban
 8 kg untuk dewasa
 5 kg pada anak 1-8 tahun
 posisi elektroda
 aritmia ventrikular dan henti jantung (sterno-apikal dpt juga
bi axilaris, right upper bach-apikal, anterior-posterior)
 aritmia atrial ( sterno-apikal, antero-posterior)
Langkah-langkah sebelum defibrilasi

• Tehnik kontak elektroda dengan dada korban(


lanjut..)
 fase respirasi (ideal saat akhir ekspirasi, peep rendah)
 Ukuran elektroda (landle pad min 50 cm2 , self adhesive
pad 8-12 cm)
 Agen penghantar ( gel padal)
 Pad vs pedal
• Analisis gelombang fibrilasi waktu optimal untuk
shock
• RJP vs defibrilasi sebagai terapi awal
Langkah-langkah melakukan defibrilasi

1. Tempelkan elektroda pada dada pasien


2. Nyalaka defibrilator dan pilih lead
3. Analisa retme, apakah shockable?
4. Berikan coupling agent atau pads pada dada pasien
5. Pilih level energi
6. Tempelkan pedal ke dada pasien
7. Charge pedal
8. Pastikan “Clear”
9. Periksa kembali monitor
10.Discharge shock dan kembalikan pedal ke mesin.
Defibrilasi pada Anak
• Henti jantung VF relatif jarang pada anak; 7-
15% pada pediatrik dan remaja.
• Tingkat energi yang direkomendasikan untuk
manual defib 2-4 J/Kg untuk shock pertama
dan selanjutnya
Defibrilator Eksternal Automatis
• DEA adalah peralatan canggih, diatur
komputer dengan menggunakan suara dan
gambar untuk menuntun penolong.
• DEA digunakan untuk memberikan defibrilasi
awal sebelum tersedia defibrilator
manual.
Defibrilator Eksternal Automatis
AED dengan elektroda PAD, aktivitas listrik yang ditimbulkan 2 arah (bifasik)
memungkinkan jantung untuk berkontraksi secara optimal.
Langkah-langkah dalam menggunakan DEA

1. Pastikan anda, korban dan orang disekitarnya aman.


2. Ikuti langkah-langkah BHD/BHL
 Bila korban tidak respon dan tidak bernapas normal, minta
bantuan seseorang untuk menemukan dan membawa DEA bila
ada;
 Bila anda seorang diri gunakan HP untuk memanggil
ambulans(korban ditinggalkan hanya bila tidak ada pilihan
lain).
3. Mulai RJP sesuai dengan BHD/BHL. Bila anda seorang
diri dan DEA dekat dengan anda, mulai dengan
menggunakan DEA.
Langkah-langkah dalam menggunakan DEA
4. Segera setelah DEA tiba :
 nyalakan DEA dan tempelkan pad elektroda pada dada
korban
 Bila penolang lebih dari 1 orang, RJP harus diteruskan
sementara pad elektroda dipasang pada pasien
 Ikuti petunjuk suara/visual dari DEA
 pastikan tidak ada yang menyentuh korban bila DEA
menganalisa ritme.
Langkah-langkah Dalam Menggunakan DEA

5.a Bila indikasi shock


 pastikan tidak ada yang menyentuh
korban
 tekan tombol shock segera
 segera mulai kembali RJP 30 : 2
 ikuti petunjuk suara/visual dari DEA
5.b Bila tidak ada indikasi shock
 Segera lanjutkan RJP 30:2
 Ikuti petunjuk suara/visual DEA
Langkah-langkah dalam menggunakan DEA

6. Langkah selanjutnya ikuti petunjuk DEA sampai


 Bantuan tiba
 korban mulai bangun : bergerak, buka mata dan bernapas
normal
 penolang lelah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai