Anda di halaman 1dari 13

e-ISSN 2528-7109

p-ISSN 1978-3000

Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap


Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp

The Effect of Providing Tofu Waste as Feed Additive on Growth of Earthworm Pheretima sp

B. Brata, A. Juliansyah, dan B. Zain

Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu


Jl. WR. Supratman Kel. Kandang Limun Kec. Muara Bangkahulu Kota Bengkulu
e-mail: Ariefjuliansyah94@gmail.com

ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of tofu waste as a feed mixture to the growth of earthworm Pheretima
sp. This research was conducted in Bengkulu City and Animal Husbandry Laboratory of Bengkulu University.
This research used method of Completely Randomized Design with 4 treatments and 5 replicates: (P1) = Rice
husk 50% + Feces of cow 50% + (0% tofu waste), (P2) = Rice husk 50% + Cow feces 45% + (5% tofu waste),
(P3) = Rice husk 50% + Cow feces 40% + (10% tofu waste), (P4) = Rice husk 50% + Cow feces 35% + (15%
tofu waste). The result of this research showed that the feeding of mixed ration with the stofu waste worm in
Pheretima sp was very significant (P <0.01) to the growth of Pheretima sp earthworm weight and significantly
affected (P <0.01) on the offsprings weight on each maintenance unit, and was significantly different (P <0.05)
on the average of offsprings body weight per head.

Key words: tofu waste, mixture of feed, growth, earthworm Pheretima sp.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas tahu sebagai campuran pakan terhadap
pertumbuhan cacing tanah Pheretima sp. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kota Bengkulu dan Laboratorium
Peternakan Universitas Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metotede Rancangan Acak Lengakap (RAL)
dengan 4 perlakauan serta 5 ulangan: (P1) = Sekam padi 50% + Feses sapi 50% + (0% ampas tahu), (P2) =
Sekam padi 50%+Feses sapi 45% + (5% ampastahu), (P3) = Sekam padi 50% + Feses sapi 40% + (10% ampas
tahu), (P4) = Sekam padi 50% + Feses sapi 35% + (15% ampas tahu). Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa pemberian pakan campuran ampas tahu pada media cacing tanah Pheretima sp berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhap pertumbuhan bobot induk cacing tanah Pheretima sp dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap bobot badan anak per unit pemeliharaan serta berbeda nyata (P<0,05) terhadap rataan bobot badan anak
per ekor.

Kata kunci: ampas tahu, campuran pakan, pertumbuhan, cacing tanah Pheretima sp.

PENDAHULUAN 1800 spesies cacing tanah yang telah


diidentifikasi dan diklasifikasikan.
Cacing tanah adalah salah satu jenis
Ada beberapa jenis cacing tanah
fauna Indonesia dan termasuk kedalam
yang banyak dikembangkan serta
kelompok hewan tingkat rendah, yang tidak
dimanfaatkan oleh manusia yaitu, berasal
bertulang belakang (invertebrata) yang
dari famili Lumricidae, Megascolecidae,
merupakan kelompok annelid atau cacing
Acanthorodrilidae, dan Octochaetidae
bersegmen dimana hewan ini ditemukan
dengan genus Lumbricus, Eisenia,
pada lingkungan terrestrial basah di
Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan
Indonesia. Menurut pendapat Catalan
Lidrillus. Menurut Rukmana (1999)
(1981) bahwa di dunia ini terdapat kira-kira
menyatakan bahwa dari beberapa jenis

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 277


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

cacing tanah yang ada, hanya 4 yang jerami, rumput dan daun daunan dapat
dibudidayakan dan diproduksi secara dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
komersial diantaranya Rumbricus rubellus, sarang budidaya cacing tanah.
Eisenia foetida, Pheretima, dan Eudrilus Seperti halnya pada hewan lain,
eugeuniae. cacing tanah juga memerlukan makanan
Cacing tanah dapat hidup dengan untuk melanjutkan hidup dan
optimal apabila hidup pada media sesuai perkembangbiakannya. Pemberian pakan
dengan kebutuhannya. Menurut Aziz, cacing tanah selain didapat dari medianya
(2015) syarat hidup cacing tanah sendiri, pakan juga bisa diberikan dengan
dipengaruhi oleh beberapa faktor cara memberikan pakan tambahan. Ada
diantaranya kelembapan, suhu, ketersediaan beberapa pakan yang bisa diberikan kepada
zat organik, keasaman (pH). Puspitasari cacing sebagai pakan tambahan seperti,
(1995) menyatakan, pH optimum untuk sayur – sayuran, daun lamtoro, dedak padi,
pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing dedak jagung, ampas singkong, ampas tahu,
tanah berkisar antara 6,8-7,2 sedangkan dan batang pisang. Menurut Catalan (1981)
suhu optimum pemeliharaan yaitu 23-260C. Karena cacing tidak mempunyai gigi dan
Serta kelembaban yang dibutuhkan untuk membutuhkan air yang cukup banyak,
pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing maka pakan yang diberikan semestinya
tanah yaitu 28-42% (Minnich, 1977). diberikan dalam bentuk bubur dengan
Dampak ketidak seimbangan dari faktor perbandingan 25% padatan dan 75% air
tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang ditabur pada permukaan media dan
cacing terhambat dan bahkan menyebabkan jumlah pakan yang diberikan sama dengan
kematian. Pada umumnya cacing tanah bobot cacing tanah yang ada. Pada
hidup pada jenis bahan organik yang dasarnya dalam pemberian pakan cacing
berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tanah tidak berbeda dengan jenis ternak
tumbuhan (Rukmana, 1999). lainnya. Beberapa jenis pakan harus
Menurut Gaddie dan Douglas mengandung protein, lemak, karbohidrat,
(1977), kotoran hewan merupakan habitat vitamin, mineral dan zat-zat makanan
utama cacing tanah dan hampir secara lainnya yang mudah dicerna oleh cacing
keseluruhan sesuai (cocok), baik sebagai tanah sehingga sangat bermanfaat untuk
bahan pakan maupun sebagai media, seperti pertumbuhan dan kesehatannya.
feses sapi. Aziz (2015) mengemukakan Menurut Wiriano (1985) ampas tahu
bahwa feses sapi memiliki banyak zat merupakan limbah dalam bentuk padatan
organik sehingga bagus untuk pertumbuhan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak
cacing. Terdapat kendala apabila feses sapi berguna lagi dalam pembuatan tahu dan
langsung dipakai tanpa melewati proses cukup potensial dipakai sebagai bahan
pengeringan. Selain kotoran hewan, limbah makanan ternak cacing, karena ampas tahu
industri dan pertanian seperti serbuk gergaji, masih mengandung gizi yang baik dan
serutan, kayu, kompos sampah, dedak, dapat digunakan sebagai ransum ternak

278 | Pengaruh Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan Cacing Pheretima sp (Juliansyah et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

besar dan kecil. Ampas tahu diperkirakan pengadaan cacing tanah Pheretima sp,
dapat menjadi alternatif sebagai bahan persiapan media tumbuh, persiapan ampas
pakan budidaya cacing tanah. Menurut tahu sebagai pakan campuran, persiapan
Mursining (2006) kandungan gizi dalam penelitian serta pemeliharaan cacing tanah
ampas tahu adalah protein 21,23%, lemak Pheretima sp.
16,22%, karbohidrat 19%, serat kasar
29,59%, kadar abu 5,45%, dan air 9,84%. Persiapan Ruangan Penelitian
Berhubungan dengan hal–hal Sebelum mulainya pelaksanaan
tersebut diatas melalui penelitian ini penelitian tahap pertama yakni dengan
diharapkan dapat diperoleh informasi memebersihkan ruangan penelitian serta
mengenai, pengaruh pemberian ampas tahu menyiapakan rak (kandang cacing) dengan
sebagai campuran pakan cacing tanah 4 tingkatan, yang nantinya digunakan
Pheretima sp terhadap pertumbuhannya. untuk meletakkan ember yang sudah diisi
Tujuan penelitian ini untuk menguji dengan bibit cacing.
pengaruh pemberian ampas tahu sebagai
Pengadaan Cacing Tanah Pheretima sp
campuran pakan terhadap pertumbuhan
Pengadakan bibit cacing tanah
cacing tanah Pheretima sp.
Pheretima sp, dengan melakukan
pemeliharaan cacing tanah Pheretima sp
MATERI DAN METODE
yang berumur dewasa sampai menghasilkan
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 anak. Kemudian anakan yang berumur 2 –
bulan Kota Bengkulu dan dilaboratorium 3 hari akan diambil sebanyak 200 ekor
Peternakan Universitas Bengkulu. untuk digunakan sebagai bahan penelitian.
Alat yang digunakan dalam Untuk mengetahui umur cacing tanah
penelitian ini, yaitu 20 buah ember plastik berumur 2 – 3 hari biasanya cacing tanah
dengan volume1,5 liter, timbangan analitik bergerombol di sekitar kokon.
dengan kapasitas 310 gram, termometer
media, soiltester, karung plastik, cangkul, Persiapan Media Tumbuh
sarung tangan, botol semprot, kamera dan Media yang digunakan dalam
alat tulis. penelitian ini yaitu, feses sapi dan sekam
Bahan – bahan yang digunakan padi. Dalam persiapan media, sebelum
adalah 200 ekor cacing Pheretima sp umur mencampurkan feses sapi dengan sekam
2-3 hari, feses sapi, sekampadi, ampastahu, padi, feses sapi terlebih dahulu dilakukan
kapur tembok dan air. penyisiran serta pengeringanginan dengan
tujuan agar menghilangkan benda - benda
Tahapan Penelitian anorganik yang terdapat pada feses sapi.
Tahapan penelitian yang dilakukan Kemudian baru dilakukannya pencampuran
pada penelitian ini terdiri atas beberapa feses dengan sekam padi sebagai media,
tahapan yaitu: persiapan ruangan penelitian, dalam melakukan pencampuran media,

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 279


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

perlu menambahkan kapur sebanyak 0,2 % Persiapan Pakan


dan air secukupnya dengan kadar air kira - Dalam penelitian ini digunakan
kira mencapai 60% (Brata, 2003), pakan tambahan berupa ampas tahu yang
kemudian melakukan fermentasi media diperoleh dari industri pembuatan tahu di
dengan menggunakan kantong plastik, daerah Provinsi Bengkulu tepatnya di
selama 21 hari dengan tujuan untuk Kelurahan Bentiring Permai. Penambahan
menghilangkan gas - gas yang terdapat pada pakan ampas tahu diberikan setiap 10 hari
media seperti gas methan (Waluyo, 1993). sekali selama pemeliharaan 2 bulan. Ampas
Sebelum media dilakukan dalam tahu sebelum diberikan keperlakuan harus
pemeliharaan cacing tanah, media perlu di kurangi kadar airnya dengan cara
dilakukan uji N. Perhitungan kebutuhan penganginan selama kurang lebih tiga hari.
media cacing tanah menggunakan rumus
menurut Brata (2003), Y= a x b x 3. Persiapan Penelitian dan Pemeliharaan
Keterangan : Cacing Tanah
Pada pemeliharaan cacing, dari
a= Bobot badan dewasa cacing tanah
setiap ember yang telah diisi dengan media,
b = Lama pemeliharaan
3 = Bobot badan cacing tanah dihitung kemudian akan dimasukan 10 ekor anak
sebanyak tiga kali cacing tanah Pheretima sp yang berumur 2-
3 hari dengan cara membuat lubang pada
Tabel 1. Kandungan Nitrogen Media tengah-tengah media dengan kedalaman
Kandungan N
Perlakuan berkisar 5 cm selanjutnya lubang ditutup.
(%)
P1 3,0 Untuk tempat pemeliharaan cacing ditutup
P2 3,4 dengan menggunakan kain atau plastik dan
memberi kode pada setiap ember.
P3 3,6
Penyiraman media cacing dilakukan sekali
P4 4,0
dalam 3 hari kemudian mengembalikan
Sumber : Analisis Laboratorium Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas media 10 hari sekali (Brata, 2003).
Bengkulu (2017).

Rancangan Penelitian
Perlakuan adalah:
Penelitian ini menggunakan
P1 = Sekam padi 50% + feses sapi 50% +
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
(0% ampas tahu).
perlakuan dan 5 ulangan. Setiap perlakuan
P2 = Sekam padi 50%+ feses sapi 45% +
menggunakan feses sapi dan sekam padi
(5% ampas tahu).
serta ampas tahu dengan jumlah imbangan
P3 = Sekam padi 50% + feses sapi 40% +
ampas tahu yang diberikan setiap perlakuan
(10% ampas tahu).
berbeda. Setiap ulangan ditanami 10 ekor
P4 = Sekam padi 50% + feses sapi 35% +
bibit cacing tanah Pheretima sp umur 2-3
(15% ampas tahu).
hari. Cacing yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 200 ekor dengan

280 | Pengaruh Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan Cacing Pheretima sp (Juliansyah et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

perlakuan yang terbagi kedalam 5 Bobot Badan Anak Cacing Tanah


perlakuan. Pheretima sp. per Ekor
Perhitungan bobot badan anak
cacing tanah Pheretima sp dapat dihitung
Variabel yang Diamati
dengan menggunakan rumus sebagai
Variabel yang diamati adalah
berikut :
pertambahan bobot badan induk, bobot 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤
𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤 /𝐞𝐤𝐨𝐫 =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫 𝐮𝐧𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐚𝐧
badan anak, bobot badan anak per ekor
serta mortalitas.
Mortalitas Induk Cacing Tanah
Pertambahan Bobot Badan Induk Pheretima sp. per Unit Pemeliharaan
Cacing Tanah Pheretima sp. per Unit Perhitungan mortalitas induk
Pemeliharaan dilakukan dengan menghitung jumlah
Bobot badan induk dihitung dan kematian induk cacing dari keseluruhan
dilakukan penimbangan pada awal dan unit pemeliharaan. Perhitungan hanya
akhir pemeliharaaan. Dalam melakukan dilakukan satu kali di akhir penelitian.
penghitungan dan penimbangan PBB induk
seluruh induk terlebih dahulu harus Analisis data
dibersihkan dari kotoran media dan di Semua data yang diperoleh
masukkan kedalam kantong plastik dianalisis secara stastistik dengan
kemudian baru dilakukan penimbangan. menggunakan analisis varians. Apabila ada
Selanjutnya hasil penimbangan dikurangi perbedaan nyata maka akan dilanjutkan
dengan berat plastik. dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s
Pada pengukuran pertambahan (Duncan’s Multiple Range test/DMRT)
bobot badan induk dapat dihitung dengan untuk mengetahui perbedaan antara empat
menggunakan rumus : PBB induk = bobot perlakuan (Yitnosumarto,1993).
badan akhir – bobot badan awal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan Anak Cacing Tanah
Pheretima sp. per Unit Pemeliharaan Pertambahan Bobot Badan Induk
Cacing Tanah Pheretima sp
Untuk pengamatan pada bobot
badan anak dilakukan hanya dua kali Hasil rataan pertambahan bobot
selama penelitian ini, yaitu pengukuran badan induk cacing tanah Pheretima sp
dilakukan pada akhir penelitian. Dalam dengan pelakuan pertama P1= 50% sekam
menghitung bobot badan anak cacing tanah padi + 50% feses sapi, P2= 50% sekam padi
Pheretima sp dapat dihitung dengan cara + 45% feses sapi + 5% ampas tahu, P3=
menimbang bobot badan anak per unit 50% sekam padi + 40% feses sapi + 10%
pemeliharaan. ampas tahu dan P4= 50% sekam padi +
35% feses sapi + 15% ampas tahu
ditampilkan pada Tabel 2 dibawah ini.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 281


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Tabel 2. Rataan pertambahan bobot badan induk cacing tanah Pheretima sp (gr) selama 60
hari pemeliharaan
Ulangan
Perlakuan Rataan
1 2 3 4 5
P1 1.1 1.21 1.23 1.22 1.23 1.198d
P2 1.32 1.32 1.31 1.33 1.24 1.304c
P3 1.53 1.49 1.43 1.58 1.50 1.506b
P4 1.66 1.59 1.56 1.67 1.65 1.626a
Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)
P1 = sekam padi 50% + feses sapi 50% + (0% ampas tahu).
P2 = sekam padi 50% + feses sapi 45% + (5% ampas tahu).
P3 = sekam padi 50% + feses sapi 40% + (10% ampas tahu).
P4 = sekam padi 50% + feses sapi 35% + (15% ampas tahu).

Berdasarkan hasil dari analisis sidik berbeda nyata (P<0,01) terhadap perlakuan
ragam menunjukan bahwa pemberian pakan P3; 1,506 g/unit, dan P4; 1,626 g/unit.
campuran menggunakan ampas tahu Selanjutnya perlakuan P3; 1,506 g/unit
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap berbeda nyata (P<0,01) terhadap perlakuan
bobot badan induk selama 60 hari P4; 1,626 g/unit.
pemeliharaan. Dapat dilihat dari data Tabel Pertumbuhan berat badan induk
2 rataan pertambahan bobot badan induk cacing yang tertinggi didapat pada
cacing tanah Pheretima sp, dengan masing perlakuan P4 1,626 g/unit. Dengan
masing perlakuan di dapat, P1;1.198 g/unit, imbangan media 50% sekam padi + 35%
P2; 1.304 g/unit, P3; 1.506 g/unit, dan P4; feses sapi + 15% ampas tahu. Tingginya
1.626 g/unit. Adanya perbedaan dari pertambahan bobot badan induk cacing
pertambahan bobot badan induk ini karena tanah dipengaruhi oleh kandungan nitrogen
level pemberian pakan ampas tahu pada (N) pada media P4; 4,0% lebih tinggi jika
setiap perlakuan berbeda. Selain itu di bandingkan dengan perlakuan P1; 3,0%,
pertambahan bobot badan induk cacing juga P2; 3,4%, P3; 3,6%. Menurut Haryono
dipengaruhi oleh unsur nitrogen (N) yang (2003), menyatakan bahwa kandungan
terkandung pada setiap media pemeliharaan. nitrogen yang tinggi pada media
Hasil analisis uji N pada media yang di memberikan pengaruh baik pada
peroleh pada setiap media diantaraanya, P1; pertumbuhan dan reproduksi.Kemudian
3,0%, P2; 3,4%, P3; 3,6%, dan P4; 4,0%. dengan ditambahkan 15% ampas tahu pada
Berdasarkan uji lanjut Ducan media cacing tanah mempunyai pengaruh
Multiple Range Test (DMRT) yang baik bagi pertumbuhan cacing tanah
memperlihatkan bahwa pada perlakuan P1; karena, ampas tahu mengandung banyak
1,198 g/unit berbeda nyata (P<0,01) protein sehingga ketersediaan nutrisi pada
terhadap perlakuan P2; 1,304 g/unit, P3; media tercukupi. Menurut Palungkun
1,506 g/unit, dan P4; 1,626 g/unit. (1999), bobot badan cacing tanah sangat
Kemudian pada perlakuan P2; 1,304 g/unit

282 | Pengaruh Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan Cacing Pheretima sp (Juliansyah et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

dipengaruhi oleh kondisi media dan feses sapi + 15% ampas tahu seperti terlihat
ketersediaan nutrisi. pada tabel 3.
Pertumbuhan bobot badan induk Hasil sidik ragam menunjukan
terendah terdapat pada perlakuan P1; 3,0% bahwa dalam pemberian pakan tambahan
dengan imbangan 50% sekam padi + 50% ampas tahu dengan media sekam padi, dan
feses sapi (tanpa pakan tambahan). feses sapi menunjukan perbedaan yang
Rendahnya pertambahan bobot badan sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot badan
cacing tanah karena kandungan N pada anak cacing tanah Pheretima sp per unit
perlakuan P1: 3,0% lebih rendah jika pemeliharaan. Rataan bobot badan anak
dibandingkan dengan perlakuan P2: 3,4%, cacing tanah Pheretima sp setiap perlakuan,
P3: 3,6 dan P4: 4,0%. Menurut pendapat P1; 0,298 g/unit, P2; 0,524 g/unit, P3; 0,69
Roeslim et al. (2013), cacing tanah yang g/unit, P4; 0,676 g/unit. Hal ini disebabkan
mengkonsumsi pakan kaya akan nitrogen karena kandungan N pada setiap media
akan mengalami pertumbuhan badan yang perlakuan berbeda. Selain dari kandungan
cepat dan menghasilkan kokon yang tinggi N yang terkandung pada media faktor
jika dibandingkan dengan yang pakan juga dapat mempengaruhi bobot
mengkunsumsi pakan dengan nitrogen yang badan anak cacing tanah Pheretima sp.
rendah. Hasil uji lanjut Duncan Multiple
Range Test (DMRT) menunjukan bahwa
Bobot Badan Anak Cacing Tanah perlakuan P1, 0.298 g/unit berbeda nyata
Pheretima sp per Unit Pemeliharaan
Rataan bobot badan anak per unit (P<0,01) terhadap perlakuan P2; 0.524
pemeliharaan cacing tanah Pheretima sp g/unit, P3; 0,69 g/unit dan P4; 0,676 g/unit.
dengan perlakuan pertama P1; 50% sekam Selanjutnya pada perlakuan P2; 0.524
padi + 50% feses sapi, P2; 50% sekam padi g/unit berbeda nyata (P<0,01) terhadap
+ 45% feses sapi + 5% ampas tahu, P3; perlakuan P3; 0,69 g/unit, dan P4; 0,676
50% sekam padi + 40% feses sapi + 5% g/unit. Selanjutnya pada perlakuan P3; 0,69
ampas tahu, P4; 50% sekam padi + 35% tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap
perlakuan P4, 0,676 g/unit.

Tabel 3 . Rataan bobot badan anak cacing tanah Pheretima sp


Ulangan (g)
Perlakuan Rataan
1 2 3 4 5
P1 0.29 0.28 0.29 0.33 0.30 0.298c
P2 0.49 0.52 0.57 0.54 0.50 0.524b
P3 0.69 0.68 0.69 0.70 0.69 0.690a
P4 0.68 0.69 0.62 0.70 0.69 0.676a
Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)
P1 = sekam padi 50% + feses sapi 50% + (0% ampas tahu)
P2 = sekam padi 50% + feses sapi 45% + (5% ampas tahu)
P3 = sekam padi 50% + feses sapi 40% + (10% ampas tahu)
P4 = sekam padi 50% + feses sapi 35% + (15% ampas tahu)

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 283


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Tingginya pertambahan bobot badan P3; 3,6 dan P4; 4,0. Selanjutnya pada
anak cacing tanah Pheretima sp perlakuan P1 tidak adanya penambahan
perunit,0,69 gr selama pemeliharaan pada pakan ampas tahu, sehingga kemungkinan
perlakuan P3 dengan imbangan media, cacing tanah kekurangan nutrisi yang
sekam padi 50% + feses sapi 40% + 10% dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
ampas tahu dipengaruhi oleh kadar nitrogen bereproduksinya. Menurut Martin et al.
(N) yang terkandung pada media perlakuan (1981) dalam Permata (2006), faktor-faktor
P3; 3,6% lebih tinggi jika dibandingkan yang mendukung pertumbuhan dan
dengan perlakuan P1; 3,0% dan P2; 3,4%. reproduksi cacing tanah adalah ketersediaan
Dilihat dari pakan campuran yang diberikan makanannya.
berupa ampas tahu pada perlakuan P3
mencapai 10% dapat mempengaruhi Bobot Badan Anak Cacing Tanah
pertambahan bobot badan anak per unit Pheretima sp per Ekor
pemeliharaan. Menurut Brata (2003)
Rataan bobot badan anak per ekor
menyatakan bahwa ampas tahu kaya akan
cacing tanah Pheretima sp selama 60 hari
zat-zat makanan dan mudah dicerna
pemeliharaan dengan menggunakan media
terutama pada anak cacaing tanah yang
dari sekam padi dan feses sapi serta
sedang dalam masa pertumbuhan.
memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan
Rendahnya pertambahan bobot
tambahan. Asumsi media pada perlakuan
badan anak cacing tanah Pheretima sp per
pertama P1 adalah 50% sekam padi + 50%
unit pada perlakuan P1; 0,298 dengan
feses sapi, P2 50% sekam padi + 45% feses
imbangan media 50% sekam padi + 50%
sapi + 5% ampas tahu, P3 50% sekam padi
feses sapi + 0% ampas tahu. di pengaruhi
+ 40% feses sapi + 5% ampas tahu, P4 50%
oleh faktor nitrogen pada media cacing
sekam padi + 35% feses sapi + 15% ampas
tanah pada perlakuan P1; 3,0 lebih rendah
tahu. Seperti terlihat pada tabel 4.
jika dibandikan dengan perlakuan P2; 3,4,

Tabel 4. Rataan bobot badan anak cacing tanah Pheretima sp (gr) selama 60 hari
pemeliharaan
Ulangan
Perlakuan Rataan
1 2 3 4 5
P1 0.014 0.012 0.012 0.013 0.013 0.013b
P2 0.015 0.015 0.013 0.011 0.011 0.013b
P3 0.016 0.016 0.016 0.015 0.014 0.015a
P4 0.013 0.016 0.014 0.015 0.012 0.014ab
Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
P1 = sekam padi 50% + feses sapi 50% + (0% ampas tahu).
P2 = sekam padi 50% + feses sapi 45% + (5% ampas tahu).
P3 = sekam padi 50% + feses sapi 40% + (10% ampas tahu).
P4 = sekam padi 50% + feses sapi 35% + (15% ampas tahu).

284 | Pengaruh Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan Cacing Pheretima sp (Juliansyah et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Berdasarkan dari hasil sidik ragam rata-rata bobot badan mencapai 0,015
menunjukan bahwa dalam pemberikan g/ekor, hal ini dipengaruhi oleh
pakan menggunakan ampas tahu dengan terpenuhnya atau tercukupinya nutrisi yang
media sekam padi, dan feses sapi di butuhkan oleh anak cacing tanah, karena
menunjukan perbedaan nyata (P<0.05) dalam perlakuan P3 di berikannya ampas
terhadap bobot badan anak cacing tanah tahu 10% sebagai pakan tambahan, dan
Pheretima Sp per ekor. Adanya perbedaan pada perlakuan P3 memiliki kandungan
dari bobot badan anak per ekor cacing tanah nitrogen (N) yang tinggi 3,6% jika
Pheretima sp, hal ini mungkin adanya dibandingkan dengan perlakuan P1; 3,0%
pengaruh dari jumlah anak pada media yang dan P2; 3,4% hal ini juga dapat
berbeda pada setiap perlakuan, karena memepengaruhi bobot badan anak.Sesuai
dalam menghitung berat badan anak menurut Palungkun (1999) bobot badan
perekor jumlah anak dibagi dengan bobot cacing tanah sangat dipengaruhi oleh
badan anak perunit pemeliharaannya. kondisi media dan ketersediaan nutrisi.
Menurut Andriyani (2006) menyatakan Selain itu faktor lingkungan juga dapat
bahwa banyaknya jumlah anak memberikan mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah
dampak terhadap rataan bobot badan anak Bobot badan anak terendah di dapat
yang berbedasehingga mempengaruhi pada perlakuan P1; 0,013 g/ekor hal ini
rataan bobot badan anak per ekornya. dipengaruhi oleh kurang nya nutrisi yang
Selain itu Protein yang terkandung dalam terkandung pada media perlakuan P1 dan
media juga bisa berpengaruh terhadap juga pada perlakuan P1 tidak adanya
bobot badan anak per ekor. pemberian pakan tambahan ampas tahu
Berdasarkan uji lanjut Ducan sehingga kebutuhan cacing kurang
Multiple Range Test (DMRT) terpenuhi.
memperlihatkan perlakuan P1; 0,013 g/ekor Dalam penghitungan bobot badan
tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap anak per ekor jemlah rata – rata setiap
perlakuan P2; 0,013 g/ekor dan P4; 0,014 perlakuan tidak jauh berbeda.
g/ekor tetapi berbeda nyata (P<0,01)
terhadap P3; 0,015 g/ekor. Kemudian pada Mortalitas Induk Cacing Tanah
Pheretima Sp selama 60 Hari
perlakuan P2; 0,013 g/ekor tidak berbeda Pemeliharaan
nyata (P>0,05) terhadap perlakuan P4; Mortalitas cacing tanah Pheretima
0.014g/ekor tetapi berbeda nyata (P<0,05) sp selama 60 hari pemeliharaan dengan
terhadap P3; 0,015 g/ekor. Pada perlakuan menggunakan media dari sekam padi dan
P3; 0.015 g/ekor tidak berbeda nyata feses sapi serta memanfaatkan ampas tahu
(P>0,05) terhadap P4; 0.014 g/ekor. sebagai pakan tambahan. Asumsi media
Tingginya bobot badan anak per pada perlakuan pertama P1 adalah 50%
ekor pada perlakuan P3; 0,015 g/ekor sekam padi + 50% feses sapi, P2 50%
dengan imbangan media 50% sekam padi + sekam padi + 45% feses sapi + ampas tahu
40% feses sapi + 10% ampas tahu dengan 5%, P3 50% sekam padi + 40% feses sapi +

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 285


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

5% ampas tahu, P4 50% sekam padi + 35% pada cacing tanah. Jadi dengan pemberian
feses sapi + 15% ampas tahu. ampas tahu sebagai pakan campuran cacing
Tingkat pemberian imbangan feses tanah Pheretima sp tidak mempengaruhi
sapi dan pakan tamabahan ampas tahu yang tingkat mortalitas. Selanjutnya tidak
berbeda pada setiap perlakuan dan unit adanya tingkat mortalitas pada setiap
pemeliharaan tidak memperlihatkan perlakuan ini juga dipengaruhi oleh sistem
pengaruh yang nyata terhadap mortalitas pemeliharaannya yaitu dengan
induk. Tidak adanya jumlah mortalitas pada menggunakan rak – rak yang diberi oli pada
tiap perlakuan P1, P2, P3, dan P4, hal ini bagian kaki rak. Penggunaan rak dalam
disebabkan karena media cocok untuk pemeliharaan cacing tanah bertujuan agar
hidup cacing. Dilihat dari rataan suhu tiap mengurangi acaman dari predator seperti
media pada P1; 26,60, P2; 26,68, P3; 26,80 semut merah.
dan P4; 26,40. Menurut Warsana (2009)
menyatakan bahwa suhu yang optimum Keadaan Suhu, pH dan Kelembaban
untuk hidup cacing tanah yaitu pada kisaran Selama Pemeliharaan
Berdasarkan dari hasil pengamatan
21oC-30oC, suhu yang lebih dari 25oC
Suhu, pH serta kelembaban pada media
masih baik asalkan adanya naungan dan
cacaing tanah Pheretima sp selama 60 hari
kelembaban yang optimal. Selain dari
pemeliharaan. Seperti dilihat pada tabel 5.
faktor suhu, faktor pH serta kelembaban
media sangat mempengaruhi mortalitas

Tabel 5. Rataan keadaan suhu (C°), pH, kelembaban(%) media selama pengamatan
Perlakuan Suhu (°C) pH Kelembaban (%)
P1 26,60 6,47 57,92
P2 26,68 6,59 59,48
P3 26,80 6,42 60,88
P4 26,40 6,66 60,48
Rataan 26,62 6,53 59,69
Keterangan : P1 = sekam padi 50% + feses sapi 50% + (0% ampas tahu).
P2 = sekam padi 50% + feses sapi 45% +(5% ampas tahu).
P3 = sekam padi 50% + feses sapi 40% + (10% ampas tahu).
P4 = sekam padi 50% + feses sapi 35% + (15% ampas tahu).

Pada tabel 5 di atas bahwa rataa (Sugiyarto et al., 2007). Dengan suhu rata –
suhu media selama 60 hari pemeliharaan rata 26,62 cacing tanah masih dapat
menunjukan suhu optimumnya yaitu 26,80 beradaptasi dengan baik. Suhu pada media
dan suhu minimumnya 26,40. Suhu pada cacing bisa juga dipengaruhi oleh tiap
penelitian ini masih menunjukan suhu penyiraman dan pembalikan medianya.
normal. Temperatur tanah yang ideal untuk Temperatur sangat mempengaruhi aktivitas,
pertumbuhan cacing tanah antara 15-25°C metabolisme, pertumbuhan, respirasi dan

286 | Pengaruh Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan Cacing Pheretima sp (Juliansyah et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

reproduksi cacing tanah. Menurut cacing tanah Pheretima sp selama 60 hari


(Edwards dan Lofty, 1977) menyatakan pemeliharaan. Berdasarkan dari hasil
bahwa perbedaan temperatur sangat penelitian ini disaraankan dalam
mempengaruhi kesuburan cacing tanah.
pembudidayaan cacing tanah Pheretima sp
Rataan pH pada media hidup cacing
yang diberi pakan tambahan ampas tahu,
tanah dilihat dari tabel 5, memiliki rata –
rata 65,35. Pada kisaran pH media tersebut memberikan dampak yang baik terhadap
masih dapat di anggap normal untuk pertambahan bobot badan induk dan bobot
pertumbuhan cacing tanah Pheretima sp. badan anak cacing tanah Pheretima sp.
Menurut Brata (2009) pH optimum untuk
pertumbuhan cacing tanah adalah pH netral
DAFTAR PUSTAKA
yakni antara 6,8-7,2 yang merupakan pH
optimum untuk bakteri bekerja.
Andriyani, Y. 2006. Pengaruh Pemberian
Kandungan pH pada media dapat
Lumpur Sawit yang Difermentasi
dipengaruhi oleh tingkat pengapuran.
dengan Kapang (Trichoderma
Rataan kelembaban pada media
harzianum) terhadap Produktivitas
selama penelitian didapat 59,69% dimana
dan Biomassa Cacing Tanah
kelembaban optimum yaitu 60,88% dan
Pheretima sp. [Skripsi]. Fakultas
kelembaban minimum berkisar 57,92%.
Pertanian Universitas Bengkulu.
Jadi dalam kisaran kelembaban media yang
didapat pada penelitian ini masih tergolong Aziz, A. A, Maulida. 2015. Budidaya
normal. Menurut pendapat Warsana (2009), Cacing Tanah Unggul Ala Adam
dimana kelembaban media yang dibutuhkan Cacing. Penerbit PT
oleh cacing tanah yaitu 60%-90%. AgroMedia. Jakarta Selatan.
Kelembaban media sangat berperan penting
Brata, B. 2003. Pertumbuhan dan
dalam menunjang pertumbuhan dan
Perkembangan Kualitas Eksmecat
reproduksi pada cacing tanah. Menurut
dari Beberapa Spesies Cacing Tanah
Brata (2009) menyatakan bahwa kondisi
pada Kondisi Lingkungan yang
media yang kering dapat menurunkan
Berbeda. Disertasi. Program
populasi dan kemampuan reproduksi serta
Pascasarjana. Institut Pertanian
pertumbuhan cacing tanah. Kelembaban
Bogor. Bogor.
media cacing tanah sangat dipengaruhi oleh
tingkat penyiraman medianya. Brata, B. 2009. Cacing Tanah: Faktor
Mempengaruhi Pertumbuhan dan
KESIMPULAN
Perkembangbiakan. Bogor (ID) :
Pemberian pakan tambahan ampas IPB Press.
tahu dapat meningkatkan pertambahan
bobot badan induk dan bobot badan anak

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 287


e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Catalan, G.I. 1981. Earthworms a New- Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak


Resource of Protein. Philippine Cacing Tanah (Lumbricus rubellus).
Earthworm Center, Philippines. Penebar Swadaya, Jakarta.

Edward, C.A., and Lofty, J.R., 1977, Puspitasari,W.1995. Pengaruh Beberapa


Biology of Earthworms, 1-181, 245- Media terhadap Pertumbuhan dan
247, Champman and Hill, New Perkembangbiakan Cacing Tanah (E.
York. 123-142. Foetida Savigny). Skripsi. Jurusan
Biologi. FMIPA. IPB. Bogor. 1-17.
Gaddie, R. E and D. E. Douglas, 1977.
Earthworm for Ecology and Rukmana. H. R. 1999. Budidaya Cacing
Profit.Vol II. Bookworm Publishing Tanah. Penerbit Kanisius
Company Ontario, California. (Anggota IKAPI), Yogyakarta Hal
18, 28-3.
Haryono. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut
Kelapa dan Ampas Tahu sebagai Roeslim, D. I., D. S. Nastiti, dan Herman.
Media Pakan Cacing Tanah 2013. Karakter Morfologi dan
(Lumbricus rubellus). Prosiding Pertumbuhan Tiga Jenis Cacing
Temu Teknis Fungsional Non Tanah Lokal Pekanbaru pada dua
Peneliti. Bogor. Pusat Penelitian Macam Media Pertumbuhan.
dan Pengembangan Peternakan. 66- Biosaintifika. 5(1): 1-9.
73.
Sugiyarto, M., E. Efendi, Y. Mahajoeno,
Martin, J. P., J. H. Black and Hawthorne. Sugito, E. Handayanto, L. Agustina.
1981. Earthworm Biology and 2007. Preferensi berbagai jenis
Production. In: Explore The World makrofauna tanah terhadap sisa
of Earthworms. Inset Lecture Hall, bahan organic tanaman pada
UPLB College, Laguna. intensitas cahaya berbeda.
Biodiversitas 7(4): 96-100.
Minnich, J. 1977. The Earthworm
Book.How To Rise and Use Waluyo, D. 1993. Pengaruh Kapur terhadap
Earthworm For Your Farm. Rodale Perkembangan Tubuh dan Klitelium
Press Emmaus. New York. 90-127. serta Kadar Protein dan Asam
Amino pada Cacing Tanah Esenia
Mursining, 2006. Teknik Pembesaran Ikan
foetida savigny. Program Panca
Kelemak (Leptobarbus hoeveni
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Blkr) dengan Pemberian Kombinasi
Bogor.
Pakan Berbeda [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Warsana. 2009. Kompos Cacing Tanah
Universitas Riau. Pekanbaru. (Casting). Tabloid Sinar Tani, Jawa
Tengah.

288 | Pengaruh Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan Cacing Pheretima sp (Juliansyah et al., 2017)
e-ISSN 2528-7109
p-ISSN 1978-3000

Wiriano. 1985. Pemanfaatan Ampas Tahu Yitnosumarto, S. 1993. Perancangan


Menjadi Berbagai Macam Makanan. Percobaan, Analisis dan
Laporan Penelitian. Balai Besar Interprestasinya. Gramedia
Penelitian dan Pengembangan Pustaka Umum, Yogyakarta.
Industri Hasil Pertanian, Bogor.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 3 Juli-September 2017 | 289

Anda mungkin juga menyukai