Anda di halaman 1dari 19

GAWAT JANIN DAN INTRA UTERINE FETAL DEATH

(IUFD)
Dosen pengampu : Sa’adah Mujahidah, M.Tr.Keb
Mata Kuliah : Midwifery II

Disusun Oleh Kelompok V:


Mariani Consita Panggur 1804302
Nelci Pattiasina 1804303
Nikmah Hayat 1804304
Ninsa Maduretno 1804305
Noora Dyah Pramudia 1804306

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
GAWAT JANIN

1. Definisi Gawat Janin


Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh
oksigen yang cukup, sehingga janin mengalami hipoksia. Gawat janin
menunjukan adanya suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang secara
serius dapat mengancam kesehatan janin.1 Kurangnya pasokan oksigen selama
bayi masih di dalam uterus ibu akan diketahui melalui gejala dan tanda gawat
janin.2 Gawat janin dapat diketahui dengan menghitung frekuensi bunyi jantung
janin kurang 100 atau lebih 160 kali/menit, berkurangnya gerakan janin kurang
dari 10 kali/hari atau adanya air ketuban bercampur dengan mekonium atau
berwarna kehijauan pada bayi dengan presentasi kepala.3

2. Etiologi Gawat Janin


a. Beberapa gambaran penyebab terjadinya gawat janin.
1) Gangguan sirkulasi menuju janin.
a) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali
pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah)
b) Pengaruh obat saat persalinan.4
2) Fakor ibu.
a) Gangguan his (tetania uteri atau hipertoni)
b) Penurunan tekanan darah mendadak sebab perdarahan pada
plasenta previa dan solusio plasenta.
c) Vasokonstriksi arterial (hipertensi dan preeklamsi atau eklamsia)
d) Gangguan pertukaran nutrisi atau O2 (solusio plasenta).4
b. Gawat janin dalam persalinan.
1) Persalinan berlangsung lama.
2) Induksi persalinan.
3) Perdarahan atau infeksi.1
c. Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami gawat janin
1) Janin yang pertumbuhannya terhambat.
2) Janin dari ibu dengan diabetes melitus.
3) Janin preterm dan posterm.
4) Janin dengan kelainan letak.
5) Janin dengan kelainan bawaan atau infeksi.1
Komplikasi pada bayi berupa gawat janin dan bayi lahir asfiksia dapat
terjadi akibat pimpinan persalinan yang lama lebih dari 2 (dua) jam pada
primigrafida dan lebih dari 1 (satu) jam pada multigrafida. Oleh karena itu
bidan saat melakukan pertolongan persalinan kala 2 (dua) harus memantau
denyut jantung janin setiap 5 (lima) menit, bila tidak dipantau, adanya gawat
janin tidak dapat dideteksi secara dini.3

3. Patofisiologi Gawat Janin


Oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan janin, baik
sebelum maupun sesudah persalinan. Pada saat janin dalam kandungan seluruh
oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui
plasenta yang berasal dari ibu ke darah janin. Saat dalam uterus hanya sebagian
kecil darah janin dialirkan ke paru-paru janin. Paru janin tidak berfungsi
sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida.
Sehingga terjadinya gawat janin disebabkan oleh berkurangnya pasokan
oksigen selama bayi masih di dalam uterus ibu yang disebabkan dari beberapa
faktor.2
Dalam gawat janin akut atau selama janin intrapartum disebabkan karena
pasokan oksigen ke janin tidak mencukupi sehingga terjadi glikolisis anaerob
yang mengarah ke akumulasi dari asam laktat dan asam piruvat (asidosis
metabolik). Pada gawat janin kronis terdapat aliran darah uterus yang buruk ke
plasenta untuk waktu yang lama, sehingga menyebabkan tidak cukupnya
transfer aliran darah ke sistem paru & ginjal janin sehingga menyebabkan
hipoksia janin dan asidosis.5

4. Tanda dan Gejala Gawat Janin


Adapun tanda-tanda gawat janin yang dapat diketahui.
a. Frekuensi bunyi denyut jantung janin <120 x/menit atau >160 x/menit.
b. Berkurangnya gerakan janin (normalnya bergerak >10 kali/hari)
c. Adanya air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).1

5. Diagnosa Gawat Janin


Dalam penegakan diagnosa gawat janin dapat ditetapkan dalam
pemeriksaan, yaitu:
a. Denyut jantung janin. Denyut jantung janin dikatakan normal antara
120-160 x/menit. Adapun terjadinya gawat janin adanya perubahan
denyut jantung janin.
1) Meningkat 160 x/menit (tingkat permulaan)
2) Frekuensi denyut menurun <100 x/menit, bahkan disertai irama
yang tidak teratur.
b. Mekonium di dalam air ketuban. Pengeluaran mekonium pada
presentasi letak kepala menunjukan adanya gawat janin, karena
terdapatnya mekonium disebabkan adanya rangsangan nervus X,
sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.4

6. Penanganan Gawat Janin


Apabila denyut jantung janin diketahui tidak normal, maka lakukan hal-
hal berikut:
a. Ubah posisi ibu dengan posisi miring ke salah satu sisi untuk
meningkatkan aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya
meningkatkan aliran darah maupun oksigen ke janin melalui plasenta.
Bila posisi miring tidak membantu maka coba posisi lain.
b. Berikan cairan oral atau IV pada ibu dan berikan oksigen bila tersedia.2
c. Relaksasi (menarik nafsa panjang untuk menenangkan ibu dan
menambah asupan oksigen)
d. Observasi DJJ tiap 15 menit, apabila tidak ada perbaikan janin dalam
30 menit maka lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn.
e. Jika sebab ibu diketahui (seperti demam) maka lakukan penanganan:
1) Istirahat baring.
2) Banyak minum.
3) Kompes untuk menurunkan suhu tubuh ibu.
4) Memberi obat antipiretik.
f. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ tetap abnormal sepanjang
paling sedikit 3 kontraksi maka lakukan pemeriksaan:
1) Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau
menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
2) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau
tajam), berikan antibiotik untuk amnionitis.
3) Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan
penanganan prolaps tali pusat.
4) Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat
janin (mekonium kental pada cairan amnion maka rencanakan
persalinan).1

Intra Uteri Fetal Death (IUFD)

1. Definisi IUFD
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih dan kematian janin dalam rahim pada
usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Adapun kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.6 Kasus IUFD
di Indonesia sendiri tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survey yang
menyeluruh mengenai penyebab pastinya. Namun ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor
kelainan tali pusat (termasuk plasenta).7 IUFD termasuk dalam masalah angka
kematian bayi (AKB) yang merupakan salah satu indikator penting untuk
menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara.8

2. Etiologi IUFD
Penyebab kematian janin pada 25-60% kasus masih belum jelas namun
dapat disebabkan oleh bebarapa faktor, antara lain faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologis plasenta.9
a. Fakor maternal (5-10%)
posterm (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, infeksi,
hipertensi, preeklamsi, eklamsi, terlalu tua, ruptur uteri, obesitas, usia
>35 tahun, penyakit tiroid, penyakit ginjal, merokok, konsumsi alkohol
dan obat terlarang.10 Beberapa penelitian terakhir menunjukkan adanya
hubungan antara usia ibu saat kehamilan dengan angka kejadian
kematian janin dalam rahim. Wanita yang hamil usia dibawah 20-34
tahun memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kematian janin dalam
rahim terutama pada usia ≤16 tahun.11 Selain itu, ditemukan peningkatan
risiko terjadinya IUFD sebanyak 40-50% pada wanita usia >35 tahun
dibandingkan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko ini lebih berat pada
primipara dibanding multipara dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
seperti kunjungan antenatal care, kebiasaan merokok, faktor
sosioekonomi dan berat maternal.12
b. Faktor fetal (24-40%)
Hamil kembar, pertumbuhan terhambat, kelainan kongenital, kelainan
genetik, infeksi.6
c. Faktor plasenta (25-35%)
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, dan vase
previa, solusio plasenta, perdarahan fetomaternal dan korioamnionitis.10
d. Tidak terjelaskan kejadiannya sekitar 15-35%.10

3. Patofisiologi IUFD
Kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali.
b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-
mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban
menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan
janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar
edema di bawah kulit.2

4. Tanda dan Gejala IUFD


Adapun tanda dan gejala yang dialami terjadinya IUFD, yaitu:
1. Pada anamnesa gerakan menghilang.
2. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada.
3. TFU menurun.
4. BB ibu menurun.
5. Lingkar perut ibu mengecil.
6. Dengan fetoskop atau doppler tidak dapat didengar adanya bunyi jantung
janin.6

5. Diagnosa IUFD
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat
diagnosis kematian janin. Umumnya ibu hanya mengeluh gerakan janinnya
berkurang dan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik sudah tidak terdengar
denyut jantung janin. Adapun diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan USG yang mana tidak tampak adanya gerakan jantung janin.6

6. Penanganan IUFD
Bila diagnosisi kematian janin telah ditegakkan, maka segera diberikan
informasi dan lakukan intervensi. Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir
spontan setelah 2 minggu yang umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat
terjadi secara aktif dengan induksi persalinan dengan oksitosin atau
misoprostol. Apabila letk janin lintang, maka induksi persalinan dapat
dikombinasikan menggunakan oksitosin dan misoprostol. Hati-hati jika induksi
dilakukan pada ibu dengan uterus pascaseksio sesarea ataupun miomektomi,
karena dapat membahayakan terhadinya ruptur uteri.6

ASUHAN KEBIDANAN IBU INPARTU/ INTRA PARTUM


DENGAN GAWAT JANIN PADA NY ”E”
DI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada tanggal 04 Maret 2019 jam 11.10 WIB
1. Data Subyektif
a. Biodata Pasien
Nama : Ny “E”
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tembalang
No RM :
Biodata Suami
Nama : Tn “ A”
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Tembalang
Keluhan Utama : Ibu mengatakan gerakan janinnya melemah kurang dari
10 X

b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu : Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi, asma , jantung dan diabetes.
Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu mengatakan pernah mengalami
muntah dan BAB terus menerus dan masuk ke RSUD pada
tanggal 28 Februari 2019. Ibu dirawat ±3 hari. Ibu sudah
membaik dan keluar dari rumah sakit pada tanggal 03 Maret
2019
Yang sedang diderita saat ini : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit menular (TBC, dll) : Tidak ada
Penyakit keturunan (DM, Hipertensi) : Tidak ada
Riwayat kembar : Tidak ada
Kecacatan : Tidak ada
d. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Sah Menikah ke : Pertama
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 25 tahun
e. Riwayat Obstetri : G1P0A0
f. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 14 tahun
 Siklus/ lama : 28 hari/ 5-6 hari
 Perdarahan : Sedang
 Dysmenorrhea : Tidak
 Fluor Albus : Ada
g. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tidak ada riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
h. Riwayat kehamilan sekarang
 Umur kehamilan : 9 bulan 2 Minggu
 HPHT : 11 Juni 2018 HPL: 18 Maret 2019
 ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
 Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 1 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Mual muntah
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Asam folat, B6
Trimester II
Frekuensi : 3 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Sesak nafas
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Tablet Fe, kalsium, konseling mobilisasi
Trimester III
Frekuensi : 3 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Pusing
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Tablet Fe
 Imunisasi TT
TT 1 : Caten
TT 2 : April 2018
TT 3 : Belum di lakukan
TT 4 : Belum di lakukan
TT 5 : Belum di lakukan
i. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin kurang dari 10 kali
 Kebiasaan ibu missal: merokok, minum jamu atau obat-obat tertentu
tidak ada.
 Gerakan janin sudah dirasakan ibu.
 Rencana persalinan di BPM/Rumah Sakit.

j. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
k. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3 x/hari Frekuensi : 5x/hari
Porsi : 1 piring Porsi : 1 gelas
Jenis : Nasi, sayur, lauk Jenis : Air putih
Pantangan : Tidak ada Pantangan: Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Keluan : Tidak ada
2) Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1-2 x/hari Frekuensi : 5 x/hari
Konsistensi : Lembek Konsistensi : Cair
Warna : Kuning Warna : kuning jernih
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
3) Pola Istirahat
Tidur siang Tidur malam
Lama : 1 jam Lama : 8 jam
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
4) Personal hygiene
Mandi : 1 x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari
Gosok gigi : 2 x/hari
Keramas : 2 x/minggu
5) Pola seksualitas
Frekuensi : 1x/minggu
Keluhan : Tidak ada
l. Psikososiospiritual
Ibu mengatakan telah siap menghadapi proses persalinan.
Ibu mengatakan penghasilan suami cukup untuk biaya persalinan.
Ibu mengatakan pengambil keputusan adalah suami

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik Suhu : 38 °C
TB : 160 cm Nadi : 90x/menit
BB sebelum hamil : 55 kg RR : 23 x/menit
BB selama hamil : 70 kg TD : 160/100 mmHg
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status present
Rambut : Lurus, hitam, tidak berbau, tidak berketombe
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak
ikhterik, tidak ada sekret, tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada infeksi, tidak ada sekret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada caries gigi, gusi tidak ada
berdarah, lidah bersih,tidak ada pembesaran kelenjar
tonsil
Telinga : Simetris, ada lubang telinga, gendang telinga baik,
pendengaran baik.
Muka : Bentuk oval, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum, tidak ada bekas luka.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar parotis, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada weezing, tidak ada retaksi
dinding dada, tidak ronchi.
Mamae : Simetris, putting menonjol, ada pengeluaran
kolostrum, ada hyperpigmentasi areola mamae, tidak
ada nyeri tekan dan massa..
Perut : Tidak ada bekas luka, ada linea nigra, ada striae
gravidarum, pembesaran rahim sesuai UK.
Ekstremitas atas : Simetris,tidak ada polidaktily, gerakan aktif, tidak
sianosis, tidak odema.
Ekstremitas bawah : Simetris,tidak ada polidaktily, gerakan aktif, tidak
sianosis, tidak odema.
Genetalia luar : Tidak ada odema,tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini, tidak varises, tidak ada tanda infeksi dan
perdarahan.
Anus : Tidak ada haemorroid.
Punggung : Lordosis
2) Status Obstetrikus
Inspeksi
Muka : tidak ada cloasma gravidarum.
Mamae : putting menonjol, ada pengeluaran kolostrum, ada
hyperpigmentasi areola mamae.
Perut : ada linea nigra, ada striae gravidarum, pembesaran
rahim sesuai UK.
Genitalia : tidak ada oedem, cairan yang keluar yaitu darah
Palpasi
a) Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, lunak ( Bokong )
b) Leopold II : Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan,
ada tahanan dan keras (punggung) dan bagian kiri ibu teraba
kecil-kecil, banyak (ekstremitas)
c) Leopold III : Bagian terendah janin teraba bagian bulat, keras
(kepala)
d) Leopold IV : Kedua tangan tidak bertemu (divergen)
e) TFU : 32 cm
f) TBJ : 2150 gram

3) Auskultasi
DJJ= 100x/mnt
Pada ibu inpartu kalai I dapat langsung diukur:
His: Lamanya 50 /detik, kekuatannya (dengan melakukan penekanan
dengan ujung jari), frekuensi 4x10/mnt.
4) Vaginal Toucher (VT)
Pembukaan Ф 8 cm, KK - , effisement….% presentasi kepala, engaged
(penurunan) hodge 3.
5) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, roentgen : Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA


G1P0A0, usia 23tahun, hamil 38mg, Janin tunggal, hidup, intra uterine,
presentasi (kepala), sudah masuk PAP, punggung (kanan) inpartu kala I fase
aktif dengan gawat janin.
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan berusia 23 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan pertama
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
Ibu mengatakan gerakan janin melemah dan keluar cairan bewarna
hijau dari vagina ibu
Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak pukul 09.00 WIB
DO : KU : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign :
TD : 160/100 mmHg N : 90 x/menit
S : 38 °C RR : 23 x/menit
BB : 70 kg TB : 160 cm
DJJ : 100x/menit TBJ : 2150
UK : 38Mgg

Px. Leopold :
Leopold I : Bokong
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
Pemeriksaan dalam : Dinding vagina tenang, porsio tidak teraba,
presentasi kepala,pembukaan servik 8 cm, ketuban sudah
pecah berwarna hijau kental bercampur mekonium dan
jumlah sedikit, penurunan kepala hodge 3, presentasi
belakang kepala, teraba adanya kompresi tali pusat
Masalah : Gawat Janin

III. INDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA POTENSIAL


Hipoksia Janin

IV. ANTISIPASI KEBUTUHAN SEGARA


a. Mandiri
Pasang oksigen 6 liter/menit
b. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
c. Merujuk
Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Buat informed consent berkaitan dengan penanganan terhadap
kemungkinan dilakukan tindakan operasi Caesar.
3. Beri dukungan moril pada ibu dan keluarga
4. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his
5. Anjurkan ibu memilih posisi yang nyaman
6. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ibu
7. Jaga privasi ibu.
8. Pantau ku ibu dan janin meliputi tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
9. Lakukan tindakan segera operasi Caesar untuk melahirkan bayi.

VI. IMPLEMENTASI
1. Pukul 11.20 WIB memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
pembukaan 8 cm dan ibu sudah masuk tahap persalinan, dan ada kelainan
gawat janin
2. Pukul 11.30 WIB membuat informed consent, berkaitan dengan
penanganan terhadap kemungkinan dilakukan tindakan operasi Caesar.
3. Pukul 11.40 WIB memberi dukungan moril pada ibu dan keluarga dengan
menganjurkan ibu berdoa agar semua proses persalinan berjalan lancar dan
mempersilahkan suami dan keluarga menemani ibu.
4. Pukul 11.55 WIB mengajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu
dengan menarik nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat
mulut.
5. Pukul 12.05 WIB menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman dan
menganjurkan ibu supaya jangan mengambil posisi terlentang karena
dapat menghambat peredaran darah ibu.
6. Pukul 12.10 WIB menganjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ibu
seperti makan, minum, dan mengantar ibu bila ingin ke kamar mandi bila
ingin BAK.
7. Pukul 12.15 WIB menjaga privasi ibu dengan menyelimuti ibu serta
memberi ruang gerak pada ibu.
8. Memantau ku ibu dan janin meliputi tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
9. Pukul 12.25 WIB melakukan tindakan segera operasi Caesar untuk
melahirkan bayi.

VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah memasuki masa
persalinan
2. Ibu dan suami menyetujui informed consent yang telah diberikan
3. Ibu dan kelurga berdoa semoga proses persalinan berjalan dengan lancar
dan menemani ibu sampai akhir persalinan.
4. Ibu mengerti dan dapat mengurangi teknik relaksasi yang dianjurkan bila
ada his.
5. Ibu memilih posisi miring kiri
6. Keluarga memberikan makan dan minum serta mengantar ibu ke kamar
mandi ketika ibu ingin BAK.
7. Ibu merasa nyaman dan terjaga privasinya.
8. Ku ibu telah dipantau setiap 30 menit sekali
9. Tindakan operasi Caesar sudah dilakukan (bayi lahir sehat).

Semarang, 06 April 2019


Praktikan

Kelompok 5
PENGAWASAN SEPULUH (P 10)

NAMA PASIEN : Ny. E UMUR : 23 tahun


ALAMAT : Tembalang TGL MASUK: 4 Maret 2019
NO. RM :- JAM : 11.10
DIAGNOSA : Hamil dengan Gawat Janin

MULAI
TGL 4 Maret 2019 JAM 11.10 WIB

Tgl Jam Tensi Suhu Nadi RR VT PPV DJJ KK His Bundle Ring

04-03-2019 11.25 160/90 380 C 90x/m 23x/m Ø: 8 cm Lendir 100x/m


(+) 3x10 “ Tidak ada
Efficement 80 % darah Teratur 15-20”

1. Pemantauan DJJ
a. Apabila resiko rendah dengan pemantauan auskultasi DJJ :
1) Kala I = 15 menit sekali
2) Kala II = setelah his, hitung 1 menit setelah his selesai
b. Apabila resiko tinggi, gunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan, kemudian sediakan pemeriksaan pH darah janin.
2. Perbaiki aliran darah uterus.
3. Posisikan ibu miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta.
4. Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan).
5. Pemberian oksigen 6-8 L/menit.
Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi epidural)
segera berikan infus 1 L infus RL. Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular
hendaknya dinaikkan untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri uterina.
6. Perlu kehadirkan dokter spesialis anak.
7. Kemudian jika :
a. Tetap gawat janin : segera akhiri kehamilan (SC)
b. Djj stabil : pervaginam jika memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani, Anik, dan Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan


Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info Media

2. Indrayani, dan Moudy E.U. Djami. 2016. Update Asuhan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media

3. Sundari, S. (2014). Pengaruh Mutu Asuhan Persalinan Normal Terhadap


Komplikasi Persalinan Di Ruang Bersalin Rsud Prof Dr. Wz Johannes
Kupang. Midwifery Medical Journal, 1(1), 23-35.

4. Manuaba, Ida Ayu Candranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi


Wanita. Jakarta: EGC.

5. Ajah, L. O., Ibekwe, P. C., Onu, F. A., Onwe, O. E., Ezeonu, T. C., & Omeje,
I. (2016). Evaluation of clinical diagnosis of fetal distress and perinatal
outcome in a low resource Nigerian setting. Journal of clinical and
diagnostic research: JCDR, 10(4), QC08.

6. Saifuddin, Abdul Bari, dkk (Ed). 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

7. Triana, A. (2012). Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian Intra


Uterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 2(1), 20-25

8. Gerungan, E. N., Pascoal, M., & Lontaan, A. (2016). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian intra uterine fetal death (IUFD). JIDAN
(Jurnal Ilmiah Bidan), 4(1), 9-14.

9. Luqyana, S. D., Rodiani, A. Y. P., & Prabowo, A. Y. (2018). Intrauterine


Fetal Death: Usia Maternal sebagai Salah Satu Faktor Risiko. Jurnal
Medula, 7(5), 25-29.

10. Cunningham, F.G., et al. 2013. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

11. Demirci, O., Yılmaz, E., Tosun, Ö., Kumru, P., Arınkan, A., Mahmutoğlu,
D., ... & Tarhan, N. (2016). Effect of young maternal age on obstetric and
perinatal outcomes: results from the tertiary center in Turkey. Balkan medical
journal, 33(3), 344.

12. McDonald, S. D., Vermeulen, M. J., & Ray, J. G. (2007). Risk of fetal death
associated with maternal drug dependence and placental abruption: a
population-based study. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Canada, 29(7), 556-559.

Anda mungkin juga menyukai