(IUFD)
Dosen pengampu : Sa’adah Mujahidah, M.Tr.Keb
Mata Kuliah : Midwifery II
1. Definisi IUFD
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih dan kematian janin dalam rahim pada
usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Adapun kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.6 Kasus IUFD
di Indonesia sendiri tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survey yang
menyeluruh mengenai penyebab pastinya. Namun ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor
kelainan tali pusat (termasuk plasenta).7 IUFD termasuk dalam masalah angka
kematian bayi (AKB) yang merupakan salah satu indikator penting untuk
menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara.8
2. Etiologi IUFD
Penyebab kematian janin pada 25-60% kasus masih belum jelas namun
dapat disebabkan oleh bebarapa faktor, antara lain faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologis plasenta.9
a. Fakor maternal (5-10%)
posterm (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, infeksi,
hipertensi, preeklamsi, eklamsi, terlalu tua, ruptur uteri, obesitas, usia
>35 tahun, penyakit tiroid, penyakit ginjal, merokok, konsumsi alkohol
dan obat terlarang.10 Beberapa penelitian terakhir menunjukkan adanya
hubungan antara usia ibu saat kehamilan dengan angka kejadian
kematian janin dalam rahim. Wanita yang hamil usia dibawah 20-34
tahun memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kematian janin dalam
rahim terutama pada usia ≤16 tahun.11 Selain itu, ditemukan peningkatan
risiko terjadinya IUFD sebanyak 40-50% pada wanita usia >35 tahun
dibandingkan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko ini lebih berat pada
primipara dibanding multipara dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
seperti kunjungan antenatal care, kebiasaan merokok, faktor
sosioekonomi dan berat maternal.12
b. Faktor fetal (24-40%)
Hamil kembar, pertumbuhan terhambat, kelainan kongenital, kelainan
genetik, infeksi.6
c. Faktor plasenta (25-35%)
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, dan vase
previa, solusio plasenta, perdarahan fetomaternal dan korioamnionitis.10
d. Tidak terjelaskan kejadiannya sekitar 15-35%.10
3. Patofisiologi IUFD
Kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali.
b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-
mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban
menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan
janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar
edema di bawah kulit.2
5. Diagnosa IUFD
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat
diagnosis kematian janin. Umumnya ibu hanya mengeluh gerakan janinnya
berkurang dan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik sudah tidak terdengar
denyut jantung janin. Adapun diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan USG yang mana tidak tampak adanya gerakan jantung janin.6
6. Penanganan IUFD
Bila diagnosisi kematian janin telah ditegakkan, maka segera diberikan
informasi dan lakukan intervensi. Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir
spontan setelah 2 minggu yang umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat
terjadi secara aktif dengan induksi persalinan dengan oksitosin atau
misoprostol. Apabila letk janin lintang, maka induksi persalinan dapat
dikombinasikan menggunakan oksitosin dan misoprostol. Hati-hati jika induksi
dilakukan pada ibu dengan uterus pascaseksio sesarea ataupun miomektomi,
karena dapat membahayakan terhadinya ruptur uteri.6
I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada tanggal 04 Maret 2019 jam 11.10 WIB
1. Data Subyektif
a. Biodata Pasien
Nama : Ny “E”
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tembalang
No RM :
Biodata Suami
Nama : Tn “ A”
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Tembalang
Keluhan Utama : Ibu mengatakan gerakan janinnya melemah kurang dari
10 X
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu : Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi, asma , jantung dan diabetes.
Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu mengatakan pernah mengalami
muntah dan BAB terus menerus dan masuk ke RSUD pada
tanggal 28 Februari 2019. Ibu dirawat ±3 hari. Ibu sudah
membaik dan keluar dari rumah sakit pada tanggal 03 Maret
2019
Yang sedang diderita saat ini : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit menular (TBC, dll) : Tidak ada
Penyakit keturunan (DM, Hipertensi) : Tidak ada
Riwayat kembar : Tidak ada
Kecacatan : Tidak ada
d. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Sah Menikah ke : Pertama
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 25 tahun
e. Riwayat Obstetri : G1P0A0
f. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus/ lama : 28 hari/ 5-6 hari
Perdarahan : Sedang
Dysmenorrhea : Tidak
Fluor Albus : Ada
g. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tidak ada riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
h. Riwayat kehamilan sekarang
Umur kehamilan : 9 bulan 2 Minggu
HPHT : 11 Juni 2018 HPL: 18 Maret 2019
ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 1 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Mual muntah
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Asam folat, B6
Trimester II
Frekuensi : 3 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Sesak nafas
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Tablet Fe, kalsium, konseling mobilisasi
Trimester III
Frekuensi : 3 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Pusing
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Tablet Fe
Imunisasi TT
TT 1 : Caten
TT 2 : April 2018
TT 3 : Belum di lakukan
TT 4 : Belum di lakukan
TT 5 : Belum di lakukan
i. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin kurang dari 10 kali
Kebiasaan ibu missal: merokok, minum jamu atau obat-obat tertentu
tidak ada.
Gerakan janin sudah dirasakan ibu.
Rencana persalinan di BPM/Rumah Sakit.
j. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
k. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3 x/hari Frekuensi : 5x/hari
Porsi : 1 piring Porsi : 1 gelas
Jenis : Nasi, sayur, lauk Jenis : Air putih
Pantangan : Tidak ada Pantangan: Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Keluan : Tidak ada
2) Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1-2 x/hari Frekuensi : 5 x/hari
Konsistensi : Lembek Konsistensi : Cair
Warna : Kuning Warna : kuning jernih
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
3) Pola Istirahat
Tidur siang Tidur malam
Lama : 1 jam Lama : 8 jam
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
4) Personal hygiene
Mandi : 1 x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari
Gosok gigi : 2 x/hari
Keramas : 2 x/minggu
5) Pola seksualitas
Frekuensi : 1x/minggu
Keluhan : Tidak ada
l. Psikososiospiritual
Ibu mengatakan telah siap menghadapi proses persalinan.
Ibu mengatakan penghasilan suami cukup untuk biaya persalinan.
Ibu mengatakan pengambil keputusan adalah suami
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik Suhu : 38 °C
TB : 160 cm Nadi : 90x/menit
BB sebelum hamil : 55 kg RR : 23 x/menit
BB selama hamil : 70 kg TD : 160/100 mmHg
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status present
Rambut : Lurus, hitam, tidak berbau, tidak berketombe
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak
ikhterik, tidak ada sekret, tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada infeksi, tidak ada sekret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada caries gigi, gusi tidak ada
berdarah, lidah bersih,tidak ada pembesaran kelenjar
tonsil
Telinga : Simetris, ada lubang telinga, gendang telinga baik,
pendengaran baik.
Muka : Bentuk oval, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum, tidak ada bekas luka.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar parotis, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada weezing, tidak ada retaksi
dinding dada, tidak ronchi.
Mamae : Simetris, putting menonjol, ada pengeluaran
kolostrum, ada hyperpigmentasi areola mamae, tidak
ada nyeri tekan dan massa..
Perut : Tidak ada bekas luka, ada linea nigra, ada striae
gravidarum, pembesaran rahim sesuai UK.
Ekstremitas atas : Simetris,tidak ada polidaktily, gerakan aktif, tidak
sianosis, tidak odema.
Ekstremitas bawah : Simetris,tidak ada polidaktily, gerakan aktif, tidak
sianosis, tidak odema.
Genetalia luar : Tidak ada odema,tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini, tidak varises, tidak ada tanda infeksi dan
perdarahan.
Anus : Tidak ada haemorroid.
Punggung : Lordosis
2) Status Obstetrikus
Inspeksi
Muka : tidak ada cloasma gravidarum.
Mamae : putting menonjol, ada pengeluaran kolostrum, ada
hyperpigmentasi areola mamae.
Perut : ada linea nigra, ada striae gravidarum, pembesaran
rahim sesuai UK.
Genitalia : tidak ada oedem, cairan yang keluar yaitu darah
Palpasi
a) Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, lunak ( Bokong )
b) Leopold II : Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan,
ada tahanan dan keras (punggung) dan bagian kiri ibu teraba
kecil-kecil, banyak (ekstremitas)
c) Leopold III : Bagian terendah janin teraba bagian bulat, keras
(kepala)
d) Leopold IV : Kedua tangan tidak bertemu (divergen)
e) TFU : 32 cm
f) TBJ : 2150 gram
3) Auskultasi
DJJ= 100x/mnt
Pada ibu inpartu kalai I dapat langsung diukur:
His: Lamanya 50 /detik, kekuatannya (dengan melakukan penekanan
dengan ujung jari), frekuensi 4x10/mnt.
4) Vaginal Toucher (VT)
Pembukaan Ф 8 cm, KK - , effisement….% presentasi kepala, engaged
(penurunan) hodge 3.
5) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, roentgen : Tidak ada
Px. Leopold :
Leopold I : Bokong
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
Pemeriksaan dalam : Dinding vagina tenang, porsio tidak teraba,
presentasi kepala,pembukaan servik 8 cm, ketuban sudah
pecah berwarna hijau kental bercampur mekonium dan
jumlah sedikit, penurunan kepala hodge 3, presentasi
belakang kepala, teraba adanya kompresi tali pusat
Masalah : Gawat Janin
V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Buat informed consent berkaitan dengan penanganan terhadap
kemungkinan dilakukan tindakan operasi Caesar.
3. Beri dukungan moril pada ibu dan keluarga
4. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his
5. Anjurkan ibu memilih posisi yang nyaman
6. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ibu
7. Jaga privasi ibu.
8. Pantau ku ibu dan janin meliputi tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
9. Lakukan tindakan segera operasi Caesar untuk melahirkan bayi.
VI. IMPLEMENTASI
1. Pukul 11.20 WIB memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
pembukaan 8 cm dan ibu sudah masuk tahap persalinan, dan ada kelainan
gawat janin
2. Pukul 11.30 WIB membuat informed consent, berkaitan dengan
penanganan terhadap kemungkinan dilakukan tindakan operasi Caesar.
3. Pukul 11.40 WIB memberi dukungan moril pada ibu dan keluarga dengan
menganjurkan ibu berdoa agar semua proses persalinan berjalan lancar dan
mempersilahkan suami dan keluarga menemani ibu.
4. Pukul 11.55 WIB mengajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu
dengan menarik nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat
mulut.
5. Pukul 12.05 WIB menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman dan
menganjurkan ibu supaya jangan mengambil posisi terlentang karena
dapat menghambat peredaran darah ibu.
6. Pukul 12.10 WIB menganjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ibu
seperti makan, minum, dan mengantar ibu bila ingin ke kamar mandi bila
ingin BAK.
7. Pukul 12.15 WIB menjaga privasi ibu dengan menyelimuti ibu serta
memberi ruang gerak pada ibu.
8. Memantau ku ibu dan janin meliputi tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
9. Pukul 12.25 WIB melakukan tindakan segera operasi Caesar untuk
melahirkan bayi.
VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah memasuki masa
persalinan
2. Ibu dan suami menyetujui informed consent yang telah diberikan
3. Ibu dan kelurga berdoa semoga proses persalinan berjalan dengan lancar
dan menemani ibu sampai akhir persalinan.
4. Ibu mengerti dan dapat mengurangi teknik relaksasi yang dianjurkan bila
ada his.
5. Ibu memilih posisi miring kiri
6. Keluarga memberikan makan dan minum serta mengantar ibu ke kamar
mandi ketika ibu ingin BAK.
7. Ibu merasa nyaman dan terjaga privasinya.
8. Ku ibu telah dipantau setiap 30 menit sekali
9. Tindakan operasi Caesar sudah dilakukan (bayi lahir sehat).
Kelompok 5
PENGAWASAN SEPULUH (P 10)
MULAI
TGL 4 Maret 2019 JAM 11.10 WIB
Tgl Jam Tensi Suhu Nadi RR VT PPV DJJ KK His Bundle Ring
1. Pemantauan DJJ
a. Apabila resiko rendah dengan pemantauan auskultasi DJJ :
1) Kala I = 15 menit sekali
2) Kala II = setelah his, hitung 1 menit setelah his selesai
b. Apabila resiko tinggi, gunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan, kemudian sediakan pemeriksaan pH darah janin.
2. Perbaiki aliran darah uterus.
3. Posisikan ibu miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta.
4. Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan).
5. Pemberian oksigen 6-8 L/menit.
Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi epidural)
segera berikan infus 1 L infus RL. Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular
hendaknya dinaikkan untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri uterina.
6. Perlu kehadirkan dokter spesialis anak.
7. Kemudian jika :
a. Tetap gawat janin : segera akhiri kehamilan (SC)
b. Djj stabil : pervaginam jika memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Indrayani, dan Moudy E.U. Djami. 2016. Update Asuhan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media
5. Ajah, L. O., Ibekwe, P. C., Onu, F. A., Onwe, O. E., Ezeonu, T. C., & Omeje,
I. (2016). Evaluation of clinical diagnosis of fetal distress and perinatal
outcome in a low resource Nigerian setting. Journal of clinical and
diagnostic research: JCDR, 10(4), QC08.
6. Saifuddin, Abdul Bari, dkk (Ed). 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
11. Demirci, O., Yılmaz, E., Tosun, Ö., Kumru, P., Arınkan, A., Mahmutoğlu,
D., ... & Tarhan, N. (2016). Effect of young maternal age on obstetric and
perinatal outcomes: results from the tertiary center in Turkey. Balkan medical
journal, 33(3), 344.
12. McDonald, S. D., Vermeulen, M. J., & Ray, J. G. (2007). Risk of fetal death
associated with maternal drug dependence and placental abruption: a
population-based study. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Canada, 29(7), 556-559.