Anda di halaman 1dari 6

PERHATIAN IBNU RUSYD TERHADAP KALAM

Abdullah Mahmud
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Untuk mengetahui perhatian Ibnu Rusyd terhadap Ilmu Kalam,


perlu diutarakan terlebih dahulu kategorisasinya terhadap kelompok-
kelompok pencari kebenaran. Dalam pandangannya manusia (dalam
agama) dapal dibagi menjadi tiga kalegori. Pertama, golongan
orang yang bukan ahli ta’wil, dan mereka adalah Khithabiyyun
(retoris) yang merupakan mayoritas. Kedua, golongan ahli ta’wil
(jadali) dan mereka adalah Jadaliyyun (dialektis), dan Ketiga,
golongan ahli ta’wil sungguh-sungguh, dan mereka adalah
Burhaniyyun (demonstratif). Ibnu Rusyd lebih menekankan aspek
burhaniyyun dalam pencari kebenaran karena aspek ini akan
mengantarkan seseorang pada pemikiran falsafi yang mempunyai
tingkat keyakinan yang tinggi.

Kata Kunci: Ibnu Rusyd, Kalam, kebenaran

Di antara karya-karya Ibnu Rusyd, Ilahi bermuat tentang pemikiran-pemi-


Al-Manahij al-Adillah... yang diper- kiran Ibnu Rusyd di sekitar persoalan-
kirakan kuat muncul pada tahun 575/ persoalan Filsafat dan Kalam, dan lebih
1179-80, yakni selama periode kedua merupakan pandangan-pandangan
masa jabatannya sebagai Qadli di Seville. pribadinya ketimbang untuk kepentingan
Agaknya para pengkaji Ibnu Rusyd pihak lain.
banyak sepakat bahwa dua karya Fashl al-Maqal adalah sebuah
utamanya yang lain “Fashl al-Maqal..” karya yang tulus dan sungguh-sungguh
dan “Tahafut...” diduga muncul pada menjelaskan keselarasan antara wahyu
tahun yang sama. Ketiga karya di atas dan akal, agama dan filsafat. Pada
ditambah dengan Dhamimat Ilmi al- asasnya wahyu dan akal adalah sama-

Perhatian Ibnu Rusyd terhadap Kalam (Abdullah Mahmud) 115


sama merupakan anugerah agung dari (retoris) yang merupakan mayoritas.
Tuhan yang tidak mungkin bertentangan Kedua, golongan ahli ta’wil (jadali) dan
satu dan lainnya. Sementara itu, Tahafut mereka adalah Jadaliyyun (dialektis),
al-Tahafud adalah karya filsafat kalam dan Ketiga, golongan ahli ta’wil sungguh-
yang merupakan sanggahan-sanggahan sungguh, dan mereka adalah Burhani-
terhadap pemikiran dan serangan- yyun (demonstratif) (Abu al-Walid Ibnu
serangan Ghazali terhadap para filosof Rusyd, 1972: 54).
Neo-platonisme muslim-Arab sebelum- Golongan Khithabiyyun (retoris)
nya, khususnya al-Farabi dan Ibnu Sina. yang dipandang sebagai mayoritas umat
SedangAl-Manahij... adalah sebuah lebih banyak menyandarkan pemahaman
karya yang mengungkapkan pemikiran- keagamaan melalui khitab ayal-ayat al-
pemikiran dan kritik-kritik tajamnya Qur’an (tekstual), dan tidak memper-
dalam ilmu kalam yang ditunjukkan pada gunakan ta’wil yang rumit. Hal demikian
kaum Mutakallimun pada umumnya. sesuai dengan tingkatan intelektual mere-
Karya ini berusaha menunjukkan kelema- ka yang belum menjangkau tingkatan
han-kelemahan argumen mereka dan yang lebih tinggi (jadal, ta’wil). Kelom-
sekaligus meluruskannya. pok Jadaliyyun (dialektis) yang dimaksud
Ketiga karya di atas jelas mempu- adalah kaum Mutakallimun. Kendatipun
nyai preseden historisnya sendiri-sendiri, mereka mempergunakan ta’wil, akan
dan karya yang tersebut terakhir — yang tetapi kekuatan argumen yang dihasilkan
jadi fokus bahasan penulisan makalah masih belum optimal, karena tidak didu-
ini—sungguhpun memuat pandangan- kung logika yang tepat. Dan kelompok
pandangan kalamnya berupa sanggahan Burhaniyyun (demonstratif) dimaksud-
terhadap Mutakallimun, utamanya kan kaum filosof sebagai ahli ta’wil yang
Asy’ariyah, namun seperti yang akan sesungguhnya. Kelompok terakhir ini
terlihat, Ibnu Rusyd tampak berupaya dengan logika yang akurat dipandang
memperkokoh paham Kalam di Anda- dapat memberikan ta’wil yang tepat
lusia yang didasarkan pada pemikiran- terhadap agama, dan menurut Ibnu
pemikiran Kalamnya. Rusyd akan melahirkan tingkat kebena-
Untuk mengetahui perhatian Ibnu ran tertinggi dari ketigajalan di atas. Jika
Rusyd terhadap Ilmu Kalam, perlu demikian, Ibnu Rusyd dengan tegas
diutarakan terlebih dahulu kategori- menggarisbawahi elitisme filsafat.
sasinya terhadap kelompok-kelompok Dari ketiga jalan tersebut, sera-
pencari kebenaran. Dalam panda- ngan-serangan Ibnu Rusyd lebih banyak
ngannya manusia (dalam agama) dapal diarahkan kepada kaum Mutakallimun,
dibagi menjadi tiga kalegori. Pertama, karena jalan ini, pada azasnya ditujukan
golongan orang yang bukan ahli ta’wil, untuk memuaskan (iqna’) mayoritas
dan mereka adalah Khithabiyyun masyarakat awam. Adapun jalan de-

116 SUHUF, Vol. XVII, No. 02/Nopember 2005: 115-120


monstratif, yakni jalan para filosof, jelas (interpretasi rasional) daripada Asy’ari-
mempunyai tingkatan keyakinan yang yah dalam memecahkan persoalan,
tinggi. Sedang jalan dialektis mengatasi namun demikian mereka tetap merupa-
standar awam namun belum mencapai kan golongaii Mutallimun. Karena jalan
tingkatan kebenaran para filosof (Mu- yang mereka tempuh tetap jalan dialektis,
hammad ‘Atif ‘Iraqi, 1980: 48). dan bukan demonstratif.
Keyakinan Ibnu Rusyd terhadap Dalam kontek ini apa yang dimak-
bentuk kebenaran demonstratif memang sud oleh Ibnu Rusyd adalali kritik
melebihi segala-galanya. Dan karena itu metodologi terhadap Mutakallimun. Dan
tampaknya dia tidak memberikan tempat jika memang ini yang dikehendaki dan
pada jalan kebenaran lain. Demikian asumsinya di atas mengena pada golo-
besarnya apresiasi Ibnu Rusyd pada ngan Mu’tazilah juga, berarti kritiknya
kebenaran demonstratif, sehingga dia mencakup batas-batas yang luas —
mengatakan: “sesungguhnya filsafat Asy’ariyah dan Mu’tazilah. Sungguhpun
adalah persepsi terhadap segala hal Mu’tazilah yang banyak mempergunakan
dengan jalan burhan”( Ibnu Rusd, 1901: interpretasi rasional dan dekat dengan
101). Karena kaum Mutakallimun hanya cara kerja (prosedur) filosof, metode
berhenti pada cara dialektis (jadal) dan mereka bukanlah metode filsafat; dan
belum sampai pada kebenaran burhani, kedekatan Asy’ariyah dengan kaum sufi
adalah kewajiban Ibnu Rusyd untuk bukan berarti pula metode mereka adalah
mengkritiknya, Karena pada dasarnya, metode kaum sufi, (Muhammad ‘Atif
menurut Ibnu Rusyd, jalan jadal belum ‘Iraqi, 1980: 51-52) demikian Atif ‘Iraqi
sampai pada tingkatan falsafi. mengatakan.
Kritik Ibnu Rusyd pada kaum Penalaran ulama kalam yang,
Mutakallimun bukan hanya ditujukan menurut Ibnu Rusyd, dipandang kurang
pada ulama-ulama kalam Asy’ariyah— signifikan dan tidak dapat diterima oleh
sungguhpun lebih banyak diarahkan lapisan masyarakat secara luas, memper-
kepadanya—namun juga ditujukan pada oleh dukungannya belakangan dari Ibnu
Mu’tazilah. Kendatipun Ibnu Rusyd Khaldun, (Lihat Abd ar Rahman Iabnu
sendiri mengakui bahwa karya-karya Khaldun, t.th: 517) bahwa secara
(buku-buku) Mu’tazilah belum sampai di prinsipil metode jadaliyoh. kalam itu tak
Andalusia, namun dia berani memastikan dapat memberikan manfaat kepada
bahwa jalan yang mereka tempuh akan manusia, sebab cara itu hanya sesuai dan
menyerupai jalan kaum Asy ‘ariyah, (Ibnu terikat pada situasi dan masa tertentu.
Rusyd, 1964: 149) yaitu metode jadali Penelitian tentang pemikiran Ibnu
(dialektis). Kendatipun diakui banyak Rusyd yang dilakukan belakangan
kalangan bahwa golongan Mu’tazilah mengindikasikan dengan jelas posisinya
lebih banyak mempergunakan ta’wil ‘aqli sebagai pendukung paham kalam Ibnu

Perhatian Ibnu Rusyd terhadap Kalam (Abdullah Mahmud) 117


Tumart al-Mahdi, peletak dasar al- menghapuskan pengalaman inderawi dan
Muwahiddun. Seperti telah dikemuka- hanya patuh pada “pentingnya penala-
kan sebelumnya bahwa karya-karya ran”. Rasionalisme semacam ini juga
tulisnya sangat banyak. Seorang peneliti sering terdapat di dalam kitab “Fashl
tentang Ibnu Rusyd, Ernst Renan (Ernsn al-Maqal...” yang menegaskan bahwa
Renan, 1957: 79) mengatakan bahwa adalah al-Qur’an sendiri yang mengajak
terdapat manuskrip yang masih terpeli- manusia pada argumentasi rasional.
hara dengan baik di Escorial yang Dalam AI-ManahiJ... dia lagi-lagi
meliputi karya-karya al-Farabi, Ibnu Sina menegaskan argumentasi al-Qur’an di
dan Ibnu Rusyd. Dan di bawah nama Ibnu atas untuk menentang kaum literalis (ahlu
Rusyd sendiri terdapat sebuah judul dhahir) dan kaum sufi. Serangan Ibnu
“Syarh ‘Aqidah al-lmam al-Mahd”. Rusyd juga diarahkan pada kaum
Hanya saja karya ini sudah tidak ada lagi. Mutakallimun yang mana metodenya tak
Kendati demikian, ada dugaan kuat dapat diterima oleh umat dan terlebih lagi
bahwa dalam karya ini Ibnu Rusyd tidak dapat membangun dalil yang
mendukung proposisi penalaian logis meyakinkan.
Ibnu Tumart. Dalam analisisnya tentang ide
Sungguhpun dalam kontek karya penciptaan, demikian Urvoy lebih lanjut
teologis, demikian Urvoy mengatakan, berpendapat, Ibnu Rusyd mengikuti jalan
karya al-Manhij al-Adillah... umumnya Ibnu Tumart dalam karya di atas. Dia
dipandang karya sekunder dari sisi berangkat dari pengalaman namun
kepentingannya, ia sangat berguna untuk membatasinya dalam satu cara tertentu
menunjukkan bagaimana Ibnu Rusyd sehingga analisisnya berkisar di seputar
membahas hampir semua tesis al- ide, antara lain: a.)... pengalaman tentang
Muwahiddun, meskipun tanpa harus wujud segala makhluk hidup yang
menyebut Ibnu Tiimart dan mengikuti menjadi saksi keberadaan Tuhan dan
alasan-alasan yang sama sekali berbeda mereka semua diciptakan; b), mengambil
yang bersifat doktrinal dan di atas kesimpulan bahwa wujud makhluk
segalanya pedagogis (Dominuque Urvoy, berasal dari wujud pencipta. Meskipun
1991: 71). demikian Ibnu Tumart memfokuskan
Ibnu Tumart — seperti umumnya pada mekanisme kesimpulan itu sendiri
ulama Kalam yang berpendapat bahwa yaitu mengambil kesimpulan darinya yang
doktrin adanya Tuhan, secara tradisional, berlawanan dengan analogi dalam
didasarkan pada pernyataan wajib hubungannya dengan pengalaman kita
wujudnya sang Pencipta— berangkat dari tentang penciptaan serta menempatkan
ayat al-Qur’an (QS. XIV: II) yang Tuhan sebagai wujud sempurna. Di lain
menegaskan wajib wujud, tapi tampak- pihak, Ibnu Rusyd mengintrodusir
nya dia berbeda dari mereka dalam hal sebuah perspektif “ilmiah” dalam perso-

118 SUHUF, Vol. XVII, No. 02/Nopember 2005: 115-120


alan ini, yaitu menegaskan wajib (wujud), berbicara dan semua itu “bila kayf”.
agar memperoleh pengetahuan yang Seiring dengan pendapat Ibnu Tumart di
tepat tentang wujud Tuhan, memiliki atas dan, atau barangkali terpengaruh
pengetahuan tentang substansi segala olehnya, Ibnu Rusyd juga mengelaborasi
sesuatunya. Adapun kesejajaran antara hal yang sama dalam Al-Manahij….nya,
kedua pemikir di atas adalah bahwa Ibnu khususnya. terdapat dalam bab tentang
Tumart mengelaborasi secara langsung sifat-sifat Tuhan.
“aqidah”nya pada tataran rasional, hanya Selanjutnya Ibnu Rusyd mengung-
pada akhirnya dia memberikan versi kapkan bahwa sifat-sifat yang jelas
sederhana yang tertuang dalam “mursyi- dipergunakan dalam kitab suci (al-
dat”nya. Sedang Ibnu Rusyd membe- Qur’an) untuk menggambarkan Tuhan
dakan dua (2) macam pengetahuan yang dan pencipta dunia adalah sifat-sifat yang
berasal dari dua bukti yang sama diambil dari kesempurnaan-kesempur-
(melalui Tuhan dan melalui ide pencip- naan yang terdapat pada diri manusia-
taan), yaitu bahwa umat hanya bisa Ada tujuh (7) sifat yaitu: ilmu, hidup,
memahami bentuk pengetahuan itu kuasa, kehendak, mendengar, melihat
melalui pengalaman inderawi; kaum elit dan bahasa. Dan akhimya tentang sifat
intelektual saja yang dapat mempersepsi — khususnya ketika berbicara tentang
dengan bukti-bukti meyakinkan. sifat pertama, yaitu ilmu Tuhan—Ibnu
Ketika membahas tentang sifat- Rusyd inengingatkan bahwa kita perlu
sifat Tuhan, Ibnu Tumart dalam “aqi- mempercayai sepenuhnya dogma ini
dah”nya bertolak dari al-Qur’an itu seperti halnya termuat dalani wahyu,
sendiri tanpa harus menambahkan ke tanpa harus bertanya bagaimana Tuhan
dalamnya argumen-argumen rasional. Dia mengetahui dan seterusnya.
mengatakan: Dari pembahasan perbandingan
Nama-nama pencipta (tuhan) tentang beberapa persoalan teologis di
adalah subyek bagi otoritasNya, Dia atas memang tampak ada kesejajaran
tidak diberi nama kecuali apa yang Dia pemikiran antara Ibnu Rusyd dan Ibnu
menamakan diri-Nya dalam al-Qur’an Tumart, meski terdapat perbedaan yang
atau dengan ungkapan-ungkapan nabi- kurang prinsipil. Bertolak dari sinilah
Nya. Analogi, etimologi dan konvensasi Dominique Urvoy terdorong untuk
adalah tidak diperkenankan atas nama- menyimpulkan bahwa pembahasan-
nama itu. pembahasan teologis Ibnu Rusyd sesung-
Ibnu Tumart menegaskan sifat- guhnya tidak lebih dari interpretasi
sifat Tuhan dengan mengatakan bahwa teologis ataa pemikiran kalam Ibnu
Tuhan itu hidup, mengetahui, berkuasa, Tumart, yang lantas disebut “interpretasi
berkehendak, mendengar, melihat, atas al-Muwahhiddn”.

Perhatian Ibnu Rusyd terhadap Kalam (Abdullah Mahmud) 119


DAFTAR PUSTAKA

Abu Walid Ibnu Rusyd, 1972. Fasl al- Do,imique Urvoy. 1991. Ibnu Rusyd
Maqal fima Bain al-Hikmah wa (Averroes). London: London and
al-Syariah min al-Inttishal. New York.
Ditahqiq oleh Muhammad Imarah.
Mesir: Daar al-Maarif. Ibnu Rusyd. 1901. Tahafut al-Tahafut.
Kairo t.p.
Abd ar Rahman Ibnu Khaldun, t.th.
Muqaddimah Ibnu Khaldun. ——. 1964. Manahij al-Adillah fi
Beirut: Daar al-Jil. Aqaid al-Millah, Ditahqiq Mah-
mud Qosim. Mesir: Maktabah al-
Ernst Renan, 1957. Ibnu Rusyd wa al- Anjalu al Misriyah.
Rusydiyah, terjemahan dari baha-
sa Jerman oleh ‘Adil Zu’aitir. Muhammad ‘Atif ‘Iraqi, 1980. Al-Manhaj
Kairo: Daar al-Ihya al Kutub al- al-Naqdiy fi Falsafat Ibn Rusyd,
‘Arabiyah. cet I. Kairo: Daar al-Ma’arif.

120 SUHUF, Vol. XVII, No. 02/Nopember 2005: 115-120

Anda mungkin juga menyukai