Anda di halaman 1dari 4

1.

Perebedaan sao2 dan spo2

Saturasi O2 (SAO2) dalam darah menentukan persentase situs pengikatan hemoglobin yang
ditempati oleh O2. Setiap molekul hemoglobin dapat menempati empat molekul O2 karena
secara alosterik dapat memodifikasi konformasi untuk memfasilitasi pengikatan O2 ke situs
pengikatannya. Nilai SAO2 normal dari individu yang sehat terjadi antara 95 - 100%. Namun, ini
dapat meningkat selama kondisi seperti polisitemia dan ventilasi hiper. SAO2 berkurang selama
anemia, hipoventilasi, dan bronkospasme.

SPO2 atau pengukuran saturasi oksigen dengan oksimetri nadi mengukur saturasi fungsional
hemoglobin. SPO2 adalah rasio antara jumlah hemoglobin teroksigenasi dengan jumlah
deoksihemoglobin dan oksihemoglobin. Dengan demikian, nilai SPO2 tidak akan sama dengan
nilai SAO2.Metode mendapatkan saturasi O2 dalam hemoglobin lebih efisien dan cepat
dibandingkan dengan pengukuran co-oksimeter.Level SPO2 pada individu yang sehat harus
lebih dari 94%. Tingkat dapat meningkat atau menurun untuk berbagai kondisi kesehatan seperti
dalam SAO2.

SAO2 dan SPO2 berbeda dalam metode yang mereka gunakan untuk mengukur saturasi O2
dalam darah. Yaitu, SAO2 mengukur total O2 yang terikat pada hemoglobin menggunakan ko-
oksimeter sedangkan SPO2 mengukur O2 yang terikat pada hemoglobin dengan metode pulse
oximeter. Selanjutnya, SAO2 adalah pengukuran langsung saturasi O2 dalam darah sementara
SPO2 adalah pengukuran tidak langsung SAO2. Ini adalah perbedaan antara SAO2 dan SPO2.

2. Perbedaan asam urat akut dan kronis

Pirai akut adalah fase akut dari penyakit asam urat, yakni timbul gejala-gejala nyeri sendi yang
hebat, sendi tampak bengkak, merah, panas, kaku atau sulit digerakan, dan kadang badan terasa
demam. 

Gout yang kronis (jangka panjang) dapat menyebabkan penumpukan asam urat baik di dalam
maupun di sekitar persendian. Pada akhirnya hal ini dapat menurunkan fungsi ginjal hingga
membentuk batu ginjal. Di mana, pada tahap ini didapatkan benjolan-benjolan di sekitar sendi,
telinga, atau kelopak mata yang disebut tofus. 

Penatalaksanaan fase akut gout lini pertama = NSAID seperti piroksikam, Natrium Diklofenak.
Lini kedua = Kolkisin.

Penatalaksanaan fase kronis gout lini pertama = Alupurinol

3. Obat kontaraindikasi asma ht

Beta blocker : Nadolol, propranolol

Pada pasien ini hb rendah


4. Hb rendah disebabkan karena ckd .

Anemia dapat muncul pada stadium awal gagal ginjal dan akan semakin memburuk seiring
dengan perkembangan penyakitnya. Penyakit ginjal kronik stadium akhir akan membutuhkan
terapi berupa cuci darah atau hemodialisa.

Ginjal manusia bertugas untuk menghasilkan hormon penting yang disebut eritropietin (EPO).
Hormon ini berfungsi merangsang sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah. Jika
fungsi ginjal terganggu, maka ginjal tidak dapat memproduksi cukup EPO, dan sumsum tulang
tidak dapat memproduksi sel darah merah secara optimal. Semakin buruk fungsi ginjal, semakin
sedikit jumlah EPO yang diproduksi. Seiring waktu, akan terjadi penurunan sel darah merah dan
terjadilah anemia.

5. Jenis anemia

 Anemia defisiensi desi

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi. Kondisi ini terjadi
akibat tubuh kekurangan zat besi, yaitu komponen penting dalam pembentukan sel darah merah.

Sejumlah kondisi bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, termasuk pola makan rendah zat
besi, kehamilan, perdarahan kronis seperti akibat luka di saluran cerna atau
menstruasi, gangguan penyerapan zat besi, efek samping obat-obatan, hingga penyakit tertentu,
seperti kanker, radang usus, dan miom.

Kondisi umumnya ditangani dengan konsumsi suplemen zat besi dan menjalani pola makan
tinggi zat besi. Selain itu, penyebab anemia defisiensi besi juga perlu diatasi.

 Anemia defisiensi vitamin B12 dan Folat

Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat (vitamin B9) untuk membuat sel darah merah baru.
Kekurangan salah satu atau kedua vitamin tersebut bisa menyebabkan anemia defisiensi vitamin
B12 dan folat.

Jenis anemia ini dapat terjadi akibat pola makan rendah kandungan kedua vitamin tersebut.
Selain itu, anemia kekurangan vitamin juga bisa terjadi karena tubuh sulit atau gagal menyerap
folat ataupun vitamin B12. Kondisi ini juga disebut anemia pernisiosa.

Penanganan anemia ini umumnya berupa perubahan pola makan, serta pemberian suplemen
vitamin B12 dan asam folat untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan kedua asupan tersebut.

 Anemia hemolitik

Anemia hemolitik terjadi saat kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat daripada kemampuan
tubuh untuk menggantinya dengan sel darah sehat yang baru.
Penyebab anemia hemolitik cukup beragam, mulai dari penyakit keturunan, seperti
thalasemia dan G6PD, penyakit autoimun, infeksi, efek samping obat, hingga gangguan pada
katup jantung.

Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab terjadinya anemia
hemolitik. Penanganan yang diberikan bisa berupa transfusi darah, pemberian obat-obatan
kortikosteroid, atau operasi.

 Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena berisiko tinggi mengancam
nyawa. Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah merah dalam jumlah
cukup akibat gangguan di sumsum tulang, yaitu produsen sel darah di dalam tubuh.

Anemia aplastik dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi akibat infeksi, efek
samping obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker, serta paparan zat beracun.

Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian antibiotik dan antivirus jika terdapat infeksi,
transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, atau pemberian obat penekan daya tahan tubuh.

 Anemia sel sabit

Anemia sel sabit terjadi akibat kelainan genetik yang membuat sel darah merah berbentuk seperti
sabit. Sel- sel ini mati terlalu cepat sehingga tubuh tidak pernah memiliki sel darah merah yang
cukup.

Selain itu, bentuk sel darah abnormal ini juga membuatnya lebih kaku dan lengket sehingga bisa
menghalangi aliran darah. Pemberian obat dapat dilakukan untuk mencegah kondisi bertambah
parah. Namun, satu-satunya cara mengatasi anemia jenis ini adalah dengan transplantasi sumsum
tulang. 

6. Obat indeks terapi sempit pada pasien ppok

 Aminofilin
 Gentamisin

7. Struktur hb

Hemoglobin terdiri dari rantai polipeptida yaitu satu pasang rantai apha dan satu pasang
rantai beta. Empat rantai tersebut masing-masing satu sisi ikatan oksigen. Keempat rantai
tersebut disatukan dengan ikatan (atraksi) non kovalen.
8. Asma lini pertama

Kortikosteroid inhalasi

 Budesonide.
 Flunisolide.
 Beclomethasone.
 Mometasone.
 Fluticasone propionate.

9. Prinsip kerja antikolinergik dalam ppok


Antikolinergik saat ini digunakan secara luas pada pengobatan penyakit-penyakit
obstruksi saluran napas, dan merupakan bronkodilator pilihan untuk pengobatan penyakit
paru obstruksi kronik. Mekanisme kolinergik memegang peranan penting dalam
mengatur tonus dan kaliber saluran pernapasan. Pada penyakit asma dan PPOK, sistim
saraf parasimpatik kolinergik merupakan salah satu mekanisme yang berperan atas
terjadinya bronkospasme, dan pada PPOK tonus kolinergik adalah satu-satunya
komponen yang bersifat reversibel.

10. Terapi pada pasien PPOK, ckd terkena infeksi


Terapi yang diberikan berupa antibiotic seperti azitromysin

11. Obat lain dengan indeks terapi sempit


 Fenitoin. Efek samping utama = kehilangan kesadaran dan kesulitan bernafas
 Digoksin. Efek samping utama = aritmia

12. Ureum tinggi akan menyebabkan pendarahan dilambung

Gangguan/kelainan ginjal dengan sakit lambung dapat terjadi, dengan mekansime yang dikenal
uremia gastropathy, yaitu akibat adanya gangguan ginjal sehingga kemampuan untuk memfiltrasi
darah menjadi kurang/tidak baik, akibatnya akan terjadi penumpukan kadar ureum dalam darah,
akibat adanya peningkatan kadar ureum di dalam darah ini nantinya akan menyebabkan
terjadinya gangguan koagulasi darah akibat jumlah kadar urea didalam darah terlalu tinggi,
sehingga akan mudah sekali terjadinya pendarahan dilambung.

Pada penderita gagal ginjal kronik peningkatan kadar ureum. Hal ini disebabkan karena pada
penderita gagal ginjal kronik terjadi pennurunan fungsi ginjal sehingga menyebabkan retensi sisa
metabolisme protein karena tidak dapat diereksikan oleh ginjal. Pada penderita gagal ginjal
kronik juga didapatkan waktu pendarahan yang memanjang. waktu pendarahan yang memanjang
tersebut berhubungan dengan retensi toksin uremik. Retensi toksin uremik menyebabkan
kelainan fungsi trombosit berupa terhambatnya agregasi trombosit, melemahnya adhesi dan
gangguan pembekuan sehingga menyebabkan pendarahan memanjang.

Anda mungkin juga menyukai