Anda di halaman 1dari 2

Diduga Malpraktek, 2 Perawat di RSUD Manokwari Dipolisikan

Manokwari, TP – Dua perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat


(IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari dilaporkan ke
Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Papua Barat, Selasa
(20/2).

Berdasarkan laporan polisi dengan nomor: LP/26/II/2018/Papua


Barat/SPKT tertanggal 20 Februari 2017, kedua perawat yang
dipolisikan, yakni BH dan Y, dilaporkan dr. Augustina Hehanusa atas
dugaan malpraktek yang terjadi di RSUD Manokwari pada 30 Desember
2017.

dr. Augustina Hehanusa melalui kuasa hukumnya, Benny Arens


Niwe Lattu, SH mengatakan, terlapor BH dan Y, dilaporkan karena telah
melakukan malpraktek terhadap anak kliennya, David Jewish Hehanusa
(5 tahun) saat dirawat di IGD.

Kronologisnya, ungkap Lattu, korban, David Jewish Hehanusa


dilarikan pihak keluarga ke RSUD Manokwari pada 29 Desember 2017,
dengan keluhan sakit. Kemudian, korban diperiksa tenaga medis dan
didiagnosa mengalami penyakit Malaria Vivax.

Tepatnya pada 30 Desember 2017, ia menjelaskan, korban masuk


ke ruang IGD untuk menjalani perawatan dan diberikan Paracetamol
Infus 100 ml sebanyak 1 botol oleh kedua perawat.

Pada siang harinya, sekitar pukul 12.00 WIT, Paracetamol Infus 100 ml yang diberikan itu habis,
kemudian perawat kembali memberi Paracetamol Infus 100 ml (mengandung 1.000 mg) kepada korban
sebanyak 1 botol.

“Di sinilah letak kesalahan mereka, karena bertindak tidak sesuai prosedur, seharusnya 200 mg
Paracetamol Infus yang diberikan kepada korban, tetapi yang mereka berikan 2.000 mg, jadi tidak sesuai
instruksi dokter anak,” kata Lattu kepada para wartawan di ruang SPKT Polda Papua Barat, kemarin.

Pada 31 Desember 2017, sekitar pukul 03.00 WIT dini hari, lanjut dia, ibu korban atau kliennya
hendak melapor ke perawat pengganti apabila Paracetamol Infus yang diberikan untuk korban sudah
hampir habis.

Menurutnya, saat itulah perawat pengganti yang bertugas terkejut, karena menerima laporan dari
kliennya bahwa korban sudah menghabiskan 2 botol Paracetamol Infus sekaligus dalam kurun waktu 12
jam tanpa dicampur.

Padahal, ia menerangkan, berdasarkan keterangan dan resep dokter anak, seharusnya korban
diberikan Paracetamol Infus sebanyak 200 mg dan harus dicampur dengan NHCL.

“Saat itu saya shock dan kaget. Saya menduga anak saya telah overdosis Paracetamol Infus,
karena petunjuk penggunaan serta indikasi di dalam dus obat tercantum jelas apabila penggunaannya
melebihi dosis (overdosis) dan terlambat penanganannya akan menyebabkan pengguna koma, bahkan
kematian,” katanya.

Lanjut Lattu, akibat overdosis itulah, korban mengalami nyeri perut, muntah-muntah, lemas,
pucat, dan keringat bercucuran deras tanpa henti, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Siloam Internasional,
Karawaci untuk mendapatkan perawatan intensif.

Dikatakannya, sejak dirawat di Rumah Sakit Siloam Internasional pada 31 Desember 2017 dan
setelah keluar pada 6 Januari 2018, korban mengalami rasa sakit yang sama akibat overdosis. Bahkan,
terus-menerus buang air besar, lalu dirawat lagi pada rumah sakit yang sama dan baru keluar pada 14
Januari 2018.

“Sampai saat ini, korban tidak bisa minum susu, karena kondisinya belum pulih total. Kami
diminta terus kontrol sampai 6 bulan ke depan,” tambah Lattu.

Terkait kejadian tersebut, Lattu mengatakan, sebelum membuat laporan polisi, mereka sudah
melayangkan somasi pertama dan kedua ke pihak rumah sakit, tetapi sampai sekarang belum ada titik
temu atau respon baik dari pihak RSUD Manokwari.

Di samping itu, Lattu menegaskan, dalam waktu dekat, pihaknya akan melayangkan gugatan
hukum perdata terhadap pihak rumah sakit.

“Kami berharap pemerintah daerah dapat menyikapi secara serius kejadian ini dan segera
membenahi sistem pelayanan kesehatan sesuai standar operasional yang layak agar tidak lagi terjadi dan
menimbulkan korban-korban yang lain,” pungkas Lattu. [BOM-R1] 

Sumber : https://www.pasificpos.com/diduga-malpraktek-2-perawat-di-rsud-
manokwari-dipolisikan/

Anda mungkin juga menyukai