Anda di halaman 1dari 21

KESEHATAN PENDIDIKAN KEMISKINAN

EKONOMI

tujuan

DOSEN : H. MAMAN SUTISNA SKM,M.KES

KELOMPOK 1 : ANDIKA KOES P

ALFIN

ADILA SALESTI

ANGGRAINI

UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG


JL. Raya Cilegon Km. 06 Pelamunan Kr.Watu Serang – Banten Telp/Fax : (0254) 230054 –
232729
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Issue terkini kesehatan masyarakat
ini. Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah berkontribusi membantu kami baik berupa pemikiran maupun
materialnya. Dimana makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh H. Maman Sutisna SKM,M.KES

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, dan untuk kedepannnya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari


bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ISSUE TERKINI KESEHATAN MASYARAKAT.

Tangerang ,12 Sept 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1. LatarBelakang........................................................................................................ 

1.2. RumusanMasalah....................................................................................................

1.3. TujuanPenelitian.................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1. Pengertian safety meeting dan safety training....................................................... 6

2.2 Manfaat ,peran dan kontribusi dikeselamatan kerja..............................................7

2.3. Jenis jenis safety meeting dan safety training ...................................................... 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

3.1. Kesimpulan............................................................................................................ 11

3.2. Saran...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah Kesehtan pendidikan kemiskinan ekonomi merupakan suatu
masalah yang tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Walaupun
pemerintah terus berupaya untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran,
namun ternyata hal itu belum bisa diatasi secara tuntas baik oleh pemerintahan
sebelum reformasi maupun setelah reformasi. Berbagai cara telah ditempuh,
salah satu diantaranya adalah menciptakan proyek padat karya yang diharapkan
bisa menyerap tenaga kerja. Pemerintah juga telah merangkul investor untuk
melakukan investasi di Indonesia, bunga pinjaman Bank juga diturunkan. Semua
bertujuan agar menyerap tenaga kerja dan muaranya diharapkan bisa
mengurangi jumlah angka kemiskinan dan pengangguran. Rakyat miskin adalah
mereka yang berpenghasilan di bawah Rp. 120.000,00 atau 150.000,00 atau
175.000,00 per bulan (kompas, 16-9-2005). Penyebab mendasar kemiskinan
menurut Partoatmodjo dalam (Ibnu Syamsi, 2009:6), dikatakan antara lain (1)
kegagalan kepemilikan atas tanah dan modal, (2) terbatasnya ketersediaan bahan
kebutuhan dasar, sarana dan prasarana, (3) kebijakan pembangunan yang bias
perkotaan dan bias sektor, (4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota
masyarakat dan sistem yang kurang mendukung, (5) rendahnya produktivitas
dalam masyarakat, (6) budaya hidup yang dikaitkan kemampuan seseorang dalam
mengelola sumber daya alam dan lingkungannya, (7) tidak adanya tata
pemerintahan yang baik dan bersih, dan (8) pengelolaan sumber daya alam yang
berlebihn dan tidak berwawasan lingkungan. Ada dua langkah besar untuk
mengatasi kemiskinan, yaitu: penyediaan fasilitas umum dan sosial bagi
masyarakat kurang mampu (kompas, 19-6 2007)

Tahun 1998 sebagai awal krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara di dunia,
telah membawa implikasi negatif terhadap meningkatnya jumlah angka
kemiskinan di Indonesia. Bahkan krisis ekonomi yang memicu munculnya
krisismulti demensi pada tahun 1998 tersebut hingga kini sebenanya masih
banyak menyisakan permasalahan yang harus dibenahi dan ditanggulangi. Salah
satu masalah Untuk mengukur kemiskinan di Indonesia, BPS menggunakan apa
yang disebutnya konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Melalui pendekatan ini, kemiskinan dapat dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, sehingga dapat
diketahui/dihitung Headcount Index,yakni persentse penduduk miskin terhadap
total penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kesehatan?

2. Apa yang dimaksus dengan pendidikan?

3. apa yang dimaksud dengan kemiskinan ?

4. apa yang dimaksud dengan ekonomi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan

2. mengetahui apa pendidikan beserta faktorya

3. mengetahui apa kemiskinan

4. mengetahui a[a faktor ekonomi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

A KESEHATAN
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk
yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak
antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan
anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak,
anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut
harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi
kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam
transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi
dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan
beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang
meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA
tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang
belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan
drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional
menjadi modern yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi
gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik,
mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah
kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara
kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa
sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa
perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan
mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya
promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian
dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang
perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu
perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa
permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan
antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas
kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan
antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan
masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat
adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi
peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban
ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah
.5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak
merata.

B. Strategi Paradigma Kesehatan


Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap
informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian.
Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki
era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep
dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat.
Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit
dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat
Indonesia.
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah
kesehatan di waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan
penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan
menjadi pelaku utama dan mempertahankan kesinambungan pembangunan.
faktor lain seperti lingkungan, perilaku dan genetika justru lebih menentukan
terhadap status kesehatan penduduk, dimana perubahan pemahaman dan
pengetahuan tentang determinan kesehatan tersebut, tidak diikuti dengan
perubahan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti
membuat peraturan perundang-undangan yang penting dalam Undang-undang
kesehatan No. 23 tahun 1992 terutama yang berkaitan dengan upaya promotif
dan preventif sebagaimana tujuan program kesehatan dalam GBHN.

C.Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit
dalam jangka panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu
sendiri, maka untuk menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan
adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang
mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model)
sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab
tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya
kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-
25 tahun mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-
preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit
(85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
D. Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya
promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif
diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan
penduduk yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada
pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Thomas
Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru perlu didahului dengan
perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang lama.
Upaya kesehatan di masa dating harus mampu menciptakan dan menghasilkan
SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus
dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup
E. Indikator Kesehatan
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah
indikator positif, bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih
dipakai. WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus
mengacu pada empat hal sebagai berikut :
a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b. Mengukur kemampuan fisik
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks massa tubuh
F. Pemberdayaan Masyarakat Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat
untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri
dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
G. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih
terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak
berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi.Para penentu kebijakan banyak
beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sektor konsumtif ketimbang
sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi
terhadap sektor ini tidak akan meningkat.
B. PENDIDIKAN
Sebelum kita membahas mengenai permasalahan–permasalahan
pendidikan di Indonesia, sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu sendiri
terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari
kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.Ki Hajar Dewantara,
sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan
nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang
merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya


budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak);
dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-
anak yang kita didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)

Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat


pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir
hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam
dan lingkungan masyarakatnya.

Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam


proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia
(yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah subyek dari pendidikan. Karena
merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dituntut suatu tanggung jawab
agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika memperhatikan bahwa
manusia itu sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal
yang terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah otonomi pribadi.
Maksudnya adalah, manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk “ada”
sebagai dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung jawab.

Hasil dari pendidikan tersebut yang jelas adalah adanya perubahan pada subyek-
subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa yang sederhana
demikian, ada perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses pendidikan itu
tentu saja tidak sesempit itu. Karena perubahan-perubahan itu menyangkut aspek
perkembangan jasmani dan rohani juga.

Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam


relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu
berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar
diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan
lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercerabut dari akar
tradisiny

Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari


bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”. Dunia
pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya
membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak
begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia
cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.

Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,


menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang
diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan
ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir
(kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi
cenderung semakin hilang. Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-
down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang
tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem
pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para peserta didik (murid)
dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi
mengarahkan kepada
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan
pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya
bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah wujud
dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan
visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar budayanya
(seperti di dunia Timur/Asia).

B. Kualitas Pendidikan di Indonesia Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas


pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :

– Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen


Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di
garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah
dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.

– Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat


merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu
sebagai objek dari pendidikan.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin


terpuruk. Faktor-faktor tersebut yaitu :

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

2. Rendahnya Kualitas Guru

3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

4. Rendahnya Prestasi Siswa

5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

6. Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan

7. Mahalnya Biaya Pendidikan

C. Solusi Pendidikan di Indonesia


Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik,
rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas, secara
garis besar ada dua solusi yaitu:

– Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang


berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia

– Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa.

C. KEMISKINAN
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh
negara negara yang berkembang tetapi juga negara maju, seperti inggris dan
amerika serikat Dalam kamus ilmiah populer kata “miskin mengandung arti tidak
berharta hanya yang ada tidak mencukupi kebutuhan atau bokek .adapu n kata
fakir diartikan sebagai orang yang sangat miskin .secara etimologi makna yang
terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini
bermula sejak masa neo-klasik dimanapada kesempatan ini penyususn mencoba
memaparkan secara global kemiskinan negara negara di dunia ke tiga. Ada dua
kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi yaitu kemiskinan alami dan
buatan . kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (sda) yang terbatas
penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam kemiskinan buatan
diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan
ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia.

Dibawah ini beberapa kemiskinan menurut pendapat karimah kaurayyim yang


antara lain adalah :
a. merosotnya standar perkembangan pendapat perkapita secara global yang
penting di garis bawahi disini adalah bahwa standar pendapatan perkapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem .

berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerososotan standar


perkembangan pendapatan perkapita : 1. Naiknya standar perkembangan suatu
daerah 2. Politik ekonomi dan tidak sehat 3. Menurunya etos kerja dan
produktivitas masyarakat

Faktor faktor penyebab kemiskinan menurut Hartomo dan azis dalam adan
hudyana

1. pendidikan yang terlampau rendah : tingkat pendidikan yang rendah


menyebabkan sesesorag kurang mampu mempunyai keterampilan tertentu yang
dierlukan

2. malas bekerja : adanya sikap malas (bersikap pasif atau berstandar pada nasib )
menyebabkan seseorang bersikap tak acuh

3.keterbatasan sumber alam : suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila


sumber alam nya tidak ada memberikan keuntungan

Salah satu akar permasalahan kemiskinan di Indonesia yakni tingginya


disparitas antar daerah dan golongan masyarakat, akibat tidak meratanya
distribusi pendapatan, sehingga kesenjangan antara masyarakat kaya dan
masyarakat miskin di Indonesia semakin melebar. Pemerintah sendiri
selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan dari tahun
ketahun, namun tingkat kemiskinan di Indonesia tidak juga mengalami
penurunan yang signifikan, walaupun data di BPS

D. EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan
perekonomian yang menyebabkan bertambahnya jumlah barang dan jasa yang
diproduksi masyarakat.
Perkembangan teknologi juga mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Teknologi produksi yang makin maju menyebabkan jumlah produksi bertambah
dengan sangat baik.
Salah satu faktor penting penentu pertumbuhan ekonomi adlaah pendapatan
nasional. Bila pendapat nasional terus-menerus meningkat dengan tajam bisa
diharapkan pertumbuhan ekonomi juga meningkat.
2. Ketidakstabilan Perkembangan Ekonomi
Perekonomian selalu mengalami kondisi naik turun dari satu period eke
periode lainnya. Hal ini bisa diakibatkan oleh kondisi perusahaan-perusahaan yang
berada dalam perekonomian tersebut.
Factor utama penyebab pengangguran adalah kekurangan pengeluaran
agregat. Dalam suatu perekonomian, pada umumnya pengeluaran agregat yang
terjadi lebih rendah daripada pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Hal ini menyebabkan
terjadinya pengangguran. Selain itu, pengangguran bisa juga disebabkan oleh
karena pekerja mencari pekerjaan yang lebih baik, penggunaan peralatan yang
lebih modern.
Pengangguran berdampak buruk terhadap perekonomian dan sosial individu
yang mengalaminya. Seorang yang menganggur tidak memiliki pendapat sehingga
tidak bisa memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya. Hal ini bisa
menjadi tekanan bagi pelakunya dan bisa menimbulkan masalah sosial seperti
kejahatan danp encurian, bahkan pembunuhan.

MASALAH EKONOMI YANG DIHADAPI NEGARA MAJU


1. sumber daya manusia
1.                   jumlah tenaga kerja (kurang)
2.                   restruktur perusahaan
2. masalah globalisasi ekonomi
1.                   masuknya produk Negara berkembang ke negra maju
2.                   perpindahan investasi dari Negara maju ke Negara berkembang
3.                   krisis ekonomiu di Negara berkembang
3 masalah hidup

KEBIJAKAN PEMERINTAH
DI BIDANG EKONOMI
A. Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan meningkatkan investasi
dan ekspor serta mendorong indstri pengolahan. Peningkatan investasi dan ekspor
didorong dengan meningkatkan daya tarik inestasi baik di dalam maupun di luar
negeri; mengurangi hambatan prosedur perizinan, administrasi perpajakan dan
kepabeanan; meningkatkan kepastian hukum termasuk terhadap peraturan-
peraturan daerah yang menghambat serta meningkatkan diversifikasi pasar ekspor
dan mendorong komoditi nonmigas yang bernilai tambah tinggi.
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi
Pertumbuhan ekonomi didorong dengan meningkatkan investasi, menjaga
ekspor nonmigas, serta memberi stimulus fiscal dalam batas kemampuan keuangan
Negara untuk menggerakkan semua sector produksi, terutama industri dan
pertanian.
2. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi, tercermin dari kondisi neraca pembayaran, moneter,
dan keuangan Negara.
3. Pengangguran dan Kemiskinan
Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, stabilitas ekonomi yang
terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi
jumlah penduduk miskin dan pengangguran, jumlah penduduk miskin dan
pengangguran terbuka menurun.

B.  INFLASI
Cara-cara Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah di bidang moneter
(keuangan) yang dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral) tujuannya
menjaga kestabilan moneter agar kesejahteraan rakyat meningkatkan.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter,
ada 3 (tiga) cara yang dilakukan dalam kebijakan fiscal, yaitu sebagai berikut.
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
b. Menaikkan tarif pajak.
c. Mengadakan pinjaman pemerintah.
3. Kebijakan Nonmoneter (Kebijakan Riil)
Kebijakan ini bisa ditempuh dengan cara berikut.
a. Menaikkan hasil produksi agar tingkat konsumsi bertambah, sehingga akan
menambah uang beredar.
b. Kebijakan upah yang disepakati dengan serikat-serikat buruh agar tidak terjadi
banyak tuntutan selama inflasi.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Paradigma sehat merupakan suatu strategi baru pembangunan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan sebagai suatu variable
kontinyu, direncanakan dalam suatu system desentralisasi, dengan
kegiatan pelayanan yang senantiasa bersifat promotif untuk
mengentaskan kesehatan masyarakat, oleh tenaga kesehatan
profesional bersama masyarakat yang partisipatif.Paradigma sehat
mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan masyarakat
dititik beratkan pada :1. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas
penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit
melalui olah raga, fitness dan vitamin.2. Pencegahan penyakit melalui
imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.3. Pencegahan pengendalian
penanggulangan, pencemaran lingkungan serta perlindungan
masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya
adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya
pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru,
rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya
pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem
pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai
objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia
yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya
bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja
sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala
permasalahan pendidikan di Indonesia.

kemiskinan di definisikan sebagai sebuah kondisi tidak terpenuhinya


kebutuhan secara esensial/asasi sebagaimana manusia lainnya.
Kemiskinan juga didefinisikan sebagai ketidakmampuan memenuhi
standar hidup minimum, (Mudrajat Kununcoro, 1997:107). Menurut
(Tjokrowinoto, 1995 dalam Ngadiyono, 2008:12) dikatakan bahwa
kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalankesejahteraan (welfare)
semata, tetapi kemiskinan juga menyangkut persoalan kerentanan
(vulnerability), ketidakberdayaan (powerless), tertutupnya akses
terhadap peluang kerja,

Masalah Utama Perekonomian


1.                   Pertumbuhan Ekonomi
2.                   Ketidakstabilan Perkembangan Ekonomi
3.                   Pengangguran .
4.                   Inflasi .
5.                   Ketidakseimbangan Neraca Perdagangan

Kebijakan ekonomi
a. Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Makro
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi
2. Stabilitas Ekonomi
3. Pengangguran dan Kemiskinan
b.arah kebijakan Inflasi
1.                   Kebijakan Moneter
saran
Demikianlah yang bisa kami sampaikan mengenai
materi yang menjadi bahasan makalah ini, tentunya
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan rujukan atau refrensi yang kami
peroleh. sehubungan dengan makalah ini penulis banyak
berharap kepada pembaca yang budiman memberikan
kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada
penulis. Aamiin
daftar pustaka

www.academia tentang maslah kesehatan di indonesia


www.academia tentang masalah kritinya pendidikan di
indonesia
www.academia tentang kemiskinan dan dampak ekonomi

Anda mungkin juga menyukai