Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia mulai dari
didalam kandungan hingga lansia. Status gizi merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Status gizi yang buruk pada masak
kanak-kanak terutama pada masa prasekolah akan sangat mempengaruhi kualitas
kehidupan mereka selanjutnya karena mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan kecerdasan anak. Perkembangan kecerdasan terutama pada
masa kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diterima. Semakin
rendah asupan gizinya semakin buruk juga status gizi dan kesehatannya.
1,2
.Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) pada tahun 2013 didapatkan
data bahwa balita yang mengalami gizi kurang, pendek, dan kurus berturut urut
adalah 13.9%, 19.2%, dan 6.8% dan pada riskesda tahun 2018 dilaporkan sebesar
3,4
13.8%, 19.3% dan 6.7% . Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan gizi kurang masih menjadi permasalahan di Indonesia3,4.

Usia balita merupakan masa emas, dimana sel sel otak anak sedang mengalami masa
perkembangan dan pertumbuhan terbaik yang sangat mempengaruhi kecerdasan anak
nantinya.Dalam periode ini dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan otak
anak mencapai 80% dari otaknya di masa dewasa. Sebab itu tingkat keberhasilan
anak pertumbuhan dan perkembangan anak akan ditentukan pada masa emas
tersebut5. Salah satu cara untuk menunjang hal tersebut adalah pemberian gizi yang
adekuat , pemenuhan kebutuhan gizi akan tercipta dengan baik apabila anak
memperlihatkan perilaku makan yang baik6.

Kesulitan makan adalah gangguan saat waktu makan yang dianggap sebagai suatu
masalah bagi anak atau keluarga yang bermanifestasi dalam bentuk memilih-milih
makanan, waktu makan yang panjang, nafus makan yang kurang, pola makan
nocturnal pada anak, atau kegagalan untuk memperkenalkan tekstur makanan pada
anak. Sebenarnya semua hal di atas adalah bagian dari perkembangan pemberian
makan pada anak, namun apabila hal tersebut menjadi berkepanjangan ataupun
keparahannya meningkat dapat menimbulkan stunting dan juga malnutrisi pada anak7.

Kesulitan makan adalah keluhan yang banyak dijumpai, diperkirakan secara global
terjadi sebesar 20- 50% pada anak dengan tumbuh kembang normal dan 70-89% pada
anak dengan kelainan tumbuh kembang 8. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Jakarta pada tahun 2011 didapatkan bahwa prevalensi kesulitan makan
sebesar 33.6% dan 44.5% diantaranya menderita malnutrisi ringan hingga sedang dan
79.2% dari subjek penelitian telah mengalami kesulitan makan lebih dari 3 bulan8 .

Kesulitan makan data ditimbulkan oleh faktor organic dan juga faktor nonorganic.
Faktor organic antara lain disebabkan oleh gangguan anatomis, gangguan saraf,
masalah gastrointestinal, gangguan jantung, infeksi, dan gangguan metabolic.
Sedangkan faktor nonorganic disebabkan oleh bukan karena penyakit organic namun
disebabkan oleh masalah perilaku dari anak itu sendiri9. Perilaku anak sendiri sangat
dikaitkan dengan pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya10. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk untuk mengangkat permasalahan diatas menjadi suatu
penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh orangtua
dengan kesulitan makan pada siswa prasekolah di wilayah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apakah pola asuh berpengaruh terhadap kejadian kesulitan makan pada siswa
prasekolah di wilayah Denpasar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1 Mengetahui pengaruh pola asuh terhadap kesulitan makan pada siswa
prasekolah di wilayah Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Mengetahui distribusi umur orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan
orang tua, dan umur anak siswa prasekolah di wilayah Denpasar.
2 Mengetahui kejadian kesulitan makan pada siswa prasekolah di wilayah
Denpasar.
3 Mengetahui pola asuh orang tua kepada siswa prasekolah di wilayah
Denpasar.
4 Menganalisis hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian kesulitan
pada siswa prasekolah di wilayah Denpasar.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis

Meningkatkan khazanah pengetahuan terhadap kesulitan makan anak, pola


asuh orang tua, dan hubungan antara keduanya

1.4.2 Bagi Orang tua

Memberikan informasi terkait hubungan antara pola asuh dan kesulitan makan
pada anak, sehingga diharapkan orang tua nanti mampu menerapkan pola asuh
yang sesuai dengan karakter anak

1.4.3 Bagi Pemerintah


Memiliki data terkait prevalensi dan karakteristik kesulitan makan pada siswa
taman kanak kanak di wilayah Denpasar sehingga dapat melakukan intervensi
dan pengambilan kebijakan sehingga kejadian tingkat kesulitan makan
mampu dikurangi dan mencegah kejadian malnutrisi pada anak.

1.4.4 Bagi Peneliti lain


Dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
Dapus

1 Khasanah NA. Hubungan Sikap Ibu tentang Kesulitan Makan dengan Status Gizi
Anak Usia Pra Sekolah (3-6 tahun) di Desa Wonosari Ngoro Mojokerto. Hospital
Majapahit. 2014;6(1).
2 Kementerian Kesehatan RI. Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama
Kehidupan Jakarta: Kemenkes RI 2012.
3 Kementerian Kesehatan. Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2013.
4 Kementerian Kesehatan. Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan 2018.
5 Suyadi. Psikologi Belajar Anak Usia Dini. Yogyakarta.PEDAGOGIA. 2010.
6 Siska, Elpera.Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kesulitan Makan pada
Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Panjur Batu Tahun 2018.
Skripsi. Poltekkes Medan. 2018.
7 Yang HR. How to approach feeding difficulties in young children. Korean J
Pediatr. 2017;60(12):379-384.
8 Judarwanto, Widodo. Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak. Jakarta: Puspa
Swara. 2011.
9 Rybak A: Organic and Nonorganic Feeding Disorders. Ann Nutr Metab
2015;66(suppl 5):16-22.
10

Anda mungkin juga menyukai