Anda di halaman 1dari 3

1 PRAKTIKUM ONLINE

TOPIK: GEN TERANGKAI KELAMIN (SEX LINKAGE)


Gabriel Evelin – 432019002

I. Hasil dan Pembahasan


Hasil
Tabel A. Diagram Persilangan
P1 Fenotipe : ♀ Betina wild type >< ♂ Jantan mata putih
Genotipe : XM XM Xm Y
Gamet : XM Xm
XM Y
F1:
♂ Jantan mata putih
♀ X m
Y
XMXm X MY
XM
Betina wild type Jantan wild type
Betina wild type
XMXm X MY
XM
Betina wild type Jantan wild type
P2 Fenotipe : ♀ Betina wild type >< ♂ Jantan wild type
Genotipe : XM M m XM Y
Gamet : XM XM
Xm Y
F2 :
♂ Jantan wild type
♀ XM Y
XMXM X MY
XM
Betina wild type Jantan wild type
Betina wild type
XMXm XmY
Xm
Betina wild type Jantan mata putih
Rasio F2 Fenotip = 3 Wild type : 1 Mata putih
Genotip = (2) XM XM, XM Xm : (1) XM Y : (1) XmY

Tabel B. Diagram Persilangan Resiproknya


P1 Fenotipe : ♀ Betina mata putih >< ♂ Jantan wild type
Genotipe : Xm Xm XM Y
Gamet : Xm XM
Xm Y
F1:
♂ Jantan wild type
♀ X M
Y
XMXm XmY
Xm
Betina wild type Jantan mata putih
Betina mata putih
XMXm XmY
Xm
Betina wild type Jantan mata putih
P2 Fenotipe : ♀ Betina wild type >< ♂ Jantan mata putih
Genotipe : XM M m Xm Y
Gamet : XM Xm
Xm Y
2 PRAKTIKUM ONLINE

F2:
♂ Jantan mata putih
♀ X m
Y
XMXm X MY
XM
Betina wild type Jantan wild type
Betina wild type
XmXm XmY
Xm
Betina mata putih Jantan mata putih
Rasio F2 Fenotipe = 2 Wild type : 2 Mata putih
Genotipe = (1) XM Xm : (1) Xm Xm : (1) XM Y : (1) XmY

Tabel C. Uji Chi-Square


Tabel a
Hasil diperoleh Hasil diharapkan
Kelas Fenotip (O – E)2 (O – E)2/E
(O=observed) (E= expected)
Betina wild type 613 611,5 2,25 0,0036
Jantan wild type 295 305,75 115,56 0,3779
Jantan mata putih 315 305,75 85,56 0,2798
Total 1.223 1.223 0,6613
Berdasarkan hasil uji Chi-square, dapat diketahui bahwa nilai chi hitung (0,66) < chi tabel (5,99). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi rasio anakan F2 berupa 3:1 atau 2:1:1 dapat
diterima.
Tabel b
Hasil diperoleh Hasil diharapkan
Kelas Fenotip (O – E)2 (O – E)2/E
(O=observed) (E= expected)
Betina wild type 315 300,25 217,56 0,7245
Jantan wild type 289 300,25 126,56 0,4215
Betina mata putih 291 300,25 85,56 0,2849
Jantan mata putih 306 300,25 33,06 0,11
Total 1.201 1.201 1,5409
Berdasarkan hasil uji Chi-square, dapat diketahui bahwa nilai chi hitung (1,54) < chi tabel (7,82). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi rasio anakan F2 berupa 2:2 atau 1:1:1:1 dapat
diterima.
Pembahasan

Berdasarkan hasil dari percobaan berikut diperoleh teori pewarisan kromosom. Dapat dibuktikan
melalui uji Chi- Square karena hasil yang diperoleh akan diketahui data tersebut dapat diterima secara
teoritis atau tidak sehingga menurut Suryo (2013) diperlukan pembuktian evaluasi. Cara evaluasi dengan
melakukan uji Chi-Square Test (X2). Menurut Khoiriyiah (2014) uji Chi-Square Test (X2) merupakan uji
yang dapat menunjukkan adanya penyimpangan struktur genetik.
Pada tabel A. terdapat hasil rasio perbandingan fenotipe 3:1 dan genotipe 2:1:1 dengan derajat
kebebasan 3-1=2 batas kemungkinan 0,05 atau 5% dengan X2 tabel 5,99 dan kemungkinan yang lain lebih
dari batas yaitu 0,70 dengan nilai X2 tabel 0,71 maka pada tabel diperoleh hasil X2 hitung 0,66 kurang dari
X2 tabel. Jadi rasio yang diperoleh dapat diterima dan dapat dikatakan sesuai dengan nisbah hukum
Mendel akan tetapi pada terjadinya persilangan resiprok pada tabel B. hasil rasio perbandingan F2
diperoleh 1:1:1:1 dengan derajat kebebasan 4-1=3 batas kemungkinan 0,05 atau 5% dengan X2 tabel 7,82
dan kemungkinan yang lain lebih dari batas yaitu 0,50 dengan nilai X2 tabel 2,37 maka pada tabel
diperoleh hasil X2 hitung 1,54 kurang dari X2 tabel. Jadi rasio yang diperoleh dapat diterima namun tidak
sesuai dengan nisbah hukum mendel I karena menurut Suryo (2013) perkawinan resiprok Mendel atau
perkawinan kebalikan Mendel akan menghasilkan keturunan yang sama dari perkawinan yang semula
dilakukan. Rasio ini dapat diterima karena telah sesuai teoritis yang menurut Dedi (2006) Semakin kecil
nilai X2 hitung menunjukan bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang diharapkan
secara teoritis sehingga penyimpangan yang terjadi juga semakin kecil dan menurut Suryo (2013) semakin
kearah kiri nilai kemungkinan semakin mendekati nilai 1 (100%) yang berarti bahwa data percoban yang
diperoleh adalah dapat diterima baik.
3 PRAKTIKUM ONLINE

Drosophila melanogaster ini tidak dapat dikatakan persilangan monohibrid hukum Mendel I karena
menurut Napitupulu dan Damanhuri (2018) jika rasio fenotipe suatu karakter nisbah hukum Mendel dan
persilangan resiproknya tidak menunjukkan perbedaan maka dapat dinyatakan bahwa pada pewarisan suatu
karakter tidak dipengaruhi oleh maternal effect, tetapi pada persilangan ini terjadi pewarisan yang terdapat
pada gonosom, artinya gen terpaut kromosom kelamin atau gen terangkai kromosom X yang bersifat
dominan.
Adanya letak gen terangkai kromosom X sebagai pengatur warna mata pada D. melanogaster yang
ditandai warna mata merah yang disebut tipe liar / wild type dan mata putih disebut fenotipe mutan karena
karakter tersebut berasal dari alel tipe liar yang mengalami perubahan atau mutasi hal ini sesuai dengan
Fauzi dan Corebima (2016) warna mata pada lalat buat terkait dengan jenis kelaminnya yang terangkai
pada kromosom X. Kromosom X bersifat dominan karena menurut Campbell (2002) betina (XX)
membawa dua salinan gen untuk karakter ini sementara jantan (XY) hanya membawa satu. Akan tetapi,
walaupun hanya satu saat diwariskan D. melanogaster jantan yang resesif akan tetap tereksperesi karna
tidak boleh ada alel wildtype yang hadir menutupi alel resesif dan pada betina wild type keturunan betina
mewarisi salah satu kromosom X yang ada dalam gamet paternal, semua keturunan betina dari persilangan
ini akan membawa sifat mata-merah dominan, dan sifat ini akan menutupi sifat mata-putih resesif yang
mereka warisi melalui gamet ibu. Hasil F2 dari persilangan tabel B sesuai dengan Irawan (2010) yang
dimana pada kromosom kelamin diwariskan secara bersilang (crisscross), dan ini hanya berlaku untuk
persilangan parental pertama dengan induk betina bersifat homozigot resesif dan pejantan homozigot
dominan, tetapi pewarisan bersilang tersebut tidak dijumpai pada gen – gen yang terkait pada autosom.

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa persilangan Drosophila melanogaster


merupakan gen yang terangkai kelamin dengan hasil F2 perbandingan rasio fenotipe dan genotipe pada
persilangan resiprok tidak sesuai dengan hasil persilangan resiprok monohibrid hukum Mendel I. Letak gen
yang mengatur warna mata pada D. melanogaster terdapat digonosom atau gen terangkai kromosom X
yang bersifat dominan karna pada betina membawa dua salinan gen yang dimana alel resesif akan tertutup
dengan alel dominan tetapi jantan yang membawa satu salinan gen maka pada alel mutan resesif akan tetap
terekspresi. Persilangan dalam percobaan ini telah dibuktikan dengan uji Chi-Square bahwa hipotesis yang
berbunyi rasio anakan F2 tersebut dapat diterima.

Daftar Pustaka
Campbell, Neil. A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi ke-5 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Dedi, R. 2006. Evaluasi Performa Domba Persilangan Barbados dengan Domba Priangan sebagai Sumber Bibit
Unggul. Jurnal Ilmu Ternak. Vol 6 No : 2.
Fauzi, Ahmad., dan Aloysius Duran Corebima. 2016. Pemanfataan Drosophila Melanogaster Sebagai Organisme
Model Dalam Mengungkap Berbagai Fenomena Penyimpangan Rasio Mendel. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Biologi : 278-282 ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9.
Irawan, Bambang. 2010. Genetika: Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya: Airlangga University Press.
Koiriyah, Y.N. 2014. Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto Kabupaten Lampung Timus Pasca
Program Kolonisasi Pemerintah Belanda. Jurnal Ilmiah Biologi Vol 2(2) : 132-137.
Napitupulu, Mernita., dan Damanhuri. 2018. Keragaman Genetik, Fenotipe dan Heritabilitas Pada Generasi F 2 Hasil
Persilangan Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman Vol.6 (8) : 1844-1850.
Suryo. 2013. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai