Oleh:
Oleh:
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
vi
KATA PENGANTAR
atas segalah rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal studi kasus ini dapat
diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Bersama ini
perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang
tulus kepada:
4. Indah Nur Imamah SST., M.Kes selaku pembimbing yang telah dengan setia
memberikan masukan dan arahan yang tulus sehingga saya termotivasi untuk
menjadi lebih baik dengan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada
waktunya.
6. Kepada kedua orang tua saya yaitu, Ayahanda saya Idrus dan Ibunda saya Kasna
dan saudara saya di kampung, atas semua doa dan semangatnya yang tiada henti
vii
7. Teman-teman saya yang seperti saudara saya yang selalu memberi saya semangat
dan motivasi dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta teman – teman
8. Semua pihak yang telah menolong saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
Penulis
viii
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DIRUANG
SERUNI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................ x
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Lampiran-Lampiran ........................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN
x
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
xi
3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 43
4.1.2.3 Diagnosa............................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR SKEMA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insidens sebesar 80%
pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2014 (Kemenkes RI. (2017).
Angka prevalensi Tuberculosis Indonesia pada tahun 2018 sebesar 321 per
jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk
Jumlah penemuan kasus baru TB BTA+ tertinggi di Kota Samarinda (462 kasus)
dan terendah penemuan kasus di kabupaten Mahakam Hulu (30 kasus). Jumlah
penemuan kasus baru TB pada tahun 2013 sebesar 2.416 orang, pada tahun 2014
turun menjadi 1.953 orang dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 2.391
1
2
penderita yaitu kelemahan fisik, batuk terus menerus, sesak nafas, nyeri dada,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat di malam hari dan panas
tinggi sedangkan dampak bagi keluarga yaitu penderita Tb Paru yang tidak diobati
akan menularkan kuman Tb pada keluarganya, dan akan sangat sulit jika penderita
Tb tinggal dalam satu rumah dengan banyak orang (Mulyadi, dkk., Jurnal Ilmu
Keperawatan, 2016).
berkembang. Kegagalan program TB selama ini, Hal ini diakibatkan oleh: Tidak
tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal
dan efektifitas BCG, Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya
tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis Paru
2
3
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
Sjahranie.
3
4
1.4. Manfaat
Tuberculosis paru .
Tuberculosis paru
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu
seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran
pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit.
Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
5
menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat
2.1.2 Etiologi
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) yang ditularkan dari
orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Pada waktu berbicara, batuk,
droplet (percian dahak) besar (>100 µ) dan kecil (1-5 µ). Droplet yang
kamar selama beberapa jam dan orang dapat terinfeksi kalau droplet
6
.Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh tingkat
2.1.3 Patofisiologi
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sinar matahari dan sinar ultraviolet (Nurarif dan Kusuma, 2013), tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur selama beberapa
yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi
berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC
7
2.1.3.1 Pathway
Mycobacterium Tuberculosa
terhirup melalui udara ke paru-paru
Reaksi inflamasi/peradangan
Defisit Nutrisi
(D.0019)
8
2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang ada pada penderita pasien Tuberculosis Paru
adalah demam >40℃, ada batuk >2 minggu, sesak napas, nyeri dada,
keringat malam, suara khas pada perkusi dada (bunyi dada,mis ronchi),
Tuberculosis paru.
9
2.1.5.6 Bection Dickinson diagnostic Instrument Sistem (BACTEC) :
2.1.6 Komplikasi
2.1.7 Penatalaksanaan
(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang
digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Obat Anti
BB < 40 kg : 3.
10
Pasien yang menderita atau kemungkinan besar menderita
11
Pengobatan pada fase intensif dan fase lanjutan. Pengobatan pada
2.1.7.2 Diet
Diit Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) Energi 3000 kkal,
diberikan salah satu dari dua macam diit Tinggi Energi Tinggi
12
Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita. Dapat dilihat
harus ditutup, urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan
memakai disinfektan.
13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan
dan terkadang terasa nyeri pada dada. Sesak nafas timbul pada
14
2.2.1.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
kambuh.
15
turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
16
terapi. Pertimbangan rencana pemulangan : memerlukan
kuman pada satu sediaan dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1
1) Definisi
2) Penyebab:
a) Fisiologis
farmakologis(mis, anestesi).
17
b) Situsional
a) Subjektif : -
dan/ronkhi kering.
2) Penyebab
membran alveolus-kapiler.
a) Subjektif : Dispnea
18
b) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, Po2 menurun,
kesadaran menurun.
1) Definisi
metabolisme.
2) Penyebab
19
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
rentang ideal.
tubuh.
2) Penyebab
20
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : -
a) Subjektif : -
pterasa hangat
Dehidrasi, Trauma.
2.2.3 Intervensi
Tabel 2.2.3
Intervensi asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru
(sumber : SIKI, 2018)
No Diagnosa
21
batuk dengan efektif dan suara nafas cairan
batuk tidak efektif, yang bersih, tidak ada Terapeutik :
sputum berlebih, sianosis dan dyspneu 1.5 Atur posisi semi-fowler atau
mengi, dispnea, (mampu mengeluarkan fowler
gelisah sputum, mampu bernafas 1.6 Pasang perlak dan bengkok
dengan mudah). dipangkuan pasien
Gejala dan tanda 1.7 Buang sekret pada tempat
mayor : Menunjukkan jalan nafas sputum
1) Subjektif : - yang paten (klien tidak Edukasi :
merasa tercekik, irama 1.8 jelaskan tujuan dan prosedur
2) Objektif : nafas, frekuensi batuk efektif
batuk tidak pernafasan dalam rentang 1.9 anjurkan tarik napas dalam
efektif/ tidak normal, dan tidak ada melalui hidung selama 4 detik,
mampu batuk, suara nafas abnormal). ditahan selama 2 detik,
sputum kemudiankeluarkan dari mulut
berlebih/obstruk Mampu mengidentifikasi dengan bibir mencucu
si jalan napas, dan mencegah faktor yang (dibulatkan) selama 8 detik
mengi, dapat menghambat jalan 1.10 anjurkan mengulangi tarik
wheezing nafas napas dalam hingga 3 kali
dan/ronkhi 1.11 Anjurkan batuk dengan kuat
kering. langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Gejala dan tanda Kolaborasi :
Minor : 1.12 kolaborasi pemberian
1) Subjektif : mukolitik atau ekspektoran,
dispnea, sulit jika perlu
bicara, ortopnea
2) Objektif : Manajemen jalan napas
Gelisah, (I.01012)
sianosis, bunyi Observasi :
napas menurun 1.13 monitor pola napas
22
Frekuensi napas (frekuensi,kedalaman, usaha
berubah, pola napas)
napas berubah. 1.14 monitor bunyi napas
tambahan (gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
1.15 monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik :
1.16 pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt (jaw-
thrust jika curiga trauma
servikal)
1.17 posisikan semi-fowler atau
fowler
1.18 berikan minum hangat
1.19 lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
1.20 lakukan pengisapan lendir
kurang dari 15 detik
1.21 lakukan hiperoksigenasi
sebelum pengisapan
endotrakeal
1.22 lakukan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
1.23 berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1.24 anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak ada
kontra indikasi
1.25 ajarkan teknik batuk efektif
23
Kolaborasi :
1.26 kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Fisioterapi Dada
Observasi :
1.26 identifikasi indikasi
dilakukan fisioterapi dada
(mis. Hiper sekresi sputum,
sputum kental dan tertahan,
tirah baring lama)
1.27 Identifikasikontraindikasi
fisioterapi
dada(mis.eksaserbasi PPOK
akut, pneumonia tanpa
produksi sputum berlebih,
kanker paru-paru)
1.28 Monitor statuspernapasan
(mis. Kecepatan irama, suara
napas, dan kedalaman napas)
1.29 Periksa segmen paru yang
mengandung
sekresiberlebihan
1.30 Monitorjumlah dan karakter
sputum
1.31 Monitor toleransi selama dan
setelah prsedur
Terapeutik :
24
1.32 Posisikan pasien sesuai
dengan area paru
yangmengalamipenumpuka
n sputum
1.33 Gunakan bantal untuk
membantu pengaturan
posisi
1.34 Lakukan perkusi dengan
posisi telapak tangan
ditangkupkan selama3-
5menit
1.35 Lakukan vibrasi denga posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirai melalui mulut
1.36 Lakukan fisioterapi dada
setidaknya dua jam setelah
makan
1.37 Hindari perkusi pada tulang
belakang, ginjal, payudara
wanita, insisi dan tulang
rusuk yang patah
1.38 Lakukan pengisapan lendir
untuk mengeluarkan sekret,
jika perlu
Edukasi :
1.39 jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi dada
1.40 Anjurkan batuk segera
setelah prosedur selesai
25
1.41 Ajarkan inspirasi perlahan
dan dalam melalui hidung
selama proses fisioterapi
26
menurun, bunyi pemeriksaan
napas tambahan Mampu bernafas dengan Edukasi :
mudah), tanda-tanda vital 2.12 jelaskan tujuan dan prosedur
dalam rentang normal pemantauan
Gejala dan tanda 2.13 informasikan hasil
minor: pemantauan, jika perlu.
1) Subjektif :
pusing, Terapi oksigen
penglihatan Observasi :
kabur 2.14 monitor kecepatan oksigen
2) Objektif : 2.15 monitor posisi alat terapi
sianosis, oksigen
diaforesis, 2.16 monitor aliran oksigen secara
gelisah, napas periodik dan pastikan fraksi
cuping hidung, yang diberikan cukup
pola napas 2.17 monitor kemampuan melepas
abnormal, warna oksigen saat makan
kulit abnormal, 2.18 Monitor tanda-tanda
kesadaran hipoventilasi
menurun. 2.19 monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
2.20 monitor tingkat kecemasan
dan terapi oksigen
2.21 montor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik ;
2.22 bersihkan sekret pada mulut,
hidung, trakea, jika perlu
2.23 pertahankan kepatenan jalan
27
napas
2.24 siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
2.25 berikan oksigen tambahan jika
perlu
2.26 tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
2.27 gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi ;
2.28 ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi :
2.29 kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2.30 kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/saat tidur
Pencegahan Aspirasi
Observasi :
2.31 monitor tingkat kesadaran,
batuk, muntah, dan
kemampuan menelan
2.32 monitor status pernapasan
2.33 monitor bunyi napas,
terutama setelah
makan/minum
2.34 periksa residu gaster sebelum
28
memberi asupan oral
2.35 periksa kepatenan selang
nasogatrik sebelum memberi
asupan oral
Terapeutik:
2.36 posisikan semi-fowler (30-45
derajat) pada pasien tidak
sadar
2.37 pertahankan kepatenan jalan
napas (mis. Teknik head tilt
chin lift, jaw trust, in line)
2.38 Lakukan pengisapan jalan
napas,jika produksi sekret
meningkat
2.39 Sediakan suction diruangan
2.40 Hindari memberi makanan
melalui selang
gastrointestinal, jika residu
banyak
2.41 Berikan makanan dengan
ukuran kecil atau lunak
2.42 Berikan obatoral dalam
bentuk cair
Edukasi :
2.43 Anjurkan makan secara
perlahan
2.44 Ajarkan strategi mencegah
aspirasi
2.45 ajarkan teknik mengunyah
atau menelan, jika perlu
29
3 D.0019 Setelah dilakukan tindakan Defisit nutrisi (D.0019)
Defisit nutrisi keperawatan 3x24 jam Manajemen nutrisi
berhubungan diharapkan asupan nutrisi Observasi :
dengan faktor tercukupi, dengan kriteria 3.1 identifikasi status nutrisi
psikologis (Stres, Hasil; 3.2 identifikasi alergi dan
keengganan untuk intoleransi makanan
makan) ditandai Adanya peningkatan berat 3.3 identifikasi makanan yang
dengan berat badan sesuai dengan disukai
badan menurun tujuan 3.4 identifikasi kebutuhan kalori
minimal 10% dan jenis nutrien
dibawah rentang Berat badan ideal sesuai 3.5 identifikasi perlunya
ideal, nafsu makan dengan tinggi badan penggunaan selang nasogastrik
menurun 3.6 monitor asupan makanan
Mampu mengidentifikasi 3.7 monitor berat badan
Gejala dan tanda kebutuhan nutrisi 3.8 monitor hasil pemeriksaan
mayor : laboratorium
1) Subjektif :- Tidak ada tanda-tanda Terapeutik :
2) Objektif : berat malnutrisi 3.9 lakukan oral hygiene sebelum
badan menurun makan, jika perlu
minimal 10% Menunjukkan peningkatan 3.10 fasilitasi menentukan
dibawah rentang fungsi pengecapan dari pedoman diet (mis. Piramida
ideal menelan makanan)
Gejala dan tanda 3.11 sajikan makanan secara
minor: Tidak terjadi penurunan menarik dan suhu yang
1) Subjektif: cepat berat badan yang berarti sesuai
kenyang setelah 3.12 berikan makanan tinggi serat
makan, untuk mencegah konstipasi
kram/nyeri 3.13 berikan makanan tinggi kalori
abdomen, nafsu dan tinggi protein
30
makan 3.14 berikan suplemen makanan,
menurun. jika perlu
2) Objektif: bising 3.15 hentikan pemberian makanan
usus hiperaktif, melalui selang nasogatrik
otot penguyah jika asupan oral dapat
lemah, otot ditoleransi
menelan lemah, Edukasi :
membran 3.16 anjurkan posisi duduk, jika
mukosa pucat, mampu
sariawan, serum 3.17 ajarkan diet yang
albumin turun, diprogramkan
rambut rontok Kolaborasi :
berlebihan, 3.18 kolaborasi pemberian
diare. medikasi sebelum makan (
mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
3.19 kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
31
Terapeutik :
3.24 berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan,
jika perlu
3.25 sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis,
makanan dengan tekstur
halus, makanan yang di
blender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau
gastrostomi, total parenteral
nutrition sesuai indikasi)
3.26 hidangkan maknan secara
menarik
3.27 berikan suplemen, jika perlu
3.28 berikan pujian pada pasien/
keluarga untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi :
3.29 jelaskan makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
3.30 jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
32
Terapeutik :
3.32 buat komitmen menjalani
program dengan baik
3.33 Buat jadwal pendampingan
keluarga untuk bergantian
menemani pasien
selamamenjalani program
pengobatan, jika perlu
3.34 Dokumentasikan aktivitas
selama menjalani proses
pengobatan
3.35 diskusikan hal-hal yang dapat
mendukung atau menghambat
berjalannya proses
pengobatan
3.36 libatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang dijalani
Edukasi :
3.37 informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
3.38 Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
mengalami pengobatan
3.39 anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
3.40 Anjurkanpasien dan keluarga
33
melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat,
jika perlu
34
4.13 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
4.14 anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
4.15 kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
Regulasi temperatur
Observasi :
4.16 monitor suhu tubuh anak tiap
dua jam
4.17 monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan nadi
4.18 monitor warna dan suhu kulit
4.19 monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik :
untukmenurunkan suhu
tubuh
35
4.23 sesuaikan suhulingkungan
Edukasi :
udara dingin
Kolaborasi :
Pemberian obat
Observasi :
36
Terapeutik :
37
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nuersing order untuk
diri.
38
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan
masalah baru.
39
BAB 3
METODE PENULISAN
mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien,
Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah dua orang pasien Tuberkulosis
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
40
3.4 Lokasi dan Waktu Penulisan
Sjahranie. Waktu penelitian di mulai pada bulan april tahun 2019. Studi kasus
3.5.1.1 Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Syahranie
dirawat.
tujuan penelitian.
penelitian
41
3.5.1.8 Keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
pertemuan selanjutnya.
redponden
pada responden
42
keluarga, Menanyakan informasi tentang klien kepada keluarga,
bedah. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara
43
Catatan klien ( perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan
awal pengkajian dan dilakukan asuhan keperawatan pada setiap hari untuk
mengetahui perkembangan dari pasien. Teknik analisis data yang dipakai oleh
peneliti adalah dengan cara pengumpulan data dengan wawancara dan observasi
menjadi data subjektif dan data objektif berdasarkan data yang diperoleh
dilapangan. Data subjektif yaitu data yang diperoleh dari pernyataan klien
44
3.8.3 Kesimpulan dari data yang telah disampaikan, kemudian di bandingkan
45
BAB 4
1974 dikenal dengan Rumah sakit umum segiri. Pada 12 November 1977
pelayanan rawat jalan. Pada 21 Juli 1984, seluruh pelayanan rawat inap
dan rawat jalan dipindahkan dari rumah sakit lama (Selili) ke lokasi rumah
Instalasi Gawat Darurat 24 jam, Instalasi Rawat Jalan (20 klinik), Instalasi
rawat inap yang digunakan bagi klien dengan masalah pernafasan yang
47
Bangunan pada ruang Seruni terdiri dari 11 ruangan dengan kapasitas 62
4.1.2.1 Pengkajian
Tabel 4.1
Pengkajian Pasien 1 ( Ny. FH ) dan Pasien 2 (Tn. FI ) di Ruang SeruniRSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
48
No. Identitas Pasien Pasien I ( Ny. FH ) Pasien II (Ny. FI )
16.
Ket :
Ket :
Meninggal
Meninggal
Perempuan
Perempuan
Laki – Laki
Laki – Laki
Tinggal Satu
Tinggal Satu
Rumah
Rumah
49
No. Identitas Pasien Pasien I ( Ny. FH ) Pasien II (Ny. FI )
Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk dada simetris, frekuensi Bentuk dada simetris, frekuensi
nafas 36 kali/menit, irama nafas nafas 22 kali/menit, irama nafas
takipneu, pernafasan cuping teratur, pernafasan cuping
hidung tidak ada, penggunaan hidung tidak ada, penggunaan
otot bantu nafas tidak ada, pasien otot bantu nafas tidak ada,
menggunakan nasal kanul 3 pasien tidak menggunakan
liter/menit nasal kanul 3 liter/menit.
Pemeriksaan
22. Palpasi : Palpasi :
Thorax
Vokal premitus teraba diseluruh Vokal premitus teraba
lapang paru diseluruh lapang paru
Ekspansi paru simetris, Ekspansi paru simetris,
pengembangan sama di paru pengembangan sama di paru
kanan dan kiri kanan dan kiri
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Perkusi : Perkusi :
Sonor, batas paru hepar ICS 5 Sonor, batas paru hepar ICS 5
dekstra dekstra
Auskultasi : Auskultasi :
Suara nafas vesikuler dan tidak Suara nafas vesikuler dan tidak
ada suara nafas tambahan ada suara nafas tambahan
50
No. Identitas Pasien Pasien I ( Ny. FH ) Pasien II (Ny. FI )
51
No. Identitas Pasien Pasien I ( Ny. FH ) Pasien II (Ny. FI )
52
No. Identitas Pasien Pasien I ( Ny. FH ) Pasien II (Ny. FI )
53
No. Identitas Pasien Pasien I ( Ny. FH ) Pasien II (Ny. FI )
Kemanan Total skor penilaian risiko pasien Total skor penilaian risiko
Lingkungan jatuh dengan skala morse adalah pasien jatuh dengan skala
29.
55 (resiko tinggi) morse adalah 55 (resiko tinggi)
54
b. Keramas 2 hari sekali b. Pasien tidak pernah
c. Memotong kuku setiap 1 keramas
minggu sekali c. Kuku pasien telihat
d. Ganti pakaian 2 kali sehari Panjang
e. Sikat gigi 2 hari sekali d. Ganti pakaian 2 kali sehari
e. Sikat gigi 1 hari sekali
Tabel 4.2
Pemeriksaan Penunjang Pada pasien Tuberculosis Paru di Ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
No Pasien Tanggal Hasil Normal
9 Mei 2019
1. Pasien 1 ( Ny. FH Leukosit 14,30 4,80 – 10,80 10ˆ3/µL
) Eritrosit 4,18 4,20 – 5,40 10ˆ6/µL
Hemoglobin 10,7 12,0 – 16,0 g/dl
Hematokrit 32,0 37,0 – 54,0 %
Glukosa sewaktu 235 70–140 mg/dL
Kalium 3,4 3,6 –5,5 mmol/L
Cholride 87 98 – 108 mmol/L
Tanggal Hasil Normal
9 Mei 2019
Pasien 2 ( Ny. FI ) Hemoglobin 11,9 14,0 – 18,0 g/dl
Hematokrit 36,0 37,0 – 54,0 %
Kalium 3,2 3,6 –5,5 mmol/L
Tabel 4.3
Hasil Penatalaksanaan Pasien 1 ( Ny. FH ) dan pasien 2 (Ny. FI) dengan
Tuberculosis Paru di ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2019
55
4.1.2.2 Analisa Data
Tabel 4.4
Analisa Data Pada Pasien 1 ( Ny. FH ) dengan Tuberculosis Paru di Ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab sjahranie Samarinda Tahun 2019
Data Subjektif : Hambatan upaya nafas (D. 0005) Pola nafas tidak efektif
a. Pasien mengatakan sesak sejak
b. Pasien mengatakan pusing
c. Pasien mengatakan nafasnya cepat
Data Objektif :
1. a. Pasien terlihat sesak
b. Pasien terpasang nasal kanul
c. TD = 150/80 mmhg
RR = 36x/menit
N = 82x/menit
T = 38,5℃
Data Subjektif : Proses penyakit (D.0130) hipertermi
a. Pasien mengatakan demam
2. Data Objektif :
a. Kulit paisen terasa hangat
b. T = 38,5℃
Data Subjektif : Resistensi insulin (D.0027) ketidakstabilan kadar
3.
a. Pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes
mellitu, sejak 2 tahun yang lalu
56
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
57
Tabel 4.5
Analisa Data Pasien II ( Ny. FI) dengan Tuberculosis Paru di Ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Data Subjektif : Hambatan upaya nafas (D. 0005) Pola nafas tidak efektif
a. Pasien mengatakan sesak sejak
b. Pasien mengatakan nafasnya cepat
Data Objektif :
1. a. Pasien terlihat sesak
b. Pasien terpasang nasal kanul
c. TD :110/60 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
RR : 22 kali/menit
Temp : 37,8 oC
Data Subjektif : Proses penyakit (D.0130) Hipertermi
b. Pasien mengatakan demam
2. Data Objektif :
c. Kulit paisen terasa hangat
T = 37,8℃
ebelum sakit : Kurangnya asupan makanan (D.0) Defisit nutrisi
3.
BB : 45 Kg
TB : 143 Cm
58
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
IMT : 22 kgm²
Sesudah sakit
BB : 40,5 Kg
TB : 143 Cm
IMT : 19.80 kgm²
59
4.1.2.3 Diagnosa Keperawatan
4.6 Tabel
Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Pada Pasien Tuberculosis
Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 2019
Pasien 1 Pasien 2
No Tanggal Tanggal Diagnosa Tanggal Tanggal Diagnosa
Ditemukan Teratasi Keperawatan Ditemukan Teratasi Keperawatan
1. 09 Mei 11 Mei (D.0005) Pola 09 Mei 10 Mei (D.0005)Pola
2019 2019 nafas tidak efektif 2019 2019 nafas tidak efektif
b/d Hambatan b/d Hambatan
upaya nafas
upaya nafas
dibuktikan dengan
dibuktikan dengan pasien sesak
pasien sesak dengan RR 22
dengan RR 36 kali/menit, dan
kali/menit, terpasang nasal
terpasang nasal kanul 3 liter/menit
kanul 3 liter/menit
2. 09 Mei 11 Mei (D.0130) 09 Mei 10 Mei (D.0130)
2019 2019 Hipertermia b/d 2019 2019 Hipertermia b/d
proses penyakit proses penyakit
Ditandai dengan Ditandai dengan
pasien demam pasien demam
dengan suhu dengan suhu
38,5°C, akral 37,8°C, akral
hangat hangat
3. 09Mei 11 Mei (D.0027) 09Mei 11 Mei Defisit nutrisi b/d
2019 2019 Ketidakstabilan 2019 2019 kurangnya asupan
kadar glukosa makanan ditandai
darah b/d dengan Pasien
resistensi insulin mengatakan tidak
Di tandai dengan nafsu makan
pasien Sebelum sakit
mengatakan BB : 45 kg
pusing, pasien TB : 143 cm
mengatakan gula IMT:22 kg m2
darahnya tinggi Sesudah sakit
tadi malam saat di BB : 40,5 kg
IGD, Pasien TB : 143 cm
mengatakan IMT : 19,80 kg m2
memiliki riwayat
diabetes mellitus, Pasien masuk
Tanggal 8 mei dalam kategori
(21.00) GDS : 235 Normal (18,5-
g/dl, Tanggal 9 22,9 kgm²)
mei (20.00) GDS :
432 g/dl
60
4. 09 Mei 11 Mei (D.0019) Defisit
2019 2019 nutrisi b/d
kurangnya asupan
makanan ditandai
dengan Pasien
mengatakan tidak
nafsu makan,
Sebelum sakit
BB : 42 kg
TB : 149 cm
IMT: 18,91 kg m2
Sesudah sakit
BB : 36 kg
TB : 149 cm
IMT : 16,21 kg m2
Pasien masuk
daam kategori
Berat badan
kurang <18,5
kgm²
61
4.1.2.4 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.7
Intervensi Keperawatan pada Pasien 1 ( Ny. FH) dan pasien2(Ny.FI) di Ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2019
Terapeutik
1.9 Atur interval pemantauan
62
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
resirasi sesuai kondisi pasien
1.10 Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1.11 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
1.12 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Ny. FH 2 9 Mei 2019 (D.0130) Hipertermia b/d Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
Ny. FI proses penyakit intervensi Observasi
Ditandai dengan pasien demam keperawatan 2.1 Identifikasi penyebab
dengan suhu 38,5°C, akral selama 3x24 jam hipertermia (mis : dehidrasi,
hangat maka termogulasi terpapar lingungan panas)
membaik dengan 2.2 Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 2.3 Monitor kadar elektrolit
2.
Suhu tubuh 2.4 Monitor haluaran urine
membaik 36,5- 2.5 Monitor komplikasi terhadap
37,5°C (L.14134) hipertermia
Terapeutik
2.6 sediakan lingkungan yang
dingin
63
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
2.7 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
2.8 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
2.9 Berikan cairan oral
2.10 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
2.11 Lakukan pendingan eksternal
(mis, seimut hipertermia atau
kompres dingin pada dahi,
leher, dada, andomen, aksila)
2.12 Hndari pemberian
atipiretik/aspirin
2.13 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
2.14 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
2.15 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit
intravena jika perlu
64
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
9 Mei 2019 (D.0027) Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemia
Ny. FH 3 glukosa darah b/d resistensi intervensi Observasi
insulin keperawatan 3.1 Identifikasi kemungkinan
Di tandai dengan pasien
selama 3x24 jam penyebab hiperglikemia
mengatakan pusing, pasien
maka 3.2 Identifikasi situasi yang
mengatakan gula darahnya
ketidakstabilan menyebabkan kebutuhan insulin
tinggi tadi malam saat di IGD,
kadar glukosa meningkat (mis. Penyakit
Pasien mengatakan memiliki
darah membaik kambuhan)
riwayat diabetes mellitus,
dengan kriteria 3.3 Monitor kadar glukosa darah,
Tanggal 8 mei (21.00) GDS :
hasil : jika perlu
235 g/dl.
Pusing menurun 3.4 Monitor tanda dan gejala
Kadar glukosa hiperglikemia (mis. Poliuria,
3. dalam urin kelemahan, malaise,
membaik pandangan kabur, sakit kepala)
(L.03022)
3.5 Monitor intake dan output
cairan
3.6 monitor keton urin, kadar
analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
teraupetik
3.7 berikan asupan cairan oral
3.9 konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
65
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
Edukasi
3.10 Anjurkan menghindari
olahraga jka kadar glukosa
lebih dari 250 mg/dL
3.11 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah sendiri
3.12 Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
3.13 Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. Penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
3.14 Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
3.15 Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
Ny. FH 4 9 Mei 2019 D.0019) Defisit nutrisi b/d Setelah Promosi Berat Badan
kurangnya asupan makanan dilakukan Observasi
ditandai dengan Pasien intervensi
4. mengatakan tidak nafsu makan, 4.1 Identifikasi kemungkinan
keperawatan penyebab BB kurang
Sebelum sakit
BB : 42 kg selama 3x24jam
4.2 Monitor adanya mual
66
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
TB : 149 cm maka status muntah
IMT: 18,91 kg m2 nutrisi membaik 4.3 Monitor jumlah kalori yang
Sesudah sakit dengan kriteria dikonsumsi sehari-hari
BB : 36 Kg
hasil : 4.4 Monitor berat badan
TB : 149 cm
IMT : 16,21 Kg m2 Porsi makanan 4.5 Monitor albumin, limfosit, dan
yang dihabiskan elektrolit serum
meningkat
Frekuensi makan Teraupetik
membaik 4.6 berikan perawatan mulut
Nafsu makan sebelum pemberian makan jika
membaik perlu
(L.03030) 4.7 Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien
4.8 Hidangkan makanan secara
menarik
4.9 Berikan suplemen, jika perlu
4.10 Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai.
Edukasi
4.11 jelaskan makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
67
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
4.12 jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
Manajemen Nutrisi
Ny. FI 3 Observasi
3.1 Identifikasi status nutrisi
3.2 Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3.3 identifikasi makanan yang
disukai
3.4 Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
3.5 monitor asupan makanan
3.6 monitor berat badan
3.7 monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Teraupetik
3.8 Lakukan oral hygiene
3.9 Fasilitasi menentkan pedoman
diet
3.10 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang seuai
3.11 Berikan makanan tinggi serat
68
Nama Diagnosa Tanggal Tujuan dan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Pasien Ke- Ditemukan Kriteria Hasil
untuk mencegah konstipasi
3.12 Berikan makanan tinggi kalori
dan protein
3.13 Berikan suplemen makanan
Edukasi
3.14 Anjurkan posisi duduk
3.15 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
3.16 kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
3.17 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
69
4.1.2.5 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.8
Implementasi Keperawatan pada Pasien 1 ( Ny. FH) di Ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Evaluasi Tindakan
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
1. Kamis , 09 Mei 2019
09.00 WITA 3.15 memberikan injeksi intravena Pasien merasa nyaman
ranitidine
11.45 WITA 1.2 memonitor pola nafas pasien Pola nafas pasien takipneu
11.48 WITA 1.6 melakukan auskultasi Tidak ada bunyi nafas tambahan
Tidak terdapat sputum
11.48 WITA 1.5 melakukan Palpasi Paru-paru pasien simetris antara
kesimetrisan ekspansi paru kiri dan kanan
11.55 WITA 4.2 Menanyakan apakah ada mual Pasien mengatakan merasa mual
70
Evaluasi Tindakan
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
muntah saja dan tidak muntah
71
Evaluasi Tindakan
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
2.6 mengatur suhu ruangan dengan pasien tertidur
membuka jendela/ menaikkan
suhu AC ruangan
09.25 WITA 2.7 menganjurkan pasien agar pasien mengatakan ia mulai
melonggarkan atau berkeringat, dan merasa haus
melepaskan pakaian saat
demam
09.30 WITA 2.9 memberikan air minum 200 ml pasien mengatakan sudah tidak
kepada pasien haus lagi
pasien terlihat nyaman
10.35 WITA 2.2 Mengukur suhu tubuh pasien T : 37,2 °C
11.10 WITA 4.2 Menanyakan apakah ada mual Pasien mengatakan merasa mual
muntah saja dan tidak muntah
11.20 WITA 4.4 Menimbang berat badan Berat badan pasien 36,2 Kg
11.30 WITA 4.7 menyediakan makanan yang Pasien mendapatkan diet BDM
tepat sesuai kondisi pasien dengan 1700 kkal
12.18 WITA
3.3 mengecek kadar glukosa darah Gds pasien 140 mg/dL
72
Tabel 4.9
Implementasi Keperawatan pada Pasien 2 ( Ny. FI ) di Ruang Seruni RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
08.50 WITA 1.5 Palpasi kesimetrisan ekspansi Paru-paru pasien simetris antara
paru kiri dan kanan
09.15 WITA 2.2 Mengukur suhu tubuh T : 37,8 °C
09.17 WITA 2.11 mengkompres dahi Pasien mengatakan nyaman
2.7 melonggarkan pakaian pasien Pasien menggunakan pakaian
yang tipis
Pasien merasa nyaman
10.20 WITA 3.2 menanyakan apakah pasien Pasien mengatakan tidak ada
mempunyai alergi makanan alergi makanan
10.25 WITA 3.3 menanyakan makanan yang Pasien menyukai buah-buahan,
disukai dan sayuran yang ditumis
12.20 WITA 3.17 Kolaborasi dengan ahli gizi Pasien mendapat diet TKTP
untuk menentukan jumlah kalori 2100 kkal
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
12.22 WITA 3.5 memonitor asupan makanan Pasien mengatakan asupan
makanannya berkurang saat
sakit
12.30 WITA 3.10 memberikan makanan Pasien hanya makan 2-3 sendok
12.40 WITA 2.9 memberikan cairan oral 200 makan
ml Pasien dapat meminum habis
14.15 WITA
14.20 WITA 3.6 menimbang berat badan BB : 40,5 kg
3.15 mengajarkan diet yang Pasien mengerti
diprogramkan
18.00 WITA 2.2 Mengukur suhu tubuh T : 38,0 °C
21.10 WITA 1.1 menghitung frekuensi , irama, RR : 24 kali/ menit
kedalaman dan upaya nafas Irama nafas vesikuler
73
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
Tabel 4.10
Evaluasi Keperawatan Pasien 1 (Ny. FH ) di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2019
74
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
P : Lanjutkan intervensi
O:
- T : 38,0
- Akral hangat
P : Lanjutkan intervensi
75
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
P : Lanjutkan intervensi
- Pasien tidak
dapamenghabiskan
makanannya
P : Lanjutkan intervensi
P : hentikan intervensi
(D.0130) Hipertermia b/d proses
penyakit Ditandai dengan pasien S :
demam dengan suhu 38,5°C, akral
76
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
O:
- T : 37,2℃
(D.0027) Ketidakstabilan kadar
A : Masalah hipertermi teratasi
glukosa darah b/d resistensi
insulin P : Hentikan intervensi
Di tandai dengan pasien
mengatakan pusing, pasien S : pasien mengatakan tidak
mengatakan gula darahnya tinggi terlalu pusing lagi
tadi malam saat di IGD, Pasien
mengatakan memiliki riwayat O : GDS = 140 g/dl
diabetes mellitus, Tanggal 8 mei
(21.00) GDS : 235 g/dl. A:Ketidakstabilan kadar glukosa
darah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
D.0019) Defisit nutrisi b/d 3.3 monitor kadar glukosa darah
kurangnya asupan makanan
ditandai dengan Pasien
mengatakan tidak nafsu makan,
Sebelum sakit S: Pasien hanya makan 1-2
BB : 42 kg sendok saja
TB : 149 cm
IMT: 18,91 kg m2 O:
Sesudah sakit
BB : 36 Kg - Terjadi penurunan BB
TB : 149 cm setelah sakit menjadi 36 kg
IMT : 16,21 Kg m2
- Pasien tidak
dapamenghabiskan
makanannya
P : Lanjutkan intervensi
77
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
P : Lanjutkan intervensi
Tabel 4.11
Evaluasi Keperawatan Pasien 2 (Ny. FI) di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2019
78
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1. kamis , 09 Mei (D.0005) Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan sesak napas
2019 efektif b/d Hambatan upaya O : - RR : 24x/menit
nafas - Terpasang nasal kanul 3lpm
A : Masalah pola napas tidak efektif
dibuktikan dengan : pasien
belum teratasi
sesak dengan RR 22 P : Lanjutkan intervensi
kali/menit, terpasang nasal 1.1 monitor frekuensi, irama,
kanul 3 liter/menit kedalaman dan upaya nafas
2. jumat, 10 Mei (D.0005) Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan sesak napas
2019 efektif b/d Hambatan upaya O : - RR : 18x/menit
nafas
A : Masalah pola napas tidak efektif
dibuktikan dengan : pasien
teratasi
sesak dengan RR 22 P : hentikan intervensi
kali/menit, terpasang nasal 1.1 monitor frekuensi, irama,
kanul 3 liter/menit
79
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
80
4.2 Pembahasan
1) Pengkajian
keluhan utama sesak. Pasien 2 (Ny. FI) usia 39 tahun dengan keluhan utama
pengkajian pola nafas tidak efektif kedua pasien ditemukan sama antara yang
2) Diagnosa Keperawatan
masalah keperawatan pada pasien 1 (Ny. FH) yaitu pola nafas tidak efektif
yaitu pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas (D.0005),
hipertermia b/d proses penyakit (D.0130), dan defisit nutrisi b/d kurangnya
81
asupan makanan (D.0019). perbedaan antara pasien 1 (Ny.FH) dan 2 (Ny.FI)
pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas, ditemukan bahwa pasien 1
pola nafas yaitu : perubahan dalam frekuensi nafas, atau pola pernafasan,
penyakit. Pasien mengalami demam dengan suhu 38,5°C. Hal ini sesuai
dengan teori SDKI dengan kriteria mayor dan minor suhu tubuh diatar nilai
Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan kriteria
82
mayor dan minor yaitu pusing, kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada
insulin. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku SDKI dengan
kriteria mayor dan minor yaitu pusing, kadar glukosa dalam darah tinggi.
Defisit nutrisi b/d berkurangnya asupan makanan, Pada saat pengkajian hari
dan diagnosa ketiga pada pasien 2 (Ny.FI) yaitu defisit nutrisi berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat
dalam buku SDKI dengan kriteria mayor dan minor yaitu berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, nafsu makan menurun, dan
2) Intervensi keperawatan
dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya
hipertermi dapat teratasi suhu dengan kriteria hasil bandan dalam rentang
normal 36,5°C˗˗37,7°C,
83
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan
selama 3 x 8 jam maka kadar glukosa kembali normal , dan pasien tidak
pusing.
makan membaik.
3) Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 ( Ny.FH) dan Pasien 2 (Ny. FI)
Pada pasien 1 (Ny. FH) Pasien 2 (Ny. FI) hari pertama dilakukan
menanyakan sesak pada pasien, dilakukan mengatur posisi nyaman yaitu semi
tambahan dengan hasil tidak terdapat bunyi nafas tambahan, memonitor suhu,
dan memonitor berat badan, serta memonitor kadar glukosa darah pada pasien
Ny.FH.
Hari kedua asuhan keperawatan pada pasien 1(Ny.FH) dan pasien 2(Ny.FI)
dan 20kali/menit, memonitor suhu tubuh dengan suhu 36,5℃ dan 36,0℃ ,
84
dan memonitor berat badan, serta memonitor kadar glukosa darah pada pasien
4) Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi hari pertama pada pasien 1 (Ny.FH) dan 2 (Ny.FI) belum
38,0°C, dan pasien tidak nafsu makan sedangkan Kadar glukosa Ny. FH
Hasil evaluasi hari kedua pada pasien 1 (Ny.FH) dan 2 (Ny.FI) teratasi,
Hasil evaluasi hari ketiga pada pasien 1 (Ny.FH) dan 2 (Ny.FI) belum
85
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie .Penulis dapat mengambil
2. Diagnosa keperawatan yang muncul oleh klien 1 pola nafas tidak efektif,
Sedangkan diagnosa yang didapat oleh klien 2 adalah pola nafas tidak
Indonesia).
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, pada pola
napas tidak efektif yaitu monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan,
86
monitor RR. Hal ini bertujuan untuk mengatasi terjadinya masalah
intoleransi makanan, monitor berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien jika di butuhkan, jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap kesehatan, monitor tanda vital, jelaskan jenis obat,
rencana yang dibuat, dan penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan
dan tidak sesak lagi, tidak demam, kadar glukosa normal, namun nutrisi
pasien belum terpenuhi karena terkadang tidak nafsu makan. Hasil evaluasi
pada pasien 2 mengalami perubahan, pasien 2 merasa tidak lagi sesak napas,
87
5.2 Saran
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan dapat menjadi acuan dan menjadi
Studi kasus ini yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan TB Paru di ruang Seruni RSUD AWS Samarinda dapat menjadi acuan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi kasus
selanjutnya.
88
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Friedman, M . 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek .
Edisi ke - 5. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta : Kemenkes RI
2017.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta; Fakultas Kedokteran
UI.
Mulyadi, dkk., (2016). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan
Penularan Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume IV No.2
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.
Rijani, dkk. (2016). Pengetahuan , Sikap Dan Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan
Penularan Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4 Nomor 2.
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth Vol 2.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Sukesi, Rini, Retno. (2016). Profil Kesehatan. Samarinda: Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur.