Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis terhadap

Keakuratan Kode pada Sistem Cardiovascular

Eni Nur Rahmawati1, Titik Dwi Utami2


1,2
Program Studi D3 Rekam Medik dan Informasi Kesehatan, Universitas Duta Bangsa Surakarta
E-mail: 1eninur_rahma@udb.ac.id, 2titikdwiii5@gmail.com

Abstract
The accuracy of the diagnosis code is the writing suitability in ICD-10 and it is very influential on the grouper
results in the INA-CBGs application. Accuracy is an explanation of the coding which is done carefully
and thoroughly so that it produces accurate and corrects information. The research method used is an
analytical retrospective approach, data collection using observation and interviews, the sampling technique
is systematic random sampling with a population of 1157 documents and a sample of 100 documents. The
results and discussion show that the data analyzed using SPSS is known p <0.001, based on the results p
<0.05 means there is a relationship between the accuracy of writing medical terminology and the accuracy
of the code with the percentage of inaccuracy is 58% caused by incompatibility with medical terminology on
ICD-10, the use of Indonesian as well as the use of abbreviations that are inconsistent with the acronym book
and ICD-1, while the percentage of inaccuracies is 44% which is caused by the doctor’s unreadable writing
and the limitations of coder knowledge.
Keywords: Accuracy, Diagnosis Code, Cardiovascular System, Medical Terminology

Abstrak
Ketepatan kode diagnosis adalah kesesuaian penulisan dalam ICD-10 dan sangat berpengaruh terhadap hasil
grouper dalam aplikasi INA-CBGs. Keakuratan adalah penjelasan dari pengkodean yang dilakukan dengan
cermat dan teliti sehingga menghasilkan suatu informasi yang akurat dan benar. Metode penelitian yang
digunakan adalah analitik dengan pendekatan retrospektif, pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara, teknik sampling adalah systematic random sampling dengan jumlah populasi 1157 dokumen dan
sampel 100 dokumen. Hasil dan pembahasan menunjukkan data yang dianalisis dengan menggunakan SPSS
diketahui p<0,001, berdasarkan hasil tersebut p<0,05 maka terdapat hubungan antara ketepatan penulisan
terminologi medis terhadap keakuratan kode dengan persentase ketidaktepatan yaitu 58% disebabkan oleh
ketidaksesuaian dengan terminologi medis pada ICD-10, penggunaan Bahasa Indonesia serta penggunaan
singkatan yang tidak sesuai dengan buku singkatan dan ICD-10. Sedangkan persentase ketidakakuratan yaitu
44% yang disebabkan oleh tulisan dokter yang tidak terbaca dan keterbatasan ilmu pengetahuan coder.
Kata Kunci: Keakuratan, Kode Diagnosis, Sistem Cardiovascular, Terminologi Medis

PENDAHULUAN yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan


perorangan secara paripurna yang menyediakan
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
darurat. Menurut Turgandi (2010) menyatakan
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
bahwa keberhasilan pelayanan kesehatan salah
(Poerwadarminta, 2007). Pentingnya kesehatan
satunya didukung dengan penyelenggaraan rekam
ini mendorong pemerintah untuk mendirikan
medis.
sarana pelayanan kesehatan agar masyarakat dapat
mengakses kebutuhan kesehatan. Terciptanya Rekam medis merupakan jantung atau inti dari
masyarakat yang sehat didukung dengan adanya rumah sakit karena berisi data riwayat penyakit
sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit. pasien. Menurut Permenkes RI Nomor 269/
Menurut Permenkes RI Nomor 24 Tahun 2016 Menkes/Per/III/2008 Rekam Medis merupakan
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan berkas yang berisikan catatan dan dokumen

93 93
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 8 No.2 Oktober 2020
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v8i2.251

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, suatu hal yang betul atau lurus, tidak ada
tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidak lebih
kepada pasien. Perekam medis dan informasi (Poerwadarminta, 2007). Kode diagnosis dikatakan
kesehatan bertanggung jawab terhadap pengelolaan tepat dan akurat apabila sesuai dengan yang ditulis
dan penyelenggaraan rekam medis. Salah satu dalam ICD-10. Ketepatan kode diagnosis sangat
bagian pengolahan data rekam medis adalah bagian penting karena akan berpengaruh terhadap hasil
coding. grouper dalam aplikasi INA-CBG sebagaimana
penggunaannya diatur dalam Permenkes RI
Coding bertugas menetapkan kode dengan
Nomor 76 Tahun 2016. Pengkodean yang akurat
menggunakan huruf atau angka kombinasi huruf
memerlukan penulisan diagnosis yang sesuai
dalam angka yang mewakili komponen data,
dengan terminologi medis yang tepat sehingga
kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada
membantu petugas koding dalam memilih leadterm
di dalam rekam medis harus diberi kode dan
dan melakukan pengkodean penyakit yang sesuai
selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan
dengan ICD. Dalam melaksanakan pengkodean
pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi
yang tepat seorang coder juga membutuhkan
perencanaan, manajemen dan riset dibidang
informasi yang lengkap, salah satu sumber
kesehatan (Depkes RI, 2006). Kode klasifikasi
informasi bagi coder adalah informasi yang
penyakit atau diagnosis oleh WHO bertujuan untuk
tercatat di dalam formulir. Tujuan penelitian ini
menyeragamkan nama dan golongan penyakit,
adalah untuk mengambarkan hubungan ketepatan
cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi
penulisan terminologi medis terhadap keakuratan
kesehatan. Penulisan diagnosis merupakan tugas
kode pada sistem cardiovascular di Rumah Sakit
dan tanggung jawab seorang dokter yang merawat
Panti Waluyo Surakarta.
pasien. Menurut Kepmenkes RI Nomor 377/SK/
III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan, seorang perekam medis METODE
dan informasi kesehatan harus mampu menetapkan
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan
kode diagnosis dengan tepat sesuai dengan
pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah
International Statistical Classification of Diseases
1157 dokumen rekam medis. Jumlah sampel 100
and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-
dokumen rekam medis yang dipilih secara systematic
10).
random sampling. Variabel dalam penelitian ini
Penetapan dan penulisan diagnosis harus sesuai adalah ketepatan penulisan terminology medis
dengan ICD-10 merupakan tanggung jawab dokter, dan keakuratan kode pada sistem cardiovascular.
sedangkan tenaga non medis khususnya petugas Data primer dengan melakukan observasi terhadap
coding harus saling berkomunikasi dengan baik dokumen rekam medis dengan diagnosis kasus
agar menghasilkan kodefikasi penyakit yang tepat sistem cardiovascular dan wawancara langsung
dan akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan. dengan petugas coding terkait pengkodean diagnosis
Diagnosis harus ditulis secara konsisten dengan pada kasus sistem cardiovascular di Rumah Sakit
menggunakan terminologi medis yang bertujuan Panti Waluyo Surakarta. Data sekunder dalam
untuk keseragaman, berlaku umum, agar dapat penelitian ini adalah 10 besar penyakit rawat inap
dipahami oleh dokter di seluruh dunia. Menurut dan indeks kasus sistem cardiovascular untuk
Nuryati (2011) terminologi medis merupakan ilmu melihat nomor rekam medis pasien.
peristilahan medis atau istilah medis. Pengkodean
yang akurat memerlukan penulisan diagnosis
yang sesuai dengan terminologi medis yang tepat HASIL
sehingga membantu petugas coding dalam memilih Persentase Ketepatan Penulisan Terminologi
lead term dan melakukan pengkodean penyakit Medis Kasus Sistem Cardiovascular
yang sesuai dengan ICD-10. Diagnosis yang
Berdasarkan hasil observasi jumlah pasien rawat
dituliskan dengan lengkap dan tepat oleh seorang
inap pada kasus sistem cardiovascular tahun 2018
dokter sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan
sebanyak 1157 pasien, dari jumlah tersebut peneliti
keakuratan kodefikasi penyakit.
mengambil 100 sampel dokumen rekam medis.
ketepatan berasal dari kata tepat yang mendapat Peneliti mengamati ketepatan penulisan istilah
awalan ke- dan akhiran –an. Kata tepat berarti terminologi medis (tanpa singkatan) diagnosis pada

94
Eni Nur Rahmawati, Titik Dwi Utami: Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis terhadap Keakuratan..

kasus sistem cardiovascular berdasarkan ICD- singkatan), penggunaan singkatan, penggunaan


10, dan ketepatan penulisan singkatan diagnosis istilah dan singkatan dapat dijabarkan sebagai
pada kasus sistem cardiovascular pasien rawat berikut:
inap berdasarkan buku kamus kedokteran dan
1.
Ketepatan Penulisan Terminologi Medis
buku terminologi medis. Tingkat ketepatan dan
Diagnosis
ketidaktepatan penulisan terminologi medis pada
penelitian ini menggunakan alat bantu berupa a. Penggunaan Istilah (Tanpa Singkatan)
checklist hasil pengamatan. Tingkat ketepatan dan Berdasarkan hasil pengamatan, dapat
ketidaktepatan penulisan terminologi medis pada diketahui ketepatan penggunaan istilah
kasus sistem cardiovascular dapat disajikan dalam (tanpa singkatan) dengan kategori tepat
bentuk diagram pie yaitu sebagai berikut: sejumlah 0 dokumen rekam medis.
b. Penggunaan Singkatan

Persentase Ketepatan dan Tabel 2. Ketepatan Penulisan Singkatan


Ketidaktepatan Penulisan Terminologi Diagnosis
Medis pada Kasus Sistem Cardiovascular
No Penulisan Singkatan Jumlah
1 CHF 17
42% 2 UAP 3
Tepat
58% 3 SNH 6
Tidak Tepat
4 AMI 2
5 HHD 5
Gambar 1. Persentase Ketepatan dan Ketidak- 6 AF 3
tepatan Penulisan Terminologi Medis pada 7 STEMI 3
Kasus Sistem Cardiovascular
8 SVT 1
Klasifikasi ketepatan dan ketidaktepatan terminologi 9 SAH 1
medis pada kasus sistem cardiovascular dibagi
Jumlah 41
menjadi 3 kategori yaitu menggunakan istilah (tanpa
singkatan), menggunakan singkatan, menggunakan
istilah dan singkatan. Rincian dari ketepatan dan c. Penggunaan Istilah dengan Singkatan
ketidaktepatan penulisan terminologi medis dapat Tabel 3. Ketepatan Penulisan Istilah
dilihat pada tabel dibawah ini yaitu: dan Singkatan Diagnosis
Tabel 1. Ketepatan dan Ketidaktepatan Penulis- Penulisan Istilah
No Jumlah
an Terminologi Medis dengan Singkatan

Penulisan 1. STEMI Anteroseptal 1


Tepat Tidak Tepat
No Terminologi Jumlah 1
Medis Jumlah % Jumlah %
1 Menggunakan
2. Ketidaktepatan Penulisan Terminologi Medis
Istilah (Tanpa 0 0 52 52
singkatan) Diagnosis
2 Menggunakan a. Penggunaan Istilah (Tanpa Singkatan)
41 41 0 0 Berdasarkan hasil pengamatan yang
Singkatan
3 Menggunakan dilakukan, ketidaktepatan penulisan
Istilah dan 1 1 6 6 istilah (tanpa singkatan) dibagi menjadi
Singkatan 2 klasifikasi yaitu tidak sesuai dengan
Jumlah 42 42 58 58
terminologi medis pada ICD-10 dan
penggunaan bahasa Indonesia, seperti
Ketepatan dan ketidaktepatan penulisan terminologi pada tabel dibawah ini:
medis berdasarkan penggunaan istilah (tanpa

95
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 8 No.2 Oktober 2020
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v8i2.251

Tabel 4. Klasifikasi Penulisan Termi- 2) Penggunaan istilah bahasa Indonesia


nologi Medis pada Istilah (Tanpa Ketidaktepatan penulisan diagnosis
Singkatan) karena menggunakan bahasa Indo-
Ketidaktepatan nesia sejumlah 7 dokumen. Ketidak-
Penulisan Persentase tepatan tersebut dapat dilihat pada
No Jumlah tabel berikut ini:
Terminologi (%)
Medis Tabel 6. Ketidaktepatan Istilah
1 Tidak sesuai de- 45 87% (Tanpa Singkatan) Penggunaan
ngan terminologi Bahasa Indonesia
medis pada ICD-
10 Istilah Terminologi
2 Penggunaan 7 13% dengan Medis Jum-
No
istilah bahasa Bahasa dalam lah
Indonesia Indonesia ICD-10
1 Hemoroid Hemorrhoids 6
Jumlah 52 100%
2 Hipertensi Hypertension 1
Rincian ketidaktepatan tersebut dapat Jumlah 7
dijabarkan sebagai berikut:
1) Tidak Sesuai dengan Terminologi b. Penggunaan Singkatan
Medis pada ICD-10 Ketidaktepatan penulisan diagnosis pada
Ketidaktepatan penulisan diagnosis
kasus sistem cardiovascular karena peng-
sejumlah 45 dokumen karena tidak
gunaan singkatan dapat dilihat pada tabel
sesuai dengan terminologi medis
pada ICD-10. Ketidaktepatan tersebut berikut ini:
dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7. Ketidaktepatan Penulisan Ber-
Tabel 5. Ketidaktepatan Istilah dasarkan Penggunaan Singkatan
(Tanpa Singkatan) dengan Termi-
nologi Medis pada ICD-10 Penulisan
Penulisan
No Singkatan Jumlah
Terminologi Diagnosis
Istilah yang Benar
Medis Jum-
No (Tanpa 1 Ht HT 3
dalam lah
Singkatan)
ICD-10 Jumlah 3
1 Hypertension Essential 3
Emergency (primar) c. Penggunaan Istilah dan Singkatan
hypertension Ketidaktepatan penulisan karena peng-
2 Infark Infarct 2 gunaan istilah dan singkatan pada
Emboli Embolism diagnosis kasus sistem cardiovascular
3 Stroke Cerebral 37 yaitu sebagai berikut:
Infark Infarction
Trombotik due to
Tabel 8. Ketidaktepatan Penulisan
Thrombosis Diagnosis Berdasarkan Penggunaan
Istilah dan Singkatan
4 Infark Cerebral 2
Cerebri Infarction Penulisan Istilah Penulisan Jum-
5 Stroke Cerebral 1 No
dengan Singkatan yang Benar lah
Infark Infarction
1 Ht stage II Secondary 1
Emboli due to
HT
Embolism
6 Hypertension Essential 3 2 Ht Emergency Essential 2
Emergency (primary) (primary)
hypertension hypertension
Jumlah 45 Jumlah 3

96
Eni Nur Rahmawati, Titik Dwi Utami: Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis terhadap Keakuratan..

Persentase Keakuratan dan Ketidakakuratan Tabel 9. Ketidakakuratan Kode karena


Kode Kasus Sistem Cardiovascular Tidak Dikode
Petugas melakukan pengkodean berdasarkan Kode
kebiasaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Diag- Jum- ICD-10
petugas coding, prosedur pengkodean diagnosis No Keterangan
nosis lah RS Pene-
di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta adalah liti
petugas melihat diagnosis terlebih dahulu pada
1 Stroke 1 Tidak I63.3 Pada formulir
lembar ringkasan masuk dan keluar dan lembar
Infark Di- ringkasan ma-
resume medis, petugas melihat lembar catatan Trombotik kode suk dan keluar
perkembangan pasien terintegrasi, laporan operasi serta formulir
dan lembar pemeriksaan penunjang atau hasil resume medis
laboratorium, kemudian mengkoding menggunakan tidak dikode
buku ICD-10 volume 3 dan volume 1 dibantu dengan
Jumlah 1
menggunakan buku coding dengan searching pada
google.
2. Ketidakakuratan Kode karena Salah Pemilihan
Berdasarkan hasil wawancara, jumlah petugas Kode
rekam medis di Rumah Sakit Panti Waluyo Ketidakakuratan kode di Rumah Sakit
Surakarta sebanyak 40 orang dengan latar Panti Waluyo Surakarta karena salah dalam
belakang pendidikan SMA dan D3 Rekam Medis. pemilihan kode dipengaruhi oleh faktor
Pemberian kode dilakukan oleh 4 orang petugas, petugas coding dalam memberikan kode yaitu
dimana terdapat 2 petugas coding rawat jalan dan 2 tulisan dokter yang sulit untuk dibaca dan
petugas coding rawat inap. Tingkat keakuratan dan terdapat beberapa diagnosis baru.
ketidakakuratan kode pada penelitian ini diukur
dengan alat bantu checklist hasil pengamatan. Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi
Tingkat keakuratan dan ketidakakuratan kode Medis dengan Keakuratan Kode pada Kasus
diagnosis pada kasus sistem cardiovascular dapat Sistem Cardiovascular
disajikan dalam bentuk diagram pie sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap ketepatan penulisan terminologi medis
Persentase Keakuratan dan
Ketidakakauratan Kode pada Kasus
dengan keakuratan kode dapat ditunjukkan terdapat
Sistem Cardiovascular 58 dokumen rekam medis yang tidak tepat dan
42 dokumen rekam medis yang tepat, serta 44
dokumen rekam medis yang tidak akurat dan 56
Keakuratan dokumen yang akurat. Untuk mengetahui ada
44%
tidaknya hubungan antar variabel dalam penelitian
56% ini, peneliti menggunakan SPSS dengan uji chi-
Ketidakakuratan
square.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan SPSS
dengan uji chi square diperoleh hasil nilai p <
Gambar 2. Persentase Keakuratan dan Ke- 0.001 karena nilai p < 0,05 maka Ho ditolak artinya
tidakakuratan Kode pada Kasus Sistem terdapat hubungan antara ketepatan penulisan
Cardiovascular terminologi medis terhadap keakuratan kode pada
kasus sistem cardiovascular di Rumah Sakit Panti
Rincian ketidakakuratan kode diagnosis dapat Waluyo Surakarta Surakarta.
dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketidakakuratan Kode karena Tidak Dikode PEMBAHASAN
Ketidakakuratan kode di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta karena tidak dikode Penulisan Terminologi Medis pada Kasus Sistem
dipengaruhi oleh faktor petugas coding yang Cardiovascular
lupa belum menuliskan kode pada formulir. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penulisan
terminologi medis diagnosis pada kasus sistem

97
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 8 No.2 Oktober 2020
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v8i2.251

cardiovascular di Rumah Sakit Panti Waluyo c. Penulisan Istilah dan Singkatan


Surakarta dari 100 dokumen rekam medis, peneliti Diketahui bahwa terdapat 2% (1 dokumen
membagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu rekam medis) dengan penulisan diagnosis
penulisan istilah (tanpa singkatan), penggunaan istilah dengan singkatan yang tepat.
singkatan dan penggunaan istilah dan singkatan. Menurut buku Daftar Definisi, singkatan
Dari klasifikasi tersebut, peneliti melakukan analisis Medis dan Simbol Rumah Sakit Panti
sebagai berikut: Waluyo Surakarta (2018), kepanjangan
1. Ketepatan Penulisan Terminologi Medis dari STEMI adalah ST Elevation
Diagnosis Myocardial Infarction dan anteroseptal
sudah sesuai dengan WHO (2010) ICD-
Berdasarkan ketepatan penulisan terminologi 10 volume 1.
medis dari 42 dokumen rekam medis dibagi
menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: 2. Ketidaktepatan Penulisan Terminologi Medis
a. Penggunaan Istilah (Tanpa Singkatan) dengan Diagnosis
Diketahui bahwa terdapat 0% (0 dokumen Berdasarkan ketidaktepatan penulisan termi-
rekam medis) dengan penulisan istilah nologi medis dari 58 dokumen rekam medis
(tanpa singkatan) yang tepat, artinya dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu:
tidak ada yang tepat dalam penulisan a. Penggunaan Istilah (Tanpa Singkatan)
terminologi medis dengan menggunakan
istilah (tanpa singkatan). Ketepatan Berdasarkan hasil pengamatan, penulisan
penulisan diagnosis sejumlah 0% (0 do- diagnosis menggunakan istilah (tanpa
kumen rekam medis) karena tidak sesuai singkatan) yang tidak tepat sebanyak
dengan terminologi medis pada ICD-10. 90% (52 dokumen rekam medis), yang
Berdasarkan wawancara di atas telah dibagi menjadi istilah menggunakan
sesuai dengan penelitian Rohman, dkk bahasa Indonesia dan salah penggunaan
(2011) menyebutkan bahwa dokter lebih istilah. Ketidaktepatan tersebut dijabarkan
mementingkan pelayanan pasien sehingga sebagai berikut :
dapat menyebabkan diagnosis tidak sesuai 1) Tidak Sesuai dengan Terminologi
dengan ICD-10. Medis pada ICD-10
b. Penulisan Singkatan Ketidaktepatan penulisan karena
Diketahui bahwa penulisan singkatan tidak sesuai dengan terminologi
yang tepat sejumlah 98% (41 dokumen medis pada ICD-10 sejumlah 87% (45
rekam medis). Terdapat singkatan diag- dokumen rekam medis). Penggunaan
nosis CHF yang berarti Congestive Heart istilah Hypertension Emergency
Failure, UAP (Unstable Angina Pectoris),
yang tidak tepat sejumlah 3 dokumen
SNH (Stroke Non Haemorrhagic),
rekam medis dan penulisannya yang
AMI (Acute Myocardial Infarction),
benar berdasarkan ICD-10 yaitu
HHD (Hypertensive Heart Disease),
Essential (primary) hypertension.
AF (Atrial Fibrilation), STEMI (ST
Penggunaan istilah “Infark Emboli”
Elevation Myocardial Infarction), SVT
yang tidak tepat sejumlah 2 dokumen
(Supra Ventricular Tachycardia) dan
rekam medis dan penulisannya yang
SAH (Subarachnoid Haemorrhagic).
Penggunaan singkatan tersebut sudah benar berdasarkan ICD-10 yaitu
sesuai dengan buku Daftar Definisi, Infarct Embolism. Penulisan istilah
Singkatan Medis dan Simbol yang Stroke Infark Trombotik yang tidak
ada di Rumah Sakit Panti Waluyo tepat sejumlah 37 dokumen rekam
Surakarta. Buku tersebut telah ditetapkan medis dan penulisannya yang benar
berdasarkan Keputusan Direktur Rumah berdasarkan ICD-10 yaitu Cerebral
Sakit Panti Waluyo Surakarta Surakarta Infarction due to Thrombosis.
Nomor 2021a/PW/Sekr/VII/2018 tentang Penggunaan istilah Infark Cerebri
Daftar Definisi, Singkatan Medis dan yang tidak tepat sejumlah 2 dokumen
Simbol yang ada di Rumah Sakit Panti rekam medis dan penulisannya yang
Waluyo Surakarta Surakarta. benar berdasarkan ICD-10 yaitu

98
Eni Nur Rahmawati, Titik Dwi Utami: Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis terhadap Keakuratan..

Cerebral Infarction. Penggunaan menurut buku Daftar Definisi, Singkatan


istilah Stroke Infark Emboli yang Medis dan Simbol Rumah Sakit Panti
tidak tepat sejumlah 1 dokumen Waluyo Surakarta (2018) dan WHO (2010)
rekam medis dan penulisannya yang ICD-10 volume 1 adalah Secondary HT.
benar berdasarkan ICD-10 yaitu Penulisan istilah Ht Emergency yang tepat
Cerebral Infarction due to Embolism. menurut buku Daftar Definisi, singkatan
Medis dan Simbol Rumah Sakit Panti
Ketidaktepatan penulisan diagnosis Waluyo Surakarta (2018) dan WHO
sejumlah 45 dokumen karena tidak (2010) ICD-10 volume 1 adalah Essential
sesuai dengan terminologi medis (primary) HT.
pada ICD-10. Berdasarkan penelitian
Rohman, dkk (2011) menyebutkan Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas coding bahwa faktor yang
bahwa dokter lebih mementingkan
mempengaruhi ketidaktepatan penulisan
pelayanan pasien sehingga dapat
terminologi medis diagnosis pada kasus
menyebabkan diagnosis tidak sesuai
sistem cardiovascular di Rumah Sakit
dengan ICD-10.
Panti Waluyo Surakarta yaitu terdapat
2) Penggunaan Istilah Bahasa Indonesia penulisan diagnosis yang tidak sesuai
Penulisan diagnosis menggunakan dengan buku singkatan dan ICD-
istilah (tanpa singkatan) dengan 10 sehingga coder sulit memahami
bahasa Indonesia yang tidak tepat diagnosis. Hal tersebut didukung dengan
penelitian Maryati (2016) menyebutkan
sejumlah 13% (7 dokumen rekam
bahwa ketidaktepatan penulisan diagnosis
medis). Penggunaan istilah hemoroid
disebabkan karena dokter menggunakan
yang tidak tepat sejumlah 6 dokumen
istilah bahasa Indonesia dan ejaan
rekam medis dan penulisannya yang
terminologi medis yang tidak sesuai di
benar berdasarkan ICD-10 yaitu ICD-10.
Haemorrhoids. Penggunaan istilah
hipertensi yang tidak tepat sejumlah 1
Keakuratan Kode pada Kasus Sistem Cardio-
dokumen rekam medis dan penulisan vascular
yang benar berdasarkan ICD-10
adalah Hypertension. Ketidaktepatan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sejumlah
penulisan diagnosis karena 56 dokumen rekam medis dengan kode akurat
menggunakan bahasa Indonesia dan 44 dokumen dengan kode tidak akurat.
sejumlah 7 dokumen. Ketidakakuratan kode dibagi menjadi beberapa
klasifikasi yaitu sebagai berikut:
b. Penggunaan Singkatan
1. Ketidakakuratan Kode karena Tidak Dikode
Penulisan diagnosis menggunakan sing-
Terdapat 2% (1 dokumen rekam medis) yang
katan yang tidak tepat sejumlah 5% (3
tidak akurat karena tidak dikode dipengaruhi
dokumen rekam medis) dengan diagnosis
oleh faktor petugas coding yang lupa dalam
Ht. Menurut buku Daftar Definisi,
menuliskan kode pada formulir yang tidak
singkatan Medis dan Simbol Rumah Sakit dikode yaitu Stroke Infark Trombotik.. Kode
Panti Waluyo Surakarta (2018) singkatan yang benar berdasarkan ICD-10 yaitu I63.3. Hal
Ht yang benar yaitu HT merupakan ini sesuai dengan penelitian Wariyanti (2013)
kepanjangan dari Hypertension sedangkan yang menyatakan bahwa ketidakakuratan
Ht adalah Hematocrit. kode diagnosis disebabkan diagnosis tidak
c. Penggunaan Istilah dan Singkatan diberi kode karena ketidaktelitian coder dalam
menganalisis berkas rekam medis.
Penulisan diagnosis menggunakan istilah
dan singkatan yang tidak tepat sejumlah 2. Ketidakakuratan Kode karena Salah Pemilihan
5% (3 dokumen rekam medis) yaitu 1 Kode
dokumen dengan diagnosis Ht Stage II Terdapat 98% (43 dokumen rekam medis) yang
dan Ht Emergency sejumlah 2 dokumen. tidak akurat karena kesalahan dalam pemilihan
Penulisan istilah Ht Stage II yang tepat kode dipengaruhi oleh faktor petugas coding

99
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 8 No.2 Oktober 2020
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v8i2.251

dalam memberikan kode yaitu tulisan dokter jawab terhadap pasien tersebut. Selain itu
yang sulit untuk dibaca dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan
diagnosis baru. kode diagnosis yaitu faktor keterbatasan ilmu
Ketidakakuratan kode karena salah pemilihan pengetahuan petugas coding. Ilmu pengetahuan
kode yaitu pada diagnosis CHF (Congestive petugas coding yang hanya mendapatkan materi
Heart Failure) dengan kode berdasarkan klinis pasien secara dasarnya dan dalam proses
ICD-10 yaitu I50.0. Diagnosis UAP (Unstable memberikan kode terkadang terdapat kasus
Angina Pectoris) dengan kode yang tepat baru (kasus yang tidak biasanya dikode). Hal
berdasarkan ICD-10 yaitu I20.0. Diagnosis tersebut didukung dengan penelitian Rohman,
SNH (Stroke Non Haemorrhagic) dengan dkk (2011) bahwa faktor yang mempengaruhi
kode yang akurat berdasarkan ICD-10 ketidaksesuaian penulisan terminologi medis
yaitu I63.9. Diagnosis HHD (Hypertensive yaitu tingkat pengetahuan petugas.
Heart Disease) dengan kode yang akurat
berdasarkan ICD-10 yaitu I119.9. Diagnosis Hubungan Ketepatan Penulisan Teminologi
STEMI Anteroseptal dengan kode yang akurat Medis terhadap Keakuratan Kode pada Kasus
berdasarkan ICD-10 yaitu I21.0. STEMI (ST Sistem Cardiovascular
Elevation Myocardial Infarction) dengan kode
yang akurat berdasarkan ICD-10 yaitu I21.3. Berdasarkan hasil penelitian terhadap ketepatan
Diagnosis Stroke Infark Trombotik dengan penulisan terminologi medis dengan keakuratan
kode yang akurat berdasarkan ICD-10 yaitu kode diagnosis dapat ditunjukkan bahwa terdapat
I63.3. Diagnosis HT Stage II dengan kode 58 dokumen rekam medis yang tidak tepat dan 42
yang akurat berdasarkan ICD-10 yaitu I15.9. dokumen rekam medis yang tepat, serta 44 dokumen
Diagnosis Infark Cerebri dengan kode yang rekam medis yang tidak akurat dan 56 dokumen
akurat berdasarkan ICD-10 yaitu I63. yang akurat. Hasil uji hipotesis menggunakan uji
chi-square diperoleh nilai p < 0.001 karena nilai
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
coding bahwa faktor yang mempengaruhi p > 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat
ketidakakuratan kode diagnosis yaitu karena hubungan antara ketepatan penulisan terminologi
tulisan dokter yang tidak bisa terbaca dan medis dengan keakuratan kode pada kasus sistem
terdapat diagnosis baru yang tidak biasa cardiovascular di Rumah Sakit Panti Waluyo
dikode, sehingga petugas coding kesulitan Surakarta.
untuk memberikan kode diagnosis tersebut. Hal ini relevan dengan penelitian Maryati (2016)
Hal tersebut didukung berdasarkan penelitian yang menyatakan secara signifikan terdapat
Rohman, dkk (2011) bahwa penyebab hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis
ketidakakuratan kode diagnosis adalah tulisan dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri
dokter sulit dibaca, penggunaan singkatan dan dengan hasil p < 0.02 sehingga p < 0,05.
istilah-istilah baru.
Berdasarkan hasil uji diatas nilai odds ratio yaitu
Coder di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta besarnya hubungan antara ketepatan penulisan
biasanya menemukan istilah atau singkatan terminologi medis terhadap keakuratan kode
yang tidak jelas dan tidak terbaca, petugas coder diagnosis pada kasus sistem cardiovascular di
bertanya terlebih dahulu dengan petugas yang Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yaitu sebesar
lebih tahu apabila petugas tersebut tidak tahu 15 kali lipat.
maka petugas coding akan bertanya kepada
dokter yang menuliskan diagnosis tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Depkes RI SIMPULAN
(2006) mengenai penulisan diagnosis yang Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah
kurang jelas atau yang tidak lengkap, petugas Sakit Panti Waluyo Surakarta dapat ditarik
coding sebaiknya mengkomunikasikan terlebih kesimpulan sebagai berikut :
dahulu pada dokter yang menuliskan diagnosis
1.
Ketepatan penulisan terminologi medis
tersebut akan tetapi petugas coder di Rumah
diagnosis pada kasus sistem cardiovascular
Sakit Panti Waluyo Surakarta bertanya kepada di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
siapa yang lebih tahu dan tidak langsung terdapat 42% (42 dokumen rekam medis).
bertanya kepada dokter yang bertanggung Ketepatan tersebut diklasifikasikan menjadi

100
Eni Nur Rahmawati, Titik Dwi Utami: Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis terhadap Keakuratan..

tiga, antara lain tepat menggunakan istilah Maryati, W. 2016. Hubungan Antara Ketepatan
(tanpa singkatan) sejumlah 0% (0 dokumen Penulisan Diagnosis Dengan
rekam medis), tepat singkatan sebanyak 41% Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri
(41 dokumen rekam medis) dan tepat istilah di RS PKU Muhammadiyah
dengan singkatan sebanyak 1% (1 dokumen Sukoharjo. Jurnal Informasi Kesehatan. Vol
rekam medis. Sedangkan ketidaktepatan 6 (2): 1-7.
penulisan terminologi medis sebanyak 58%
(58 dokumen rekam medis). Ketidaktepatan Nuryati. 2011. Terminologi Medis Pengenalan
tersebut diklasifikasikan menjadi tiga, antara Istilah Medis. Cetakan I. Yogyakarta :
lain tidak tepat dalam penggunaan istilah Quantum Sinergis Media.
(tanpa singkatan) dibagi menjadi 2 klasifikasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yaitu tidak sesuai dengan terminologi medis
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
pada ICD-10 sebanyak 87% (45 dokumen
Rekam Medis. Jakarta : Menkes, RI.
rekam medis) dan menggunakan bahasa
Indonesia sebanyak 13% (7 dokumen rekam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
medis). Tidak tepat singkatan sejumlah 3 Nomor 76 Tahun 2016 Tentang
dokumen rekam medis dan tidak tepat istilah Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-
dengan singkatan sejumlah 3 dokumen. CBG’s). Jakarta : Menkes.
2. Keakuratan kode diagnosis pada kasus
sistem cardiovascular di Rumah Sakit Panti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Waluyo Surakarta terdapat 56% (56 dokumen Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
rekam medis), sedangkan ketidakakuratan persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana
kode diagnosis sebanyak 44% (44 dokumen Rumah Sakit. Jakarta : Menkes.
rekam medis). Ketidakakuratan kode tersebut
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum
diklasifikasikan menjadi dua, antara lain
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
tidak akurat karena tidak dikode sejumlah 1
dokumen rekam medis dan tidak akurat karena Rohman, H; Hariyono, W dan Rosyidah. 2011.
salah dalam pemilihan kode sejumlah 43 Kebijakan Pengisian Diagnosis Utama dan
dokumen rekam medis. Keakuratan Kode Diagnosis pada Rekam
3. Hasil perhitungan didapatkan nilai p < 0,001 Medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
sehingga p < 0,05 yang berarti bahwa Ho Yogyakarta. Jurnal Kesmas Vol.5, No. 2,
ditolak dimana terdapat hubungan antara Hal: 162-232.
ketepatan penulisan terminologi medis
Turgandi, A. 2010. Perlindungan Hukum Terhadap
terhadap keakuratan kode diagnosis pada
Pasien dan Kewajiban Penyimpanan Do-
kasus sistem cardiovascular di Rumah Sakit
kumen Rekam Medik di Rumah Sakit dalam
Panti Waluyo Surakarta.
Kasus Dugaan Malpraktik. Kisi Hukum, Vol
13: 1
DAFTAR PUSTAKA
Wariyanti, A.S. 2013. Hubungan Antara Keleng-
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. kapan Informasi Medis Dengan Keakuratan
Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Kode Diagnosis Pada Dokumen Rekam
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Medis Rawat Inap di RSUD Karanganyar.
Revisi II. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Pelayanan Medik. Artikel Publikasi Ilmiah.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. World Health Organization. 2010. International
2007. Kepmenkes Nomor 377/Menkes/SK/ Statistical Classification Of Diseases And
III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam Related Health Problem (ICD-10, Volume
Medis dan Informasi Kesehatan. Jakarta: 2). Geneva.
Menteri Kesehatan.

101

Anda mungkin juga menyukai