Anda di halaman 1dari 26

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

2.1.1 Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha kesehatan masyarakat yang

ditujukan kepada masyarakat sekolah yaitu anak didik, guru, dan karyawan sekolah

lainnya dengan prioritas UKS diberikan kepada SD, mengingat SD merupakan dasar

dari sekolah lanjutan (MGMP Pati, 2019). Menurut Kementerian Kesehatan RI

(2017) UKS adalah program pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,

pendidikan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan

hidup sehat bagi warga sekolah. Program UKS diharapkan dapat meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal, agar menjadi

sumber daya manusia yang berkualitas.

Program usaha kesehatan sekolah merupakan suatu program yang harus

mendapat dukungan yang luas dan terus menerus dari semua pihak. Hal ini

disebabkan konsep ini selaras dengan konsep WHO melalui gerakan Global School

Health Initiative. WHO juga mengembangkan dan mencanangkan konsep sekolah

sehat atau Health Promoting School yaitu sekolah yang telah melaksanakan UKS

dengan ciri – ciri lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan pendidikan

kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan, ada

kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif

dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (Tim Pengembang UPI, 2007).


Usaha Kesehatan Sekolah merupakan wadah dan program yang sangat

efesien untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan

perserta didik sedini mungkin, yang dilakukan secara terpadu oleh 4 Depertemen

terkait beserta seluruh jajarannya baik di pusat maupun daerah, Adapun landasan 4

menteri, yaitu Menteri Pendidikan nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama

dan Menteri Dalam Negeri (Trishandra, 2019). Berdasarkan peraturan bersama

Kemendikbud, Kemenkes, Kemenag, dan Kemendagri No. 6, 73,41,81 pasal 1 tahun

2014 Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disingkat UKS/M adalah

kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada

setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

UKS merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh

puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah –

sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama

(Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut Ananto (2006) dalam Effendi dan Makhfudli

(2009) UKS merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan

dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan

sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur,

jenis, dan jenjang pendidikan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehat anak usia sekolah dan selanjutnya

membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat

kesehatan yang optimal (Adi dan Wulan, 2019). Menurut Rochman Sahudi dkk

dalam Marina (2016) UKS adalah singkatan dari Usaha Kesehatan Sekolah, program

10
UKS berarti segala usaha dan upaya sekolah melatih dan menanamkan cara-cara

hidup sehat.

2.1.2 Tujuan UKS

Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi

belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan

derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan

lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia

Indonesia seutuhnya (Berdasarkan peraturan bersama Kemendikbud, Kemenkes,

Kemenag, dan Kemendagri No. 6, 73,41,81 pasal 2 tahun 2014).

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah menciptakan pola hidup

sehat, lingkungan yang sehat dan kehidupan sehat dengan cara mencegah,

memberantas penyakit dan memberikan pengetahuan akan kesehatan sehingga

tercapai mutu pendidikan yang baik dan tumbuh kembang yang maksimal serta

dapat membentuk suatu kepribadian yang baik dalam jiwa setiap individu (Nugroho,

2017). Sedangkan Menurut Soenarjo dalam Nugroho (2017) Tujuan UKS, sama

dengan tujuan kesehatan masyarakat pada umumnya, yang pada garis besarnya

meliputi mempertinggi derajat kesehatan, mencegah dan memberantas penyakit,

serta memulihkan kesehatan setalah terkena suatu penyakit.

Menurut Kemendikbud (2012) Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah dibedakan

menjadi :

11
1. Tujuan Umum UKS

Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan

peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, yang memungkinkan

pertumbuhan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia

Indonesia yang seutuhnya.

2. Tujuan Khusus UKS

Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat

kesehatan peserta didik, yang didalamnya mencakup : a) memiliki

pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup

sehat, serta partisipasi aktif dalam usaha peningkatan usaha kesehatan di

sekolah, di rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat. b) kondisi sehat,

baik dalam arti fisik, mental, maupun sosial. c) memiliki daya hayat dan daya

tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba dan sebagainya.

2.1.3 Sasaran UKS

Berdasarkan peraturan bersama Kemendikbud, Kemenkes, Kemenag, dan

Kemendagri No. 6, 73,41,81 pasal 3 tahun 2014 sasaran UKS/M dalam peraturan

bersama ini meliputi:

a. Peserta didik

b. Pendidik

c. Tenaga kependidikan

d. Masyarakat sekolah

Sasaran UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, sedangkan guru,

orang tua, pengelola kesehatan dan pengelola pendidikan sebagai sasaran

12
sekunder, dan yang terakhir sasaran tersier ialah lembaga pendidikan mulai dari

tingkat pra/TK sampai SLTA dan lingkungan (Amin, 2015). Menurut Depkes RI dalam

Amin (2015) “Menyebutkan sasaran utama dari pembinaan UKS adalah peserta

didik dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah termasuk peguruan

agama beserta lingkungan”.

2.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan UKS

Gambar 2.1 TRIAS UKS


(Sumber: Kemenkes RI, 2018)

Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan Trias UKS, yang

terdiri dari:

2.1.4.1 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar untuk memproleh ilmu

pengetahuan, dan penanaman nilai sikap positif tentang bagaimana memelihara,

dan merawat kesehatan agar peserta didik berprilaku hidup yang sehat, dapat

bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya (Trishandra,

13
2019). Sedangkan menurut Kemendikbud RI (2012) Pendidikan kesehatan adalah

upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau tuntunan kepada peserta didik

tentang yang meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial)

agar kepribadiannya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui kegiatan

intrakurikuler dan ekstrakulikuler.

a. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik : a) memiliki pengetahuan

tentang kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur, b) memiliki nilai dan

sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat, c) memiliki keterampilan dalam

melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan

perawatan kesehatan, d) memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), e)

mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, f) memiliki

daya tangkal terhadap pengaruh buruk di luar (narkoba, arus informasi, dan gaya

hidup yang tidak sehat).

b. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut Kemendikbud (2012) Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan

melalui:

1. Kegiatan Kurikuler, adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) khususnya pada standar isi yang telah diatur dalam

peraturan Mendiknas No.22 Tahun 2006 pada mata pelajaran Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

14
2. Kegiatan Ekstrakurikuler, adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa

(termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah/madrasah

ataupun diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan dan

keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia

seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler yaitu: wisata siswa, kemah(persami),

ceramah, lomba, bimbingan hidup sehat, apotik hidup, kerja bakti, majalah

dinding, pramuka, dan piket sekolah.

Menurut Kemenkes RI (2018) pendidikan kesehatan meliputi:

1. Pendidikan kesehatan melalui buku rapor kesehatanku, merupakan

instrumen yang mendukung terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat

peserta didik yang berisi catatan hasil pelayanan kesehatan (penjaringan

kesehatan dan pemeriksaan berkala, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)),

pemberian obat cacing, pemberian tablet tambah darah dan pemeriksaan

kesehatan lainnya di sekolah.

2. Pendidikan keterampilan hidup sehat, yaitu berorientasi pada keterampilan

sehingga siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan menjadi

keterampilan untuk berprilaku hidup sehat, seperti kegiatan cuci tangan

bersama, pendidikan gizi seimbang (sarapan bersama dan kudapan bersama)

dan melakukan aktifitas fisik bersama pada jam istirahat dan pada saat

pergantian jam pelajaran.

3. Penyuluhan kesehatan pada Masa Orientasi Siswa (MOS), penyuluhan ini

selalu dilaksanakan dan menjadi salah satu kegiatan wajib untuk

dilaksanakan pada kegiatan MOS di setiap sekolah, penyuluhan yang

15
diberikan oleh petugas kesehatan/puskesmas meliputi tentang PHBS,

NAPZA, dan HIV/AIDS.

4. Penyuluhan kesehatan melalui muatan lokal, muatan lokal merupakan

kurikulum yang salah satunya bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian

siswa terhadap masalah-masalah lingkungan, guru muatan lokal

memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang cara mengaja

lingkungan sehat yang dimulai dari buang sampah pada tempatnya,

membersihkan selokan agar tidak ada jentik nyamuk dan bergotong royong

bersama.

2.1.4.2 Pelayanan Kesehatan Sekolah

Pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang menangani pelayanan kesehatan

dan melaksanakan pemantauan dan perkembangan imunisasi, serta pengobatan

yang di lakukan oleh petugas kesehatan, guru dan peserta didik (Trishandra, 2019).

a. Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah adalah untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup

sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat

2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan

mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.

3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,

kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik

yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal (Kemendikbud, 2012).

16
b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh Tim Kesehatan dari

Puskesmas berkerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Pelayanan

kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh (komprehensif), dengan

mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta didukung kegiatan kuratif

dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Kemendikbud

RI, 2012).

Menurut Kemenkes RI (2018) pelayanan kesehatan meliputi:

1. Penjaringan kesehatan, yaitu rangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan

(skrining) yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan diikuti oleh seluruh

peserta didik.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu rangkaian pemeriksaan yang

dilakukan pada seluruh peserta didik, dan dilaksanakan minimal 1 kali dalam

setahun.

3. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), program BIAS ini dilaksanakan untuk

memberikan perlindungan pada anak-anak usia SD terhadap penyakit

campak, difteri, dan tetatus. Imunisasi DT dan campak untuk peserta didik

kelas 1, imunisasi td untuk peserta didik kelas 2 dan 5, dan imuniasi HPV

untuk peserta didik perempuan kelas 5 dan 6.

4. Pemberian obat cacing, dilaksanakan pada bulan Agustus, dan diberiknan

kepada seluruh peserta didik SD/MI sejumlah 1 tablet per tahun untuk

menghindari penyakit cacingan.

17
2.1.4.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Pembinaan lingkungan kesehatan sekolah sehat merupakan usaha tindakan dan

kegiatan yang dilaksanakan untuk memilihara dan menjaga lingkungan sekolah agar

terciptanya prilaku hidup sehat peserta didik dan bersosial, serta bebas dari prilaku

yang negatif yang dapat merusak lingkungan sekolah maupun lingkungan lainnya.

Menurut Trisnowati dan Moekarto dalam Gazali dan leni (2018) beberapa hal yang

perlu diperhatikan terkait dengan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat yaitu:

(a) pemeliharaan kebersihan, (b) perorangan dan lingkungan, (c) WC dan kamar

mandi, (d) persediaan air, (e) tempat sampah dan pembuangan sampah, dan (f)

ruang-ruang lain.

Pembinaan Lingkungan sekolah sehat menurut Kemenkes RI (2018) meliputi:

1. Pembinaan sanitasi dan hygiene kantin, kegiatan ini dilaksanakan minimal 1

kali/minggu di kantin sekolah dan Pedagang Kaki Lima (PKL) sekitar sekolah

yang bertujuan untuk membuat kantin menjadi lebih sehat, aman dan

hygienis untuk dikonsumsi oleh peserta didik dan tidak ada lagi pedagang

yang menggunakan bahan tambahan pangan yang berbahaya.

2. Pemanfaatan perkarangan sekolah, yaitu memanfaatkan halaman sekolah

atau lahan sekolah yang masih kosong untuk ditamani tanaman obat,

sayuran, buah serta tanaman pengusir nyamuk.

2.1.5 Peranan Pelaksana UKS

2.1.5.1 Peranan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang melaksanakan kegiatan UKS meliputi pemberian

bimbingan kepada guru dalam menjalankan usaha kesehatan di sekolah, membantu

18
guru dalam kegiatan pengawasan kesehatan perorang dan lingkungan, pemeriksaan

kesehatan, imunisasi, memberikan pendidikan kesehatan secara langsung dan tidak

langsung kepada anak didik, memupuk kerja sama yang baik antara semua unsur

yang diberikan guru untuk diolah lebih lanjut (Gazali dan Leni, 2018).

2.1.5.2 Peranan Guru

Peranan guru dalam menjalankan program UKS di antaranya ialah

menanamkan kebiasaan hidup sehat kepada anak didiknya, pemeriksaan dan

pengawasan kebersihan perorangan dan lingkungan, mengenal kelainan peserta

didik yang mungkin terdapat (jasmani dan rohani), pembinaaan kebugaran jasmani,

menjalankan P3K dan pengobatan ringan dalam batas kemampuannya dan jika

perlu mengirimkan ke poliklinik terdekat, mengenal tanda penyakit menular beserta

masalah dan tindakan selanjutnya menjadi teladan bagi muridnya, membuat

catatan tentang kegiatan UKS, membantu petugas kesehatan dalam tugasnya di

sekolah (Gazali dan Leni, 2018).

2.1.5.3 Peranan Anak Didik

Anak didik atau murid ialah anggota masyarakat sekolah yang dapat

memengaruhi lingkunganya. Peranan anak didik yaitu memilihara kebersihan diri,

menaati segala nasihat guru dan petugas kesehatan dalam hubungannya dengan

usaha pemeliharaan badan dan pakaiannya, menyukai dan menghargai makanan

yang mempunyai nilai gizi tinggi, menjadi penghubung bagi masyarakat dalam hal

menanamkan kebiasaan hidup sehat, dan menjadi contoh bagi anak-anak lain di

luar sekolah dalam berlaku hidup sehat (Gazali dan Leni, 2018).

19
2.1.5.4 Peranan Orang Tua Murid

Lingkungan rumah berpengaruh besar dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak, sehingga diperlukan bantuan yang aktif. Peranan orang tua

murid di antaranya ialah berusaha mempelajari apa yang didapat oleh anaknya di

sekolah dalam bidang kesehatan, turut serta mengawasi agar anak-anaknya

melakukan kebiasaan hidup yang sehat, turut serta secara aktif dalam pelaksanaan

UKS, dan dapat memberikan sumbangan tenaga, dana, dan pikiran demi

kelangsungan dan tercapainya pendidikan kesehatan (Gazali dan Leni, 2018).

2.1.6 Landasan Hukum Program UKS

Sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan melalui kerjasama lintas sektoral,

Menurut Kemenkes RI (2018) landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah:

1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 79)

2. Peraturan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri

Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negri Nomor 6/x/PB Tahun

2014, Nomor 73 tahun 2013, Nomor 41 Tahun 2014, No 81 tahun 2014

tentang Pembinaan dan Pembangunan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah

(Pasal 4-7)

3. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah

5. Intruksi Presiden tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Nomor 1 Tahun 2017.

20
2.1.7 Kendala Pelaksanaan UKS di Sekolah

Hasil evaluasi Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 2012 dalam Mulyadi dkk., (2019) menunjukkan adanya beberapa

kendala dalam pelaksanaan UKS disekolah termasuk diantaranya adalah:

1. Prinsip hidup sehat dengan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai

tingkatan yang diharapkan

2. Cakupan kegiatan UKS belum seimbang dengan tujuan penyelenggaraan UKS

3. Ancaman penyakit epidemis dan kekurangan gizi masih sangat tinggi

4. Makin meningkatnya masalah kesehatan peserta didik akibat kurangnya

sanitasi jamban dan air bersih, meningkatnya pecandu narkoba, meningkatnya

HIV akibat hubungan seksual, dan perilaku hidup tidak bersih

5. Kurangnya sumber daya manusia yang menangani UKS

6. Terbatasnya sarana dan prasarana UKS

7. Tidak terpenuhinya pencatatan dan pelaporan kegiatan UKS

8. Kurangnya koordinasi dan komitmen dalam penyelenggaraan UKS

Sedangkan Menurut Kemenkes RI (2016) Pelaksanaan kebijakan UKS pada

kenyataannya masih terkendala oleh berbagai persoalan. Kemenkes RI (2016)

menyatakan beberapa hambatan dalam pelaksanaan UKS diantaranya adalah:

1. Masih banyak guru pembina UKS belum dilatih,

2. Ada kepala sekolah dan madrasah tidak menunjang UKS,

3. Sekolah dan madrasah belum memiliki dokter kecil atau kader kesehatan

remaja,

21
4. Kurangnya motivasi guru sebagai pelaksana UKS karena belum ada angka kredit

untuk guru pembina UKS,

5. Belum ada buku pedoman materi kesehatan untuk pegangan guru,

6. Masih banyak tenaga kesehatan yang belum dilatih UKS (Kemenkes RI, 2016).

2.1.8 Sinergitas Lintas Program dan Lintas Sektor UKS

Kemitraan dalam pembinaan dan pelaksanaan UKS adalah suatu strategi

bersama antar pemangku kepentingan secara terintegrasi atas dasar prinsip –

prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dalam melaksanakan

UKS secara efektif dan efisien sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, kondisi, dan

kemampuan masing – masing, sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal

(Kemenkes RI, 2016).

a. Peran Pusat

Peranan masing – masing stakeholder (pemangku kepentingan) khususnya

Kementerian terkait, sudah diatur melalui Surat Keputusan Bersama Menteri

Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri tahun 1984 yang telah direvisi sesuai dengan perkembangan program dan

otonomi daerah pada tahun 2003 (Kemenkes RI, 2016).

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Membina dan mengembangkan UKS melalui jalur kurikuler, baik intra

maupun ekstrakurikuler, mengembangkan dan melaksanakan pembinaan

lingkungan sekolah sehat, serta menyediakan anggaran untuk penyediaan sarana

dan prasarana, pengelolaan/pelaksanaan kegiatan, pelatihan guru dan kader

kesehatan sekolah khususnya untuk sekolah – sekolah dan kelompok belajar

22
masyarakat yang berada dibawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemenkes RI, 2016).

2. Kementerian Agama

Membina dan mengembangkan UKS melalui jalur kurikuler, baik intra

maupun ekstrakurikuler, mengembangkan dan melaksanakan pembinaan

lingkungan madrasah sehat, serta menyediakan anggaran untuk pengadaan sarana

dan prasarana, pengelolaan/pelaksanaan kegiatan, pelatihan guru dan kader

kesehatan sekolah khususnya untuk madrasah dan pondok pesantren yang berada

dibawah binaan Kementerian Agama (Kemenkes RI, 2016).

3. Kementerian Dalam Negeri

Ditingkat pusat, kementerian dalam negeri bersama – sama dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan dan

Kementerian Agama, berkewajiban untuk merumuskan, dan mengamankan

kebijakan teknis pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan UKS, melaksanakan

monitoring, evaluasi, penelitian dan pengembangan. Pemerintah provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan, bertanggung jawab untuk

mengamankan kebijakan teknis tersebut (Kemenkes RI, 2016).

4. Kementerian Kesehatan

Mengkoordinir, mengembangkan, membina dan memfasilitasi pelaksanaan

pelayanan kesehatan di sekolah, dan secara bersama-sama dengan kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri,

mengembangkan pendidikan kesehatan melalui jalur ekstrakurikuler, serta

23
mengembangkan dan melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat

(Kemenkes RI, 2016).

5. Pemangku Kepentingan Lainnya

Pemangku kepentingan lain yang berpotensi untuk berperan dalam

pembinaan dan pelaksanaan UKS, antara lain: Kementerian Komunikasi dan

Informasi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Badan Narkotika Nasional, Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kepolisian Republik Indonesia,

Kementerian Pertanian, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian

Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, LSM, dan Swasta termasuk dunia

usaha. Peran mereka sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dapat

diformulasikan dalam bentuk MoU baik secara bilateral, maupun secara multilateral

(Kemenkes RI, 2016).

b. Peran Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan

1. Provinsi

Provinsi berkewajiban untuk mengkoordinir pelaksanaan UKS dan bertanggung

jawab memfasilitasi penyelenggaraan UKS di semua Kabupaten/Kota yang ada di

wilayahnya. Provinsi juga berkewajiban untuk mengatur dan mendorong kerjasama

antar Kabupaten/Kota, membuat pedoman teknis pelaksanaan yang dibutuhkan,

melaksanakan pelatihan lintas Kabupaten/Kota, melaksanakan pembinaan dan

bimbingan teknis. Pemerintah Provinsi memiliki tugas untuk memfasilitasi,

membina dan mengawasi pelaksanaan UKS yang menjadi salah satu bagian dari

urusan pemerintahan yang diselenggarakan di Kabupaten/Kota (Kemenkes RI,

2016).

24
2. Kabupaten/Kota

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Kabupaten/Kota bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap penyelenggaraan UKS yang dilaksanakan oleh perangkat

daerah kabupaten/kota dan masyarakat. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota bersama

mitra kerja lainnya berkewajiban untuk mengutamakan UKS di wilayahnya antara

lain dengan memfasilitasi penerbitan Peraturan Daerah (Perda) tentang UKS,

sehingga pembiayaan pengembangan, pembinaan, dan pelaksanaan UKS lebih

terjamin dalam APBD Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2016).

3. Kecamatan

Kecamatan merupakan garda terdepan dalam pengembangan, pembinaan

dan pelaksanaan UKS, oleh karena itu keberhasilan pelaksanaan UKS di suatu

Kabupaten/Kota sangat dipengaruhi oleh hasil kerja UKS di semua Kecamatan yang

ada di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Kecamatan juga memiliki potensi besar

untuk menggali sumber daya yang berasal dari masyarakat untuk keberhasilan UKS

(Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan hasil pemantauan dan laporan pengelola UKS di tingkat Provinsi

dan Kabupaten/Kota, ternyata tidak banyak kecamatan yang memiliki anggaran

yang memadai untuk pelaksanaan UKS melalui APBD Kabupaten/Kota, oleh sebab

itu agar pelaksanaan UKS di Kecamatan dapat berhasil dengan baik, perlu

diupayakan alokasi anggaran dalam APBD dan berbagai sumber lainnya (Kemenkes

RI, 2016).

25
Gambar 2.2 Konidisi Terkini Pelaksanaan Trias UKS Lintas Program Kesehatan
(Sumber : Kemenkes RI, 2017).

2.1.9 Peran Pendidikan, Peran Agama dan Peran Kesehatan Lingkungan dalam

UKS

1. Peran Pendidikan

Sala satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

adalah upaya pendidikan dan kesehatan, dan upaya ini paling tepat dilakukan

melalui institusi pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar

mengajar harus menjadi “Health Promoting School” artinya “sekolah yang dapat

meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya”. Kesemuanya akan tercapai

26
bila sekolah dan lingkungannya dibina dan dikembangkan antara lain melalui UKS

(Dinkes Kota Depok, 2013).

2. Peran Agama

Kementerian Agama sudah mengencarkan program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) di setiap – setiap sekolah khususnya madrasah dan pesantren. Peran

kementerian Agama dalam pelaksanaan UKS di madrasah dan pesantren adalah

untuk membina dan mengembangkan pembinaan lingkungan madrasah sehat,

menyediakan dan memfasilitasi sarana dan prasarana UKS di madrasah dan

pesantren (Kemenkes RI, 2016). Kegiatan UKS dalam segi agama adalah adanya

kegiatan ekstrakulikuler seperti ceramah tentang bahaya narkoba, pelecehan

seksual, dan seks bebas bagi kesehatan dan agama (Kemendikbud RI, 2012).

3. Peran Kesehatan Lingkungan

Pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan salah satu TRIAS UKS

yang harus dijalankan dengan baik. Peran kesehatan lingkungan dalam pelaksanaan

UKS adalah untuk mewujudkan lingkungan sehat di sekolah/madrasah yang

memungkinkan setiap warga sekolah/madrasah mencapai derajat kesehatan

setinggi – tingginya dalam rangka mendukung tercapainya proses belajar yang

maksimal bagi setiap peserta didik. Yang di maksud kesehatan lingkungan di sekolah

adalah mencakup kontruksi ruang dan bangunan, saranan air bersih dan sanitasi,

pencahayaan, ventilasi, kebisingan, kepadatan kelas, jarak papan tulis, dan kantin

(Kemendikbud RI, 2012).

27
2.2 Persepsi Siswa SD tentang Pelaksanaan Progam Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS)

2.2.1 Hubungan Pengetahuan Siswa dengan Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan

Program UKS

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). Seseorang dapat memperoleh

pengetahuan melalui pendidikan, media massa, lingkungan sosial budaya, dan

pengalaman (Notoatmodjo dalam Tomasoa, 2018).

Pengetahuan di dapat dari berbagai hal salah satunya adalah pendidikan

sekolah. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil proses

belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan, dan

aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan

mempunyai pengetahuan, dan dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan

mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam

meningkatkan status kesehatan dan juga meningkatkan pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan di sekolah (Putra dkk. 2017).

Pelaksanaan UKS berkaitan erat dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), karena mata pelajaran PJOK terdapat muatan

mengenai pendidikan kesehatan, sehingga para peserta didik mendapat

pengetahuan mengenai kesehatan dan juga mengenai fungsi dan peranan UKS.

Sehingga disaat pelaksanaan pembelajaran berlangsung, apabila kesehatan siswa

menurun atau ada siswa yang pingsan, maka siswa dapat memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada di UKS (Haryadi, 2015).

28
Pelaksanaan UKS didukung oleh pemberian pengetahuan yang baik tentang

pemanfaatan pelayanan UKS kepada siswa, baik tentang pengetahuan sakit dan

penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

termasuk tentang kesehatan lingkungan, maka siswa dapat melaksanakan dan

memanfaatkan pelayanan program UKS dengan baik karena adanya pemberian

informasi yang tepat dan akurat dari sumber yang benar (Tomasoa, 2018).

pengetahuan sangat memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku sesorang,

begitupun dengan perilaku guru terhadap pelaksanaan UKS akan dipengaruhi oleh

pengetahuan yang dimiliki siswa terutama tentang pelaksanaan UKS (Lubis, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan siswa terhadap pelaksanaan UKS, seperti dalam hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tomasoa (2018) pada anak SDN Saparua, yang diperoleh hasil p

value 0,004 yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan siswa dengan

pemanfaatan pelayanan UKS di SDN Saparua. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mulyadi (2019) pada siswa MTsN 2 Kota Palembang pada tahun 2018

diperoleh nilai p value 0.001 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan siswa

dengan pemanfaatan pelayanan UKS.

Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lubis (2016) pada siswa Sekolah Dasar (SD), Lubis menyatakan tidak terdapat

hubungan antara pengetahuan siswa SD dengan pelaksanaan UKS dengan hasil p

value 0.448.

29
2.2.2 Hubungan Peran Guru UKS dengan Persepsi Siswa Pelaksanaan Program UKS

Guru menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru memberikan pengaruh yang

besar dalam perubahan sikap peserta didik selama di sekolah (Lubis, 2016). Guru

yang menjadi pengaruh besar dalam pendidikan dan kesehatan peserta didik adalah

guru pelaksana/Pembina UKS, mengingat bahwa gurulah yang setiap hari

menghadapi anak didik dan mengikuti pertumbuhan, perkembangan, dan keadaan

kesehatan anak didiknya (Gazali dan Leni, 2018).

Guru yang sering ditunjuk untuk menjadi petugas/pembina UKS adalah guru

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PENJASORKES). Peran guru

PENJASORKES dalam program UKS sangat berperan dalam pembelajaran kesehatan

lingkungan sekolah, guru penjasorkes menyampaikan pelajaran ataupun

penyuluhan kesehatan kepada peserta didik. Hal ini dapat membantu siswa untuk

lebih peduli terhadap kesehatan (Muliadi, 2018). Guru/pelaksana UKS berperan

sebagai pendidik dalam arti memberikan pengetahuan kepada murid mengenai UKS

itu sendiri, salah satu contohnya seperti memberikan pengetahuan didalam

penyuluhan mengenai kebersihan gigi. Guru harus mampu dan menguasai hal

tersebut (Martunus (2013) dalam Mulyadi, 2019).

Guru pembina UKS mempunyai peran yaitu menanamkan kebiasaan hidup

sehat pada siswa, melakukan pengawasan dan pemeriksaan kebersihan siswa,

melakukan pengawasan dan pemeriksaan kebersihan lingkungan, melakukan P3K

dan pengobatan ringan dalam batas-batas kemampuanya, mengenal tanda-tanda

30
penyakit menular beserta masalahnya dan mengetahui usaha-usaha sebagai

tindakan selanjutnya, serta mengamati tingkah laku para siswa (Iwandana dalam

Lubis, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyadi (2019) pada siswa di MTsN 2

di Kota Palembang tahun 2018, Mulyadi menyatakan ada hubungan antara variabel

peran guru UKS dengan pemanfaatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan hasil

statistik dengan uji chi square, didapatkan nilai p value 0,000.

2.2.3 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Persepsi Siswa Pelaksanaan

Program UKS

Berdasarkan pedoman pelaksanaan UKS disekolah menyatakan bahwa salah

satu anggota dalam Tim Pelaksana UKS di sekolah adalah petugas UKS puskesmas.

Setiap puskesmas memiliki wilayah kerja masing-masing untuk mengampu sekolah

dasar negeri, swasta maupun madrasah ibtidaiyah. Kegiatan UKS di sekolah yang

berkaitan dengan pelayanan kesehatan, maka guru pembina akan menyerahkan

langsung terhadap pihak puskesmas atau petugas kesehatan (Nurhayu dalam

Mulyadi, 2019). Petugas kesehatan dari lingkungan sekolah terdekat (Puskesmas)

mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan promosi kesehatan dalam

bentuk Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah wilayah kerjanya. Petugas

kesehatan mempunyai kewajiban untuk membina dan mengembangkan upaya

kesehatan sekolah (Mulyadi, 2019).

Menurut Depkes dalam Lubis (2016) Dalam melaksanakan program UKS, ada

beberapa hal yang perlu dilakukan oleh tenaga puskesmas yaitu sosialisasi dan

advokasi, mempersiapkan sumber daya manusia dengan cara : membina kader

31
kesehatan sekolah, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya, koordinasi dengan lintas

program dan lintas sektor dalam mengatasi masalah kesehatan, meningkatkan

peran serta warga sekolah dalam mengatasi masalah kesehatan, dan menyiapkan

sarana dan prasarana.

Istiarti dan Widjanarko (2016) dalam Mulyadi (2019) berpendapat bahwa

dukungan petugas kesehatan sangat membantu, dimana dengan adanya dukungan

petugas kesehatan sangat besar peranannya bagi guru UKS dalam menjalankan

tugasnya. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan, bimbingan dan pelatihan

kepada guru UKS dalam memaksimalkan pelaksanaan PHBS di sekolah. Dalam

setahun Puskesmas melakukan dua kunjungan ke setiap sekolah yang ada di wilayah

kerjanya pada bulan Agustus dan November, kegiatan tersebut terdiri dari

penjaringan/skrining, pembinaan lingkungan sekolah, imunisasi anak sekolah,

penyuluhan kesehatan, dan pelatihan dokter kecil (Prayoga, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayoga (2019) pada siswa SMP 11 Kota

Banda Aceh Tahun 2019 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan program UKS dengan nilai p value

0,003. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mulyadi (2019), mulyadi menyebutkan tidak ada hubungan antara peran petugas

kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada

siswa di MTsN 2 Kota Palembang (p value 1,00).

2.2.4 Hubungan Sikap Siswa dengan Persepsi Siswa Pelaksanaan Program UKS

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan

pelaksanaan dari suatu motif tertentu. Artinya, sikap belum merupakan tindakan

32
atau aktivitas, tetapi suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap

objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.

Sikap merupakan bentuk konkret dari pandangan atau persepsi seseorang terhadap

suatu hal (Yuniarto, 2016).

Sikap siswa merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan UKS. Sikap

siswa mampu menjadi asesmen apakah penerapan UKS terlaksana secara baik serta

apakah terdapat peningkatan/perbaikan kesehatan di sekolah (Kemenkes RI, 2018).

Hasil penelitian (Yuliana, 2018) diketahui bahwa sikap siswa dibagi menjadi 3

yaitu mendukung, cukup mendukung dan tidak mendukung. Seperti sikap siswa

yang cukup mendukung tentang PBHS karena siswa menginginkan lingkungan yang

sehat di sekolahnya, kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk menciptakan

lingkungan yang sehat di sekolah meliputi penyediaan air bersih, tempat

penampungan air bersih, tiap ruangan sebaiknya disediakan tempat pembuangan

sampah. Kamar mandi, tempat wudhu, WC, dan ruangan-ruangan setiap hari

dibersihkan, halaman dan kebun sekolah perlu dijaga kebersihannya, kantin atau

warung sekolah perlu pengawasan oleh guru sekolah ataupun penjaga sekolah

antara lain makanan yang dijual hendaknya bergizi, penyajian makanan hendaknya

tertutup, alat-alat dan perabotan yang bersih. Sedangkan siswa yang bersikap

mendukung tentang PBHS karena siswa sudah memiliki pola pikir sendiri dalam

menentukan sebuah tujuan.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sustrami dan

Sari (2017) yang dilakukan di Di SMP Muhammadiyah 4 Gadung Surabaya dimana

semakin baik sikap siswa tentang UKS maka semakin baik pelaksanaan pelayanan

33
UKS (Pvalue= 0,00). Pemahaman responden mengenai sikap yang positif tersebut

adalah responden tidak setuju jika pembina UKS tidak bertanggung jawab

menjelaskan tujuan dan manfaat UKS kepada siswa.

2.3 Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori – teori yang telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan, maka

kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Kemendikbud RI, 2012.


1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah
Sehat

Mulyadi, 2019.
1. Pengetahuan Pelaksanaan Usaha
2. Sikap Kesehatan Sekolah
3. Sarana dan Prasarana (UKS)
4. Peran Guru UKS
5. Peran Petugas Kesehatan

Lubis, 2016.
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Sarana dan Prasarana
4. Sumber Daya Manusia

Gambar 2.3 Kerangka Teoritis

34

Anda mungkin juga menyukai