Oleh
Nina Fitri Arima Sari
P17220191011
Sejarah
Sebagian besar filosofi pengobatan tradisional Cina berasal dari filsafat Taois dan
mencerminkan kepercayaan purba Cina yang menyatakan pengalaman pribadi seseorang
memperlihatkan prinsip kausatif di lingkungan. Prinsip kausatif ini berhubungan dengan
takdir dari surga.
Selama masa kejayaan Kekaisaran Kuning pada 2696 sampai 2598 SM, dihasilkan
karya yang terkenal yakni Neijing Suwen ( 內經 素問 ) atau Pertanyaan Dasar mengenai
Pengobatan Penyakit Dalam, yang dikenal juga sebagai Huangdi Neijing.
Ketika masa dinasti Han, Chang Chung-Ching, seorang walikota Chang-sa, pada
akhir abad ke-2 Masehi, menulis sebuah karya Risalat Demam Tifoid, yang mengandung
referensi pada Neijing Suwen. Ini adalah referensi ke Neijing Suwen terlama yang pernah
diketahui.
Pada masa dinasti Chin, seorang tabib akupunktur, Huang-fu Mi (215-
282 Masehi), juga mengutip karya Kaisar Kuning itu pada karyanya Chia I Ching. Wang
Ping, pada masa dinasti Tang, mengatakan bahwaia memiliki kopi asli Neijing
Suwen yang telah ia sunting.
Bagaimanapun, pengobatan klasik Tionghoa berbeda dengan pengobatan
tradisional Tionghoa. Pemerintah nasionalis, pada masanya, menolak dan mencabut
perlindungan hukum pada pengobatan klasiknya karena mereka tidak
menginginkan Cina tertinggal dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan yang ilmiah.
Selama 30 tahun, pengobatan klasik dilarang di Cina dan beberapa orang dituntut oleh
pemerintah karena melakukan pengobatan klasik. Pada tahun 1960-an, Mao Zedong pada
akhirnya memutuskan bahwa pemerintah tidak dapat melarang pengobatan klasik. Ia
memerintahkan 10 dokter terbaik untuk menyelidiki pengobatan klasik serta membuat
sebuah bentuk standar aplikasi dari pengibatan klasik tersebut. Standarisasi itu
menghasilkan pengibatan tradisional Tionghoa.
Kini, pengobatan tradisional Tionghoa diajarkan hampir di semua sekolah
kedokteran di Cina, sebagian besar Asia, dan Amerika Utara.
Walauapun kedokteran dan kebudayaan Barat telah menyentuh Cina, pengobatan
tradisional belum dapat tergantikan. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor sosiologis dan antropologis. Pengobatan tradisional dipercaya sangat efektif, dan
kadang-kadang dapat berfungsi sebagai obat paliatif ketik kedokteran Barat tidak mampu
menangani lagi, seperti pengobatan rutin pada kasus flu dan alergi, serta menangani
pencegahan keracunan.
Cina sangat dipengaruhi oleh marxisme. Pada sisi lain, dugaan supranatural
bertentantangan pada kepercayaan Marxis, materialisme dialektikal. Cina modern
membawa pengobatan tradisional Cina ke sisi ilmiah dan teknologi serta meninggalkan
sisi kosmologisnya.
Praktek pengobatan
Pada dunia Barat, pengobatan tradisional Tionghoa dianggap sebagai pengobatan
alternatif. Bagaimanapun, di Republik Rakyat Cina dan Taiwan, hal ini menjadi bagian
tak terpisahkan dengan sistem kesehatan.
Pengobatan tradisional merupakan bentuk intervensi terapi yang tidak invasif,
berakar dari kepercayaan kuno, termasuk di dalamnya konsep kepercayaan kuno. Pada
abd ke-19, para praktisi pengobatan tradisional ini masih memiliki pengetahuan yang
terbatas mengenai penyakit infeksi, dan pemahaman ilmu kedokteran Barat
seperti biokimia. Mereka menggunakan teori-teori yang telah berumur ribuan tahun yang
didasarkan pengalaman dan pengamatan serta sebuah sistem prosedur yang menjadi dasar
pengobatan dan diagnosis.
Tidak seperti beberapa bentuk pengobatan tradisional yang telah punah,
pengobatan tradisional Tionghoa kini menjadi bagian dari pengobatan modern dan bagian
sistem kesehatan di Cina. Dalam beberapa dekade belakangan ini, banyak ahli kedokteran
Barat yang juga meneliti kebenaran pengobatan tradisional Tionghoa ini.
Pengobatan tradisional Cina sering diterapkan dalam membantu penanganan efek
samping kemoterapi, membantu perawatan keteragantungan obat terlarangan, dan
merawat berbagai kondisi kronis yang oleh pengobatan konvensional dianggap mustahil
untuk disembuhkan.
Diagnosis
Teknik perawatan
- Pengobatan Modern
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah atau telah
diujicobakan dengan sebuah penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan yang dipelajari
dalam ilmu kedokteran yang merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari
tentang cara mempertahankan kesehatan dan menyembuhkan manusia dari berbagai jenis
penyakit. Ilmu kedokteran meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan
penyakit serta cara pengobatannya. Dalam pengobatan modern ada empat hal yang akan
dibahas yaitu pasien, rumah sakit, perawat dan dokter.
1. Pasien
Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada dokter.
Tingkah Laku Sakit
Mechanic dan Volkhart (1961) mendefinisikan tingkah laku sakit sebagai suatu
cara-cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang
individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh
yang kurang baik.
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seorang dewasa yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, maka
ia harus memutuskan apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau
memanggil dokter.
Namun demikian ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah
didefinisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tersebut tidak dapat
melakukan sebagaian atau seluruh peranana normalnya yang berarti mengurangi dan
memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilinngnya,
maka barulah dikatakn bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit. Apabila kemudian
dokter dihubungi dan si individu bertindak menurut instruksinya maka peranan pasien itu
menjadi kenyataan.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku di suatu tempat.
Peranan Sosial Penyakit
1. Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan
2. Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi
3. Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian
4. Penyakit dapat digunakan sebagai control social
5. Penyakit dapat dijadikan salat untuk menghapus perasaan berdosa
Tahapan sakit
1. Tahap pengalaman gejala-gejala (“keputusan bahwa ada yang tidak beres”)
2. Asumsi dari keadaan sakit (“keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan
perawatan profesional “)
3. Tahapan kontak perawatan medis (“keputusan untuk mencari perawatan medis
profesional”)
4. Tahap peranan ketergantungan pasien (“keputusan untuk mengalihkan pengawasan
kepada dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan”)
5. Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (“keputusan untuk mengakhiri peranan pasien”)
2. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Terminologi
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit
yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau
persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan
rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian
meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari,
minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari
kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada
pasien.
Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is an
integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for
the population complete health care, both curative and preventive and whose out patient
service reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for
the training of health workers and for biosocial research
Tugas dan Fungsi
: Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC
tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama
ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika
masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan
gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok
agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit
ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan
pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat
pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak
mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC
(kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.
Komite Etik Rumah Sakit
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara
resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah
sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah
sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara
berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat
tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan
kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun
kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi
pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan memahami
masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus mediko legal dan dilema
etika biomedis dan proses pengambilan keputusan yang terkait dengan permasalahan ini.
Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang etika kedokteran dapat
diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika diharapkan akan menelurkan
tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan mampu mengajari orang lain, jika ia
tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah meningkatkan
pengetahuan anggota komite. Etika kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat. Di
Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga lebih
sulit mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota
komite dapat dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang
pakar dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang
etika kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai
istilah/konsep etika, proses analisa dan pengambilan keputusan dalam etika. Pengetahuan
tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan dalam berbagai kasus nyata.
Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin jelaslah bagi anggota komite
bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak
tebatas pada pimpinan dan staf rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien,
keluarga pasien, dan masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika.
Pemahaman akan permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat dan
membuka wawasan mereka bahwa rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan
masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam struktur rumah sakit di Indonesia dikenal
subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan struktur dibawah komite medik
yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada umumnya anggota panitia ini
adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih banyak yang berkaitan dengan
pelanggaran etika profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah berkembang
begitu luas dan kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi memadai.
Rumah sakit memerlukan tim atau komite yang dapat menangani masalah etika rumah
sakit dan tanggung jawab langsung kepada direksi. Komite memberikan saran di bidang
etika kepada pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite diangkat oleh
pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan KERS ini, rumah
sakit memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran, bersikap terbuka dan memiliki
semangat tinggi. Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite
bersifat multi disiplin meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai
spesialisasi, perawat, pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil
masyarakat, etikawan, dan ahli hukum.
3. Dokter
Menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kesehatan, Profesi dokter adalah suatu
pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani.
Merujuk pada kode etik dokter, peran dokter dapat dirinci sebagai berikut:
a. Dokter sebagai pendidik
b. Dokter sebagai pengembang teknologi layanan kesehatan
c. Dokter sebagai pengabdi masyarakat
d. Dokter adalah pembelajar
4. Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa Latin nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Perwat adalah orang yang dididik menjadi tenaga para medis untuk menyelenggarakan
perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami bidang perawatan tertentu.
Peran perawat sebagai individu yaitu sebagai berikut:
a. Peran sebagai pelaksana (care giver)
b. Peran sebagai pendidik
c. Peran sebagai pengelola
d. Peran sebagai peneliti
B. Kerugian
Daftar Pustaka
http://www.lawskripsi.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=80&Itemid=80
http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/ewalcott.doc
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf
http://ksupointer.com/ayurveda-sistem-pengobatan-kuno-dari-india
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengobatan_tradisional_Tionghoa
http://yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit
http://www.detikhealth.com/read/2011/07/22/090431/1686700/766/plus-minus-
pengobatan-alternatif?ld991103763