Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Pengertian

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon

terhadap stressor fisiologi dan lingkungan.( Tarwoto dan Wartonah, 2006).

Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel. 2/3

sebagian cairan dari cairan tubuh berada dalam sel ( cairan intrasel/CIS )

dan 1/3 bagian berada diluar sel ( cairan ekstrasel/CES ). CES dibedakan

menjadi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES

atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80%

CES atau 5% dari total berat badan. ( Saryono dan Anggriyana, 2010).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

antara lain:

1
a. Usia

Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah asupan cairan yang

besar yang diimbangi dengan haluaran yang besar pula, metabolism

tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal,

serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru, dan

proses penguapan. Pada orang tua atau lansia, gangguan yang muncul

berkaitan dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena ginjal tidak

mampu mengatur konsentrasi urin.

b.   Temperatur lingkungan

Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan

menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,

seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 g gram/hari.

c.    Kondisi stress

Kondisi stress mempengaruhi metabolism sel , konsentrasi glukosa

darah, dan glikolisis otot. Kondisi stress mencetuskan pelepasan

hormon anti diuretik sehingga produksi urin menurun.

d.   Keadaan sakit

Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit antara lain karena luka bakar, gagal ginjal dan payah jantung.

e.    Diet

Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan

nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin

2
serum. Jika albumin serum turun, cairan intersisial tidak bisa masuk

kepembuluh darah sehingga terjadi edema.( Wahid dan Nurul, 2007 )

3. Fungsi Cairan

Fungsi cairan antara lain: 

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh

b. Transpor nutrien ke sel 

c. Transpor hasil sisa metabolisme

d. Transpor hormone

e. Pelumas antar organ

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

4. Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan dan elektrolit tubuh ada 4 macam,

yaitu:

a. Difusi

Difusi adalah perpindahan larutan dari area konsentrasi tinggi

menuju konsentrasi yang rendah dengan melintasi membrane semi-

permiable. Kecepatan laju difusi dipengaruhi oleh:

1) Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi

2) Peningkatan permeabilitas

3) Peningkatan luas permukaan difusi

4) Berat molekul substansi

5) Jarak yang ditempuh untuk difusi

3
b. Osmosis

Perpindahan pelarut murni melalu membrane semipermiable ber-

pindah dari konsentrasi solute rendah kekonsentrasi solute tinggi. Bila

konsentrasi solute disatu sisi membrane semipermeable lebih besar laju

osmosis akan cepat sehingga percepatan transfer zat menembus

membrane semipermeable. Larutan yang osmolaritasnya plasma darah

disebut isotonic.

c. Filtrasi

Perpindahan air dan sustansi yang dapat larut secara bersama

sebagai respon karena tekanan cairan. Jumlah caairan yang keluar

sebanding dengan besar perbedaan tekanan luas permukaaan membrane

dan permeabilitas membrane. Tekanan yang dihasilkan likuid dalam

sebuah ruangannya disebut tekanan hidrostatik.

d. Transport aktif

Transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi rendah

ketinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

Memerlukan banyak ATP karena untuk menggerakkan berbagai materi

guna menembus membrane sel. Contohnya pompa Na untuk keluar dari

sel dan kalium masuk ke sel. ( Saryono dan Anggriyana, 2010 )

5. Pengaturan Keseimbangan Cairan

a. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga:

1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada

4
akhirnya menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat

merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang

bertanggung jawab terhadap sensasi haus.

2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan

osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan

sensasi rasa dahaga.

b. Anti diuretik hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis

dari hipoofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah

peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini

meningkatkan reabsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian

dapat menghemat air.

c. Aldosteron

Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada

tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan

aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium

serum, dan system angiotensin renin.

d. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam

banyak jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian

tekanan darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam

ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon

natrium, dan efek ginjal pada ADH.

5
e. Glikokortikoid

Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah

naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid

menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah. (Tarwoto

dan Wartonah, 2006).

6. Cara Pengeluaran Cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:

a. Ginjal

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam

mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal,

yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah,

pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan

atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh

kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan.

Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang

mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang

tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis

yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine

yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron

dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

b. Kulit

Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan

6
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas

yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan

arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses

pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah

keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir

melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya

dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,

konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi

(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang

merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat

dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang

meningkat, dan demam. Disebut juga Isensible Water Loss (IWL)

sekitar 15-20 ml/24 jam.

c. Paru-paru

Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang

hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan atau kedalaman

napas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap

hari sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah

10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan10% dari IWL pada setiap

kenaikan suhu 10 celcius. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

7
7. Pengaturan Elektrolit

a. Natrium (sodium)

Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan

ekstrasel. Na+ memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf

dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan

pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

b. Kalium (potassium)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai

excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk

pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam

basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+). nilai

normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

c. Kalsium

Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,

pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam

cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone

paratiroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi

melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca++

tulang.

d. Magnesium

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat

penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.

Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.

8
e. Klorida

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada

cairan ekstrasel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.

f. Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.

Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme

karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormone

paratiroid. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

8. Gangguan Keseimbangn Cairan dan Elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dibagi menjadi 3 yaitu

gangguan keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan

gangguan keseimbangan asam basa.

a. Gangguan Keseimbangan Cairan

1) Defisit volume cairan (fluid volume defisit/ FVD) atau

Hipovolemia

Suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defi-

siensi cairan dan elektrolit diruang ekstrasel, namun kedua proporsi

antara keduanya mendekati normal. Kehilangan cairan diakibatkan

oleh berbagai faktor antara lain kurangnya asupan cairan, tingginya

asupan pelarut ( misalnya protein, klorida dan natrium )yang dapat

menyebabkan ekskresi urine berlebih, keringat yang banyak serta

kelainan yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih.

Secara umum kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi

9
3 yaitu:

a) Dehidrasi isotonic. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang

sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+

dalam plasma darah 130-150 mEq/l.

b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang

lebih besar daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+

dalam plasma 130-150 mEq/l.

c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang

lebih sedikit daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na+

dalam plasma adalah 130mEq/l.

Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat

keparahannya antara lain:

a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini kehilangan cairan mencapai

5% dari berat tubuh.

b) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan

mencapai 5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar

natrium berkisar 152-158 mEq/l. salah satu gejalanya adalah

mata cekung.

c) Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi bila kehilangan cairan

mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum berisar 159-166 mEq/l.

pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.

2) Volume cairan berlebih (fluid volume eccess/ FVE) atau

hipervolemia

10
Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidak-

seimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan

natrium diruang ekstrasel. Umumnya terjadi akibat adanya masalah

di ginjal. (Wahid dan Nurul, 2007)

b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

1) Ketidakseimbangan Natrium

a) Hiponatremia

Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang

menyebabkan perubahan tekanan osmotic dimana kadar

natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urin <1,010.

Diakibatkan gagal ginjal penyakit adison, pengeluaran keringat

berlebih dieresis, dan asidosis metabolik.

b) Hipernatremia

Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang

menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel dimana

kadar natrium serum >144 mEq/l dan berat jenis urine >11,30.

Diakibatkan diare disfagia, poliuria karena diabetes insipidus.

2) Ketidakseimbangan Kalium

a) Hipokalemia

Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang

menyebabkan pindahnya kalium keluar sel dimana kadar

kalium <4 mEq/l.

11
b) Hiperkalemia

Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana

kadarnya >5 mEq /l.

3) Ketidakseimbangan Kalsium

a) Hipokalsemia

Kekurangan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana

kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml.

b) Hiperkalsemia

Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana

kadar kalsium serum > 5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.

4) Ketidakseimbangan Magnesium

a) Hipomagnesemia

Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l.

umumnya disebabkan oleh konsumsi alcohol, malnutrisi,

diabetes, gagal ginjal, gagal hati dan absorbs usus yang buruk.

b) Hipermagnesemia

Kondisi dimana kadar magnesium lebih dari 3,4 mEq/l.

Umumnya disebabkan oleh konsumsi antasida yang

mengandung magnesium.

5) Ketidakseimbangan Klorida

a) Hipokloremia

Penurunan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar

klorida >95 mEq/l. Disebabkan oleh kehilangan sekresi

12
gastrointestinal yang berlebihan seperti diare, muntah, uresis.

b) Hiperkloremia

Peningkatan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar

klorida <105 mEq/l. Disebabkan oleh dehidrasi dan masalah

ginjal.

6) Ketidakseimbangan Fosfat

a) Hipofosfatemia

Penurunan kadar fosfat didalam serum, dimana nilainya

<2,8 mg/dl. Disebabkan oleh alkoholisme, malnutrisi, hiper-

tiroidisme.

b) Hiperfosfatemia

Peningkatan kadar fosfat dalam serum, dimana nilainya

>4,4 mg/dl atau >3,0 mEq/l. Disebabkan oleh penggunaan

laksatif yang mengandung fosfat, penurunan hormone

paratiroid dan kasus gagal ginjal. (Wahid dan Nurul, 2007)

c. Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1) Asidosis respiratorik.

Adalah gangguan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2

akibat gangguan hiperkapnia.

a) Tanda-tandanya meliputi: nafas dangkal, gangguan pernafasan

yang menyebabkan hipoventilasi, depresi susunan saraf pusat,

gangguan kesadaran dan disorientasi, pH plasma <7,35; pH

urine <6, PCO2 tinggi (>45 mmHg).

13
b) Penyebabnya antara lain penyakit obstruksi, restriksi paru,

polimielitis, penurunan aktivitas pusat pernafasan karena

trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi)

2) Asidosis metabolik

Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan

basa.

a) Tanda-tandanya meliputi: pernafasan kussmaul ( nafas cepat

dan dalam ), kelelahan ( malaise ), disorientasi, koma, pH

plasma <3,5, PCO2 normal atau rendah jika sudah mencapai

kompensasi, kadar bikarbonat rendah ( anak-anak <20 mEq/l,

dewasa <21 mEq/l )

b) Penyebabnya adalah penimbunan asam nonkarbonat dan

pengeluaran cairan kaya HCO3- secara berlebihan.

3) Alkalosis respiratorik

Merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat

hiperventilasi.

a) Tanda-tandanya meliputi: penglihatan kabur, kesemutan pada

ujung jari tangan dan kaki, kemampuan konsentrasi terganggu,

tetani, kejang, aritmia jantung dan Ph>7,45

b) Penyebabnya adalah demam, kecemasan dan keracunan aspiri

yang kesemuanya merangsang ventilasi yang berlebihan.

4) Alkalosis metabolic

Merupakan kondisi penurunan H+ plasma yang disebabkan

14
oleh difisiensi relatif asam nonkarbonat.

a) Tanda-tandanya meliputi: apatis, lemah, gangguan mental

( misalnya gelisah, bingung, letargi ), kram, pusing.

b) Penyebabnya adalah muntah yang terus menerus dan ingesti

obat-obat alkali. .( Wahid dan Nurul, 2007 )

9. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit antara lain

(Asmadi, 2008):

a. Sistem kardiovaskuler: pengkajian pada system ini meliputi pengukuran

distensi vena jugularis, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, bunyi

jantung disritmia, dan lain-lain.

b. Sistem pernapasan: pengkajian pada system ini antara lain frekuensi

pernapasan, gangguan pernapasan seperti dispnea, rales, dan bronki.

c. Sistem persarafan: pengkajian pada sistem ini antara lain perubahan

tingkat kesadaran, gelisah atau kekacauan mental, refleks-refleks

abnormal, perubahan neuromuscular misalnya berupa kesemutan,

paresthesia, fatigue, dan lain-lain.

d. Sistem gastrointestinal: pengkajian pada sistem ini antara lain meliputi

riwayat anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung, abdomen distensi,

muntah, diare, hiperperistaltik, dan lain-lain.

e. Sistem perekemihan: pengkajian pada sistem perkemihan antara lain

perlu dikaji adakah oliguria atau anuria, berat jenis urine.

f. Sistem muskuluskeletal: pengkajian pada sistem ini antara lain adakah

15
kram otot, kesemutan, tremor, hipotonisitas atau hipertonisitas, refleks

tendon, dan lain-lain.

g. Sistem integumen: pengkajian pada sistem ini antara lain suhu tubuh,

turgor kulit, kelembaban pada bibir, adanya edema, dan lain-lain.

10. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang

sering diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat.

b. Pemeriksaan darah lengkap meliputi jumlah sel darah merah,

hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).

1) Ht naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

2) Ht turun: adanya perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik.

3) Hb naik: adanya hemokonsentrasi.

4) Hb turun: adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.

c. Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam dan basa.

d. Pemeriksaan berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin.

e. Analisa gas darah.

11. Tindakan Penanganan

a. Terapi Cairan

Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar, yaitu:

1) Resusitasi cairan

Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh,

sehingga seringkali dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan

pula untuk ekspansi cepat dari cairan intravaskuler dan memperbaiki

16
perfusi jaringan.

2) Terapi rumatan

Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan

nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.

Hal ini digambarkan dalam diagram berikut:

Terapi cairan

Resusitas Rumatan

Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi

b. Pemilihan Cairan

Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid:

1) Kristaloid

Kristaloid merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan

inorganik dilarutkan dalam air. Larutan ini ada yang bersifat

isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan kristaloid memiliki

keuntungan antara lain: aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah.

Adapun kerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik dan isotonik

adalah kemampuannya terbatas untuk tetap berada dalam ruang

intravaskular.

2) Koloid

17
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau

biasa disebut “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat

zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas

osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama

dalam ruang intravaskuler. Koloid dapat mengembalikan volume

plasma secara lebih efektif dan efisien daripada kristaloid, karena

larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler dengan lebih

sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan

kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian

tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan

yang mengandung partikel onkotik dan karenanya menghasilkan

tekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar akan

menetap dalam ruang intravaskular. Meskipun semua larutan koloid

akan mengekspansikan ruang intravaskular, namun koloid yang

mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma akan

menarik pula cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal

sebagai ekspander plasma, sebab mengekspansikan volume plasma

lebih dari pada volume yang diberikan.

Berikut ini tabel yang menunjukkan pilihan cairan pengganti

untuk suatu kehilangan cairan, yaitu:

Kandungan rata- rata

(mmol/ L)
Kehilangan + Cairan pengganti yang sesuai
Na +
K
Darah 140 4 Ringer asetat / RL / NaCl

18
0,9% / koloid / produk darah

Plasma 140 4 Ringer asetat / RL / NaCl

0,9% / koloid
Rongga ketiga 140 4 Ringer asetat / RL / NaCl

0,9%
Nasogastrik 60 10 NaCl 0,45% + KCl 20 mEq/L
Sal. Cerna atas 110 5-10 NaCl 0,9% ( periksa K+

dengan teratur )
Diare 120 25 NaCl 0,9% + KCl 20 mEq/L

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Usia mempengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung

adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan dan

perkembangan. Persentase cairan tubuh pada laki-laki berbeda dengan

perempuan dimana perempuan lebih sedikit persentase cairan tubuhnya

dibandingkan laki-laki.

b. Riwayat Kesehatan

Hal yang perlu dikaji antara lain riwayat penyakit atau kelainan

yang dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis cairan dan

elektrolit, (misalnya diabetes melitus, kanker, luka bakar, hematemesis,

dan lain-lain). Dikaji juga mengenai terapi penyakit yang dijalani klien,

seperti mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu kese-

19
imbangan cairan dan elektrolit (misalnya steroid, diuretic, dialisis).

c. Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan

a) Bagaimana pola sehat-sejahtera yang dirasakan pasien

b) Bagaimana pengetahuan tentang gaya hidup pasien yang

berhubungan dengan sehat

c) Bagaimana pengetahuan pasien tentang praktik kesehatan

preventif

d) Bagaimana ketaatan pasien pada ketentuan media dan

keperawatan

2) Pola nutrisi dan metabolik

Gambaran pola makan dan kebutuhan cairan berhubungan

dengan kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi.

3) Pola eliminasi

Gambaran pola fungsi ekskresi usus, kandung kemih, dan

kulit.

4) Pola aktivitas dan latihan

Gambaran pola latihan dan aktifitas, fungsi pernafasan dan

sirkulasi

5) Pola tidur dan istirahat

Gambaran pola tidur, istirahat, dan persepsi tentang tingkat

energi.

20
6) Pola kognitif dan sensori

Gambaran pola pendengaran, penglihatan, pengecapan, pera-

baan, penghidu, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan

keputusan.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Gambaran sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap

kemampuan.

8) Pola peran dan hubungan

Gambaran keefektifan peran dan hubungan dengan orang

terdekat.

9) Pola seksual dan reproduksi

Gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dengan pola

seksualitas dan gambaran pola reproduksi.

10) Pola koping dan toleransi stres

Gambaran pola koping klien secara umum dan efektifitas

dalam toleransi terhadap stres.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Gambaran pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan (termasuk

aspek spiritual), dan tujuan yang dapat mengarahkan menentukan

pilihan/keputusan.

d. Pengukuran klinik

1) Berat badan

Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat badan saat

21
sakit. Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur persentase

penurunan berat badan dalam menentukan derajat dehidrasi.

Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya

masalah keseimbangan cairan:

a) Ringan: lebih kurang 2%

b) Sedang: lebih kurang 5%

c) Berat: lebih kurang 10%

2) Keadaan Umum

a) Tanda vital:

(1) Suhu: Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan

cairan dan elektrolit karena peningkatan insensible water

loss (IWL). Sebaliknya, penurunan suhu tubuh akan

mengakibatkan penurunan IWL.

(2) Respirasi: meliputi frekuensi, kedalaman, pola napas, dan

suara napas. Frekuensi napas yang cepat dapat

meningkatkan IWL. Napas cepat dan dalam mungkin

merupakan kompensasi tubuh terhadap asidosis metabolik

yang terjadi. Suara napas bronki, rales dapat menandakan

terbentuknya cairan dalam paru-paru karena kelebihan

volume cairan.

(3) Nadi: mengindikasikan volume cairan tubuh. Nadi yang

lemah dapat menandakan kekurangan volume cairan

22
karenan penurunan volume intravaskuler. Sebaliknya, nadi

kuat menandakan kelebihan volume cairan.

(4) Tekanan darah: penurunan tekanan darah dapat

menandakan kekurangan volume cairan karenan penurunan

isi sekuncup (stroke volume) dan ketidakseimbangan

elektrolit yang menyebabkan disritmia. Sedangkan

peningkatan tekanan darah dapat menandakan kelebihan

volume cairan karena peningkatan isi sekuncup.

b) Tingkat kesadaran

c) Pengukuran pemasukan cairan

(1) Cairan oral: NGT dan oral

(2) Cairan parenteral termasuk obat-obat IV

(3) Makanan yang cenderung mengandung air

(4) Irigasi kateter atau NGT

d) Pengukuran pengeluaran cairan

(1) Urine: volume, kejernihan atau kepekatan

(2) Feses: jumlah dan konsistensi

(3) Muntah

(4) Tube drainase

(5) IWL

e) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar

lebih kurang 200 cc.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

23
(1) Rata-rata intake cairan perhari

 Air minum 1500-2500 ml

 Air dari makanan 750 ml

 Air hasil metabolisme oksidatif 300 ml

(2) Rata-rata output cairan per hari

 Urine 1400-1500 ml

(1-2 cc/kgBB/jam)

 IWL

- Paru 350-400

ml

- Kulit 350-400

ml

 Keringat 100 ml

 Feses 100-200 ml

(3) Insensible Water Loss

 Dewasa 15cc/kgBB/hari

 Anak (30- usia (tahun) cc/kgBB/hari

*Rumus menghitung balance cairan:


Cairan masuk = output/cairan keluar + IWL

*Rumus IWL

IWL = (15 x BB)


      24 jam

24
*Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu]  + IWL normal


       24 jam

3) Pemeriksaan Fisik

a) Sistem kardiovaskuler: pengkajian pada system ini meliputi

pengukuran distensi vena jugularis, frekuensi denyut nadi,

tekanan darah, bunyi jantung disritmia, dan lain-lain.

b) Sistem pernapasan: pengkajian pada system ini antara lain

frekuensi pernapasan, gangguan pernapasan seperti dispnea,

rales, dan bronki.

c) Sistem persarafan: pengkajian pada sistem ini antara lain

perubahan tingkat kesadaran, gelisah atau kekacauan mental,

refleks-refleks abnormal, perubahan neuromuscular misalnya

berupa kesemutan, paresthesia, fatigue, dan lain-lain.

d) Sistem gastrointestinal: pengkajian pada sistem ini antara lain

meliputi riwayat anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung,

abdomen distensi, muntah, diare, hiperperistaltik, dan lain-lain.

e) Sistem perekemihan: pengkajian pada sistem perkemihan

antara lain perlu dikaji adakah oliguria atau anuria, berat jenis

urine.

f) Sistem muskuluskeletal: pengkajian pada sistem ini antara lain

adakah kram otot, kesemutan, tremor, hipotonisitas atau

hipertonisitas, refleks tendon, dan lain-lain.

25
g) Sistem integumen: pengkajian pada sistem ini antara lain suhu

tubuh, turgor kulit, kelembaban pada bibir, adanya edema, dan

lain-lain.

e. Pemeriksaan Penunjang

Review nilai pemeriksaan laboratorium: berat jenis urine, pH

serum, analisa gas darah, elektrolit serum, hematokrit, BUN, kreatinin

urine.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan

cairan

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

3. Perencanaan Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Intervensi
. Hasil
1. Kelebihan volume Setelah mendapatkan NIC label: Fluid
cairan asuhan keperawatan …x Management
berhubungan 24 jam, diharapkan 1) Pertahankan catatan
dengan kelebihan keadaan klien membaik intake dan output
asupan cairan dengan kriteria hasil: yang akurat
2) Monitor hasil
1) NOC label: Fluid laboratorium yang
Balance sesuai dengan retensi
a. Tekanan darah klien cairan (BUN,
mendekati kisaran hematokrit, dan
normal (sistol: 120- osmolalitas urin)
130 dan diastol: 80- 3) Monitor status

26
90) hemodinamik
b. Denyut nadi termasuk CVP, MAP,
mendekati kisaran PAP, dan PCWP
60-100 kali per 4) Monitor vital sign
menit 5) Monitor indikasi
c. Intake dan keluaran retensi/kelebihan
selama 24 jam cairan (cracles, CVP,
seimbang edema, distensi vena
d. Berat badan stabil leher, asites)
(sesuai rentang 6) Kaji lokasi dan luas
umur) edema
7) Monitor masukan
2) NOC label: makanan/cairan dan
Electrolyte and hitung intake kalori
Acid/Base Balance 8) Monitor status nutrisi
a. Laju pernapasan 9) Kolaborasi pemberian
mendekati 12-20 diuretik sesuai
kali per menit interuksi
b. Ritme pernapasan 10) Batasi masukan cairan
tidak bradipnea, pada keadaan
takipnea, atau apnea hiponatremi dilusi
c. Serum sodium (Na) dengan serum Na <
pada cairan 130 mEq/l
ekstraseluler 11) Kolaborasi dokter jika
mendekati 135-145 tanda cairan berlebih
mEq/L muncul memburuk
d. Serum potasium (K)
pada cairan NIC label: Fluid
ekstraseluler Monitoring
mendekati 3,5- 5 1) Tentukan riwayat
mEq/L jumlah dan tipe intake

27
e. Serum klorida (Cl) cairan dan eliminasi
pada cairan 2) Tentukan
ekstraseluler kemungkinan faktor
mendekati 95-105 resiko dari
mEq/L ketidakseimbangan
f. Serum kalsium (Ca) cairan (hipertermia,
pada cairan terapi diuretik,
ekstraseluler kelainan renal, gagal
mendekati 4,5-5,5 jantung, diaporesis,
mEq/L disfungsi hati, dll)
g. Serum magnesium 3) Monitor berat badan
(Mg) pada cairan 4) Monitor serum dan
ekstraseluler elektrolit urine
mendekati 1,5-2,5 5) Monitor serum dan
mEq/L osmolalitas urine
h. Serum bikarbonat 6) Monitor BP, HR dan
(HCO3) pada cairan RR
ekstraseluler 7) Monitor tekanan
mendekati 22-26 darah orthostatik dan
mEq/L (arteri) dan perubahan irama
24-30 mEq/L (vena) jantung
8) Monitor parameter
3) NOC label: hemodinamik infasif
Nutritional Status: 9) Catat secara akurat
Food and Fluid intake dan output
Intake 10) Monitor adanya
a. Intake makanan distensi leher, rinchi,
peroral yang edema perifer dan
adekuat, sesuai penambahan BB
kebutuhan 11) Monitor tanda dan
b. Intake cairan gejala dari edema

28
peroral yang
adekuat, sesuai
kebutuhan
2. Kekurangan Setelah mendapatkan NIC label: Fluid
volume cairan asuhan keperawatan …x Management
berhubungan 24 jam, diharapkan 1) Pertahankan catatan
dengan kehilangan keadaan klien membaik intake dan output
cairan aktif dengan kriteria hasil: yang akurat
2) Monitor status hidrasi
1) NOC label: Fluid (kelembaban membran
Balance mukosa, nadi adekuat,
a. Tekanan darah tekanan darah
klien mendekati ortostatik), jika
kisaran normal diperlukan
(sistol: 120-130 dan 3) Monitor vital sign
diastol: 80-90) 4) Monitor masukan
b. Denyut nadi makanan/cairan dan
mendekati kisaran hitung intake kalori
60-100 kali per 5) Kolaborasikan
menit pemberian cairan IV
c. Intake dan 6) Monitor status nutrisi
keluaran selama 24 7) Dorong keluarga untuk
jam seimbang membantu pasien
d. Elastisitas turgor makan
kulit baik 8) Kolaborasi dengan
e. Membran mukosa dokter
lembab
f. Tidak ada rasa NIC label: Hypovolemia
haus yang Management
berlebihan 1) Monitor status cairan
g. Konfusi menurun termasuk intake dan

29
h. Pusing teratasi output cairan
2) Monitor tingkat Hb
2) NOC label: dan hematokrit
Nutritional Status: 3) Monitor tanda vital
Food and Fluid 4) Monitor respon pasien
Intake terhadap penambahan
a. Intake makanan cairan
peroral yang 5) Monitor berat badan
adekuat, sesuai 6) Dorong pasien untuk
kebutuhan menambah intake oral
b. Intake cairan 7) Monitor adanya tanda
peroral yang dan gejala kelebihan
adekuat, sesuai volume cairan
kebutuhan 8) Monitor adanya tanda
gagal ginjal
3) NOC label: Tissue
Integrity: Skin and
Mucous Membranes
a. Temperatur kulit
mendekati kisaran
36o-38oC
b. Elastisitas kulit
kembali (sesuai
umur, kembali ke
keadaan semula
setelah ditarik tanpa
bekas atau kerutan
sisa)
c. Perspirasi terjadi
dengan jumlah dan
pada kondisi yang

30
tepat Tekstur kulit
kering dan halus
d. Ketebalan kulit
mendekati normal

Daftar Pustaka

Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Ulliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Surabaya: Health Book.
Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan

31
Praktik, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia dan Aplikasi dalam Praktek. Jakarta: EGC.

Nanda.2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

.Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA. Jogjakarta: Mediaction
Publishing.
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, dan Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiolog: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 2 Volume 5. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzane C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth:
Edisi 8. Alih Bahasa Agung Waluyo. (et al); editor edisi bahasa Indonesia
Monica Ester. (et al). Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Vaughans, B. W. 2011. Keperawatan Dasar. Edisi Pertama. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC

32

Anda mungkin juga menyukai