Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS HIDUP

PEMBIMBING

dr. I.B Gede Surya Putra P, Sp.F

DISUSUN OLEH
Annisha Rizki D.P
030.10.035

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


UNIVERSITAS GAJAHMADA YOGYAKARTA
PERIODE 19 FEBRUARI 2018 – 16 MARET 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
YOGYAKARTA 2018

1
1. DESKRIPSI KASUS
A. Identitas
Nama : Tn. R
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dusun Brojogan, Bumirejo, Mungkit
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah

B. Anamnesis
Pada hari Sabtu, tanggal 17 Februari 2018, sekitar pukul 12.00 WIB
korban datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUP dr. Sardjito dengan
rujukan dari RS Muntilan, Jawa Tengah, dengan cedera kepala sedang
disertai dengan fraktur antebrachii dan fraktur femur. Sebelumnya korban
ditemukan oleh tetangganya dalam kondisi tidak sadarkan diri di bawah
pohon bambu di belakang rumahnya dengan posisi terlentang.
Berdasarkan keterangan dari Adik korban, korban sedang
memotong pohon bambu dengan ketinggian kurang lebih 5 meter. Pasien
terjatuh dari pohon bambu dan tidak ada yang melihat kejadian tersebut,
sesaat setelah terjatuh pasien tidak sadarkan diri kurang lebih 1 jam.
Korban mengalami penurunan kesadaran disertai mual dan muntah.
Kemudian pasien langsung dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit
Mutilan dan mendapatkan perawatan selama 6 hari. Setelah itu korban
dirujuk ke RSUP dr. Sardjito untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a. Kesadaran : somnolen, GCS E3 V4 M5
b. Kesan sakit : tampak sakit sedang

2) Tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Frekuensi nadi : 78 x/menit
2
c. Frekuensi napas : 20 x/menit
d. Suhu : 36,7C

3) Data antropometri:
a. BB: 75 kg
b. TB: 173 cm

4) Status Generalis didapatkan adanya deformitas pada ekstremitas atas


dan bawah.

5) Pada pemeriksaan didapatkan hematom di daerah kepala sebelah kiri


dan terpasang drain. Didapatkan fraktur dan vulnus ekskoriasi didaerah
lengan bawah kiri dan tungkai atas kiri.

6) Status neurologis:
a. GCS : E3 V4 M5
b. RCL : Sulit dinilai
c. RCTL : Sulit dinilai
d. Refleks fisiologis : (+) di ke empat ekstremitas
e. Refleks patologis : (-) di ke empat ekstremitas
f. Tanda rangsang meningeal : (-)
g. Nervus kranial : Lateralisasi (-)
h. Motorik : di keempat ekstremitas
i. Sensorik : baik

D. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen thorax dan servikal dalam batas normal.
2) Rontgen kepala 3 posisi didapatkan fraktur depresi os frontoparietal
sinistra
3) Rontgen tungkai atas didapatkan fraktur komplit intrartikular metafisis
sampai epifisis os radius sinistra, didapatkan fraktur inkomplit caput
ulna sinistra.

3
4) Rontgen tungkai bawah didapatkan fraktur komplit parstertia media os
femur sinistra.
5) CT scan didapatkan SAH, edema serebri, subdural higroma fronto
parietal sinistra dan fraktur sinus kompresi os. frontoparietal sinistra.

E. DIAGNOSIS KERJA
Cedera kepala sedang: SAH, subdural higroma regio frontoparietal
sinistra, fraktur komplit intrartikular metafisis sampai epifisis os radius
sinistra, fraktur inkomplit caput ulna sinistra dan fraktur komplit parstertia
media os femur sinistra.

2. MASALAH YANG DIKAJI


Pada kasus ini siapakah yang berhak memberikan informed consent?

3. PEMBAHASAN
Menurut Pasal 12 permenkes no 290 / menkes / PER / 11 / 2008 yaitu:
A. Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau oleh wali atau
keluarga terdekat atau
B. Persetujuan yang diberikan oleh pasien yang tidak kompeten /
diragukan kompetensi nya tetap dianggap sah / dapat dibatalkan oleh
wali / keluarga terdekat / pengampunya
C. Pasien dianggap kompeten berdasarkan usianya apabila :
D. Pasien dewasa yaitu telah berusia 21 tahun / pernah menikah
E. Telah berusia 18 tahun

 Berdasarkan kesadarannya :
 Tidak terganggu kesadaran fisiknya, sehingga mampu berkomunikasi
secara wajar dan mampu membuat keputusan secara bebas.
 Pasien dapat kehilangan kompetensinya untuk sementara apabila
mengalami syok nyeri yang sangat atau kelemahan akibat kesadaran
sakitnya

4
 Berdasarkan kesehatan mentalnya :
 Pasien dianggap kompeten apabila tidak mengalami retradasi mental
yang membuatnya tidak mampu membuat keputusan secara bebas
 Pasien dengan gangguan jiwa dapat dianggap kompeten apabila ia
masih memahami informasi, mempercayainya, mempertahankanya,
untuk kemudian menggunakanya dalam membuat keputusan yang
bebas
 Kompetensi pasien harus dinilai oleh dokter dan pada saat diperlukan
persetujuanya. Apabila meragukan maka harus ditentukan oleh tim
yang kompeten.

4. KESIMPULAN
Menurut pasal diatas pasien merupakan pasien dalam keadaan terjadinya
penurunan kesadaran Maka dalam hal ini informed diberikan oleh dokter
yang akan merawat pasien tersebut sedangkan consent dapat diberikan oleh
wali atau keluarga dekat , atau pengampunya. Mungkin dalam kasus ini dapat
dilakukan oleh istrinya. Sebagaimana dituliskan pada permenkes no 200/
menkes/ PER/ 111/ 2008. Bahwa persetujuan tindakan kedokteran adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya terdekat, setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya yaitu
suami / istri, ayah/ ibu kandung, anak kandung / saudara kandung.

5. DAFTAR PUSTAKA
1) Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology. 3 rd ed. London: Edward
Arnold Ltd; 2004.p.136-187
2) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S,
et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.p.37-42
3) Depkes, Permenkes RI, No. 290/MenKes/Per/III/2008, Persetujuan
Tindakan Kedokteran.(Jakarta DEPKES RI, 2008)

Anda mungkin juga menyukai