Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi Komponen Fitokimia Ekstrak Bidara (Zizipus mauritiana)

Ni Putu Manik Utamiwati

Program Studi Sarjana Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang, NTT, 85221.

Abstrak

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui komponen fitokimia pada ekstrak herba bidara.
Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Hasil yang
diperoleh dari penelitian menunjukkan sifat fisikokimia dari ekstrak yaitu memiliki massa jenis
0,42 g/mL dengan titik didih 50o C, serta dapat larut dalam pelarut methanol, etanol, propanol,
butanol dan aseton. Komponen fitokimia yang ditemukan dalam ekstrak menurut hasil penelitian
yang dilakukan adalah alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ektrak bidara dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dan bahan obat herbal.

Abstract

Research has been done to find out phytochemical component of hara leproma extract. The extraction
was done by maceration technique using methanol solvent. The results obtained from the re search
indicate the physicochemical properties of the extract that has a density of 0.42 g / mL with a boiling
point of 50oC, and soluble in methanol solvent, ethanol, propanol, butanol and acetone. Phytochemical
components found in the extract according to the results of research conducted are alkaloids, flavonoids,
saponins and tannins. Thus it can be concluded that lantern extract can be utilized as an antioxidant and
herbal medicine ingredients.

1. Pendahuluan
Bidara yang memiliki nama latin Bidara adalah semak atau pohon berduri
Ziziphus mauritiana. Dikenal dengan dengan tinggi hingga 15 m, diameter batang
beberapa nama daerah yaitu Widara (Jawa, 40 cm atau lebih. Kulit batang abu-abu
Sunda), Rangga (Bima), Kalangga (Sumba) gelap atau hitam, pecahpecah tidak
dan Bekul (Bali), Kom (Kupang). [1] beraturan. Daun tunggal dan berselang-
Klasifikasi tumbuhan bidara adalah seling, memiliki panjang 4-6 cm dan lebar
sebagai berikut: 2,5-4,5 cm. Tangkai daun berbulu dan pada
Kingdom : Plantae pinggiran daun terdapat gigi yang sangat
Divisi : Magnoliophyta halus. Buah berbiji satu, bulat sampai bulat
Kelas : Magnoliopsida telur, ukuran kirakira 6x4 cm, kulit buah
Ordo : Rosales halus atau kasar, mengkilap, berwarna
Famili : Rhamnaceae kekuningan sampai kemerahan atau
Genus : Ziziphus kehitaman, daging buah putih, renyah, agak
Spesies : Ziziphus mauritiana [2] asam hingga manis. [4]
Bidara tumbuh liar di seluruh Jawa dan
Bali pada ketinggian di bawah 400 meter
dari permukaan laut. Tanaman ini tumbuh
pada daerah dengan suhu ekstrim dan
tumbuh subur pada daerah dengan kondisi
kering. [5]
Tumbuhan bidara banyak memiliki
Gambar 1. Stru ktur daun tumbuhan bidara [3] kegunaan. Secara tradisional tanaman ini

24
digunakan sebagai tonik. Biji dari Z. tercium aroma wangi, maka
mauritiana dilaporkan memiliki efek sedatif dipastikan bahwa tidak ada
dan direkomendasikan sebagai obat tidur. kandungan methanol dalam
Selain itu juga digunakan untuk ekstrak
menghentikan mual, muntah dan untuk c. Uji kelarutan ekstrak dilakukan dengan
meredakan nyeri dalam kehamilan dan menggunakan pelarut methanol, etanol,
untuk penyembuhan luka. Daun dari Z. propanol, butanol dan aseton.
mauritiana digunakan untuk mengobati d. Massa jenis ekstrak ditentukan dengan
diare, penurun panas dan sebagai menggunakan persamaan
antiobesitas. Dalam ayurveda, dekoksi dari
akar Z. mauritiana digunakan untuk
mengobati demam, dan serbuknya
digunakan untuk mengobati luka dan tukak. e. Penentuan titik didih ektrak ditentukan
dengan melakukan pengamatan pada
Kulit batang digunakan untuk pengobatan
ekstrak ketika dipanaskan dari suhu
diare dan bisul. Buah Z. mauritiana
awal sampai mendidih\
memiliki efek laksatif ringan. [6] f. Analisis komponen fitokimia pada
2. Metode Penelitian ekstrak bidara dilakukan dengan uji
a. Pembuatan ekstrak
alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin.
1) 255 gr simplisia tumbuhan bidara di
3. Hasil dan Pembahasan
larutkan dengan metanol 860ml a. Pembuatan ekstrak
dalam toples besar dan tertutup 1 kantong simplisia herba segar,
rapat. setelah di keringkan dan di giling hanya
2) tutup dengan aluminium foil hingga didapat 255gram serbuk simplisia yang
tidak memungkinkan metanol
akan diekstraksi dengan teknik
menguap, lalu tutup rapat dengan
maserasi menggunakan pelarut
tutupan. Biarkan selama 3 hari.
methanol.
3) Setelah 3 hari, tambahkan metanol
255gr simplisia Ziziphus
300 ml mauritiana ditambahkan metanol 860
4) Setelah seminggu, saring ml masukan dalam toples tertutup rapat
menggunakan saringan besar yang yang di beri alas aliminium foil
sudah di alasi kapas. Kemudian
terendam. Setelah 3 hari, tambahkan
pindahkan pada baskom dan tutup
metanol 300 ml. Setelah seminggu,
menggunakan aluminium foil yang
saring kedalam baskom dan ditutup
telah di lubangi agar metanol dapat
menggunakan aluminium foil, lalu di
menguap. beri lubang agar metanol dapat
5) Setelah 2 minggu amati apakah menguap terbentuk ekstrak pekat.
sudah terbentuk ekstrak dan b. Uji pelarut methanol
metanol menguap sempurna Hasil uji pelarut metanol pada
b. Uji pelarut methanol dilakukan agar
Ekstrak bidara menunjukan tidak
dapat dipastikan bahwa tidak ada
adanya metanol dalam ekstrak. Hal ini
kandungan methanol dalam ekstrak
ditandai dengan tidak adanya aroma
pekat simplisia bidara
wangi (metanol sudah menguap
1) Pisahkan satu sendok kecil sempurna)
ekstrak bidara c. Uji kelarutan ekstrak bidara
2) Tambahkan 1ml minyak goreng, Hasil uji kelarutan menunjukan
3) Tambahkan 1ml H2 SO 4 pekat ekstrak itu larut dengan metanol,etanol,
4) Apabila tercium aroma wangi, dan aseton sedangkan agak sukar larut
maka disimpulkan bahwa masih dengan propanol, butanol. Namun
ada kandungan methanol dalam apabila di kocok agak lama,
ekstrak. Sebaliknya jika tidak kemungkinan lambat laun akan larut.

25
Hal ini di karenakan semua larutan pengujian menggunakan metode forth +
yang di pakai bersifat polar sehingga Hcl2N terbentuk busa yang stabil.
larut dalam ekstrak yang mengandung
senyawa polar. Pembahasan
d. Penetapan massa jenis ekstrak bidara Maserasi adalah metode ekstrasi dengan
Hasil penetapan massa jenis prinsip pencapaian kesetimbangan
konsentrasi, menggunakan pelarut yang
direndamkan pada simplisia dalam suhu
kamar, bila dibantu pengadukan secara
konstan maka disebut maserasi kinetik.
Hasil penetapan massa jenis Dari hasil maserasi 255gr serbuk simplisia
menunjukan Ekstrak Ziziphus dengan 1.160 ml metanol akan di dapat
mauritiana Lam memiliki massa jenis ektrak pekat.
sebesar 0,42gr/ml. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan
e. Penentuan titik didih esktrak bidara
terhadap dua zat yang tidak saling
Hasil penentuan titik didih
tercampur. Zat dengan polaritas tinggi akan
menunjukan bahwa Ekstrak Ziziphus
mudah larut dalam pelarut polar. Ekstraksi
mauritiana Lam memiliki titik didih
komponen fitokimia pada herba Ziziphus
sebesar 50°C.
mauritiana Lam menggunakan metanol.
f. Uji alkaloid
Pemecahan dinding dan membran sel oleh
Hasil uji alkaloid menunjukan
metanol menyebabkan kelompok senyawa
bahwa Ekstrak Ziziphus mauritiana
polar dalam herba itu larut dalam metanol.
Lam mengandung sekelompok senyawa
Ekstraksi 250gr herba bidara dengan
alkaloid, dimana pada uji reagen meyer
1160ml metanol di dapatkan ekstrak pekat.
menunjukan adanya endapan putih dan
Namun kami tidak menghitung jumlah
larutan tercampur secara homogen dari
ekstrak yang didapat.
warna coklat menjadi kuning dan pada
Hasil uji pelarut metanol ekstra Ziziphus
uji reagen wagner menunjukan adanya
mauritiana Lam tidak terbentuknya aroma
endapan coklat dan larutan tercampur
wangi dan terbentuk 2 lapisan. Hal ini
homogen berwarna coklat pekat.
menunjukan bahwa ekstrak tidak
g. Uji flavonoid
mengandung metanol lagi. Secara umum
Hasil uji flavonoid menunjukan
reaksi pembentukan aroma wangi
Ekstrak Ziziphus mauritiana Lam
(esterifikasi) adalah sebagai berikut
mengandung kelompok senyawa
flavonoid hal ini di tunjukan dimana
pada uji reagen wilstater sianidin
terbentuk lapisan warna merah ke
coklatan
h. Uji saponin
Hasil uji tanin menunjukan Ekstrak
Ziziphus mauritiana Lam mengandung Gambar 2. Reaksi esterifikasi
kelompok senyawa tanin, hal ini
ditunjukan pada pengujian terbentuk Reaksi antara asam palmitat dalam
endapan minyak goreng dan metanol dalam ekstrak
i. Uji tannin Ziziphus mauritiana Lam menggunakan
Hasil uji saponin menunjukan katalis asam sulfat adalah esterifikasi. Pada
Ekstrak Ziziphus mauritiana Lam senyawa asam palmiat, adanya perbedaan
mengandung kelompok senyawa keelektronegatifan antara atom C dan O
saponin, hal ini ditunjukan pada dimana O lebih elektronegatif dari pada C
menyebabkan elektron cenderung tertarik

26
ke atom O. Keadaan tersebut Hasil analisis reagen Wilstater
mengakibatkan ikatan antara atom C dan O sianidin(HCL dan serbuk magnesium)
tidak stabil dan putus menjadi ion C+ dan membentuk kompleks warna merah
OH-. Pada pelarut metanol, adanya kecoklatan menunjukan adanya kelompok
perbedaan keelektronegatifan antara atom senyawa flavonoid dalam ekstrak Ziziphus
O dan H dimana O lebih elektronegatif dari mauritiana Lam. Langkah pertama
pada H menyebabkan elaktron cemderung mekanisme pembentukan warna merah
tertarik ke atom O. Keadaan tersebut kecoklatan pada kelompok senyawa
mengakibatkan ikatan antara atom O dan H flavonoid dengan reagen Wilstater sianidin.
tidak stabil dan putus menjadi ion O- dan Kemudian terjadi adisi dengan logam Mg.
H+. Ion O- dari pelarut metanol akan Logam Mg yang di larutkan dalam asam
berikatan dengan ion C+ dari senyawa asam akan memebentuk ion Mg2+. Pada senyawa
palmitat membentuk senyawa metil palmiat yang terjadi adanya perbedaan
dengan H2O sebagai hasil samping keelektronegatifan antara atom O dan H
Hasil uji kelarutan menunjukan ekstrak menyebabkan elektron cenderung tertarik
larut dalam pelarut polar seperti metanol, ke atom O. Keadaan tersebut
etanol tetapi agak sukar larut dalam mengakibatkan ikatan antara atom O dan H
butanol, propanol, aseton. Kemungkinan tidak stabil dan H putus menjadi ion H+
hal ini di karenakan membutuhkan waktu dan O-. Ion Mg2+ kemudian mengikat
larut yang lebih lama. Hasil uji kelarutan anion dari senyawa yang terbentuk,
tersebut menunjukan ekstrak bidara membentuk garam magnesium komplek
mengandung senyawa dengan gugus polar merah ke coklatan. Reaksi flavonoid
sehingga dapat larut dalam pelarut polar. dengan reagen Wilstater Sianidin sebagai
Pembentukan ikatan hidrogen antar berikut:
senyawa polar ekstrak dengan pelarut polar Mg(s) + 2H+(g)  Mg(aq)2+ + H2(g)
terjadi karena adanya elektron bebas dari Hasil analisis metode Forth membentuk
atom O dan H pada flavanonol yang busa menunjukan adanya kelompok
terdapat pada ekstark yang senyawa saponin dalam ekstrak Ziziphus
keelektronegatifan tinggi mengakibatkan mauritiana Lam. Hal ini diperlihatkan
atom O dan atom H menghasilkan muatan dengan adanya gas CO2 dalam cair dengan
parsial negatif, sedangkan atom H wujud busa yang merupakan hasil
elektropositif menghasikan muatan parsian sampingannya. Apabila terbentuk busa
positif. Atom O dan atom H yang yang mantap (tidak hilang selama 30detik)
bermuatan parsial negatif seolah-olah maka identifikasi menunjukan adanya
berikatan dengan atom H yang bermuatan saponin.[2]
persial positif membentuk ikatan hidrogen. Hasil analisis gelatin ekstra bidara
Hal ini menyebabkan senyawa polar dalam terbentuk endapan gelatin. Hal ini
ekstrak larut dalam pelarut polar. menunjukan adanya kelompok senyawa
Reaksi alkaloid ekstrak bidara dengan tanin dalam ekstrak.
reagen Mayer sebagai berikut:
Tahap 1: 4 KI(s) + Hg Cl2(s) → K2 HgI4(s) + 2KCl(s) 4. Kesimpulan
Tahap 2: K2 HgI4(aq) 2K+ (aq) + HgI4 2-(aq) Ekstrak bidara mengandung kelompok
+ 2-
Tahap 3: 2K (aq) + HgI (aq) + bidara → Terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin.
endapan berwarna putih. Ekstrak bidara merupakan senyawa polar
Terbentuknya endapan putih yang larut dalam pelarut polar dengan titik
menunjukkan adanya ikatan kimia didih 50°C, massa jenis 0,42gr/ml.
kompleks antara ekstrak bidara dan reagen
Mayer. Dengan demikian dapat Daftar Pustaka
disimpulkan bahwa ekstrak bidara
mengandung kelompok senyawa alkaloid. [1] Heyne, 1987
[2] Backer and Brink, I965

27
[3] Goyal et al., 2012
[4] Steenis dkk; 2005; Hyene, 1987
[5] Sharma and Gour, 2013; Goyal et al; 2012
[6]Erepo.Unud.ac.id/10201/3/e26bf43f1532e56d
510dg2Fadbeb8d5.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai