DI SUSUN OLEH :
SUMAAH
NIM:190602112
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,karunia,serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ‘’ PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA KOTA’’ini.Dan juga kami berterima kasih pada guru pembimbing
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Melalui makalah ini kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kota.kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.Untuk itu,kami berharap
adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang,mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan,oleh karena itu besar harapan kami kritik dan saran yang
sifatnya membangun,baik dari teman-teman terlebih para pembaca yang budiman.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………
A. Pengertian Masyarakat……………………………………………………………
B. Masalah-Masalah perkotaan………………………………………………………
C. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan……………………………………………
D. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Ekonomi………………………………………
E. Pemberdayaan Masyarakat Desa Terpencil………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal umum yang saat ini
sering terdengar.pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan
kemandirian dari tiap masyarakat.kemandirian tersebut dapat dicontohkan dari
kemandirian ekonomi,misalnya saja berkembangnya usaha mikro kecil
menengah(UMKM)atau munculnya lapangan pekerjaan melalui upaya warga
masyarakat secara swadaya maupun dengan pembinaan pemerintah atau swasta.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti
bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses
mencari solusi dan meraih suatu hasil pembangunan,dengan demikian maka
masyarakat harus mampu lagi meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah
yang dihadapi.Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)terutama dalam membentuk dan
merubah perilaku masyarakat guna untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas
lagi.
Pembentukan dan juga perubahan perilaku tersebut,baik dalam dimensi sektoral
yakni dalam seluruh aspek atau sector-sektor kehidupan manusia,dimensi
kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materil hingga non
materil.dimensin waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan
peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya,serta dimensi sasaran yakni
dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.Pemberdayaan masyarakat tidak lain
adalah untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu
menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya,melalui
cara dengan pendidikan untuk penyadaran dan kemampuan diri mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Masyarakat?
2. Bagaimana Masalah-masalah yang ada di Perkotaan?
3. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan?
4. Bagaimana Upaya untuk mengatasi masalah ekonomi?
5. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa Terpencil?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi masyarakat
2. Mengetahui masalah-masalah yang ada diperkotaan
3. Mengetahui tentang pemberdayaan masyarakat perkotaan
4. Mengetahui upaya untuk mengatasi masalah ekonomi
5. Mengetahui tentang pemberdayaan masyarakat desa terpencil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma adat yang sama-sama di taati dalam lingkungannya.Tatanan kehidupan, norma-
norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan
mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki cirri kehidupan
yang khas.
1. Masyarakat perkotaan
Masyarakat itu timbul dalam setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat perkotaan sering disebut juga
Urban Community. Pengertian masyarakt kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Sistem perekonomian kota tidak terpusat pada satu jenis saja, melainkan sangat
bervariasi. Di kota terdapat berbagai macam sistem produksi, baik yang mengolah bahan
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Industri dilakukan secara terus menerus
dan besar-besaran, dengan tenaga manusia, mesin, maupun dengan komputer.
Di kota besar terdapat banyak perkerjaan-pekerjaan yang menuntut keahlian khusus,
sehingga tidak semua warga kota dapat melakukannya. Misalnya : Arsitektur, Insinyur –
mesin, sarjana politik, pemegang buku dan sebagainya. Walaupun demikian tidaklah berarti
bahwa pekerjaan di kota adalah pekerjaan hanya menekankan pada keahlian yang
tersepesialisasi dan pekerjaan otak saja. Tetapi ada juga pekerjaan-pekerjaan yang
menekankan kemampuan tenaga kasar saja. Misalnya : kuli bangunan, tukang becak.
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun
horizontal. Bagi masyarakat kota kepercayaan kepada Tuhan YME (kehidupan magis
religius) biasanya cukup terarah dan di tekankan pada pelaksanaan ibadah. Upacara-upacara
keagamaan sudah berkurang, demikian pula upacara-upacara adat sudah menghilang. Hal ini
di sebabkan bahwa msyarakat kota sudah menekankan pada rasional pikir dan bukan pada
emosionalnya. Semua kegiatan agama, adat berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman
yang mereka miliki.Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota,
seseorang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik
vertical maupun horizontal.
1) Sikap Kehidupan
2) Tingkah Laku
Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal, dan dinamis. Dari segi
budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena
kreativitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat
menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru.
3) Perwatakan-perwatakan
Perwatakannya cenderung pada sifat materialistis. Akibat dari sikap hidup yang egoism
dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis, menyebabkan masyarakat kota lemah dalam
segi religi, yang menimbulkan efek-efek negative yang berbentuk tindakan amoral,
indisipliner, kurang memperhatikan tanggungjawab social.
Pandangan hidupnya menjurus pada materialistis. Nampak jelas dari sikap hidup maupun
tingkah laku masyarakat kota menjurus kepada mementingkan diri pribadi, yang mana
mengakibatkan mereka untuk mengabaikan faktor-faktor sosial dalam lingkungan masyarakat
sekitarnya.
Hal lain yang berpengaruh besar terhadap masyarakat kota di bidang perekonomiannya
dimana income per kapitanya sebagian lebih besar, maka kemampuan membelinya juga lebih
besar, sehingga maksud membeli barang-barang mewah kemungkinan besar tinggi karena
dapat menjangkau harga yang lebih tinggi. Islam mengajarkan kita untuk tIdak berlebih-
lebihan dalam segala aspek kehidupan.
B. Masalah-Masalah Perkotaan
1. Partisipasi
Midgley (1986) menyatakan bahwa partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan
dari pembangunan sosial tetapi merupakan bagian yang integral dalam proses pembangunan
sosial. Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan partisipasi
masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.
Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan partisipasi negara
miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam tuntutan
peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya adalah masyarakat.
Menurut Adams Charles (1993), tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara
menekan kebebasan masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk
perlawanan terhadap modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak negatif
daripada positif bagi pembangunan di banyak negara berkembang. Post-modernisme bukan
hanya bentuk perlawanan melainkan memberikan jawaban atau alternatif model yang dirasa
lebih tepat. Pembangunan dengan basis pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh paradigma
modernisme memiliki banyak kekurangan dan dampak negatif. Kesenjangan antar penduduk
mungkin saja terjadi sehingga indikator pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan
keberhasilan semu saja. Akumulasi modal yang berhasil dihimpun sebagian besar merupakan
investasi asing yang semakin memuluskan jalannya kapitalisme global.
2. Pemberdayaan
Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu
dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup
yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya
terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong sebagai orang miskin.Di negara-negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan
muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi,
degradasi sumber daya alam, danalienasi masyarakat dari faktor produksi oleh penguasa
(Prijono, 1996).
Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua
buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan
upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat
“berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan proses
pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat. Partisipasi yang lemah
dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga
peningkatan kapasitas perlu dilakukan.
Upaya menekan angka pengangguran dan penyaluran angkatan kerja perlu dilakukan
dengan menggalang kerjasama yang baik dengan sektor swasta dan masyarakat, diantaranya
dengan pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) dan pengembangan sekolah-sekolah kejuruan
dengan konsep link and match dengan pasar tenaga kerja, serta melakukan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan lokal untuk menghasilkan tenaga kerja yang
trampil dan atau memiliki motivasi kuat untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja
bagi orang lain.
Untuk dapat memasukkan mereka dalam proses perubahan,maka upaya yang pertama
kali perlu dilakukan adalah memahami pemikiran dan tindakan mereka serta membuat
mereka percaya kepada pelaku pemberdaya.selanjutnya mereka perlu berpartisipasi dalam
proses perubahan yang ditawarkan dengan memberikan kesempatan menentukan pilihan
secara rasional.proses ini dapat memerlukan waktu yang lama,namun hasilnya akan lebih
efektif dari pada memberikan pilihan yang sudah tertentu.pengikutan masyarakat dalam
proses perubahan dilakukan secara berangsur-angsur dari kelompok kecil menuju masyarakat
lebih luas.pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil merupakan salah satu strategi
mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera.strategi lai yang perlu dilakukan adalah
pemberian peluang,pengembangan kapasitas dan modal manusia dan perlindungan social.
Selain itu juga perlu adanya penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) yang
bertujuan untuk mencari alternatif penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun
poskesdes di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun
rencana jangka panjang pengembangan desa siaga. Data serta temuan lain yang diperoleh
pada saat SMD disampaikan,biasanya adalah daftar masalah kesehatan,data potensi serta
harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan
prioritas,serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan pengembangan
desa siaga.
a. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.
1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga
dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat Serta
beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukansecara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan
tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes
dapat di kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui
bagaimana poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah,
membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat
atau memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di
lanjutkan dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang
berlaku.
4. Penyelenggaraan desa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah
di tetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans
berbasis nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan
dan bencana, pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB), penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju
kadarsi dan PHBS, serta penyehatan lingkungan.
Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat
(LSM) untuk melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat
kecamatan, kabupaten, kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat ,
surat keputusan bupati atau wali kota dan surat keputusan gubernur . Untuk mengingat
permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan
sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kerja
sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat di
lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu
jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci keberhasilan dan
esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka pembinaan, perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out.
Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus di
beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat
berwira usaha. Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini
kegiatan-kegiatan desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM
(contohnya system informasi posyandu ).
1. Tenaga kesehatan khususnya bidan menjadi kendala utama dalam melakukn persalinan
yg ditolong oleh tenaga kesehatan
4. Sarana Prasarana yang kurang memadai khususnya fasilitas kesehatan tingkat pertama
1. Bidan bermitra dengan dukun sehingga dukun tidak merasa tersaingi (Keg. Kemitraan
bidan & dukun)
2. Memberikan pembinaan dan latihan – latihan pada kader maupun tenaga non medis
dalam memberikan motifasi, penyuluhan tentang pentingnya pelayanan kesehatan,dan
pentingnya mencegah penyakit melalui usaha-usaha kesehatan masyrakat
3. Mengajari masyrakat terhadap kegiatan tanggap darurat apabila terjadi masalah
kesehatan di lingkungan desa atau lingkungan tempat tinggal
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma adat yang sama-sama di taati dalam lingkungannya.Tatanan kehidupan, norma-
norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan
mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki cirri kehidupan
yang khas.
Masyarakat itu timbul dalam setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat perkotaan sering disebut juga
Urban Community. Pengertian masyarakt kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Sistem perekonomian kota tidak terpusat pada satu jenis saja, melainkan sangat
bervariasi. Di kota terdapat berbagai macam sistem produksi, baik yang mengolah bahan
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Industri dilakukan secara terus menerus
dan besar-besaran, dengan tenaga manusia, mesin, maupun dengan komputer.
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun
horizontal. Bagi masyarakat kota kepercayaan kepada Tuhan YME (kehidupan magis
religius) biasanya cukup terarah dan di tekankan pada pelaksanaan ibadah. Upacara-upacara
keagamaan sudah berkurang, demikian pula upacara-upacara adat sudah menghilang. Hal ini
di sebabkan bahwa msyarakat kota sudah menekankan pada rasional pikir dan bukan pada
emosionalnya. Semua kegiatan agama, adat berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman
yang mereka miliki.
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical
maupun horisontal.
Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM)
untuk melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan,
kabupaten, kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat
keputusan bupati atau wali kota dan surat keputusan gubernur . Untuk mengingat
permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan
sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kerja
sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat di
lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu
jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci keberhasilan dan
esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka pembinaan, perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out.
Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus di
beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat
berwira usaha. Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluasi berkaitan dengan ini
kegiatan-kegiatan desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM
(contohnya system informasi posyandu ).
DAFTAR PUSTAKA
Digilib.uin-suka.ac.id
Restukadilangudemak.blogspot.com