Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KOTA

DI SUSUN OLEH :

SUMAAH

NIM:190602112

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS NEGERI MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,karunia,serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ‘’ PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA KOTA’’ini.Dan juga kami berterima kasih pada guru pembimbing
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Melalui makalah ini kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kota.kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.Untuk itu,kami berharap
adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang,mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan,oleh karena itu besar harapan kami kritik dan saran yang
sifatnya membangun,baik dari teman-teman terlebih para pembaca yang budiman.

Murbaya,17 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..

A. Latar Belakang …………………………………………………………………


B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………

A. Pengertian Masyarakat……………………………………………………………
B. Masalah-Masalah perkotaan………………………………………………………
C. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan……………………………………………
D. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Ekonomi………………………………………
E. Pemberdayaan Masyarakat Desa Terpencil………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal umum yang saat ini
sering terdengar.pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan
kemandirian dari tiap masyarakat.kemandirian tersebut dapat dicontohkan dari
kemandirian ekonomi,misalnya saja berkembangnya usaha mikro kecil
menengah(UMKM)atau munculnya lapangan pekerjaan melalui upaya warga
masyarakat secara swadaya maupun dengan pembinaan pemerintah atau swasta.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti
bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses
mencari solusi dan meraih suatu hasil pembangunan,dengan demikian maka
masyarakat harus mampu lagi meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah
yang dihadapi.Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)terutama dalam membentuk dan
merubah perilaku masyarakat guna untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas
lagi.
Pembentukan dan juga perubahan perilaku tersebut,baik dalam dimensi sektoral
yakni dalam seluruh aspek atau sector-sektor kehidupan manusia,dimensi
kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materil hingga non
materil.dimensin waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan
peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya,serta dimensi sasaran yakni
dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.Pemberdayaan masyarakat tidak lain
adalah untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu
menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya,melalui
cara dengan pendidikan untuk penyadaran dan kemampuan diri mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Masyarakat?
2. Bagaimana Masalah-masalah yang ada di Perkotaan?
3. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan?
4. Bagaimana Upaya untuk mengatasi masalah ekonomi?
5. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa Terpencil?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi masyarakat
2. Mengetahui masalah-masalah yang ada diperkotaan
3. Mengetahui tentang pemberdayaan masyarakat perkotaan
4. Mengetahui upaya untuk mengatasi masalah ekonomi
5. Mengetahui tentang pemberdayaan masyarakat desa terpencil
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma adat yang sama-sama di taati dalam lingkungannya.Tatanan kehidupan, norma-
norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan
mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki cirri kehidupan
yang khas.

1. Masyarakat perkotaan

Masyarakat itu timbul dalam setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat perkotaan sering disebut juga
Urban Community. Pengertian masyarakt kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Perhatian masyarakat perkotaan tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian,


makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian yang lebih luas lagi. Masyarakat
perkotaan sudah memandang kebutuhan hidup, artinya tidak hanya sekedarnya atau apa
adanya. Hal ini disebabkan karena pengaruh pandangan warga kota sekitarnya. Misalnya
dalam hal menghidangkan makanan, yang di utamakan adalah bahwa makanan yang di
hidangkan tersebut memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya memiliki kedudukan
sosial yang tinggi. Demikian pula masalah pakaian masyarakat kota memandang pakaian pun
sebagai alat kebutuhan sosial. Bahkan pakaian yang di pakai merupakan perwujudan dari
kedudukan sosial si pemakai.

Sistem perekonomian kota tidak terpusat pada satu jenis saja, melainkan sangat
bervariasi. Di kota terdapat berbagai macam sistem produksi, baik yang mengolah bahan
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Industri dilakukan secara terus menerus
dan besar-besaran, dengan tenaga manusia, mesin, maupun dengan komputer.
Di kota besar terdapat banyak perkerjaan-pekerjaan yang menuntut keahlian khusus,
sehingga tidak semua warga kota dapat melakukannya. Misalnya : Arsitektur, Insinyur –
mesin, sarjana politik, pemegang buku dan sebagainya. Walaupun demikian tidaklah berarti
bahwa pekerjaan di kota adalah pekerjaan hanya menekankan pada keahlian yang
tersepesialisasi dan pekerjaan otak saja. Tetapi ada juga pekerjaan-pekerjaan yang
menekankan kemampuan tenaga kasar saja. Misalnya : kuli bangunan, tukang becak.

Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun
horizontal. Bagi masyarakat kota kepercayaan kepada Tuhan YME (kehidupan magis
religius) biasanya cukup terarah dan di tekankan pada pelaksanaan ibadah. Upacara-upacara
keagamaan sudah berkurang, demikian pula upacara-upacara adat sudah menghilang. Hal ini
di sebabkan bahwa msyarakat kota sudah menekankan pada rasional pikir dan bukan pada
emosionalnya. Semua kegiatan agama, adat berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman
yang mereka miliki.Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota,
seseorang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik
vertical maupun horizontal.

2. Sifat-sifat Masyarakat Kota

Masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia


yang bermacam-macam lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan, perekonomian, dan
lain-lain. Mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris. Yang
dapat dirasakan sistem kehidupan masyarakat kota mempunyai corak-corak kehidupan
tertentu yang jauh berbeda apabila dibandingkan dengan masyarakat desa.

Sifat-sifat yang tampak menonjol pada masyarakat kota ialah:

1) Sikap Kehidupan

Sikap hidupnya cenderung pada individuisme/egoisme. Yaitu masing-masing anggota


masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh anggota masyarakat lainnya, hal mana
yang menggambarkan corak hubungan yang terbatas, di mana setiap individu mempunyai
otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi sebagaimana yang disebut oleh Prof. Djojodiguno, S.
H. dengan istilahnya masyarakat Patembayan atau sama dengan yang dimaksud oleh
Sosiologi Jerman Ferdinand Tonnies yang terkenal dengan istilahnya Gesselschaft.

2) Tingkah Laku

Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal, dan dinamis. Dari segi
budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena
kreativitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat
menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru.

3) Perwatakan-perwatakan

Perwatakannya cenderung pada sifat materialistis. Akibat dari sikap hidup yang egoism
dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis, menyebabkan masyarakat kota lemah dalam
segi religi, yang menimbulkan efek-efek negative yang berbentuk tindakan amoral,
indisipliner, kurang memperhatikan tanggungjawab social.

3. Pandangan Hidup Masyarakat Kota

Pandangan hidupnya menjurus pada materialistis. Nampak jelas dari sikap hidup maupun
tingkah laku masyarakat kota menjurus kepada mementingkan diri pribadi, yang mana
mengakibatkan mereka untuk mengabaikan faktor-faktor sosial dalam lingkungan masyarakat
sekitarnya.

Hal lain yang berpengaruh besar terhadap masyarakat kota di bidang perekonomiannya
dimana income per kapitanya sebagian lebih besar, maka kemampuan membelinya juga lebih
besar, sehingga maksud membeli barang-barang mewah kemungkinan besar tinggi karena
dapat menjangkau harga yang lebih tinggi. Islam mengajarkan kita untuk tIdak berlebih-
lebihan dalam segala aspek kehidupan.

B. Masalah-Masalah Perkotaan

1. Pengangguran, terutama disebabkan oleh derasnya arus urbanisasi. Sebagian besar


mereka yang urbanisasi tidak memiliki keterampilan, sehingga mereka hanya bekerja
sebagai buruh kasar. Selain itu kebanyakan masyarakat bermalas-malasan untuk
mencari pekerjaan sehingga banyaknya pengangguran padahal Allah sudah
menyediakan rezki di muka bumi ini tinggal hamb-Nya yang berusaha untuk
mencarinya.
2. Degradasi moral dan kejahatan, degradasi moral yang sering terjadi adalah berkumpul
sebelum menikah, pelacuran, narkotika, seakan-akan mempunyai legalitas tertentu
bagi masyarakat kota. Menegur dan memberi nasihat satu sama lain sudah dianggap
mencampuri urusan orang lain, sehingga sangat jarang terjadi reaksi terhadap
pelanggaran-pelanggaran moral tersebut.
3. Keadaan ekonomi yang sampai sekarang belum dapat disesuaikan dengan kebutuhan-
kebutuhan manusia.
4. Ada beberapa orang yang terus-menerus mengumpulkan harta bendanya tanpa
memikirkan keadaan yang miskin. Lambat laun perbedaan antara yang miskin dan
yang kaya makin lama makin besar, sehingga pemikiran-pemikiran seperti kaum
sosialis berpendapat seperti Karl Marx, bahwa yang kaya menjadi lebih kaya, dan
yang miskin menjadi lebih miskin. Masyarakat yang memiliki harta yang lebih
hendaknya menyedekahkan hartanya kepada yang berhak menerimanya.

C. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan


a. Pemberdayaan masyarakat perkotaan melalui posdaya
Pemberdayaan masyarakat pada intinya membahas bagaimana
individu,kelompok,ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka.Dalam kesimpulannya,menurut Shardlow
menggambarkan bahwa prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk
menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya
mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran
dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari kedepannya.
Posdaya atau sering disebut sebagai pos pemberdayaan masyarakat keluarga
merupakan forum silaturrahmi,advokasi,komunikasi,imformasi,edukasi,dan
sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan
fungsi-fungsi keluarga secara terpadu.Dalam hal tertentu bisa juga menjadi
wadah pelayanan keluarga secara terpadu,yaitu pelayanan pengembangan
keluarga secara berkelanjutan,dalam berbagai bidang utamanya
agama,pendidikan,kesehatan,wirausaha dan lingkungan hidup,sehingga
keluarga secara harmonis bisa tumbuh mandiri dan mampu menghadapi
tantangan masa depan dengan lebih baik.
Posdaya sejatinya mempunyai peran andil yang cukup besar dalam
pemberdayaan masyarakat terutama didaerah perkotaan.oleh karena itu dengan
adanya posdaya ditengah-tengah masyarakat perkotaan maka dapat diperoleh
manfaat bagi masyarakat diantaranya;
a) Dihidupkannya dukungan social budaya atau social capital seperti
hidup gotong royong dalam masyarakat untuk menolong keluarga lain
membantu pemberdayaan terpadu/bersama-sama memecahkan masalah
kehidupan yang kompleks,melalui wadah/forum yang memberi
kesempatan para keluarga untuk saling asah,asih,asuh dalam
memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.
b) Terpeliharanya infrastruktur social kemasyarakatan yang terkecil dan
solid,yaitu keluarga yang menjadi perekat kohesi social,sehingga
tercipta suatu kehidupan yang rukun,damai,dan memiliki dinamika
yang tinggi.
c) Terbentuknya lembaga social dengan keanggotaan dan partisipasi
keluarga didesa atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wabah atau
wahana partisipasi social,dimana para keluarga dapat memberi dan
menerima pembaruan yang bisa membantu proses pembangunan
kehidupan keluarga dengan mulus dan sejuk.

Adapun sasaran Posdaya secara terperinci adalah sebagai berikut;

a. Peningkatan komitmen para pemimpin


b. Pemberdayaan pada bidang kesehatan
c. Pemberdayaan pada bidang pendidikan
d. Pemberdayaan pada bidang wirausaha

D. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Ekonomi


Ekonomi masyarakart kota biasanya lebih baik dari pada msyarakat desa. Namun
masih perlu di kembangkan dan tumbuhkan.misalnya masalah kerajinan rumah
tangga, industri kecil mapun masalah perkoperasian.Untuk mengembangkan kota
secara terus-menerus perlu dijaga dan dikembangkan sarana dan prasarana kota itu
sendiri dengan baik. Misalnya pembangunan jalan pengaturan lalu lintas dan
trnaportasi, pengaturan sekolah-sekolah serta penghijauan kota.
Membantu memberikan kredit investasi kecil bagi para pedangang berkapital
lemah, sehingga dapat diharapkan menignkatkan usaha (ekonomi) mereka, dan
peningkatan pembangunan pasar-pasar baru (Inpres) agar dapat diusahakan
menampung aspirasi permasalahan pedagang kaki lima dan lain sebagainya.

1. Partisipasi

Menurut Menurut Adams Charles (1993), partisipasi masyarakat dalam pembangunan


mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan
masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak
memiliki” dan “acuh tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan
masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat
berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan
evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan
dengan semangat lokalitas. Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan
daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga.

Midgley (1986) menyatakan bahwa partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan
dari pembangunan sosial tetapi merupakan bagian yang integral dalam proses pembangunan
sosial. Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan partisipasi
masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.
Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan partisipasi negara
miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam tuntutan
peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya adalah masyarakat.
Menurut Adams Charles (1993), tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara
menekan kebebasan masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk
perlawanan terhadap modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak negatif
daripada positif bagi pembangunan di banyak negara berkembang. Post-modernisme bukan
hanya bentuk perlawanan melainkan memberikan jawaban atau alternatif model yang dirasa
lebih tepat. Pembangunan dengan basis pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh paradigma
modernisme memiliki banyak kekurangan dan dampak negatif. Kesenjangan antar penduduk
mungkin saja terjadi sehingga indikator pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan
keberhasilan semu saja. Akumulasi modal yang berhasil dihimpun sebagian besar merupakan
investasi asing yang semakin memuluskan jalannya kapitalisme global.

2. Pemberdayaan

Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh


suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh globalisasi yang melanda
dunia. Persoalan politik dan ekonomi tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan
nasional. Keterkaitan antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan.
Masalah ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara
lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional.

Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu
dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup
yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya
terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong sebagai orang miskin.Di negara-negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan
muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi,
degradasi sumber daya alam, danalienasi masyarakat dari faktor produksi oleh penguasa
(Prijono, 1996).

Menurut Maria Fraskho, (2000), konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis


terhadap model pembangunan dan model industralisasi yang kurang memihak pada rakyat
mayoritas. Konsep ini dibangun sebagai kerangka logik sebagai berikut; (1). Proses
pemusatan  kekuasaan terbangunan dari pemusatan penguasaan faktor produksi; (2).
Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat
pengusaha pinggiran; (3). Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem
pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi yang manipulatif, untuk memperkuat
legitimasi; (4). Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum sistem politik dan ideologi,
secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan
masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang
berkuasa dan disisi lain manusia dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan
dikuasai, maka harus dilakukan pembebesan melalui proses pemberdayaan bagi yang
dikuasai (empowerment of the powerless).

Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan


kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif
ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah
pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh
individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol
pada semua aspek kehidupannya.Pearse dan Stiefel dalam Prijono (1996) menjelaskan bahwa
pemberdayaan partisipatif meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi
kekuatan dan peningkatan kemandirian.

3. Partisipasi dan Pemberdayaan

Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua
buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan
upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat
“berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan proses
pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat. Partisipasi yang lemah
dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga
peningkatan kapasitas perlu dilakukan.

Sedangkan menurut Evers Hans-Dieter (1993), pemberdayaan yang memiliki arti


sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model
pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Menurut
Moeljarto (1997), konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan
yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan
kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Menurut Purnaweni Hartuti oleh karenanya
diperlukan upaya “membangkitkan partisipasi” masyarakat tersebut. Solusi yang bisa
dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan
berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.

 Membangun Ekonomi Kerakyatan dan Penyerapan Tenaga Kerja


Pembangunan di bidang ekonomi seharusnya lebih difokuskan pada penguatan
ekonomi berbasis kerakyatan dengan menumbuhkan semangat wirausaha , menciptakan iklim
usaha yang kondusif, pembinaan koperasi dan unit-unit ekonomi kerakyatan lainnya, hingga
upaya-upaya untuk mempermudah akses modal dan akses pasar bagi produk-produk usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Upaya menekan angka pengangguran dan penyaluran angkatan kerja perlu dilakukan
dengan menggalang kerjasama yang baik dengan sektor swasta dan masyarakat, diantaranya
dengan pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) dan pengembangan sekolah-sekolah kejuruan
dengan konsep link and match dengan pasar tenaga kerja, serta melakukan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan lokal untuk menghasilkan tenaga kerja yang
trampil dan atau memiliki motivasi kuat untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja
bagi orang lain.

E. Pemberdayaan Masyarakat Desa Terpencil


1. Masyarakat Desa Terpencil
Masyarakat pedesaan terpencil adalah masyarakat yang relative
tertutup,mempunyai keterkaitan dengan alam yang tinggi,melakukan kegiatan
produksi yang bersifat Subsistence,memperoleh pelayanan social yang sangat minim
sehingga menghasilkan tingkat kualitas SDM yang relatif sangat
rendah.Namun,sebagian masyarakat pedesaan terpencil,khususnya masyarakat
adat,mampu menghasilkan produk budaya yang berkualitas tinggi seperti ukiran suku
Asmat,tato suku Mentawai,pengelolaan hutan yang harmonis suku Badui.
Tujuan pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil adalah meningkatkan
kesejahteraannya sehingga mereka dapat menikmati kualitas hidup sebagaimana yang
dinikmati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.Dlam wujud fisik,pemberdayaan
masyarakat pedesaan terpencil akan memungkinkan mereka untuk;
a. Bermukim secara menetap
b. Melakukan kegiatan ekonomi pasar yang menguntungkan dan berkelanjutan
c. Terlayani oleh fasilitas social ekonomi;sekolah,klinik,listrik dan air bersih
d. Terhubungkan dengan angkutan darat/laut regular kepusat desa/kecamatan.

Strategi pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil dilakukan dengan mewujudkan ke


empat elemen pemberdayaan masyarakat;inklusi dan partisipasi,akses pada
informasi,kapasitas organisasi local,profesionalitas pelaku pemberdaya.Tantangan utama
yang dihadapi dalam memberdayakan masyarakat terpencil adalah pengetahuan yang
terbatas,wilayah yang sulit dijangkau dan pemahaman adat yang kuat pada masyarakat adat.

Untuk dapat memasukkan mereka dalam proses perubahan,maka upaya yang pertama
kali perlu dilakukan adalah memahami pemikiran dan tindakan mereka serta membuat
mereka percaya kepada pelaku pemberdaya.selanjutnya mereka perlu berpartisipasi dalam
proses perubahan yang ditawarkan dengan memberikan kesempatan menentukan pilihan
secara rasional.proses ini dapat memerlukan waktu yang lama,namun hasilnya akan lebih
efektif dari pada memberikan pilihan yang sudah tertentu.pengikutan masyarakat dalam
proses perubahan dilakukan secara berangsur-angsur dari kelompok kecil menuju masyarakat
lebih luas.pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil merupakan salah satu strategi
mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera.strategi lai yang perlu dilakukan adalah
pemberian peluang,pengembangan kapasitas dan modal manusia dan perlindungan social.

Selain itu juga perlu adanya penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) yang
bertujuan untuk mencari alternatif penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun
poskesdes di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun
rencana jangka panjang pengembangan desa siaga. Data serta temuan lain yang diperoleh
pada saat SMD disampaikan,biasanya adalah daftar masalah kesehatan,data potensi serta
harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan
prioritas,serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan pengembangan
desa siaga.

a. Pelaksanaan Kegiatan

Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.

1.      Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga 
dilakukan melalui  pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat Serta
beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukansecara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan
tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.

2.      Orientasi / pelatihan kader siaga. Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan


kader desa yang telah ditetapkan perlu di beri orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di
laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Materi orientasi / pelatihan mencakup
kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam rangka pembangunan desa siaga yang
meliputi penolahan desa siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan poskesdes,
pembangunan dan pengelolaan UKBM lain, dan hal-hal penting lain yang terkait
seperti kehamilan dan persalinan sehat.

3.      Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes
dapat di kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui
bagaimana poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah,
membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat
atau memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di
lanjutkan dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang
berlaku.

4.      Penyelenggaraan desa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah
di tetapkan sebagai desa siaga. Setelah  desa siaga  resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans
berbasis nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan
dan bencana, pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB), penanggulangan  masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju
kadarsi dan PHBS, serta penyehatan  lingkungan.

5.      Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi 


oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa
siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak  perwujudan dari
pengembangan  jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring IKBM secara
internal di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam
setahun). Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan
wahana tukar menukar pengalaman dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Pembinaan jejaring lintas sector juga sangat penting , khususnya dengan program
pembangunan yang bersasaran desa. Salah satu  kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga
adalah keaktifan para kader.

b. Pembinaan Desa Siaga

 Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat
(LSM) untuk melakukan pendampingan dan  fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat
kecamatan, kabupaten, kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat ,
surat keputusan bupati atau wali kota dan surat keputusan gubernur . Untuk mengingat
permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan
sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kerja
sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat di
lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu
jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci keberhasilan dan
esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka pembinaan, perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out.
Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus di
beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat
berwira usaha. Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini
kegiatan-kegiatan desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM
(contohnya system informasi posyandu ).

c. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam menjalankan program desa siaga

1.    Tenaga kesehatan khususnya bidan menjadi kendala utama dalam melakukn persalinan
yg ditolong oleh tenaga kesehatan

2.    SDM kader yang kurang mendukung

3.    Keadaan Geografis yang sulit

4.    Sarana Prasarana yang kurang memadai khususnya fasilitas kesehatan tingkat pertama

5.    Kurangnya pendanaan terhadap proses pelayanan kesehatan

Solusi dalam memecahkan persoalan tersebut

1.    Bidan bermitra dengan dukun sehingga dukun tidak merasa tersaingi (Keg. Kemitraan
bidan & dukun)

2.    Memberikan pembinaan dan latihan – latihan pada kader maupun tenaga non medis
dalam memberikan motifasi, penyuluhan tentang pentingnya pelayanan kesehatan,dan
pentingnya mencegah penyakit melalui usaha-usaha kesehatan masyrakat
3.    Mengajari masyrakat terhadap kegiatan tanggap darurat apabila terjadi masalah
kesehatan di lingkungan desa atau lingkungan tempat tinggal

4.    Melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat khususnya dinas kesehatan dalam


upaya pengadaan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mendukung dan memadai

5.    Serta perbaikan fasilitas jalan yang menuju ke tempat pelayanan kesehatan.

6.    Melakukan penggalangan dana dengan memanfaatkan kreatifitas masyrakat serta


sumberdaya alam yang tersedia di lingkungan desa.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma adat yang sama-sama di taati dalam lingkungannya.Tatanan kehidupan, norma-
norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan
mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki cirri kehidupan
yang khas.

Masyarakat itu timbul dalam setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat perkotaan sering disebut juga
Urban Community. Pengertian masyarakt kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Perhatian masyarakat perkotaan tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian,


makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian yang lebih luas lagi. Masyarakat
perkotaan sudah memandang kebutuhan hidup, artinya tidak hanya sekedarnya atau apa
adanya. Hal ini disebabkan karena pengaruh pandangan warga kota sekitarnya. Misalnya
dalam hal menghidangkan makanan, yang di utamakan adalah bahwa makanan yang di
hidangkan tersebut memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya memiliki kedudukan
sosial yang tinggi. Demikian pula masalah pakaian masyarakat kota memandang pakaian pun
sebagai alat kebutuhan sosial. Bahkan pakaian yang di pakai merupakan perwujudan dari
kedudukan sosial si pemakai.

Sistem perekonomian kota tidak terpusat pada satu jenis saja, melainkan sangat
bervariasi. Di kota terdapat berbagai macam sistem produksi, baik yang mengolah bahan
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Industri dilakukan secara terus menerus
dan besar-besaran, dengan tenaga manusia, mesin, maupun dengan komputer.

Di kota besar terdapat banyak perkerjaan-pekerjaan yang menuntut keahlian khusus,


sehingga tidak semua warga kota dapat melakukannya. Misalnya : Arsitektur, Insinyur –
mesin, sarjana politik, pemegang buku dan sebagainya. Walaupun demikian tidaklah berarti
bahwa pekerjaan di kota adalah pekerjaan hanya menekankan pada keahlian yang
tersepesialisasi dan pekerjaan otak saja. Tetapi ada juga pekerjaan-pekerjaan yang
menekankan kemampuan tenaga kasar saja. Misalnya : kuli bangunan, tukang becak.

Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun
horizontal. Bagi masyarakat kota kepercayaan kepada Tuhan YME (kehidupan magis
religius) biasanya cukup terarah dan di tekankan pada pelaksanaan ibadah. Upacara-upacara
keagamaan sudah berkurang, demikian pula upacara-upacara adat sudah menghilang. Hal ini
di sebabkan bahwa msyarakat kota sudah menekankan pada rasional pikir dan bukan pada
emosionalnya. Semua kegiatan agama, adat berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman
yang mereka miliki.

Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical
maupun horisontal.

Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM)
untuk melakukan pendampingan dan  fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan,
kabupaten, kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat
keputusan bupati atau wali kota dan surat keputusan gubernur . Untuk mengingat
permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan
sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kerja
sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat di
lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu
jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci keberhasilan dan
esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka pembinaan, perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out.
Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus di
beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat
berwira usaha. Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluasi berkaitan dengan ini
kegiatan-kegiatan desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM
(contohnya system informasi posyandu ).
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu;


Yogyakarta
Agier, Isabelle, Szafarz, Ariane. 2013. Microfinance and Gender : Is There a
Glass Ceiling on Loan Size? Word Development.
Agusta, I. 2002. Metode Evaluasi Program Pemberdayaan. Humaniora Utama
Press; Bandung
Anoraga, Pandji. 2002. Koperasi, Kewirausahaan Dan Usaha Kecil. Rineka Cipta;
Jakarta.
Boche, Dirk Michael, Cruz, Luciano Barin. 2013. Gender and Microfinance
Performance : Why Does The Institutional Context Matter? World
Development.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Pemberdayaan Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. http://www.bappenas.go.id. (2
Januari 2016).
Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2008. Berita
Resmi Statistik UKM BPS 2008. http://www.scribd.com. (2 Januari 2016).
Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan IV Koto Dalam Angka 2014; Padang
Baihaqi, Wazin. 2013. Pengembangan Potensi Perempuan Dalam Wilayah
Ekonomi Domestik – Publik. Jurnal ; Banten
Chambers, Robert. 1998. Pengembangan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES ;
Jakarta

Digilib.uin-suka.ac.id

Restukadilangudemak.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai