Anda di halaman 1dari 7

BAB III

Landasan Teori

3.1 Struktur Ginjal

Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang mengandung
jutaan alat penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan malpighi (renal
cospuscle), tubulus kontortus proksimal, bagian tebal dan bagian tipis lengkung henle,
tubulus kontortus distal.
Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang dikelilingi
kapsul Bowman. Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus dinamakan lapisan
viseral, lembaran luar membentuk batas luar tebal malpighi disebut lapissan parietal
kapsula Bowmann yang dilapisi sel epitel pipih. Antara dua lapisan terdapat ruang
kapsula yang menerima filtrat. Setiap badan malpighi mempunyai kutub vaskuler tempat
arteri aferen masuk dan arteri eferen keluar meninggalkan glomerulus, dan kutub
urinarius, tempat tubulus proksimalis dimulai. Lapisan parietal yang berdinding selapis
sel epitel pipih begitu sampai di kutub urinaria epitel berubah menjadi epitel kubus.
Lapisan viseral mengalami modivikasi selama perkembangan embrional. Sel-sel lapisan
internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul beberapa tonjolan
primer. Setiap tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder yang menutupi
kapiler glomerulus. Tonjolan sekunder ini saling bertautan, membatasi ruang yang
membentuk celah filtrasi.
Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang merupakan
lapisan basalis. Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu yang memisahkan
darah kapiler dari ruang kapsular. Di samping se endotel dan podosid, kapiler glomerulus
mempunyai sel mesangial. Sel mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan
dalam regulasi filtrasi glumerulus, juga mensekresi berbagai senyawa, mengambil
kompleks imun dan terlibat dalam produksi penyakit glomerulus, juga bekerja sebagai
makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-zat tertentu yang tertimbun
dalam matrik selama filtrasI.
Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter
55µm. Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu
dengan yang lain dan disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap
ke lumen tubulus terdapat banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini
dinamakan brush border (batas sikat) yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida,
glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung henle
yang mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir dalam segmen tebal
pars asenden yang sel-selnya berbentuk kuboid yang banyak mengandung mitokondria.
Pars asenden tebal lengkung henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan
arteriol aferen dan eferen, dimana dinding arteriol aferen mengandung sel
jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini epitel tubulus dimodifikasi membentuk
makula densa. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel lapis bergrandula bersama-
sama dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus.
Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada tubulus
proksimal, mempunyai mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu membentuk tubulus
koligen yang berjalan melewati korteks dan medula renalis yang akan bermuara di pelvis
renalis pada apeks piramid medula.

3.2 Proses pembentukan urin


1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul
Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding
dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus
proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan
darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke
glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-
komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus,
kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke
dalam ruang kapsul Bowman.
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan
sebagian tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh
tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu.
Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+,
Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
            Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam
amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+,
HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.Proses reabsorpsi dimulai ketika
urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke tubulus kontortus
proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga
terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju
lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis
dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada
lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi
dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air
di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini
juga terjadi sekresi H+, NH4+,  urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin.
            Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air, garam,
urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis
renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang
merupakan tempat penimpanan sementara urin.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai
sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.

Volume urine yang dikeluarkan antara lain tergantung pada hal-hal berikut:
 Jumlah air yang diminum.
 Jumlah garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap.
 Hormon antidiuretik (Anti Diuretic Hormone = ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis di bagian belakang otak.

Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning
jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning
jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau
khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 urin
akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi
lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut
dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi),
jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.

Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam


seseorang.
a) Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti
bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b) Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh
efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula,
warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria,
seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar
prostat.
c) Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
d) Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks
yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Pada umumnya, urine normal berwarna bening. Akan tetapi warna urinedapat
juga berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan warnaurine.
Faktor yang terpenting adalah kadar air dalam tubuh kita. Bila warna urine berubah
menjadi kuning muda ataupun kuning tua itu artinya tubuh kita sudah mulaikurang
cairan, mungkin asupan yang kurangan atau aktivitas yang banyak karenacairan tubuh
kita paling banyak dikeluarkan melalui urine dan keringat.
Untuk mencegah supaya warna urine tidak kuning adalah dengan meminumair
putih minimal 8 gelas sehari, ukuran itu disesuaikan dengan aktivitas kita sehari-hari.
Jika memang aktivitas kita ekstra maka kebutuhan cairan kita juga ekstrasehingga
kita harus meminum air lebih dari biasanya. Perubahan warna urine bisadijadikan
paramater bahwa tubuh kita perlu asupan air. Berikut adalah tingkatanwarna urine
beserta penjelasannya.

3.3 Sifat-sifat urine


Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan
air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan
kopi, teh, alkohol mempunyai efek diuresis.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan
protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil
katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi
alkali karena perubahan urea menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin
menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom,
sedikit urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua
atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau,
coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai
merah pada urin. Urin sangat asam mengendapakan garam-garam asam urat dengan
warna dadu.
5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.

3.4 Unsur-unsur dalam urine


1. Unsur-unsur normal dalam urine.
a) Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada
mamalia. 
b) Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar. Pada penderita
diabetes millitus, kandungan amonia dalam urinnya sangat tinggi.
c) Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin), normalnya 20-26
mg/kg pada laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
d) Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat
sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang
larut dengan alkali. Pengeluaran asam urat meningkat pada penderita leukimia,
penyakit hati berat.
e) Asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita penyakit hati yang lanjut
karena keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan meningkat.
f) Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari masukan.
g) Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
h) Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari
makanan yang mengandung protein berikatan denagn fosfat.
i) Oksalat dalam urin rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif
tinggi.
j) Mineral: Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urin.
k) Vitamin, hormon dan enzim dalam urin sedikit.

2. Unsur abnormal dalam urine.


Protein: Proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam
urin dengan konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis terdapat + 0.5% protein, ini
dapat terjadi setelah latihan berat, setelah makan banyak protein, atau sebagai akibat
dari gangguan sementara pada sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri tegak. Kasus
kehamilan disertai Proteinuria sebesar 30-35%. Proteinuria patologis, disebabkan
karena adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit. Misalnya nefrosklerosis suatu
bentuk vaskuler penyakit ginjal, dihubungkan dengan hipertensi arterial. Proteinuria
pada penyakit ini meningkat dengan makin beratnya kerusakan ginjal. Proteinuria
dapat juga terjadi karena keracunan tubulus ginjal oleh logam-logam berat
(raksa(Hg), arsen(As), bimut(Bi)).
Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi
(pertandingan atletik yang menegangkan), 15% kasus glikosuria tidak karena
diabetes. Galaktosuria dan laktosuria dapat terjadi pada ibu selama kehamilan, laktasi
maupun menyapih. Pentosuria terjadi sementara sesudah makan makanan yang
mengandung gula pentosa. Benda-benda keton dapat terjadi pada saat kelaparan,
diabetes, kehamilan, anestesia eter. Terdapat bilirubin, dan adanya kandungan darah
karena kerusakan pada ginjal.

3.5 Gangguan Pada Ginjal


Beberapa kelainan dan gangguan fungsi ginjal adalah sebagai berikut.
1. Nefritis
Nefritis : kerusakan pada glumerulus akibat alergi racun kuman, biasanya
disebabkan oleh bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan seseorang menderita
Uremia dan oedema. Uremia: masuknya kembali asam urin dan urea ke pembuluh
darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air terganggu.
2. Batu ginjal
   Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga
ginjal, saluran ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak
larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium
fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi
garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3. Albuminuria
    Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya albumin dalam
urin merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Selain
itu dapat juga disebabkan oleh iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi seperti
racun bakteri, eter, atau logam berat.
4. Glikosuria
Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa dalam
urin menunjukkan adanya kerusakan pada tabung ginjal.
5. Hematuria
  Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin. Hematuria
disebabkan peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu
ginjal
6. Ketosis
Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini dapat
terjadi pada orang yang melakukan diet karbohidrat.

7. Diabetes Militus
Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak
menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon yang mampu
mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi kadar gula dalam darah.
Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh menyerap glukosa sehingga dapat
digunakan sebagai sumber energi. Diabetes militus juga dapat terjadi jika sel-sel di
hati, otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar glukosa di urin
penderita diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air kecil,
cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada metabolisme lemak dan
protein.
8. Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus adalah penyakit yang menyebabkan penderita
mengeluarkan urin terlalu banyak. Penyebabnya adalah kekurangan hormon ADH
(dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang). Jika kekurangan ADH, jumlah
urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan normal.

Anda mungkin juga menyukai