Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PEMILIHAN TOOL

1.1 Bahasa Pemrograman


1.2 DBMS
1.3 Tambahan
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Latar Belakang

Sebagian besar sumber penerimaan negara berasal dari sektor pajak.


Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapat timbal balik yang langsung dapat ditunjukan dan yang dapat
digunakan untuk membayar pengeluaran umum atau negara. Di Indonesia sendiri
sistem yang digunakan untuk memungut perpajakan adalah self assessment.
Dimana pemerintah memberi tanggung jawab penuh kepada wajib pajak untuk
menghitung dan melaporkan sendiri beban pajak yang ditanggungnya sesuai
dengan yang diatur dalam pasal 12 UU KUP, dan mengikuti semua prosedur yang
ada serta membayar sesuai dengan yang seharusnya.

Perpajakan nasional dengan cost of iving atau perlambang biaya hidup


minimum selama satu tahun diwujudkan dalam bentuk Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Semua wajib pajak diharuskan untuk mengetahui besaran PTKP
agar tidak salah dalam melaksanakan kewajiban mereka dalam bidang perpajakan.
PTKP adalah besarnya penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi. PTKP berlaku dalam menjalankan kewajiban PPh
Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi.

Penghasilan Tidak Kena Pajak ini bersifat variatif disesuaikan dengan


kondisi wajib pajak yang bersangkutan. Wajib pajak yang telah menikah dan
belum menikah ataupun yang telah memiliki anak, memiliki jumlah yang berbeda.

Pada dasarnya aturan ini dibuat untuk mempermudah perhitungan pajak


untuk wajib pajak. Walaupun sudah terdapat peraturan untuk masyarakat masalah
pembayaran pajak tersebut, beberapa dari mereka masih ada yang belum begitu
paham mengenai aturan-aturan dan hukum perpajakan yang mereka jalani. Saat
ini tak sedikit pemerintah menyediakan konsultan pajak di setiap kantor pajak
yang dapat membantu masyarakat dengan permasalahan pajak mereka. Dengan
adanya konsultan pajak untuk konsultasi pajak, masyarakat dapat meminimalisir
kesalahan ataupun resiko dalam perpajakan tanpa harus kebingungan.

Saat ini jasa konsultasi pajak tersebut masih mengharuskan masyarakat


untuk mendatangi kantor pajak dan tak sedikit juga masyarakat merasa sedikit
malas untuk pergi ke kantor pajak. Mengacu ke perkembangan jaman yang
ditandai dengan perkembangan “otak elektronik”, para praktisi di berbagai bidang
menggunakan komuter untuk mempermudah kegiatan yang mereka lakukan. Juga
didukung dengan adanya teknik yang memungkinkan mesin untuk berpikir dan
dapat mengambil keputusan sendiri yang dinamakan kecerdasan buatan atau
Artificial Intelligence (AI).

Masa-masa ini telah bermunculan mesin yang dapat berkomunikasi


layaknya manusia. Contohnya seperti Chatting Robot atau yang sering didengar
dengan Chatbot (sistem komputer yang berbasiskan bahasa alami atau natural
language).

Penerapan sebuah aplikasi chatbot dalam perpajakan dirasakan masih


kurang karena banyak yang merasa masih belum membutuhkan aplikasi chatbot
tersebut untuk bidang perpajakan. Namun dengan adanya chatbot yang
difokuskan pada bidang perpajakan diharapkan dapat membantu mengurangi
masalah ketidakpahaman para wajib pajak yang masih awam dengan perpajakan
yang ada di Indonesia ini. Chatbot ini dapat membantu masyarakat sebagai wajib
pajak untuk menyelesaikan ketidaktahuannya.

2.2 Tujuan Sistem Pakar

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mencoba mengembangkan


bagaimana rancang bangun aplikasi Chatbot Konsultasi Pajak. Tujuan dibuatnya
sistem pakar konsultasi pajak ini adalah untuk membantu user menjawab segala
permasalahan mereka dalam bidang perpajakan. Banyaknya jenis-jenis pajak yang
harus ditangani oleh wajib pajak yang bisa jadi malah membuat mereka bingung
dengan peraturan-peraturan yang ada. Disinilah Chatbot Konsultasi Pajak
berperan untuk mempermudah para wajib pajak yang merasa kebingungan dengan
dialog yang dilakukan dalam bahasaIndonesia yang sesuai dengan EYD. Chatbot
ini akan memberikan respon secara otomatis dengan topik dialog yang sesuai
dengan permintaan masyarakat.
BAB III
PERANCANGAN SISTEM

3.1 Tabel Keputusan


Pembuatan sistem pakar terlebih dahulu dilakukan identifikasi mengenai
permasalahan yang sering terjadi di lingkungan masyaratakat. Berdasarkan setiap
permasalahan tersebut dijelaskan mengenai perhitungan PPh baik badan maupun
pribadi, kemudian dirangkum oleh para pakar untuk di temukan solusi guna
mempermudah wajib pajak agar memahami sistem penyelesaiannya.

Tabel … Tabel Keputusan

Jenis Tarif PPh


TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7
Kriteri
a
K1 Y Y
K2 Y
K3 Y
K4 Y Y Y Y Y
K5 Y
K6 Y
K7 Y
K8 Y
K9 Y

Keterangan dari jenis kriteria:


K1 : Berbentuk badan
K2 : Penghasilan Bruto < 4,8 Milyar
K3 : Pengahsialn Bruto > 4,8 Milyar
K4 : Berbentuk perorangan
K5 : Total pemasukkan < 54 Juta/tahun
K6 : PKP < 50 Juta
K7 : PKP < 50 Juta – 250 Juta
K8 : Total pemasukkan < 250 Juta – 500 Juta
K9 : Total pemasukkan < 500 Juta
Keterangan dari tarif PPh:
TP1 : PPh Badan dengan fasilitas potongan
TP2 : PPh Badan dengan dan tanpa fasilitas potongan
TP3 : PPh Pribadi 0%
TP4 : PPh Pribadi 5%
TP5 : PPh Pribadi 15%
TP6 : PPh Pribadi 25%
TP7 : PPh Pribadi 30%

3.2 Pohon Keputusan


Berdasarkan pengetahuan yang telah dikumpulkan, maka dapat dibuat
pohon keputusan dengan metode penelusuran forward chaining. Gambar…
menunjukkan pohon keputusan pakar, yang melakukan penelusuran dari
bawah ke atas yaitu dimulai dari analisa terhadap kriteria-kriteria yang diperlukan
hingga memperoleh hasil perhitungan pajak penghasilan yang tepat. Pohon
keputusan ini akan digunakan untuk membantu dalam pembuatan basis aturan
yang akan digunakan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

Troubleshoot
Permasalahan

TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9

Gambar … Pohon Keputusan


1. Keterangan KRITERIA:
K1 : Berbentuk badan
K2 : Penghasilan Bruto < 4,8 Milyar
Keterangan RULE:
TP1 : PPh Badan dengan fasilitas potongan
Keterangan PERHITUNGAN:
PKP=Penghasilan Bruto−Biaya Operasional
PPhTerutang=50 % x 25 % x PKP

2. Keterangan KRITERIA:
K1 : Berbentuk badan
K2 : Penghasilan Bruto > 4,8 Milyar
Keterangan RULE:
TP2 : PPh Badan dengan dan tanpa fasilitas potongan
Keterangan PERHITUNGAN:
PKP=Penghasilan Bruto−Biaya Operasional

PKP1 = ( 4.800x.000 ) x Penghasilan Bruto


PPhTerutang=( 50 % x 25 % x PKP 1) + ( PKP−PKP 1 )

3. Keterangan KRITERIA:
K4 : Berbentuk perorangan
K5 : Total pemasukkan < 54 Juta/tahun
Keterangan RULE:
TP3 : PPh Pribadi 0%
Keterangan PERHITUNGAN:
PPhTerutang=0

4. Keterangan KRITERIA:
K4 : Berbentuk perorangan
K6 : PKP < 50 Juta
Keterangan RULE:
TP4 : PPh Pribadi 5%
Keterangan PERHITUNGAN:
PKP=( Penghasilan Netto x 12 )−PTKP
( PKP x 5 % )
PPhTerutang /bulan=
12

5. Keterangan KRITERIA:
K4 : Berbentuk perorangan
K7 : PKP < 50 Juta – 250 Juta
Keterangan RULE:
TP5 : PPh Pribadi 15%
Keterangan PERHITUNGAN:
PKP=( Penghasilan Netto x 12 )−PTKP
( PKP x 15 % )
PPhTerutang /bulan=
12

6. Keterangan KRITERIA:
K4 : Berbentuk perorangan
K8 : Total pemasukkan < 250 Juta – 500 juta
Keterangan RULE:
TP6 : PPh Pribadi 25%
Keterangan PERHITUNGAN:
PKP=( Penghasilan Netto x 12 )−PTKP
( PKP x 25 % )
PPhTerutang /bulan=
12

7. Keterangan KRITERIA:
K4 : Berbentuk perorangan
K6 : Total pemasukka < 500 Juta
Keterangan RULE:
TP7 : PPh Pribadi 30%
Keterangan PERHITUNGAN:
PKP=( Penghasilan Netto x 12 )−PTKP
( PKP x 30 % )
PPhTerutang /bulan=
12

3.3 Daftar Kaidah


Kaidah produksi biasa ditulis dalam bentuk jika maka (IF-THEN).
Kaidah dapat dikatakan sebagai hubungan implikasi dua bagian yaitu premis (jika)
dan bagian konklusi (maka). Apabila bagian premis dipenuhi maka bagian
konklusi akan bernilai benar. Sebuah kaidah terdiri dari klausa-klausa sebuah
klausa mirip sebuah kalimat subjek. Kata kerja dan objek yang menyatakan suatu
fakta. Ada sebuah klausa premis dan klausa konklusi pada sebuah kaidah. Suatu
kaidah juga dapat terdiri dari beberapa premis dan lebih dari satu konklusi. Aturan
premis dan konklusi dapat berhubungan dengan “OR” atau “AND”. Kaidah-
kaidah produksi dalam penentuan tarif dan perhitungan pajak penghasilan adalah
sebagai berikut.

RULE 1:
IF Berbentuk badan
AND Penghasilan Bruto < 4,8 Milyar
THEN PPh Badan dengan fasilitas potongan
RULE 2:
IF Berbentuk badan
AND Penghasilan Bruto > 4,8 Milyar
THEN PPh Badan dengan dan tanpa fasilitas potongan
RULE 3:
IF Berbentuk perorangan
AND Total pemasukkan < 54 Juta/tahun
THEN PPh Pribadi 0%
RULE 4:
IF Berbentuk perorangan
AND PKP < 50 Juta
THEN PPh Pribadi 5%
RULE 5:
IF Berbentuk perorangan
AND PKP < 50 Juta – 250 Juta
THEN PPh Pribadi 15%
RULE 6:
IF Berbentuk perorangan
AND Total pemasukkan < 250 Juta – 500 Juta
THEN PPh Pribadi 25%
RULE 7:
IF Berbentuk perorangan
AND Total pemasukkan < 500 Juta
THEN PPh Pribadi 30%
BAB IV
MEMBUAT PROTOTYPE

4.1 Use-Case
4.2 Data Flow Diagram
4.3 ERD
4.4 Pengujian Sistem
BAB V
TAMPILAN DAN FITUR SISTEM

Anda mungkin juga menyukai