Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENJABARAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


• Nama : An.z
• Umur : 11 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Nama Ayah : Tn. S
• Umur : 42 Tahun
• Pekerjaan : buruh
• Pendidikan Terakhir : SLTA
• Nama Ibu : Ny. R
• Umur : 37 Tahun
• Pekerjaan : IRT
• Pendidikan Terakhir : SLTA
• Masuk RS tanggal : 03 oktober 2020
• Diagnosis Masuk : Demam hari ke -4 ec susp tipoid fever.

1.2 ANAMNESIS
1.2.1 Keluhaan Utama
 Os datang dengan keluhan Demam sejak 3 hari yang lalu SMRS

1.2.2 Keluhan Tambahan


 Batuk berdahak berwarna putih kental tanpa disertai darah , mual, muntah
2x, tidah nafsu makan, nyeri perut (+).

1.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang


 Os datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu SMRS. Demam
bersifat terus menerus dan berangsur meninggi pada malam hari. Os juga
mengeluh batuk disertai dahak berwarna putih kental namun tidak disertai
darah dan os mengeluh nyeri pada perutnya, pasien mengeluh muntah
sebanyak 2x yang berisi makanan dan tidak tampak darah pada muntah
sehingga membuat os tidak nafsu makan. Buang air kecil dan air besar
normal. Ibu os mengatakan anaknya pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan yang sama. Riwayat keluarga ada yang
mengalami penyakit seperti ini. Karena keluhan tidak kunjung membaik,
os dibawa ke IGD RS Sukadana pada tanggal 03 oktober 2020 oleh
keluarganya.

2
1.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit serupa : (+)
 Riwayat Operasi : (-)
 Sistem saraf : (-)
 Sistem Kardiovaskular : (-)
 Sistem gastrointestinal : (-)
 Sistem urinarius : (-)
 Sistem genitalis : (-)

1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa dengan pasien pada keluarga (+)
 
1.2.6 Riwayat alergi
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

1.2.7 Riwayat Pengobatan

Os belum berobat ke dokter

1.2.8 Riwayat Silsilah Keluarga

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan

3
1.2.9 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Riwayat Kehamilan :
 P1 A0, lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan , ibu rutin
memeriksakan kehamilan,selama hamil ibu tidak pernah mengalami
sakit .
 Riwayat Persalinan :
- PBL : 49 cm
- BBL : 3.900 gr
- Persalinan spontan ditolong oleh bidan
- Anak pertama
- BBLC,NCB, SMK, LSP
-
1.2.10 Riwayat Pemberian Makanan
ˉ ASI  (+) 0 – 3 minggu
ˉ Susu Formula  3 minggu – 2 tahun
ˉ Makanan Pendamping  6 bulan keatas

1.2.11 Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan


- Umur 3-6 bulan : telungkup, merangkak dan telentang sendiri
- Umur 6-9 bulan : tepuk tangan dan duduk sendiri
- Umur 9-12 bulan :jalan dengan bantuan, bicara kata perkata
- Umur 12-18 bulan : berjalan, bermain sendiri,minum dengan gelas.
- Umur 18-24 bulan : berlari, melompat dan mencoret-coret.
- Umur 2-4 tahun :pakai baju sendiri, bicara kalimat, makan sendiri

1.2.12 Riwayat Imunisasi


Ibu os mengatakan sudah melakukan imunisasi lengkap tetapi tidak
mengingat waktunya.

1.2.13 Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan


pasien merupakan anak pertama . Ayah penderita berumur 42 tahun,
pendidikan terakhir SLTA, bekerja sebagai buruh . Dan Ibu penderita
berumur 37 tahun, pendidikan terakhir SLTA tidak bekerja . Secara
ekonomi , keluarga penderita tergolong kurang mampu

4
1.3 ANAMNESIS SISTEM
- Cerebrospinal system : Pusing (-), nyeri kepala (-)
- Respiration system : Sesak (-), batuk berdahak (+)
- Cardiovascular system : DBN
- Gastrointestinal system : mual (+), muntah (+), melena (-), nyeri
tekan (+), nafsu makan berkurang
- Integumen system : turgor kulit baik, CRT < 2 detik

1.4 PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum :Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital sign
- Nadi : 89 x/menit, regular
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 39,3oC
 Antropometri
BB : 70Kg

 Kulit
-Warna : warna kulit sawo matang.
- Rambut : tumbuh rambut pada permukaan kulit kepala
,hitam,lurus,tidak mudah dicabut.
- Turgor : baik
 Cephali
- Bentuk : Normocephali
- Ubun ubun : rata, tidak menonjol
 Oculi
- Konjungtiva : Anemis (-/-) , Reflek cahaya: +/+
- Sklera : Normal, warna putih
- Pupil : Isokor
 Auris
- Aurikula : nyeri tekan tragus (-) , Serumen(-)
- Meatus akustikus eksternu : Serumen (+), edem (-), eritem (-)
- Membran tympani : Hiperemis (-), perforasi (-) 

 Nares

-Polip (-) , pernafasan cuping hidung (-/-)

-Mukosa : Hiperemis (-), perdarahan (-)

5
-Septum nasal : Deviasi (-)
 Oris
-stomatitis (-)
-Labium oris : Sianosis (-), kering(+)
-Lingua : Lidah kotor (+)
-Gingiva : Gingivitis (-)

 Throat
-Faringitis (-), tonsilitis (-)
-Tonsil : Ukuran T1-T1, hiperemis (-)
-Dentis : Karies dentis (-)

 Coli
-Jejas (-), massa(-), kaku kuduk (-)
-Limfe nodus : Pembesaran KGB (-)
-Kelenjar tiroid : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
-JVP : 5-2 cmH2O (n)

 Axilaris
-Limfe Nodus : Pembesaran KGB (-)  

 Thorax ( anterior-Posterior/Paru)
- Inspeksi : tampak sawo matang pada permukaan dada,
Retraksi interkostalis (-), gerakan simetris
- Palpasi : vokal fremitus pada semua lapang paru, Massa (-).
Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru(Dextra = Sinistra)
- Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi
(-/-)
 Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : DBN
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Permukaan rata, warna sama dengan kulit
sekitar

Auskultasi : Bising usus normal 5x/mnt

6
 Perkusi : Timpani (+), meteorismus (+)

 Palpasi : turgor kulit kembali dengan cepat, masa(-),Nyeri


tekan abdomen(+)

Hati : tidak teraba

Limfa : tidak teraba

 Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan

 Perianal

Tidak dilakukan pemeriksaan

 Ekstremitas

Superior : Simetris, kekuatan otot 5/5, gerakan bebas, edema (-),


CRT 1 detik, turgor baik, sensoris baik

Inferior : Simetris, kekuatan otot 5/5, gerakan bebas, edema (-),


CRT 1 detik, turgor baik, sensoris baik

 Refleks Neurologis
Fisiologis : DBN
Patologis : Tidak ada reflek patologis

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium :
a. Hematologi: Tanggal 03 oktober 2020
 Hemoglobin : 13,5 gr%
 Leukosit : 19.200 ul
 Hitung jenis
o Basofil :0%
o Eosinofil :0%
o Batang :1%
o Segmen : 40 %
o Limposit : 42 %
o Monosit : 17 %
 Eritrosit : 5,0 ul
 Hematokrit : 40%

7
 Trombosit : 257.000 ul
 MCV : 87 fi
 MCH : 27 pg
 MCHC : 31 g/di
b. Serologi
 Tes widal salmonella typhi H : Positif 1/320
 Tes widal salmonella typhi O : Positif 1/320
 Tes widal salmonella typhi AO : Positif 1/320
 Tes widal salmonella typhi BO : Positif 1/320

1.6 Resume
Os datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu SMRS. Demam
bersifat terus menerus dan berangsur meninggi pada malam hari. Os juga
mengeluh batuk disertai dahak berwarna putih kental namun tidak disertai darah
dan os mengeluh nyeri pada perutnya, pasien mengeluh muntah sebanyak 2x yang
berisi makanan dan tidak tampak darah pada muntah sehingga membuat os tidak
nafsu makan. Buang air kecil dan air besar normal. Ibu os mengatakan anaknya
pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama. Riwayat
keluarga ada yang mengalami penyakit seperti ini. Karena keluhan tidak kunjung
membaik, os dibawa ke IGD RS Sukadana pada tanggal 03 oktober oleh
keluarganya.

Pada pemeriksaan fisik os tampak sakit sedang ,Pernafasan 20 x/m, Nadi 89


x/menit, Suhu 39,30C. Pada Lingua terdapat coated tongue (+)

1.7 DIAGNOSIS KLINIS


- Demam hari ke -4 ec susp tipoid fever.

1.8 DIAGNOSIS DIFFERENTIAL


- gastroenteritis akut
- Dengue

1.9 RENCANA PENGELOLAAN


 Tindakan di IGD :
 IVFD RL XX TPM makro
 Ceftriaxon 1gram/24jam iv bolus
 Ambroxol syr 3x1 C
 Parasetamol 3x1 tablet

8
 Medikamentosa DPJP:

 IVFD RL XX TPM makro

 Ceftriaxon 2X1 gram/12jam iv bolus

 Ambroxol syr 3x1 C

 Parasetamol 3x1 tablet

 Ranitidin 2x1 gram amp iv bolus

1.9 FOLLOW UP
03-10-2020 04-10-2020
S: S:
Demam hari ke 4 , nafsu makan Demam hari ke 5, nafsu makan menurun,
menurun, minum(+), mual (+), muntah mual dan muntah (+) 2x, batuk berdahak
(+) 2X, batuk berdahak (+), nyeri tekan (+), nyeri tekan epigastrium (+),BAB (-),
epigastrium (+),BAB (+), BAK (+) BAK (+)

O: O:
BB : 17 Kg BB : 17 Kg
RR : 20x/menit RR : 22x/menit
HR : 89x/menit HR : 91x/menit
T : 39,3 0C T : 38,30C

A: obs febris hari ke 4 ec susp tipoid A: tipoid fever


P: P:
- IVFD RL XX TPM makro -IVFD RL XX TPM makro
- Ceftriaxon 1gram/24jam iv bolus -Ceftriaxon 2X1 gram/12jam iv bolus
- Ambroxol syr 3x1 C -Ambroxol syr 3x1 C
- Parasetamol 3x1 tablet -Parasetamol 3x1 tablet
- px darah lengkap , tes widal
-Ranitidin 2x1 gram amp iv bolus

9
05-10-2020 06-10-2020
S: S:
Demam hari ke 6, nafsu makan Demam (-), nafsu makan baik, mual
baik,minum (+) mual dan muntah (-), dan muntah (-), batuk berdahak
batuk berdahak (+),nyeri tekan (+),nyeri tekan epigastrium (+) , BAB
epigastrium (+),BAB (-), BAK (+) (-), BAK (+)

O: O:
BB : 17 Kg BB : 17 Kg
RR : 23x/menit RR : 22x/menit
HR : 92x/menit HR : 94x/menit
T : 37,6 0C T : 36,80C
 

A:demam tipoid A:demam tipoid

P: IVFD RL XX TPM makro BLPL


Ceftriaxon 2X1 gram/24jam iv bolus Parasetamol 3x1 tablet
Ambroxol syr 3x1 C Ambroxol syr 3x1 C
Parasetamol 3x1 tablet
Ranitidin 2x1 gram amp iv bolus

10
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

2.1 Definisi Tifus Abdominalis


Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
2.2 Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora. Mempunyai sekurang kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen 0
( simatik) terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida, antigen H (flagela) dan
antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terdapat ketiga
antigen tersebut,
2.3 Patofisiologi
Infelksi terjadi pada saluran penvernaan, Basil di serap diusus halus
melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai organ
organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang bak
dalam hati dan limpa sehingga organ –organ tersebut akan membesar disertai
nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali kedalam darah
(bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid
usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada ukosa diatas plak
payeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
2.4 Gambaran Klinis
Gejala klinis demam tipoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui mkanan,sedangkan yang terlama
sampai 30 hari jika infeksi melalu minuman. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodormal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,nyeri
kepala,pusing, dan tidak bersemngat.kemudian menyusul gejala klinis yang biasa
ditemukan, yaitu :
1. Demam

11
Pada kasus kasus yang khas , demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tiak berapa tinggi. Selama minggu pertama , suhu
tubuh berangsu angsur meningkat setiap hari ,biasanya menurun pada
pagi hari dan emnigkat lagi pada sore dan malam hari . dalam minggu
kedua penderita terus berda dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga
suhu badan beranggsur angsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah
pecah(ragaden) . lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue) ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan kedaan perut kembung(meteorismus), hati dan limpa
membesar di sertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam
yaitu apatis sampai somnolen jarang terjadi sopor koma atau gelisah.
Disamping gejala gejala yang biasa ditemukan tersebut , mungkin pula
ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roeola. Yaitu bintik bintik kemerahan karena emboli basil dslm kapiler
kulit. Biasanya ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang
kadang ditemukan bradikardia pada anak besar da mungkin pula
epistaksis.

2.5 Diagnosis
Manifestasi demam enterik sangat luas dan tidak khas sehingga diagnosis pasti
ditegakkan atas ditemukannya bakteri pada kultur .dengan demikian pada
pengelolaan kecurigaan demam enterik harus dilakukan pemeriksaan biakan
sebelum pemberian antibiotik

2.6 Koplikasi
Dapat terjadi pada :
1. Usus halus sering terjadi perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan
jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan
banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut .
2. Perforasi usus timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritonium, yaitu

12
pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma
pada rontgn abdomen yang di buat dalam kedaan tegak.
3. Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus . ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri pada tekanan.

.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis
a. pemeriksaan widal
dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typhosa. Pemeriksaan
yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan
serum,makan kadar zat anti dapat ditemukan, yaitu pengenceran tertinggi yang
masih menimbulkan reaksi aglutinsi. Untuk membuat diagnosa yang diperlukan
ialah titer zat anti terhadap antigen O . titer yang berinilai 1/200 atau lebih dan
atau menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosa.
Titer tersebut mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita.
Titer terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis, karena dapat tetap
tinggi setelah mendapati imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh . tidak
selalu pemeriksaan widal positif walaupun penderita sungguh sungguh menderita
tifus abdominalis sebagaimana terbukti pada autopsi setelah penderita meninggal
dunia.
IgM anti S-typhi hr ke 6-8, pemeriksaan ini hanya berlaku untuk demam tifoid
,bila (-) tidak menyingkirkan kemungkinan demam paratifoid .
 Peningkatan titer uji widal 4x ( selama 2-3 minggu) : dinyatakn +
 Titer 1/160 : masih dilihat dahulu dalam 1 minggu kedepan apakah ada
kenaikan titer jika ada, maka dinyatakan +
 Jika 1x pemeriksaan langsung /320 atau 1/640 langsung dinyatakan +

13
2. Pemeriksaan darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif mungkin terdapat
anemia normokrom-normositer dan trombositopenia ringan. Pemriksaan
darah tepi ini sederhana akan tetapi berguna untuk membantu diagnosis
yang tepat.
3. Biakan salmonella : darah umumnya + pada minggu pertama dan awal
minggu ke 2 (20-80%), rose spot (60%) .

2.8 Penatalaksanaan

1. Isolosi penderita dan desinfeksi pakaian


2. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali , yaotu
isirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh
duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
3. Diet. Makanan harus mengandun cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat tidak merangang
dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas sehari perlu
diberikan.
4. Obat plihan ialah kloramfenikol dianjurkan pemeberian kloramfenikol
dengan dosis yang tiggi yaitu 100 mg/kgbb/hari , diberikan 4 kali sehari
peroral atau intramuskular atau intra vena diperlukan.

2.9 Prognosis
umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asal penderita cepat
berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6% . prognosis menjadi
kurang baik atau buruk bila terjadi gejala klinis yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua
2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor ,koma,delirium
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis ,
peritonitis, bronkopneumoia dan lain lain.
4. Keadaan gizi penderita buruk .

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhutta ZA . Enteric fever (typhoid fever ). Dalam; kilegman RM, stanton

BF, St. Geme 111 JW ,schor NF ,Behraman RE, penyunting.Nelson

textbook of pediatrics. Edisi ke-19 . philidelpia : elsevier saunders ;2011.

2. Bhutta ZA salmonella. Dalam : kliegman RM, stanton BF, st . game 111

JW ,schor NF , behrman RE nelson textbook pf pediatrics. Edisi ke19.

Philidelphia : elsevier saunders ; 2011

3. Buku kuliah ilmu kesehatan anak

4. Reller MR salmonella species. Dalam :long SS ,pickering LK , prober

CG , penyunting .pediatric infectionus disease. edisi ke-3. 2008

15

Anda mungkin juga menyukai