Anda di halaman 1dari 15

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

“Makalah Metode Suhu Basal dan Metode Lendir Serviks”

Disusun Oleh :

Fitrahtul Hayana (P00340219011)

Hariani Dini (P00340219012)

Heti Anggela (P00340219013)

Ike Deva Andela (P00340219014)

Indah Damai Yanti (P00340219015)

Indri Tiara Deka (P00340219017)

Intan Ruvakho Jano Ade (P00340219018)

Jenny Novrianti (P00340219019)

Julia Tamara (P00340219020)

Dosen Pembimbing: Eva Susanti, SST,M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMNKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN CURUP

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Perempuan
dan Perencanaan Keluarga dengan judul “Metode Suhu Basal dan Metode Lendir Serviks”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kesehatan Perempuan dan
Perencanaan Keluarga” dengan dosen pembimbing Bunda Eva Susanti, SST,M.Keb.

Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada
kami.

Kami juga menyadari bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang
akan datang.

Curup, 2 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Suhu Basal...........................................................................................................
B. Metode Lendir Serviks......................................................................................................
...........................................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk menjarangkan
kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring dengan perkembangan, masalah
kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari masalah kesehatan reproduksi. Keberadaan
metode dan alat-alat kontrasepsi terkini, memaksa para penyelenggara pelayanan
Keluarga Berencana untuk memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah
kontrasepsi telah memasuki tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu menyangkut masalah
kesetaraan gender dan hak asasi manusia.
Teknologi kontrasepsi berkembang sangat pesat dalam waktu tiga dasawarsa
terakhir ini. Standarisasi pelayanan kontrasepsi secara nasional dan oleh Badan
Internasional (misal: WHO) telah diterbitkan secara berkala. Sayangnya,perkembangan
tersebut tidak selalu diikuti dengan cermat oleh para petugas kesehatan dan keluarga
berencana di Indonesia. Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi
kontrasepsi selama ini, khususnya mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi
bagi wanita dalam jangka panjang. Banyak berbagai pertanyaan yang diajukan tentang
berbagai risiko negatif penggunaan kontrasepsi, tetapi sangat sedikit penyampaian
informasi tentang dampak positif kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi
wanita. Padahal, kontrasepsi tidak hanya memiliki dampak negatif, tetapi memiliki
dampak positif seperti mencagah jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali
dijumpai pada wanita di Indonesia.
Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi “contraceptive technology
update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar mereka mampu
mengikuti perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini. Dengan meningkatnya
pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia diharapkan dapat meningkat
kualitasnya, sehingga sasaran KB yang ditetapkan dalam Pembangunan Nasional dapat
dicapai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Suhu Basal


1. Pengertian Metode suhu basal
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil
pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal akan
meningkat setelah ovulasi terjadi. Pencatatan suhu basal dilakukan setiap
hari.
Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah menentukan
masa subur, yaitu 4 hari sebelum ovulasi karena sperm dapat hidup sampai 4
atau 5 hari. Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi
sampai hari sebelum menstrusasi berikutnya. Untuk mengetahui suhu tubuh
benar-benar naik maka harus dengan thermometer yang sama dan pada tempat
yang sama (dimulut, anus, vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum
melakukan aktivitas, serta melakukan pencatatan.
Kenaikan suhu basal merupakan salah satu tanda bahwa tubuh sedang
mengalami ovulasi (masa subur), sehingga dapat digunakan sebagai penentu
kapan melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi pembuahan.

2. Penentuan masa subur


Siklus mentruasi mempengaruhi oleh hormone seks perempuan yaitu estrogen
dan progesterone. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indicator klinis
seperti:
a. Perubahan suhu basal tubuh
b. Perubahan lendir serviks
c. Perubahan sekresi lendir serviks
d. Panjangnya siklus mentruasi
e. Indikator minor kesuburan seperti perut dan perubahan payudara.

Fase subur dan fase tidak subur dapat dinilai dengan ukuran dan dapat
digunakan untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Siklus
menstruasi dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum ovulasi dan fase setelah
ovulasi.

1) Fase sebelum ovulasi


a. Fase sebelum ovulasi dikontrol oleh FSH dan estrogen.
Kelenjar hipotalamus pada dasar otak akan mengeluarkan
FSH yang akan merangsang pematangan folikel di
ovarium. Pematangan folikel ini akan meningkatkan
produksi estrogen.
b. Pada saat kenaikan estrogen mendekati ovulasi, terjadi
perubahan-perubahan sebagai berikut:
i. Endometrium menebal
ii. Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka
iii. Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-
kelenjar pada serviks menjadi lendir yang
bersahabat dengan sperma.
iv. Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk
memberikan makanan pada sperma.
v. Peningkatan cairan samapai dengan 10 kali
peningkatan volume lendir.
vi. Lendir yang subur terdiri dari 96% air yang
transparan, berkilat, licin, elastis yang disebut efek
spinnbarkeit.
c. Ketika estrogen mencapai tingkat tertentu dalam darah,
kelenjar hipotalamus akan menghasilkan LH yang
meningkat cepat dan kemudian akan terjadi ovulasi
( pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum).
2) Fase setelah ovulasi
a. Fase setelah ovulasi dikontrol oleh progesterone.
b. Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang
kemudian folikel terebut akan berkembang menjadi korpus
luteum, yang memproduksi progesterone.
c. Dibawah pengaruh progesterone terjadi perubahan-
perubahan, sebagai berikut:
i. Endometrium melunak guna mempersiapkan diri
untuk menerima implantasi telur yang telah di buahi
ii. Serviks memendek, keras dan tertutup
iii. Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk
mencegah penetrasi sperma
iv. Stelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan
jaringan filament-filamen menjadi lebih padat
membentuk lendir yang tebal yang mencegah penetrasi
sperma. Sperma secara cepat akan dirusak oleh cairan
vagina yang bersifat asam.
v. Suhu akan meningkat sekitar 0, 20 0 C atau lebih.
vi. Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari,
kemudian akan kisut dan mati. Progesteron akan turun,
suhu tubuh turun dan endometrium akan mengalami
disintegrasi sehingga terjadilah mentruasi dan
lengkaplah satu siklus.

3. Cara Mengukur Perubahan Suhu Basal


Suhu tubuh normal bisanya 35.5-36 derajat celcius. Pada waktu ovulasi suhu
tubuh akan turun dan akan naik kembali mencapai 37-38 derajat celcius dan
tidak akan normal kembali ke suhu normal 36 derajat. Kenaikan suhu tubuh
terjadi apabila sudah terbentukanya progesterone yang bertugas menyiapkan
jaringan dalam rahim untuk menerimasel telur yang telah dibuahi.
Perlu diketahui bahwa disaat ovulasi, suhu basal badan meningkat 0,2- 0,5
derajat celcius karena dipengaruhi oleh hormone progesterone. Pengukuran
yang dilakukan teratur beberapa bulan berguna sebagai referensi untuk
mempelajari lebih jauh tentang ovulasi wanita, sehingga hubungan intim dapat
dilakukan pada saat tertentu.
Cara mengukur suhu basal:
1) Alat-alat yang perlu disiapkan : thermometer, alat tulis, grafik SBB

Contoh Grafik Suhu Basal Badan

2) Sebelum tidur malam, atur termometer menjadi suhu normal (36


derajat celcius), dengan cara dikibas-kibas.
3) Ketika bangun pagi sebelum melakukan aktifitas letakan
thermometer di mulut selama 5 menit.
4) Catatlah hasil pengukuran pada grafik.
5) Berikan tanda khusus pada keadaan tertentu misalnya pada saat
terjadi sdemam atau stress karena dapat mempengaruhi keadaan
suhu badan.
6) Lakukan secara rutin selama 3 bulan berturut-turut
7) Tandai juga saat melakukan hubungan seksual (intim)

Dengan syarat suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan
tidur dibawah lampu yang panas, jangan tidur menggunakan AC dalam
suhu yang sangat tinggi, dan tidur minimal 5-6 jam.

4. Keuntungan dan Kekurangan Metode Suhu Basal


1) Keuntungan :
a. Memiliki tingat keamanan yang tinggi jika diukur secara
rutin dan benar.
b. Murah (ekonomis)
c. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin
d. Tidak ada efek samping sistemik
2) Kekurangan :
a. Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit,
mengukur tidak pada waktu biasanya, tidur terlalu larut
malam, danti thermometer, ganti tempat pengukuran suhu.
b. Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu
menyusui, karena siklus yang sangat tidak teratur.
c. Kelemahan cara ini adalah bila seseorang lupa untuk
melakukannya.
d. Pengukuran yang tidak teliti
e. Perlu pencatatan tiap hari.
B. Metode Lendir Serviks
1. Pengertian Metode Lendir Serviks
Metode ovulasi dikembangkan pada tahun 1950-an oleh dua orang dokter
warga Negara Australia yaitu Drs. Evelin dan John Billings kemudian
diperkenalkan ke Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an.
Definisi metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap
perubahan lendir serviks wanita yang keluar melalui vagina. Metode ovulasi
didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks selama siklus
menstruasi yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas
maksimal dengan masa subur.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ovulasi
Dasar Perubahan siklis dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar
estrogen. Pola yang diidentifikasi menunjukkan bahwa individu wanita dapat
memperkirakan masa ovulasi dengan cukup akurat tanpa harus
memperhatikan perubahan suhu basal tubuh. Perubahan pola tersebut antara
lain :
a. Hari-hari kering : Setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu
mempunyai 1 sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan
daerah vagina terasa kering
b. Hari-hari subur : Ketika terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi,
ibu dianggap subur ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir
yang kental dan lengket. Lendir subur yang basah dan licin mungkin
sudah ada di serviks.
c. Hari Puncak : Adalah hari terakhir adanya lendir licin, mulur dan ada
perasaan basah. Kenali masa subur dengan memantau lendir yang
keluar dari vagina, pengamatan dilakukan sepanjang hari dan ambil
kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau
tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering- basah.
Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.

Untuk menggunakan metode lendir serviks (MOB) seorang wanita harus


belajar mengenali pola kesuburan dan pada dasar ketidak suburannya.
Untuk menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada
awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama
pada siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan dan ketidak suburan.

3. Efektifitas

Angka kegagalan metode kontrasepsi sederhana MOB ini adalah 0,4-39,7 100
wanita per tahun.

4. Keuntungan metode lendir serviks

a. Dalam kendali wanita.

b. Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.

c. Meningkatkan kesadaran terhadap peerubahan pada tubuh.

d. Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan


kehamilan.

e. Dapat digunakan mencegah kehamilan

5. Kerugian/kekurangan metode lendir serviks

a. Membutuhkan komitmen.

b. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.

c. Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode

d. Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur

e. Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, tersebut dapat


menghambat produksi lendir serviks
f. Melibatkan sentuhan pada tubuh, yang tidak disukai beberapa wanita.

g. Membutuhkan pantang berhubungan intim

6. Teknik penggunaan metode lendir serviks

1) Catatlah setiap kali pengamatan dilakukan dengan suatu rangkaian kode


misalnya stiker atau tinta berwarna ataupun tulisan tangan.

Contoh kode yang dipakai untuk mencatat kesuburan:

a. Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).

b. Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.

c. Gambar suatu tanda @ & atau biarkan kosong untuk


memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.

d. Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak


subur yang kental, putih, keruh dan lengket

2) Periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada
perasaan sangat basah pada waktu siang. Setipa malam sebelum tidur,
tentukan tingkat yang paling subur dan beri tanda pada catatan untuk kode
yang sesuai. Lendir mungkin akan berubah pada hari yang sama.

3) Abstinen/ pantang senggama paling sedikit satu siklus sehingga klien akan
mengenali hari-hari lendir, mengenali pola kesubiuran dan pola
ketidaksuburan dengan bimbingan terlatih.

4) Hindari senggama pada waktu haid.

5) Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu
malam( aturan selang seling).
6) Hindari senggama segera setelah ada lendir jenis apa juga atau perasaan
basah muncul (aturan awal).

7) Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin dan mulur dengan tanda X.
Ini adalah hari puncak (hari ovulasi).

8) Setelah hari puncak ,hindari senggama untuk tiga hari berikut siang dan
malam (aturan puncak). Mulai dari pagi hari ke empat setelah kering, ini
adalah hari hari aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu
dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Pengguna kontrasepsi
merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilisasi.
Metode keluarga berencana alamiah (KBA) adalah metode kontrasepsi
berdasarkan pada kesadaran untuk memulai atau mengakhiri masa kesuburan
dari siklus menstruasi perempuan. Maksudnya, cara alternatif yang dapat
digunakan oleh pasangan usia subur selain menggunakan alat atau obat.
Namun masih banyak yang belum mengetahui cara kontrasepsi dengan
metode alamiah ini. Kebanyakan pasangan usia subur lebih memilih
menggunakan alat kontrasepsi dari bidan atau dokter karena dirasa lebih aman
dan tingkat kegagalannya rendah.
B. Saran
Program KB merupakan program kontrasepsi yang bertujuan untuk mengatur
atau mengendalikan populasi penduduk di Indonesia. Metode KB alamiah
adalah salah satu cara kontrasepsi. Untuk merealisasikan cara KBA ini, kita
sebagai tenaga medis harus memberikan dan menyampaikan informasi yang
secara lengkap dan jelas kepada masyarakat tentang bagaimana cara
melakukan KBA, manfaat, kerugian dan lain-lain agar masyarakat tahu dan
merealisasikan nya dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rhina. 2012. Pengertian Kontrasepsi. http://bidanrhyna.blogspot.com/. Diakses pada


tanggal 23 maret 2014

Cara Menghitung Masa Subur Wanita Untuk KB Alami. http://www.masasuburwanita.com/.


Diakses pada tanggal 24 maret 2014

Farahwati, Zehan. 2009. Program Keluarga Berencana. Universitas Indonesia.

Lusa. 2010. Metode Simtothermal or Symtothermal Method. Yogyakarta.


http://www.lusa.web.id/. Diakses pada tanggal 24 maret 2014

Priyanta. 2008. Kontrasepsi Metode Sederhana. http://bowiey.blogspot.com. Diakses pada


tanggal 21 maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai