Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393

Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia


Yogyakarta, 26 Januari 2010

PENGARUH MALTODEKSTRIN DAN SUBSTITUSI TEPUNG


PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP KARAKTERISTIK
FLAKES
Agus Triyono
1
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI
K.S Tubun No. 5 Subang, Telp (0260) 411478, Fax (0260) 411239
E-mail : atriyono_b2pttg@yahoo.com,

Abstract
The aim of this research were to study effect of maltodextrin and substitution of banana flour
to characteristic of banana flakes. The research benefit were to obtain diversification of banana flour
as substitution material of flake product. The experiment were used Randomized Factorial Design
with 3x3, the first factor was varieties of maltodextrin concentration (R) with 3 levels (m 1=5 %, m2=
10 %, m3=15 %) and the second factor was varieties of banana flour proportin (T). with 3 levels (t 1=
70 %, t2= 80 %, t3=90 %). The result of this research showed these maltodextrin concentration
effected of starch and fibre content and affected colour and chrispy, and these banana flour
proportion effected of starch content, fibre content. There were interaction effected between
maltodextrin and banana flour proportion factors of starch content. The best banana flake was get
from m3 t3 treatment with with maltodextrin 15 % and banana flour proportion 90 %, which the
characteristic has moistur content 1,69 %, starch content 61,63%, fibre content 2,28 %. The result of
organoleptic test of this product were the preference of colour 2.15, taste 2.13, flavour 2.10, and
crispy 2,22.

Key word : maltodextrin, flake, substitution, diversification

PENDAHULUAN Landasan Teori


Penganekaragaman pangan dapat Serpihan (flakes) pada umumnya
mengurangi ketergantungan konsumsi beras dibuat dari bahan tepung biji-bijian atau
sebagai bahan makanan utama,. selain itu akan sereal diolah menjadi bentuk serpihan, setrip
mendorong masyarakat kearah pola konsumsi (shredded), ekstrukdat (extruded), dan siap
lebih baik. Beberapa jenis buah diantaranya santap (saji) untuk sarapan pagi (cereal
buah pisang (mentah tua) , selain mengandung breakfast). Menurut Roseliana (2008), produk
sumber utama karbohidrat pati, buah pisang sereal sarapan didasarkan pada formulasi dari
juga mengandung zat atau nutrisi laian seperti bahan karbohidrat pati tinggi. Menurut
vitamin dan mineral. Buah-buahan umumnya Muchtadi (1992), pensubstitusian bahan
mengandung serat yang sangat berguna karbohidrat pati membantu kesempurnaan
membantu bagi pencernaan makanan dalam proses gelatinisasi, sehingga menyebabkan
tubuh manusia (Sjaifullah, 1996). Pisang kaya pengembangan (puffed) dan memudahkan
akan mineral seperti kalium, magnesium, dalam pembuatan lembaran atau serpihan dari
fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga adonan. Pemanfaatan tepung pisang dan
mengandung vitamin, seperti vitamin C, B maltodekstrin merupakan alternatif untuk
kompleks, B6 (Anonim, 2009). mengurangi tingkat ketergantungan dan
Pemanfaatan buah pisang .(Musa penggunaan tepung dari terigu dan beras
paradisiaca), selama ini belum optimal masih (seralia).. Maltodekstrin disamping sebagai
terbatas sebagai buah konsumsi segar dan bahan substitusi, bahan pengisi mempunyai
olahan tradisional. sifat-sifat antara lain, mudah mengalami
Pisang mentah tua, berpotensial sebagai dispersi cepat dalam air, memiliki daya larut
sumber karbohidrat pati, dan berpeluang untuk yang tinggi, membentuk sifat higroskopis
dikembangkan terutama sebagai bahan yang rendah, mampu membentuk body, sifat
pembuatan tepung dan produk olahannya. browning yang rendah, memiliki daya ikat
Salah satu alternatif bentuk pengolahan kuat (Luthana, 2008). Kerenyahan pada
pangan yang dapat meningkatkan penerimaan produk makanan hasil ekstruksi seperti flakes
dan keawetan pisang dan praktis penyajian, sering dilakukan penambahan pati dalam
yaitu dengan diolah menjadi flakes pisang. bentuk tepung, baik itu pati yang belum

B06 - 1
mengalami modifikasi ataupun pati yang telah sebagai berikut : Yijk = µ + Kk + Mi + Tj
termodifikasi (Gaman, 1981). + (MT)ij + εijk,
Tujuan dari penelitian ini adalah Perlakuan meliputi faktor
untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi maltodekstrin (M) terdiri 3 taraf
maltodekstrin terhadap karakteristik flake (m1 = 5%, m2 = 10% , m3 = 15%) dan proporsi
pisang dan meningkatkan pemanfaatan tepung substitusi tepung pisang (T) terdiri dari 3 taraf
pisang sebagai diversifikasi produk olahan ( t1 = 70 %, t2 = 80 % , t3 = 90 %,). Parameter
pangan dari pisang, praktis dalam penyajian pengamatan fisiko-kimia meliputi; kadar air,
(siap santap) dengan daya tahan simpan yang kadar pati, dan kadar serat. Sedangkan
lebih lama. parameter organoleptik meliputi kesukaan
warna, rasa, aroma,dan kerenyahan flake
BAHAN DAN METODA PENELITIAN pisang
2.1. Bahan dan Peralatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tepung pisang nangka, 1. Percobaan Pendahuluan
maltodekstrin tepung terigu, tepung beras, Penelitian pendahuluan dilakukan
telur, gula, air, dan bahan analisa kimia adalah bertujuan untuk memilih tepung pisang yang
toluen, aquadest, H2SO4, NaOH, HCl, asam terbaik yang akan digunakan pada pembuatan
asetat, larutan Luff Schoorl, penolptalin, KI flakes, pemilihan tepung pisang nsangka, yaitu
padat, Na2S2O3, dan amilum. Peralatan yang membandingkan tepung pisang dari pisang tua
digunakan adalah, oven, mixer, pisau, cabinet (mature) dengan pisang matang (ripe).
dryer, blender, ayakan 60 mesh, , timbangan
triple beam, roller dan peralatan analisa 1.1. Hasil Analisa Karakteristik Tepung
kimia. Pisang
Pada dasarnya semua jenis pisang
2.2. Metode Penelitian bisa diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat
Metode penelitian yang digunakan ketuaannya cukup sehingga kandungan pati
terdiri dari penelitian pendahuluan yang maksimal Hasil karakterisasi daging buah
dilakukan adalah menentukan karakteristik pisang, untuk mengetahui sifat atau
tepung pisang yang terbaik berdasarkan karakaterisasi. Pisang nangka termasuk
tingkat kematangan, yaitu pisang tua (mature) kelompok plantain banana. Meskipun sudah
dan pisang matang (ripe). Kemudian matang, kandungan karbohidarat pati masih
dilanjutkan penelitian utama yaitu percobaan tinggi, dibandingkan dengan kelompok dessert
pembuatan flake dengan formulasi sumber banana.(pisang ambon). Bahan buah pisang
karbohidrat pati utama dari tepung pisang. tua sejak awal sebelum dilakukan proses
Dengan metoda rancangan percobaan adalah pengolahan, kadar air, kadar karbohidrat pati,
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, serta kandungan mineral (abu) dan vitamin C
dengan 3 kali pengulangan. Model percobaan
cukup tinggi.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tabel 1 Hasil analisa fisiko-kimia buah dan tepung pisang Nangka

No Parameter Satuan Nilai


Buah Pisang Tepung Pisang*

1 Kadar air % 63,85 8,30


2 Kadar abu % 1,05 2,35
3 Karbohidrat pati % 21.02 73,57
4 Vitamin C mg/100 g 125,18 187,8

* Tepung pisang lolos ayakan 60 mesh


Sumber : Lab. Kimia Pangan Dan Pakan B2PTTG-LIPI

2. Percobaan Utama produk flakes pisang. Penelitian utama ini


Penelitian utama dilakukan bertujuan merupakan kelanjutan dari penelitian
untuk mengetahui pengaruh jumlah pendahuluan, dimana dari hasil penelitian
maltodekstrin dan pengaruh proporsi pendahuluan jenis tepung pisang yang terpilih
substitusi tepung pisang terhadap karakteristik yaitu tepung pisang dari pisang tua (mature).

B06 - 2
2.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap terhadap kadar pati, tidak berpengaruh
Karakteristik Dan Organoleptik Flake terhadap kadar air, kadar serat, tidak
Pisang berpengaruh terhadap hasil organoleptik flake
Hasil penelitian menunjukan, bahwa pisang.
faktor jumlah maltodekstrin (M) berpengaruh
terhadap kadar pati, kadar serat, hasil 2.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar
organoleptik warna, kerenyahan, tidak Air Flake Pisang
berpengaruh terhadap kadar air, faktor Hasil penelitian, menunjukkan bahwa
substitusi tepung pisang (T) berpengaruh faktor jumlah maltodekstrin (M), faktor
terhadap kadar pati, kadar serat, tidak substitusi tepung pisang (T), tidak
berpengaruh terhadap kadar air, maupun berpengaruh nyata terhadap kadar air.
terhadap hasil organoleptik. Interaksi antara Interaksi antara faktor jumlah maltodekstrin
faktor jumlah maltodekstrin dan substitusi dan substitusi tepung pisang (MT) tidak
tepung pisang (MT) berpengaruh sangat nyata berpengaruh terhadap kadar air flake pisang.

Tabel 2. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh perlakuan (M), pengaruh
perlakuan (T) terhadap kadar air (%) flake pisang

Maltodekstrin Kadar air (%) Substitusi tepung Kadar air (%)


(M) pisang
(T)
m1 1,35 a t1 1,80 a
m2 1,74 a t2 1,63 a
m3 1,80 a t3 1,46 a
Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf
kesalahan 5 %.

Semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang ditambahkan maka kadar air produk akan
semakin meningkat. Peningkatan kadar air flakes pisang ini disebabkan karena gugus hidroksil dari
monomer-monomer maltodekstrin akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
(Hartati, 2005). Hasil karakteristik flakes yang ada dipasaran mengandung kadar air sebesar 1-9%
.(Roseliana, 2008). Kadar air pada flakes pisang dalam penelitian ini sesuai standar yang ditetapka,
yaituberkisarantara 1,01 %-2,53 %. Peranan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi aktivitas metabolism seperti aktivitas enzim, aktivitas mikroba, aktivitas kimiawi yaitu
terjadinya ketengikan dan reaksi-reaksi non enzimatik sehingga menimbulkan perubahan sifat-sifat
organoleptik, penampakan, tekstur dan citarasa (Phitasari, 2007).

2.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Pati Flake Pisang


Hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor jumlah maltodekstrin (M), faktor substitusi
tepung pisang (T), dan Interaksi antara faktor konsentrasi maltodekstrin dan substitusi tepung pisang
(MT) berpengaruh nyata terhadap kadar pati flake pisang.

Tabel 3. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh interaksi antara perlakuan maltodekstrin dan
substitusi tepung pisang (MT) terhadap kadar pati (%) flake pisang

Jumlah Substitusi tepung pisang (T)


maltodekstrin
(M) t1 t2 t3

m1 44,97 C 61,21 C 70,09 C 58,76


a b c
m2 43,06 B 56,76 B 67,49 B 55,77
a b c
m3 37,84 A 46,64 A 61,63 A 48,70
a b c
41,96 54,87 66,40

Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf
kesalahan 5 %.. Huruf besar dibaca vertikal dan huruf kecil dibaca horisontal

B06 - 3
Selain sebagai bahan pengisi, pati sebagai terhidrolisis dan bila diaduk akan terjadi
bahan pengikat yang bertugas sebagai kecenderungan memanjang serta membentuk
pengikat air dan berat molekul yang relatif serabut. Bila pengadukan dilakukan berulang-
rendah sehingga dapat mempertahankan ulang maka serabut mengembang dan
produk tetap stabil (Hartati, 2007).Bahan mengendur sehingga menjadi susunan yang
pengisi dari sumber pati, berbagai macam pati sejajar dan menghasilkan matrik yang kenyal
tidak sama sifatnya tergantung dari panjang dan kuat (Phitasari, 2005).
rantai C-nya serta apakah rantai lurus atau
rantai bercabang. Pati terdiri dari dua fraksi 2.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar
yang dapat dipisahkan dengan air panas. Serat Flake Pisang
Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak Hasil penelitian, menunjukkan
larut disebut amilopektin. Semakin kecil bahwa faktor jumlah maltodekstrin (M)
kandungan amilosa atau semakin tinggi berpengaruh terhadap kadar serat, dan faktor
kandungan amilopektinnya maka semakin substitusi tepung pisang (T) berpengaruh
lekat produk pada olahannya (Winarno, 1997). terhadap kadar serat flake pisang
Tepung pisang apabila bercampur dengan air
maka partikel-partikel yang ada akan

Tabel 4. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh perlakuan (M), pengaruh perlakuan (T) terhadap
kadar serat (%) flake pisang

Maltodekstrin Kadar serat (%) Substitusi tepung Kadar serat (%)


(M) pisang
(T)
m1 2,74 b t1 1,83 a
m2 2,36 a t2 2,99 c
m3 2,33 a t3 2,61 b
Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf
kesalahan 5 %.

Kadar serat dalam hal ini adalah serat kasar maltodekstrin (M) berpengaruh hasil
atau serat total adalah sisa komponen kimia organoleptik warna, kerenyahan, faktor
dalam bahan setelah direaksikan dengan asam substitusi tepung pisang (T) tidak berpengaruh
dan basa. Serat kasar terdiri dari selulosa dan terhadap hasil organoleptik. Interaksi antara
lignin dalam makanan. Selulosa jenis faktor jumlah maltodekstrin dan substitusi
karbohidrat yang strukturnya merupakan tepung pisang (MT) tidak berpengaruh
polimer homolog beta glukosa yang biasanya terhadap hasil organoleptik flake pisang.
disertai polisakarida yang lain dan lignin, yang
memiliki rantai yang sangat panjang (deMan 2.4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap
1997) Kesukaan Warna Flake Pisang
Hasil penelitian, berdasarkan uji
2.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Hasil hedonik menunjukkan bahwa faktor jumlah
Organoleptik Flake Pisang maltodekstrin (M) berpengaruh terhadap
Hasil penelitian menunjukan, warna, faktor substitusi tepung pisang (T)
berdasarkan uji hedonik bahwa faktor jumlah tidak berpengaruh terhadap warna flake pisang

Tabel 4. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh perlakuan (M), pengaruh perlakuan (T) terhadap
warna flake pisang

Maltodekstrin Kesukaan Substitusi tepung Kesukaan


(M) warna pisang warna
(T)
m1 2,00 a t1 2,06 a
m2 2,11 b t2 2,08 a
m3 2,10 b t3 2,05 a
Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, menurut
uji Duncan pada taraf kesalahan 5 %.

B06 - 4
Menurut (deMan, 1997), warna merupakan salah satu tolak ukur ada atau tidak
penting bagi banyak makanan, bersama terjadinya penyimpangan pada produk pangan.
baurasa dan tekstur warna memegang peranan
penting dalam hal penerimaan suatu makanan. 2.4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap
Warna merupakan nama umum untuk semua Kesukaan Rasa Flake Pisang
pengideraan yang berasal dari aktivitas retina Hasil penelitian, berdasarkan uji
mata. Jika cahaya mencapai retina mekanisme hedonik menunjukkan bahwa faktor jumlah
saraf mata menanggapi, salah satunya maltodekstrin (M), faktor substitusi tepung
memberi sinyal warna. Menurut Soekarto pisang (T), dan interaksi antara faktor jumlah
(1990), warna merupakan salah satu maltodekstrin dan substitusi tepung pisang
komponen yang dapat menentukan mutu dari (MT) tidak berpengaruh terhadap rasa flake
suatu bahan ataupun produk pangan. Warna pisang
dapat memberikan petunjuk mengenai
perubahan kimia dalam makanan seperti
pencoklatan dan pengkaramelan. Warna
Tabel 5. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh perlakuan (M), pengaruh perlakuan (T) terhadap
rasa flake pisang

Maltodekstrin Kesukaan Substitusi tepung Kesukaan


(M) rasa pisang rasa
(T)
m1 2,09 a t1 2,13 a
m2 2,10 a t2 2,10 a
m3 2,15 a t3 2,10 a
Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, menurut
uji Duncan pada taraf kesalahan 5 %.

Menurut deMan (1997), rasa umum dalam percobaan pembuatan ditambahkan


disepakati bahwa hanya ada empat rasa dasar gula.
yaitu manis, pahit, masam dan asin. Kepekaan
terhadap rasa terdapat pada kuncup rasa pada 2.4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap
lidah. Hubungan antara struktur kimia suatu Kesukaan Aroma Flake Pisang
senyawa lebih mudah ditentukan dengan Hasil penelitian, berdasarkan uji
rasanya. Pada produk flakes pisang ini rasa hedonik menunjukkan bahwa faktor jumlah
yang dapat dirasakan konsumen yaitu rasa maltodekstrin (M), faktor substitusi tepung
manis. Adanya kandungan gula dalam suatu pisang (T), dan interaksi antara faktor jumlah
bahan menentukan terhadap rasa manis. Rasa maltodekstrin dan substitusi tepung pisang
manis dirasakan pada flake pisang ini, karena (MT) tidak berpengaruh terhadap terhadap
aroma flake pisang

Tabel 6. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh perlakuan (M), pengaruh perlakuan (T) terhadap
aroma flake pisang

Maltodekstrin Kesukaan Substitusi tepung Kesukaan


(M) aroma pisang aroma
(T)
m1 2,05 a t1 2,09 a
m2 2,08 a t2 2,06 a
m3 2,10 a t3 2,08 a
Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, menurut
uji Duncan pada taraf kesalahan 5 %.

Pengujian terhadap aroma di idustri pangan indikator terjadinya kerusakan produk


merupakan hal yang dianggap penting karena (Kartika, 1988).
dengan cepat dapat memberikan hasil Menurut (deMan, 1997), Aroma atau
penilaian terhadap produk tentang diterima diistilahkan dengan bau rasa yaitu perasaan
atau tidaknya produk tersebut oleh konsumen. yang dihasilkan oleh barang yang dimasukkan
Selain itu juga aroma dipakai sebagai ke mulut, dirasakan terutama oleh indera rasa

B06 - 5
dan bau, dalam mulut. Kesan baurasa maltodekstrin (M), berepengaruh terhadap
makanan dipengaruhi oleh seyawa yang kerenyahan, faktor substitusi tepung pisang
mempengaruhi baik rasa maupun bau. (T), dan interaksi antara jumlah maltodekstrin
dan substitusi tepung pisang (MT) tidak
2.4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap berpengaruh terhadap terhadap kerenyahan
Kerenyahan Flake Pisang flake pisang
Hasil penelitian, berdasarkan uji
hedonik menunjukkan bahwa faktor jumlah

Tabel 5. Nilai rata-rata analisa dari hasil pengaruh perlakuan (M), pengaruh perlakuan (T) terhadap
kerenyahan flake pisang

Maltodekstrin Kesukaan Substitusi tepung Kesukaan


(M) aroma pisang aroma
(T)
m1 2,15 a t1 2,16 a
m2 2,19 ab t2 2,21 a
m3 2,23 b t3 2,20 a
Keterngan : Nilai rata-rata ditandai setiap huruf berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, menurut
uji Duncan pada taraf kesalahan 5 %.

Menurut (Suganda, 2006), kandungan pati pada pisang terdiri dari amilosa yang mempunyai
struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosidik dan amilopektin yang mempunyai struktur
bercabang dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosidik, semakin tinggi kadungan amilosa pada tepung pisang
maka akan meningkatkan tingkat kerenyahan pada produk.

KESIMPULAN 3. Hasil flake pisang yang terbaik adalah


perlakuan kombinasi m3t3, (hasil scoring)
1. Kesimpulan
yaitu perlakuan jumlah maltodekstrin m3
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa = 15 %, dengan proporsi subtitusi tepung
ada pengaruh interaksi antara faktor jumlah pisang dgn tepung terigu t 3 = 90 % (9:1)
maltodekstrin dan proporsi subtitusi tepung dengan sifat karakteristik berkadar air 1,69
pisang (MT) terhadap kadar pati. Faktor %, kadar pati 61,63, kadar serat 2,28 %.dan
perlakuan maltodekstrin (M) berpengaruh hasil organoleptik terhadap kesukaan
terhadap kadar pati, kadar serat, berpengaruh warna (2,15), rasa (2,13), aroma (2,10),
terhadap warna, dan kerenyahan flake pisang. kerenyahan (2,22).
Sedangkan faktor substitusi tepung pisang (T)
berpengaruh terhadap kadar pati, kadar serat Ucapan Terima Kasih
flake pisang Kepada Ir. Takiyah Salim, M.EngSc
1. Faktor jumlah pati maltodekstrin (M), pada koordinator program tematikI, B2PTTG-LIPI,
taraf m1 = 5 % berpengaruh baik terhadap Subang sdr Yulia Hendrawati Unpas, dan Sdr
kadar pati tinggi (58,76 %), kadar serat Cucu Hidansah, Neneng Kumalasri, Siti
tinggi (2,74 %), dan kadar air yang rendah Kudaifany sebagai pembantu penelti,
(1,35 %),. Pada taraf m2 = 10 %,
berpengaruh terhadap nilai warna tinggi DAFTAR PUSTAKA
(2,11), dan taraf m3 = 15 % berpengaruh
----------, 2007, Konsumsi Sereal Sehat,
terhadap pada nilai aroma tinggi (2,10),
<http://www.agus.blogspots.com>,
nilai rasa tinggi (2,15) kerenyahan tinggi
accessed, 09/05/05.
(2.23) flake pisang
Andriani, R., 1998, Mempelajari Pengaruh
2. Faktor proporsi subtitusi tepung pisang (T),
Perbedaan Temperatur dan
pada taraf t1 = 70 % berpengaruh terhadap
Lama Pemanggangan Terhadap
nilai rasa tinggi (2,13), nilai aroma tinggi
Karakteristik Corn Flakes, Tugas
(2,09). Pada taraf t 2 = 80 % berpengaruh
Akhir, Jurusan Teknologi Pangan
terhadap kadar serat tinggi (2,99 %)
Fakultas Teknik, UNPAS,
berpengaruh terhadap nilai warna tinggi
Bandung.
(2,08) dan nilai kerenyahan tinggi (2,21).
----------, 2009, Pisang,
Pada taraf t3 = 90 % berpengaruh terhadap
kadar air rendah (1,46 %), kadar pati tinggi <http://id.wikipedia.org>, accessed,
(66,40 %)

B06 - 6
09/04/14. Terhadap Karakteristik Nugget
Kelapa, Tugas Akhir, Jurusan
Buckle, K.A, Edward, R.A, Fleet, G.H, and
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik,
Wotton, M., 1987, Ilmu Pangan,
UNPAS, Bandung.
Penterjemah Hari Purnomo Adiono,
Cetakan Pertama, Universitas ----------.,2000, Tepung Beras,
Indonesia, Jakarta. <http://www.asiamaya.com/tepung
deMan, John M., 1997, Kimia Makanan, beras.htm>, accessed 09/05/05.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Roseliana, S. A., 2008, Optimasi Formulasi
Gaman, P.M. dan K.B. Sherington, 1981,
Bahan Baku Flakes Kedelai
Ilmu Pangan Pengantar Ilmu
dengan Menggunakan Aplikasi
Pangan, Nutrisi dan
Program Linier, Tugas Akhir,
Mikrobiologi, Edisi Kedua, Gadjah
Jurusan Teknologi Pangan Fakultas
Mada University Press,Yogyakarta.
Teknik, UNPAS, Bandung.
Gaspersz, V., 1995, Teknik Analisis dalam
Sjaifullah, 1996, Petunjuk Memilih Buah
Penelitian Percobaan, Edisi
Segar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pertama, Tarsito, Bandung.
Soekarto, S.T., 1990, Dasar-Dasar
Hartati, K., 2005, Pengaruh Konsentrasi Pengawasan dan Standarisasi
Maltodekstrin dan Natrium Mutu Pangan, Penerbit PAU
Bikarbonat Terhadap Beberapa Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Karakteristik Tablet Effervescent
Suganda, F. W., 2006, Pengaruh
Kunyit, Tugas Akhir, Jurusan
Konsentrasi dan Lama
Teknologi Pangan, Fakultas
Perendaman dalam Larutan
Teknik, UNPAS, Bandung.
Natrium Bikarbonat Terhadap
Kartika, B. Hastuti, Supartono, W., 1988, Karakteristik Keripik Pisang,
Pedoman Uji Inderawi Bahan Tugas Akhir, Jurusan Teknologi
Pangan, Universitas Gajah Mada, Pangan Fakultas Teknik, UNPAS,
Yogyakarta. Bandung.
Luthana, Y. K., 2008, Maltodekstrin, Syamsir, E., 2008, Produk Sereal Sarapan,
<http://yongkikastaluthana.wodpres <http://id.shvoong.com/product/>,
.com>, accessed, 09/04/14. accessed, 09/07/14.
Muchtadi, T, 1992, Ilmu Pengetahuan
Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan
Bahan Pangan, Penerbit : Institut
Gizi, Cet. ke-6, PT. Gramedia
Pertanian Bogor, Bogor.
Pustaka Umum, Jakarta.
Pithasari, W. A., 2005, Pengaruh
Konsentrasi Bahan Pengisi dan
Konsentrasi Kuning Telur

B06 - 7

Anda mungkin juga menyukai