BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahun 2004, pemerintah telah menegaskan akan pentingnya penerapan prinsip-prinsip clean
government dan good governance yang secara universal diyakini menjadi prinsip yang diperlukan
untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, program
utama yang dilakukan pemerintah adalah membangun aparatur negara melalui penerapan reformasi
birokrasi. Dan pada tahun 2011, seluruh kementerian dan lembaga (K/L) serta pemerintah daerah
(Pemda) ditargetkan telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi.
Pada tahun 2014 secara bertahap dan berkelanjutan, K/L dan Pemda telah memiliki kekuatan
untuk memulai proses tersebut, sehingga pada tahun 2025, birokrasi pemerintahan yang profesional
dan berintegritas tinggi dapat diwujudkan. Maka pada tahun 2025, Indonesia diharapkan berada pada
fase yang benar-benar bergerak menuju negara maju.
Reformasi Birokrasi merupakan sebuah proses perubahan yang dilaksanakan secara bertahap,
sistematis, dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih,
meningkatkan pelayanan publik, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dan profesionalisme SDM
Aparatur. Proses ini dapat dipandang sebagai perubahan dari kondisi saat ini menuju kondisi yang
diinginkan dalam lingkup Reformasi Birokrasi. Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Hukum dan
HAM berfungsi sebagai pedoman bagi implementasi Reformasi Birokrasi di Kementerian Hukum dan
HAM.
Proses tindak lanjut implementasi Reformasi Birokrasi selanjutnya, Kementerian Hukum dan
HAM berupaya keras guna mewujudkan pelayanan prima melalui perbaikan kinerja dan pelayanan
kepada publik dalam bidang Hukum dan HAM. Kementerian Hukum dan HAM sebagai pelayan
masyarakat harus mampu melakukan perubahan yang signifikan pada elemen-elemen birokrasi antara
lain kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur,
pengawasan, dan pelayanan publik.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Hukum dan HAM harus melalui
tantangan, dimana kondisi birokrasi Indonesia di era reformasi saat ini bisa dikatakan belum
menunjukan arah perkembangan yang baik, karena masih banyak ditemukan pelayanan yang belum
maksimal, masih adanya pungutan liar dan praktik KKN, disiplin dan mentalitas birokrat yang masih
jauh dari harapan, kinerja pegawai belum terukur, tingkat kepuasan pelayanan publik masih rendah,
serta orientasi program dan kegiatan tidak berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu, banyak hal yang harus dioptimalkan dalam melaksanakan prioritas-prioritas
yang diemban Kementerian Hukum dan HAM melalui Implementasi Reformasi Birokrasi yaitu melalui
pemahamam baik berupa sosialisasi dan pemberian modul reformasi birokrasi kepada seluruh jajaran
di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Sehingga diharapkan pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Kementerian Hukum dan HAM dapat merubah mind-set dan culture-set serta pengembangan budaya
kerja sebagai upaya dalam rangka mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi, secara
berkelanjutan dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa (good
governance), pemerintah yang bersih (clean government), dan bebas KKN.
Selain itu, reformasi birokrasi juga bermakna sebagai sebuah pertaruhan besar
bagi bangsa Indonesia dalam menyongsong tantangan abad ke-21. Jika berhasil
dilaksanakan dengan baik, reformasi birokrasi akan mencapai tujuan yang
diharapkan, diantaranya :
mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan
publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan;
menjadikan negara yang memiliki most-improved bureaucracy;
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat;
meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program instansi;
meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas
organisasi;
menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif, proaktif, dan efektif dalam
menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
D. HARAPAN
Lima tahun pertama (Tahun 2010 –2014) diharapkan sudah berhasil mencapai penguatan dalam
beberapa hal berikut:
1. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;
2. Kualitas pelayanan publik;
E. SASARAN UMUM
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan
pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-2009), periode RPJMN II (2010-2014), periode
RPJMN III (2015-2019), dan periode RPJMN IV (2020-2024). Sasaran lima tahunan dalam Grand Design
Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan pembangunan sebagaimana tercantum
dalam RPJPN 2005-2025.
1. Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)
Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada penguatan birokrasi
pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
F. SASARANREFORMASI BIROKRASI
Pembangunan di sub bidang aparatur Negara diarahkan pada tiga sasaran pembangunan (sasaran
reformasi birokrasi disesuaikan dengan sasaran pembangunan sub sector aparatur Negara
sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019)
yang juga akan digunakan sebagai sasaran reformasi birokrasi yaitu :
1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel
Arah kebijakan dari sasaran ini meliputi :
a. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif;
b. Penerapan pengawasan yang independen, professional dan sinergis;
c. Peningkatan kualitas pelaksanaan dan integrasi antara sistem akuntabilitas keuangan dan
kinerja;
d. Peningkatan fairness, transparansi dan profesionalisme dalam pengadaan barang dan jasa.
2. Birokrasi yang efektif dan efisien
Arah kebijakan dari sasaran ini meliputi :
a. Penguatan agenda reformasi birokrasi nasional dan peningkatan kualitas implementasinya;
b. Penataan kelembagaan yang tepat ukuran, tepat fungsi dan sinergis;
c. Penataan bisnis proses yang sederhana, transparan, partisipatif dan berbasis e-government;
d. Penerapan manajemen ASN yang transparan, kompetitif dan berbasis merit untuk
mewujudkan ASN yang professional dan bermartabat;
Ketiga sasaran strategis tersebut memiliki rumusan yang berbeda dengan sasaran reformasi birokrasi
pada periode tahun 2010 – 2014. Namun demikian keselarasan ketiga sasaran dimaksud dengan
sasaran reformasi birokrasi pada tahap sebelumnya secara substansi tidak memiliki perbedaan.
Sasaran pertama dan kedua reformasi birokrasi pada tahun 2010 – 2014 yaitu :
1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; dan
2. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Dirumuskan ulang menjadi :
1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel;
2. Birokrasi yang efektif dan efisien.
Kedua rumusan sasaran tersebut pada intinya memiliki kesamaan substansi. Sementara sasaran ketiga
reformasi birokrasi pada tahun 2010-2-14 meskipun memiliki rumusan yang berbeda tetapi tetap
memiliki kesamaan substansi.
Meskipun dipilih dalam klasifikasi yang berbeda tetapi ketiga sasaran diatas merupakan kesatuan yang
utuh terkait satu sama lain.
Efektif
Reformasi birokrasi harus dilaksanakan secara efektif sesuai dengan target pencapaian sasaran
reformasi birokrasi.
Realistik
Outputs dan outcomes dari pelaksanaan kegiatan dan program ditentukan secara realistik dan
dapat dicapai secara optimal.
Konsisten
Reformasi birokrasi harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, dan mencakup
seluruh tingkatan pemerintahan, termasuk individu pegawai.
Sinergi
Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara sinergi. Satu tahapan kegiatan harus
memberikan dampak positif bagi tahapan kegiatan lainnya, satu program harus memberikan
dampak positif bagi program lainnya. Kegiatan yang dilakukan satu instansi pemerintah harus
memperhatikan keterkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya, dan
harus menghindari adanya tumpang tindih antar kegiatan di setiap instansi.
Inovatif
Reformasi birokrasi memberikan ruang gerak yang luas bagi K/L dan Pemda untuk melakukan
inovasi-inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertukaran pengetahuan, dan best practices
untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Kepatuhan
Reformasi birokrasi harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dimonitor
Pelaksanaan reformasi birokrasi harus dimonitor secara melembaga untuk memastikan semua
tahapan dilalui dengan baik, target dicapai sesuai dengan rencana, dan penyimpangan segera dapat
diketahui dan dapat dilakukan perbaikan.
BAB II
HAMBATAN, TANTANGAN, DAN OPTIK PERMASALAHAN
PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
A. HAMBATAN
Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya memberikan
perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Pada tahun 2014 diharapkan sudah
berhasil mencapai penguatan dalam hal penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme; kualitas pelayanan publik; kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi; profesionalisme SDM Aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur
yang berbasis kompetensi, transparan, dan mampu mendorong mobilitas aparatur antar daerah,
antar pusat, dan antara pusat dengan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan
kesejahteraan yang sepadan.
Namun kenyataan dilapangan, proses Reformasi Birokrasi masih banyak mengalami kendala
dan hambatan yang dihadapi. Semua itu dikarenakan masih takutnya pemerintah dalam mengambil
dan menanggung resiko yang nantinya merupakan dampak atau konsekuensi atas reformasi birokrasi
itu sendiri. Reformasi birokrasi sesungguhnya memang sesuatu yang cukup sensitif dan beresiko
karena menyangkut masalah kebiasaan, aparatur dan sistem kerja dalam pelayanan.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat bebarapa hambatan yang masih dihadapi dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi saat ini yaitu :
Sulitnya menerapkan dimensi cultural dalam reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi tidak dapat terlaksana secara optimal karena belum menyentuh hal yang
paling mendasar yaitu “kultur”. Selama ini reformasi birokrasi hanya menyangkut hal – hal yang
menyangkut kelembagaan, tata laksana, serta sumber daya manusia yang masih terbatas pada
tataran pendidikan dan pelatihan.Sebuah kultur atau budaya birokrasi dapat dipandang sebagai
produk pengalaman antara nalar dan emosi. Kultur birokrasi hanya dapat tumbuh karena orang
mengalami realitas pemerintah birokratis. Pengalaman inilah yang melahirkan seperangkat
komitmen emosional yang tanpa disadari membentuk gagasan- gagasan serta sikap model
mentalitas birokrat sejati.Penerapan dimensi cultural tetap merupakan hal yang sulit karena
mengandung tiga elemen utama yaitu mengubah kebiasaan, menyentuh perasaan dan
mengubah pola pikir. Kebiasaan menjadi suatu hal yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi
karena hampir sebagian besar organisasi pemerintah memiliki karakter fundamental yang sama
yang membentuk kultur mereka. Selain itu, perlu disadari pula bahwa sangat sulit untuk
mencoba meyakinkan pegawai untuk melepas komimen lamanya dan mengembangkan
seperangkat komitmen yang baru dan berbeda karena ini menyangkut hal yang bersifat pribadi.
Penerapan dimensi cultural memiliki dampak pada tiap pendekatan yang dilaksanakan, akan
tetapi dimensi mengubah kebiasaan menjadi hal yang paling sulit dilakukan. Padahal mengubah
kebiasaan seseorang akan lebih mudah menghentikan ikatan emosianal negatif yang pernah ada
dan merupakan langkah awal untuk merubah kultur birokrasi.
Upaya pembenahan organisasi dan pembinaan sumber daya manusia yang masih belum optimal
Birokrasi pemerintahan atau aparatur pemerintahan dominan, dipengaruhi oleh kemampuan
dan etika moral aparat yang keberadaaanya dikaitkan dengan tertib administrasi pelayanan
intern maupun ekstern dengan mengesampingkan penonjolan kekuasaan dan kepentingan
pribadi pada aktivitas para aparatur birokrasi. Dalam hal ini satu hal yang juga menjadi suatu
hambatan dalam proses reformasi birokrasi adalah bagaimana mempersiapkan sumber daya
manusia yang memang memiliki kompetensi yang mampu memberikan pelayanan publik secacra
maksimal. Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan proses rekruitmen para pegawai yang dari
awal memang sudah menuai berbagai kontroversi misalnya cara perekrutan yang kurang
transparan, maraknya isu penjualan nilai test dan isu-isu lain yang sesungguhnya sangat
berpengaruh pada pelayanan yang akan diberikan setelah pegawai itu bertugas.
Keterbatasan kemampuan keuangan negara.
Tidak dapat dipungkiri bahwa reformasi birokrasi membutuhkan pendanaan yang cukup untuk
mendukung setiap kebijakan yang diambil baik itu melalui reformasi kelembagaan, tata laksana,
maupun sumber daya manusia. Masalah sumber daya manusia menjadi hal yang sensitive
dengan hambatan ini karena berbicara masalah pegawai, terkait pula dengan kesejahteraan
pegawai itu sendiri.Manajemen rewardand punishment memang menjadi dasar bagi pemerintah
memberikan suatu “dorongan” dan motivasi para pegawai dan aparatur untuk meningkatkan
kinerjanya dalam upaya mengoptimalkan pelayanan publik. Namun sayangnya, belum semua
pegawai dapat ditingkatkan kesejahteraannya, mengingat pendanaan negara yang belum dapat
mencakup keseluruhan pegawai yang ada.
Di lain pihak, ada pula pihak yang berpendapat bahwa dengan hanya menaikkan gaji para
pegawai yang selama ini sudah berlaku, tidak serta merta membawa dampak yang positif bagi
kenerja birokrat yang ada. Namun sebagai sebuah upaya yang dapat dicoba, pemerintah
hendaknya dapat menggunakan kewenangannya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para
pegawai sehingga dapat mencegah perilaku korup dan meningkatkan kinerja para pegawai.
Masih banyaknya pandangan negatif tentang birokrasi.
Birokrasi memang telah menjadi sebuah hal yang begitu dipandang negative oleh masyarakat,
perilaku korup, suka menunda pekerjaan, kurangnya deskripsi pekerjaan yang dimiliki para
pegawai, serta tingkat disiplin yang minim, menjadikan aparatur birokrasi “terlanjur” buruk di
mata masyarakat.
Maka dari itu, saat upaya reformasi birokrasi muncul, banyak masyarakat yang memandang
sebelah mata. Tidak jarang ketika beberapa institusi sudah mencoba melakukan hal yang
“benar” dan sesuai peraturan, perilaku buruk justru muncul dari masyarakat. Contoh kecil adalah
saat masyarakat menggunakan uang pelicin untuk mempercepat administrasi yang dimilikinya,
atau dalam hal perijinan. Perilaku dan pandangan negatif inilah yang juga perlu dibenahi
masyarakat kita.
B. TANTANGAN
Globalisasi yang terjadi wilayah Republik Indonesia memberi pengaruh yang positif dan
negatif terhadap tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap budaya
nasional meliputi berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalam bidang politik, ekonomi, sosial
dan lain-lain secara cepat maupun lambat mempengaruhi prinsip dan identitas bangsa yang pada
gilirannnya juga akan mempengaruhi bagaimana strategi dan upaya pemerintah untuk dapat
mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan nasional.
Pengaruh positif globalisasi terhadap budaya berpolitik antara lain adalah tumbuhnya
kesadaran bagi aparatur pemerintah untuk menjalankan pemerintahan secara terbuka dan
demokratis sebagaimana yang telah dijalankan oleh negara-negara demokratis di seluruh dunia.
jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan
positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut dapat dilihat dari kepatuhan dan ketertiban
masyarakat dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang mewarnai interaksi
pergaulan hidup masyarakat, yang tentu saja ke depan akan turut meningkatkan rasa nasionalisme
terhadap negara. Dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM dituntut perannya dalam
mendukung tata kelola pemerintahan yang baik.
Pada sektor ekonomi, antara lain dengan terbukanya pasar internasional, budaya bersaing
secara positif sudah mulai mempengaruhi pola pikir masyarakat dunia usaha di Indonesia. Budaya
tersebut memotivasi para pelaku usaha untuk menciptakan produk barang dan jasa yang
kompetitif di tingkat dunia. meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara.
Dengan adanya keterbukaan pasar internasional ini secara lambat laun akan meningkatkan
daya beli masyarakat dan daya saing pelaku usaha, yang bermuara kepada meningkatnya
kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
Era globalisasi menularkan budaya berpikir global, etos kerja dan disiplin yang tinggi, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tinggi dari bangsa lain yang sudah maju serta semangat untuk
maju yang pada akhirnya menciptakan identitas bangsa yang lebih positif di tingkat dunia. Pada
bidang Pertahanan dan Keamanan dampak positif globalisasi antara lain dapat dilihatdengan
adanya hubungan kerjasama antar bangsa, khususnya bidang pertahanan dan keamanan baik
kerjasama bilateral, regional, maupun internasional. Kerjasama memperkuat keamanan dan
pertahanan wilayah regional, misalnya kerjasama dengan negara-negara ASEAN dalam bidang
kemiliteran, latihan perang bersama, pemberantasan jaringan narkoba, perjanjian ekstradisi,
jaringan teroris dan semua kegiatan yang dianggap membahayakan negara. Misalnya saja dengan
cara saling tukar informasi mengenai adanya ancaman dan gangguan keamanan akan lebih cepat
diketahui sehingga dapat diantisipasi lebih dini secara bersama-sama sebelum meluas dan
mempunyai kekuatan yang besar. Oleh karenanya peran Kementerian Hukum dan HAM harus
diperkuat melalui pelaksanaan perjanjian hukum timbal balik/Mutual Legal Assessment (MLA) dan
central autority.
Dengan kondisi kemudahan akibat pengaruh globalisasi pada berbagai aspek kehidupan
yang antara lain telah disampaikan di atas, memotivasi warga negara penduduk dunia untuk
melakukan migrasi internasional dengan berbagai macam tujuan dan kepentingan yang
melatarbelakangi. Motivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, kemudahan untuk
memperoleh pekerjaan, rasa aman dan tenteram, merupakan contoh beberapa faktor penarik bagi
seseorang maupun golongan tertentu untuk meninggalkan negara asalnya, demikian juga dengan
alasan stabilitas keamanan negara yang tidak kondusif, sulitnya memperoleh pekerjaan, perlakuan
yang tidak adil dari penguasa, adalah merupakan contoh beberapa faktor pendorongnya.
Upaya pemerintah untuk mengatur warga negaranya dalam proses interaksi antara warga
negara dengan warga negara atau antara warga negara dengan pemerintahnya dituangkan dalam
bentuk sistem hukum yang merupakan suatu kesatuan peraturan–peraturan hukum, yang terdiri
atas bagian–bagian (hukum) yang mempunyai kaitan (interaksi) satu sama lain, tersusun
sedemikian rupa menurut asas–asasnya, yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem
Hukum Indonesia yang mengambil hukum-hukum pada penjajahan dengan asas konkordantie,
ternyata tidak seluruhnya menggunakan sistem hukum penjajah secara murni yaitu sistem hukum
kontinental.
Tampak dengan jelas bahwa suatu negara ternyata tidak akan secara mutlak menggunakan
satu sistem hukum saja, akan tetapi ada pengaruh sistem hukum yang lain yang digunakan untuk
mengatur kehidupan berbangsanya. Tujuan dari upaya harmonisasi yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka pengambil alihan konsep dari
sistem hukum yang lain adalah bertujuan untuk suatu kemanfaatan. Dari fenomena ini dapat
disimpulkan bahwa pengaruh globalisasi memberikan dampak yang cukup besar bagi Negara
Indonesia untuk mampu membuat tatanan sistem hukum yang mampu memberikan dan
menciptakan kondisi yang kondusif bagi capaian cita-cita dan tujuan pembangunan nasional.
Terkait dengan permasalahan hak asasi manusia di Indonesia, yang menyatakan bahwa konsep
dasar hak asasi manusia lahir dari proses perjalanan bangsa Indonesia yang lama di bawah
penjajahan, tertuang di dalam pembukaan UUD 1945. Konsep hak asasi manusia ini bersifat
universal walau lahir dari proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia sendiri. Dengan berbagai
perangkat hukum yang terkait dengan hak asasi manusia diharapkan pengadilan terhadap
pelanggaran hak asasi manusia dapat benar-benar dilaksanakan secara bertanggung jawab,
termasuk untuk melindungi masyarakat kelompok rentan, anak-anak, dan perempuan. Sesuai
dengan prinsip bahwa kemajuan dan perlindungan hak asasi manusia yang mewajibkan adanya
kerjasama antar negara, Pemerintah telah mengadakan berbagai perjanjian kerjasama teknik di
bidang hak asasi manusia baik secara bilateral maupun internasional sebagai implementasi dari
pilar keempat dari Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM). Langkah-langkah untuk
meratifikasi konvensi-konvensi internasional yang terkait dengan hak asasi manusia perlu terus
menerus dilakukan oleh Indonesia, sehingga di mata internasional, Indonesia tidak lagi
dikategorikan sebagai negara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia terberat.
Globalisasi sebagai faktor pemicu utama terjadinya perubahan tata pergaulan internasional
menyebabkan terjadinya peningkatan arus migrasi internasional yang memberikan konsekuensi
terhadap pola kehidupan dan tatanan sosial budaya yang diyakini akan mempengaruhi ketahanan
nasional suatu negara secara makro. Kementerian Hukum dan HAM melalui perannya di bidang
keimigrasian mendapat tanggung jawab yang besar sebagai penjaga pintu gerbang negara dengan
semakin rumitnya permasalahan yang timbul bersamaan dengan semakin canggihnya bentuk
kejahatan nasional dan internasional yang antara lain berupa kejahatan narkoba, terorisme,
trafficking, people smuggling, imigran gelap, dan kejahatan transnasional lainnya, yang tidak hanya
mengancam keselamatan individu tetapi juga bahkan keselamatan negara dan perdamaian dunia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dibarengi dengan semakin majunya
sistem pertukaran data dan informasi disamping memberikan sumbangan yang cukup besar bagi
peningkatan pola interaksi, pelayanan, kepentingan sosial secara mikro dan makro, menyimpan
ekses negatif dengan dimanfaatkannya kemajuan-kemajuan ini untuk kepentingan-kepentingan
laten yang digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok. Sampai saat ini,
permasalahan imigrasi di Indonesia merupakan permasalahan yang terus berlanjut. Ribuan orang
dari berbagai negara konflik terus masuk ke wilayah Indonesia, baik secara legal maupun illegal,
melalui darat, laut, maupun udara dengan menyatakan diri sebagai pencari suaka (asylum
seekers).Sudah sejak lama,Indonesia menghadapi masalah dengan orang-orang asing yang
mengaku pencari suaka, untuk diproses statusnya menjadi pengungsi. Meski bukan sebagai negara
tujuan, Indonesia sering dipakai sebagai negara transit karena posisi geografis Indonesia yang
berada pada jalur perlintasan menuju negara tujuan suaka, Australia. Berbeda dengan beberapa
waktu yang lalu, kini para imigran di dominasi dari Negara-negara Timur Tengah seperti
Afghanistan, Iran, Irak, Palestina, Sri Lanka, Myanmar dan beberapa negara lainnya.
Kedatangan para imigran gelap ke wilayah Indonesia ini jumlahnya terus meningkat,
sehingga mulai menimbulkan ketidaknyamanan serta berpeluang memicu gangguan sosial,
keamanan, stabilitas politik, bahkan ketertiban di masyarakat. Jumlah kedatangan mereka tidak
sebanding dengan angka jumlah penyelesaian atau penempatan ke negara penerima, termasuk
yang telah dipulangkan atau dideportasi dari wilayah Indonesia. Keberadaan mereka sangat rentan
baik dari sisi status ekonomi serta psikologis, sehingga berpeluang dimanfaatkan oleh jaringan
penyelundupan manusia, perdagangan orang, narkoba, serta kegiatan kriminal atau kejahatan
transnasional lainnya termasuk jaringan terorisme internasional. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan dampak serta berbagai masalah di Indonesia.
Pada sisi lain, pengaruh globalisasi di Indonesia terhadap keberadaan Kekayaan Intelektual
(KI) dalam hubungan antar manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri. KI juga merupakan sesuatu yang given dan inheren dalam sebuah masyarakat industri
atau yang sedang mengarah kesana. Keberadaannya senantiasa mengikuti dinamika
perkembangan masyarakat itu sendiri. Begitu pula halnya dengan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang mau tidak mau bersinggungan dan terlibat langsung dengan masalah KI. Sebagai
konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organization (WTO)
mengharuskan Indonesia menyesuaikan segala peraturan perundangannya di bidang Kekayaan
Intelektual dengan standar TRIP's (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) yang
dimulai sejak tahun 1997 dan diperbaharui kemudian pada tahun 2000 dan tahun 2001. Hal ini
juga akibat dari telah diratifikasinya konvensikonvensi internasional di bidang Hak Kekayaan
Intelektual dan juga telah menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang diharuskan yaitu
Undang-undang tentang Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia
Dagang, Paten dan Merek.
Permasalahan mengenai Hak Kekayaan Intelektual akan menyentuh berbagai aspek seperti
aspek teknologi, industri, sosial, budaya, dan berbagai aspek lainnya. Namun aspek terpenting jika
dihubungkan dengan upaya perlindungan bagi karya intelektual adalah aspek hukum. Hukum
diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan Hak
Kekayaan Intelektual tersebut. Hukum harus dapat memberikan perlindungan bagi karya
intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat yang akhirnya bermuara
pada tujuan berhasilnya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.Oleh karenanya peran
Kementerian Hukum dan HAM dalam Pembentukan Peraturan perundang-undangan yang
berkualitas harus mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan
Kekayaan Intelektual tersebut.
Aspek teknologi juga merupakan faktor yang sangat dominan dalam perkembangan dan
perlindungan Kekayaan Intelektual. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat saat ini
akibat pengaruh globalisasi telah menyebabkan dunia terasa semakin sempit, informasi dapat
dengan mudah dan cepat tersebar ke seluruh pelosok dunia. Pada keadaan seperti ini Kekayaan
Intelektual menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena Hak dari Kekayaan Intelektual
merupakan hak monopoli yang dapat digunakan untuk melindungi investasi dan dapat dialihkan
haknya. Dengan adanya sebuah sistem informasi Kekayaan Intelektual yang integral dan mudah
diakses oleh masyarakat, diharapkan tingkat permohonan pendaftaran Kekayaan Indonesia di
Indonesia semakin meningkat.
Sedangkan dengan penegakan hukum secara integral (termasuk didalamnya Kekayaan
Intelektual), pelanggaran dalam bentuk pembajakan hasil karya intelektual yang dilindungi undang
undang akan semakin berkurang. Sinergi antara keduanya, sistem informasi Kekayaan Intelektual
dan penegakan hukum yang integral, pada akhirnya akan membawa bangsa Indonesia kepada
kehidupan yang lebih beradab, yang menghormati hasil karya cipta orang lain.
C. OPTIKPERMASALAHAN
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Hukum dan HAM dituntut agar dapat
mewujudkan pembangunan hukum di Indonesia kearah yang lebih baik dengan menghilangkan
kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu menangani dan menyelesaikan secara
tuntas permasalahan yang terkait kolusi, korupsi, nepotisme (KKN). Untuk mewujudkan pembangunan
hukum tersebut maka Kementerian Hukum dan HAM terus melaksanakan pembaruan materi, struktur
maupun budaya hukum dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan
pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum,
penegakan hukum dan hak asasi manusia, kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan
keadilan dan kebenaran, ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang
makin tertib, teratur, lancar, serta berdaya saing global. Kepastian hukum dapat dicapai melalui
peraturan perundang-undangan yang jelas, tegas dan konsisten.
Pada saat ini masih terdapat substansi peraturan perundang-undangan yang belum sesuai
dengan materi muatan peraturan perundang-undangan. Hal ini akan mengakibatkan kurang
sempurnanya kualitas peraturan perundang-undangan yang dihasilkan sehingga akan berdampak
terjadinya peningkatan jumlah revisi suatu peraturan perundang-undangan, baik dalam bentuk
amandemen maupun melalui pengujian peraturan perundang-undangan di Mahkamah Konstitusi atau
Mahkamah Agung. Kualitas peraturan perundang-undangan ditentukan antara lain melalui dukungan
pengkajian, penelitian dan penyusunan naskah akademik sehingga penyusunan peraturan perundang-
undangan akan lebih baik dilengkapi atau didukung dengan suatu naskah akademik yang dihasilkan
melalui pengkajian/penelitian yang mendalam. Disamping masalah pembangunan hukum tersebut,
juga terdapat masalah-masalah lainnya yang menjadi kewenangan Kementerian Hukum dan HAM
antara lain masih belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat dalam bidang imigrasi,
pemasyarakatan, dan lainnya yang menjadi isu-isu strategis Kementerian Hukum dan HAM dalam
mendorong terwujudnya keberhasilan program Reformasi Birokrasi kedepan.
1. Penguatan Organisasi
Secara umum organisasi Kemenkumham masih belum sepenuhnya berdasarkan kepada prinsip-
prinsip organisasi yang efisien dan rasional sehingga struktur organisasi kurang proporsional.
Integrasi, koordinasi dan komunkasi antar lembaga di lingkungan Kemenkumham masih perlu
ditingkatkan kualitasnya. Ini bisa dipahami karena Kemenkumham menghimpun sejumlah Sub-
Organisasi yang memiliki tugas dan fungsi yang memiliki produk hasil akhir yang memiliki
perbedaan karakteristik yang sangat besar. Sebagai contoh, produk dari Ditjen Imigrasi berbeda
dengan Ditjen Pemasyarakatan sehingga masing-masing instansi memiliki lingkup budaya
organisasi yang sangat jauh berbeda kendati sama-sama bergerak di bidang hukum.
2. Peraturan Perundang-Undangan
d. Belum adanya sistem atau mekanisme yang baku dalam penyelesaian permasalahan terkait
dengan peraturan perundangan yang tidak efektif maupun yang tumpang tindih.
Secara khusus, beberapa permasalahan yang dihadapi Kemenkumham dalam penataan sistem
manajemen SDM aparatur antara lain adalah:
1. Jumlah dan jenis posisi calon pegawai yang ditawarkan dalam sistem penerimaan pegawai
belum sepenuhnya didasarkan pada analisis kebutuhan yang memadai;
2. Sistem penerimaan pegawai (recruitment) yang berbasis kompetensi sesuai kebutuhan
organisasi belum diterapkan secara penuh. Namun demikian, untuk bidang tugas tertentu,
seperti: pemasyarakatan dan imigrasi, telah dilakukan sistem penerimaan pegawai berbasis
kompetensi;
3. Penempatan, mutasi dan promosi pegawai umumnya belum didasarkan pada hasil analisis
jabatan, evaluasi jabatan dan standar kompetensi jabatan. Sebagai contoh pelaksanaan
analisis jabatan belum dilakukan secara menyeluruh terhadap 863 satuan kerja sehingga
dapat disusun dokumen peta dan uraian jabatan.;
4. Sistem pola karir (career path) pegawai yang ada belum sepenuhnya berbasis hasil
kerja/prestasi kerja;
5. Basis data (database) kepegawaian yang ada belum terintegrasi dan berfungsi secara
optimal, khususnya untuk keperluan pengambilan keputusan oleh pimpinan;
6. Belum diterapkannya Sistem Penilaian Kinerja Individu dalam menilai prestasi kerja pegawai
secara berkala;
7. Program dan kurikulum dalam sistem pelatihan dan pendidikan pegawai belum sepenuhnya
berbasis kompetensi (Competency-based-curriculum) sesuai dengan bidang penugasan dan
kebutuhan organisasi.
4. TATALAKSANA
Dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, organisasi melakukan berbagai
proses pelayanan, kepada stakeholder internal dan eksternal yang terkait dengan peran dan
fungsi organisasi (internal business process). Kejelasan tugas dan fungsi tersebut perlu dipertegas
melalui pembuatan SOP di masing-masing unit kerja yang saat ini telah dilaksanakan untuk
1. Masih belum maksimalnya penerapan e-government dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di
lingkungan Kemenkumham, khususnya integrasi antara berbagai sistem yang ada pada
masing-masing unit kerja;
2. Masih tingginya pengaruh budaya hierarkitas dalam proses pengambilan keputusan terkait
dengan pelaksanaan tugas dan fungsi;
3. Masih adanya ‘penyelesaian jalur cepat’ dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang tidak
sesuai dengan aturan maupun SOP yang telah ada;
4. Kurang berfungsinya koordinasi dan hubungan tata kerja antar berbagai satuan kerja yang
ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa sistem, proses, dan prosedur kerja yang ada dalam
Kemenkumham belum sepehuhnya berjalan secara efektif, efisien, dan terukur sesuai dengan
prinsip-prinsip Good Governance, khususnya transparansi dan akuntabilitas.
5. PELAYANAN PUBLIK
6. Belum dilakukannya survei kepuasan pelanggan guna mencari umpan balik dalam perbaikan
kualitas penyelenggaraan pelayanan publik;
7. Kemenkumham belum optimal berfungsi sebagai Law Center atau paling tidak sebagai pusat
rujukan atau referensi pelayanan hukum dan hak asasi manusia.
6. PENGAWASAN
Pengawasan merupakan unsur terpenting dalam pengelolaan manajemen dan keuangan instansi
pemerintah. Area pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang pengawasan padaKemenkumham
masih belum optimal dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas
KKN. Berdasarkan hasil interviu, penyebaran kuesioner dan FGD ditemukan beberapa
permasalahan yang terkait dengan aspek pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Belum efektifnya penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);
2. Belum efektinya peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality assurance
di Kemenkumham;
3. Belum optimalnya mekanisme tindaklanjut atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) APIP
maupun auditor eksternal (BPK);
4. Pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM pada unit
kerja pengawasan (Inspektorat Jenderal) belum merujuk pada kurikulum yang berbasis
kompetensi;
5. Manajemen perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pengawasan belum sepenuhnya
menerapkan teknologi komunikasi dan informasi;
6. Pelaksanaan tugas-tugas pengawasan yang bersifat non-assurance (selain dari audit,
evaluasi dan review) belum terungkap secara jelas dalam Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT).
7. AKUNTABILITAS
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ditetapkan sebagai salah satu bentuk
dari sistem pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah.
Meskipun terdapat peningkatan nilai LAKIP jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya {Nilai B
(68,79) pada tahun 2013 menjadi B (70,09) pada tahun 2014 dan mengalami penurunan di tahun
2015 menjadi B (68,32)}, penerapan SAKIP pada Kementerian Hukum dan HAM belum terwujud
secara optimal. Beberapa permasalahan kritis berikut ini dalam penerapan sistem akuntabilitas
kinerja pada Kemenkumham, yaitu:
1) Perencanaan Kinerja
Kementerian Hukum dan HAM telah menerapkan Perencanaan Kinerja dalam kerangka
Sistem AKIP pada tingkat kementerian dan unit kerjanya, dengan menyusun dokumen
Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK),
Kelemahan yang masih ada dan perlu dllakukan penyempurnaan, antara lain:
a) Kualitas lndikator kinerja dalam Renstra, RKT dan PK pada tingkat lembaga dan unit kerja
belum menggunakan indikator kinerja utama dengan baik;
b) Penetapan target indikator kinerja pada Renstra, RKT dan PK belum memenuhi metode
standar yang baik;
c) Dokumen Rencana Kinerja Tahunan belum dimanfaatkan dalam menyusun dokumen
Anggaran (RKA), khususnya dalam hal indikator kinerja dan target kinerja;
d) Dokumen Penetapan Kinerja yang ditetapkan belum secara nyata dimanfaatkan untuk
pengarahan/pengorganisasi pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur
keberhasilan unit organisasi.
2) Pengukuran Kinerja
Kementerian Hukum dan HAM telah melakukan pengukuran kinerja tingkat kementerian dan
unit kerja. Kelemahan yang ada dalam hasil kualitas dan pemanfaatan yaitu:
a) Kualitas Indilkator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan pada tingkat kementerian
masih belum dapat terukur dengan obyektif;
b) lndikator Kinerja Utama (IKU) belum dimanfaatkan dengan baik dalam pengukuran
kinerja organisasi;
c) Sistem pengumpulan data kinerja yang ada belum dapat menghasilkan informasi kinerja
organisasi yang akurat dan cepat, khususnya untuk indikator kinerja utama;
d) Pengukuran Kinerja belurn dapat digunakan untuk pengendalian dan pemantauan kinerja
secara berkala.
3) Pelaporan Kinerja
Kementerian Hukum dan HAM telah menerapkan pelaporan kinerja dalam kerangka Sistem
AKIP pada entitas Lembaga dan unit kerjanya, dengan menyusun Laporan Akuntabilitas
Kinerja lnstansi Pemerintah (LAKIP) pada tingkat lembaga dan unit kerja. LAKIP
Kemenkumham Tahun 2015akan disampaikan kepada Presiden melalui Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tepat waktu. Kelemahan yang ada
dan perlu dilakukan penyempurnaan adalah dalam hal kualitas dan pemanfaatan, yaitu:
a) Penyajian informasi Kinerja dalam LAKIP belum sesuai dengan ketentuan, yaitu LAKIP
belum menyajikan inforrnasi pencapaian sasaran; belum menyajikan pencapaian sasaran
yang berorientasi outcome; belum menyajikan evaluasi dan analisis yang cukup mengenai
capaian sasaran; belum menyajikan pembandingan data kinerja yang memadai antara
realisasi pencapaian sasaran tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya; realisasi
pencapaian sasaran sampai dengan tahun ini dengan rencana sampai dengan tahun ini,
serta menyajikan informasi keuangan yang terkait dengan pencapaian kinerja;
b) LAKIP belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menilai dan memperbaiki
pelaksanaan program/kegiatan serta untuk penilaian kinerja.
4) Evaluasi Kinerja
Kementerian Hukum dan HAM telah melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja unit kerja.
Kelemahan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja adalah dalam hal kualitas dan pemanfaatan,
yaitu dalam melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja belum sepenuhnya mengacu pada
Permen PAN dan RB Nomor 13 Tahun 2010, dan belum dimanfaatkannya secara optimal hasil
evaluasi akuntabilitas kinerja unit kerja untuk mengukur keberhasilan unit kerja dan
perbaikan perencanaan manajemen kinerja secara nyata dan berkelanjutan yang tertuang
dalam LAKIP dan evaluasi atas capaian kinerja lainnya.
Kondisi kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi tidak terlepas dari pola pikir, sikap & perilaku
pegawai dalam menghadapi Reformasi Birokrasi. Hasil penelaahan dokumen, wawancara,
penyebaran kuesioner dan FGD menunjukkan permasalahan kritis berikut terkait dengan
pelaksanaan reformasi birokrasi di Kemenkumham, yaitu:
BAB III
ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASINASIONAL
a) Kami akan mengambil inisiatif penetapan payung hukum yang lebih kuat dan
berkesinambungan bagi agenda reformasi birokrasi. Hal ini penting untuk memberikan
kepastian dan kesinambungan perhatian terhadap arah, tahapan, strategi dan capaian
reformasi birokrasi di Indonesia.
b) Kami akan menjalankan aksi-aksi konkrit untuk restrukturisasi kelembagaan yang cenderung
gemuk, baik di kelembagaan pemerintah pusat yang berada di bawah Presiden maupun
kelembagaan Pemerintah Daerah melalui revisi UU Pemerintahan Daerah.
c) Kami akan menjalankan secara konsisten UU Aparatur Sipil Negara sehingga tercipta
aparatur sipil Negara yang kompeten dan terpercaya.
d) Kami berkomitmen memberantas korupsi di kalangan aparatur sipil Negara dengan
memastikan komitmen terbuka dan terekspos dari Presiden untuk secara tegas menegakkan
aturan yang terkait dengan korupsi.
e) Kami akan melakukan aksi-aksi bagi perbaikan kualitas pelayanan publik. Perbaikan layanan
publik dilakukan dengan berbagai cara : meningkatkan kompetensi aparatur, memperkuat
monitoring dan supervise atas kinerja pelayanan publik serta membuka ruang partisipasi
public melalui citizen charter dalam UU kontrak layanan publik.
Arah kebijakan dan strategi yang ditempuh untuk agenda : membangun transparansi dan
akuntabilitas kinerja pemerintah meliputi :
1. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja melalui strategi:
a. Penguatan kebijakan system pengawasan intern pemerintah;
b. Penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional; dan
c. Pemantapan implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP).
2. Penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan
pembangunan melalui strategi :
a. Penguatan kebijakan e-government yang mengatur kelembagaan e-government;
b. Penguatan sistem dan infrastruktur e-government yang terintegrasi;
c. Penyempurnaan/penguatan sistem pengadaan secara elektronik serta pengembangan
sistem katalog elektronik; dan
d. Penguatan sistem kearsipan berbasis Tekhnologi Informasi (TNDE).
3. Penerapan open government melalui strategi :
a. Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID);
b. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang keterbukaan informasi publik;
c. Publikasi semua proses perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan anggaran ke
dalam website;
d. Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan publik;
e. Pengembangan sistem publikasi informasi proaktif dan interaktif yang dapat diakses
publik;
f. Pengelolaan sistem dan jaringan informasi kearsipan nasional.
Arah kebijakan dan strategi yang ditempuh untuk agenda : menyempurnakan dan
meningkatkan kualitas Reformasi Birokrasi Nasional (RBN) meliputi :
1. Restrukturisasi kelembagaan birokrasi pemerintah melalui strategi:
a. Penyempurnaan desain kelembagaan pemerintah;
b. Penataan kelembagaan internal pemerintah pusat dan daerah;
c. Penguatan sinergitas antar lembaga baik di pusat maupun di daerah.
c. Pengarusutamaan2015 – 2019
Kebijakan pengarusutamaan sebagaimana dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang RPJMN 2015 – 2019 merupakan landasan operasional bagi seluruh
pelaksanaan pembangunan yang diarahkan untuk dapat tercermin dalam output pada
kebijakan pembangunan. Pengarusutamaan diarahkan untuk memperkuat kapasitas
birokrasi dan mendorong partisipasi masyarakat sipil melalui :
1. Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik;
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan;
3. Perluasan agenda reformasi birokrasi;
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik.
BAB IV
ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM TAHUN 2015-2019
Tahun2015 - 2019, diharapkan dapat terwujud kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih,
dan bebas korupsi, kolusi, serta nepotisme. Selain itu, diharapkan pula dapat diwujudkan pelayanan
publik sesuai dengan harapan masyarakat, harapan bangsa Indonesia yang semakin maju dan mampu
bersaing dalam dinamika global yang semakin ketat, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin
baik, SDM Aparatur semakin profesional, dan mind set serta culture set yang mencerminkan integritas
dan kinerja semakin tinggi.
Cetak Biru Kementarian Hukum dan HAM termaktub setiap institusi yang berkeinginan melakukan
perubahan harus memiliki peta jalan (road map) yang dibuat lebih dulu secara jelas. Oleh karena itu,
untuk melanjutkan sasaran reformasi birokrasi selanjutnya, diperlukan kembali beberapa penyesuaian
untuk membuat kepentingan reformasi birokrasi dan kewajiban pelaksanaan tugas lembaga bisa berjalan
selaras, serta konsisten akan komitmen dalam mewujudkan Visi Reformasi Birokrasi yaitu “terwujudnya
pemerintahan kelas dunia”.
Road Map disusun sebagai rencana kerja rinci yang menggambarkan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan. Substansi road map Kementerian Hukum dan HAM sebagaimana tertuang dalam Cetak
Biru Kementerian Hukum dan HAM yang terbagi menjadi dua tahapan rencana kerja yaitu Rencana Kerja
Tahun 2015-2019 dan Rencana Kerja Tahun 2020-2024. Sehingga diharapkan Sasaran Reformasi Birokrasi
Tahun 2015-2019 dapat terwujud dalam melakukan pemantapan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; pelayanan publik yang sesuai
dengan harapan masyarakat, harapan bangsa Indonesia yang semakin maju, dan mampu bersaing dalam
dinamika global yang semakin ketat; kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin baik; serta SDM
aparatur semakin profesional, mind set dan culture set yang mencerminkan integritas dan kinerja
semakin tinggi.
Misi tersebut disusun sebagai langkah untuk mewujudkan Visi Kementerian Hukum dan HAM yaitu
Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum. Namun Misi dan Visi tidak akan berhasil jika seluruh jajaran
Kementerian Hukum dan HAM tidak mempedomani Tata Nilai yang ada. Adapun
Tata Nilai Kementerian Hukum dan HAM adalah “PASTI”.
Profesional.
Aparat Kementerian Hukum dan HAM adalah aparat yang bekerja keras
untuk mencapai tujuan organisasi melalui penguasaan bidang tugasnya,
menjunjung tinggi etika dan integritas profesi.
Akuntabel.
Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai denganketentuan atau peraturan yang berlaku.
Sinergi.
Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerja sama yang produktif serta kemitraan
yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menemukan dan melaksanakan solusi terbaik,
bermanfaat dan berkualitas.
Transparan.
Kementerian Hukum dan HAM menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan
dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
Inovatif.
Kementerian Hukum dan HAM mendukung kreativitas dan mengembangkan inisiatif untuk selalu
melakukan pembaharuan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
Sasaran dan Indikator Keberhasilan Pencapaian Misi Kementerian Hukum dan HAM
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang menggambarkan sesuatu yang akan dicapai melalui
serangkaian kebijakan, program dan kegiatan prioritas agar penggunaan sumber daya dapat efisien dan
efektif. Sasaran dan Indikator Keberhasilan Pencapaian Misi Kementerian Hukum dan HAM dalam
Pembangunan Hukum dan HAM Tahun 2015-2024 :
Mewujudkan layanan Terwujudnya layanan • Tingkat keberhasilan bisnis proses dan alur
manajemen manajemen (supporting) kerja di lingkungan Kementerian Hukum dan
administrasi yang optimal. HAM.
Kementerian Hukum • Tingkat layanan publik berbasis teknologi
dan HAM informasi.
• Tingkat capaian seluruh unit kerja memenuhi
standar pelayanan prima dengan administrasi
yang akuntabel dan berbasis teknologi
informasi.
• Tingkat keberhasilan perencanaan dan realisasi
anggaran, pengendalian dan pelaporan secara
tepat waktu, terintegrasi, akurat dan
akuntabel.
• Tingkat capaian unit kerja yang memiliki
sumber daya manusia yang profesional sesuai
kebutuhan dan kaderisasi yang
berkesinambungan.
• Tingkat capaian hasil audit BPK dan BPKP.
didukung oleh sistem teknologi informasi dan masyarakat yang responsif gender;
komunikasi yang terintegrasi; c. Pemenuhan pelayanan yang dilengkapi
d. Terpenuhinya kepuasan masyarakat dengan sarana dan prasarana dalam peningkatan
ditandai peningkatan kepuasan masyarakat sistem pelayanan dan pengawasan yang
berdasarkan hasil survey terhadap kinerja berbasis teknologi informasi dan
Kementerian Hukum dan HAM; komunikasi;
e. Pembuatan Dokumentasi Standar Pelayanan d. Menerapkan standar pelayanan prima dan
KI sesuai UU no. 25 tahun 2009 tentang melaksanakan evaluasi pelayanan prima;
Pelayanan Publik; e. Seluruh permohonan pendaftaran KI
f. Pencapaian ISO 9001:2008;
dapat diselesaikan maksimal sesuai
g. Implementasi data capture permohonan KI;
h. Pemetaan SDM berdasarkan jumlah dan ketentuan peraturan perundang-
kompetensi; undangan yang berlaku.
i. Penyempurnaan dan/atau Penyempurnaan
Juknis Proses Bisnis Administrasi di bidang KI
(Merek, Paten, dan Desain Industri);
j. Pembuatan Daftar Merek Terkenal;
k. Pembuatan Data Pembanding Eksternal
Desain Industri;
l. Penyelesaian Paten Batal Demi Hukum;
m. Pemanfaatan asistensi, mediasi atau hearing;
n. Tata Kelola Aplikasi dan Database;
o. Tata Kelola Jaringan dan perangkat keras;
p. Tata kelola bisnis proses teknologi informasi.
3. Penguatan Pengawasan
a. Meningkatnya skor survey integritas layanan a. Terwujudnya Pengawasan dan penindakan
publik di lingkungan Kementerian Hukum dan pelayanan publik secara profesional dan
HAM; akuntabel;
b. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia b. Terwujudnya zona integritas di lingkungan
bebas dari KKN dan Wilayah Bebas Korupsi; Kementerian Hukum dan HAM;
c. Pembinaan/ pengawasan terhadap kualitas c. Meningkatnya Satuan Kerja yang Laporan
laporan keuangan satuan kerja guna Keuangannya mendukung opini Wajar
mendukung opini Wajar Tanpa Pengecualian; Tanpa Pengecualian;
d. Indeks Integritas Pelayanan d. Meningkatnya Indeks Integritas Pelayanan
Publikdilingkungan Kementerian Hukum dan Publik dilingkungan Kementerian Hukum
HAM; dan HAM;
e. Penetapan Satuan Kerja Berpredikat Wilayah e. Satuan Kerja Berpredikat Wilayah Bebas
Bebas dari Korupsi (WBK) / Wilayah Birokrasi dari Korupsi (WBK) / Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM); Bersih dan Melayani (WBBM);
f. Penanganan Pengaduan Masyarakat Yang f. Penanganan Pengaduan Masyarakat Yang
Ditindaklanjuti secara tepat waktu; Ditindak lanjuti secara tepat waktu;
g. Pelaksanaan Gelar Perkara; g. Seluruh laporan pengaduan pelanggaran
h. Konsolidasi PPNS KI di lingkungan Kantor di bidang KI ditindaklanjuti.
Wilayah Kemenkumham;
5. Penataan Tatalaksana
a. Terwujudnya perencanaan yang terintegrasi a. Tingkat remunerasi yang tinggi dan
dan akuntabel; jaminan kesejahteraan bagi pegawai yang
b. Meningkatnya dukungan manajemen dan tinggi;
dukungan teknis lainnya; b. Penerapan insentif yang adil dan
c. Terpenuhinya sarana prasarana di lingkungan motivatif;
Kementerian Hukum dan HAM; c. Budaya bekerja yang kondusif dan
d. Tersedianya pusat basis data Kementerian produktif dan mendukung kinerja
Hukum dan HAM; Kementerian Hukum dan HAM;
e. Pengadaan sarana dan prasarana yang d. Punishment dan Rewardsecara obyektif
menunjang bisnis proses DJKI dan adil yang mendorong terciptanya iklim
f. Pembangunan Sarana Penyimpanan Barang kerja yang kondusif;
Bukti Pelanggaran KI
e. Diterapkannya Manajemen administrasi
g. Pengadaan kendaraan dinas melalui sistem
sewa yang berbasis tekonologi informasi ;
h. Pembangunan sarana dan prasarana yang pro f. Mekanisme kontrol atas keberhasilan
lingkungan, disabilitas, anak-anak dan gender bisnis proses dan alur kerja di lingkungan
i. Pembangunan sarana keamanan dan Kementerian Hukum dan HAM berjalan
ketertiban lingkungan kerja dengan baik dari tahun ke tahun;
j. Pembangunan sistem Keselamatan dan g. Tersedianya fasilitas sarana prasana yang
Kesehatan Kerja Ditjen KI
lengkap;
k. Pembangunan sarana penanganan pengaduan
layanan KI h. Sarana dan prasarana yang mendukung
l. Pembangunan sarana keterbukaan informasi proses bisnis Ditjen KI;
publik i. Informasi KI dapat diakses dengan mudah,
m. Optimalisasi pengelolaan penyusutan arsip lengkap, dan aktual.
dan dokumen fasilitatif dan substantif
n. Pembuatan Daftar Umum KI
o. Pembuatan Berita Resmi KI
p. Validasi Data Permohonan KI
q. Tata kelola pengelolaan data
r. Pembuatan Kompilasi Putusan Pengadilan
Niaga di bidang KI
s. Bantuan Teknis Pembuatan Buku Persyaratan
Indikasi Geografis
t. Pembangunan Aplikasi e-office
u. Pengelolaan Dokumentasi Substantif KI
6. Penataan Organisasi
Kementerian Hukum dan HAM memiliki empat a. Penataan tugas dan fungsi kesekretariatan
fungsi utama dan dua fungsi pendukung. Empat serta proses bisnis termasuk keseragaman
fungsi utama tersebut adalah : nomenklatur untuk eselon III dan IV pada
a. Fungsi Pembentukan Hukum yang setiap unit kerja eselon I;
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal b. Dilakukan pengintegrasian biro-biro yang
Peraturan Perundang-undangan dan Badan tugas dan fungsinya berada dibawah
Pembinaan Hukum; Sekretariat Jenderal agar tidak terdapat
b. Fungsi Pelayanan Hukum yang dilaksanakan duplikasi pekerjaan;
oleh Direktorat Jenderal Peraturan c. Dibentuk fungsi baru yang menangani
perundang-Undangan, Direktorat Jenderal teknologi informasi secara terpusat
Administrasi Hukum Umum, Direktorat setingkat eselon II yang khusus menangani
Jenderal Kekayaan Intelektual, Direktorat teknologi informasi yang berada dibawah
Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Sekretariat Jenderal;
Pemasyarakatan, Direktorat Jenderal Hak d. Penataan kembali dan pengintegrasian
Asasi Manusia; secara terpadu fungsi Pengkajian,
c. Fungsi Penegakan Hukum dan Pemajuan HAM Penelitian dan Pengembangan di
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal lingkungan Kementerian Hukum dan HAM
Pemasyarakatan, Direktorat Jenderal AHU, kedalam satu unit kerja eselon I agar tidak
Direktorat Jenderal Imigrasi dan Direktorat terdapat tumpang tindih dan duplikasi
Jenderal KI, dan Badan Penelitian dan pekerjaan sehingga diusulkan menjadi
Pengembangan Hukum dan HAM; Badan Penelitian dan Pengembangan
d. Fungsi Dukungan Sumber Daya Hukum dan HAM;
diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal dan e. Efektifitas Pengelolaan tugas Bantuan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia; Hukum yang berada di bawah Badan
e. Fungsi Pengawasan dilaksanakan oleh Pembinaan Hukum Nasional sesuai UU
Inspektorat Jenderal. Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum;
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual f. Penguatan peran dan pembinaan
menyelenggarakan fungsi di bidang perlindungan perancang Peraturan Perundang-
hukum kekayaan intelektual, penyelesaian
Undangan pada Direktorat Jenderal
permohonan pendaftaran kekayaan intelektual,
penyidikan, penyelesaian sengketa dan Peraturan Perundang-Undangan dan
pengaduan pelanggaran kekayaan intelektual, Kantor Wilayah;
kerja sama, pemberdayaan kekayaan intelektual, g. Terkait pengembangan Sumber Daya
serta teknologi informasi di bidang kekayaan Manusia ditegaskan posisi Badan
intelektual dalam hal: Pengembangan Sumber Daya Manusia
a. perumusan kebijakan; sebagai pelaksana pendidikan, pelatihan
b. pelaksanaan kebijakan;
dan penguatan kapasitas seluruh pegawai
c. pemberian bimbingan teknis dan supervisi;
d. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan Kementerian Hukum dan HAM sehingga
pelaporan; tidak terjadi duplikasi penyelenggaraan
f. pelaksanaan administrasi. pendidikan, pelatihan dan pengembangan
pegawai pada unit eselon I lain;
h. Penataan kembali dan pengintegrasian
efektifitas dan efisiensi organisasi sesuai
8. Penguatan Akuntabilitas
a. Pengembangan evaluasi kinerja pegawai a. Pelaksanaan Bimbingan Teknis
secara online; Penyusunan Laporan Akuntabilitas di
b. Peningkatan nilai akuntabilitas Kementerian seluruh Kanwil Kementerian Hukum dan
Hukum dan HAM; HAM;
c. Pengendalian pelaksanaan kegiatan Ditjen KI; b. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
d. Tata kelola piutang PNBP; dan pelaporan (infrastruktur) di bidang KI
e. Penyempurnaan sistem pembukuan laporan yang terintegrasi dan tepat waktu.
keuangan dan perencanaan pelaksanaan
anggaran;
f. Pengawasan dan Pembinaan Indikasi
Geografis Terdaftar.
Penataan Tatalaksana
a. Terpadunya perencanaan, penganggaran dan laporan a. Tingkat remunerasi yang tinggi dan jaminan
kinerja; kesejahteraan bagi pegawai yang tinggi;
b. Terpenuhinya dukungan manajemen dan dukungan b. Penerapan insentif yang adil dan motivatif;
teknis lainnya; c. Budaya bekerja yang kondusif dan produktif
c. Terpenuhinya sarana prasarana aparatur; dan mendukung kinerja Kementerian Hukum
d. Terwujudnya pelaksanaan zona integritas Kementerian dan HAM;
Hukum dan HAM sebagai Wilayah Bebas Korupsi; d. Punishment dan Rewardsecara obyektif dan
e. Tersedianya Disaster Recovery Center basis data. adil yang mendorong terciptanya iklim kerja
yang kondusif;
e. Diterapkannya Manajemen administrasi yang
berbasis tekonologi informasi ;
f. Mekanisme kontrol atas keberhasilan bisnis
proses dan alur kerja dilingkungan
Kementerian Hukum dan HAM berjalan
dengan baik dari tahun ke tahun;
g. Tersedianya fasilitas sarana prasana yang
lengkap.
SEKRETARIAT JENDERAL
Pemantauan
Capaian Kinerja
secara berkala
Evaluasi Renstra Penyesuaian Evaluasi Renstra Evaluasi Renstra Evaluasi Renstra
Kementerian Hukum RENSTRA Kementerian Kementerian Kementerian Hukum
dan HAM Kemenkumham Hukum dan HAM Hukum dan HAM dan HAM.
Monev Evalusi
Kelembagaan kelembagaan
ASN secara berkala
baik pusat dan
daerah.
Tatalaksana Perluasan
penggunaan e-
goverment yang
terintegrasi
Penerapan Evaluasi proses Penyusunan Internalisasi Internalisasi Evaluasi Proses
efisiensi bisnis di Proses Bisnis Proses bisnis Proses bisnis bisnis yang lebih
pemerintahan lingkungan Kementerian yang lebih efektif yang lebih efektif efektif dan efisien
Sekretariat Hukum dan HAM dan efisien di dan efisien di di lingkungan
Jenderal KUMHAM Penyusunan 14 lingkungan lingkungan Sekretariat
Keputusan Menteri
Hukum dan HAM
tentang Pedoman
Penyusunan SOP
Pelayanan Publik
dalam bentuk
Gambar
Penerapan sistem
kearsipan
Sumber Daya Perbaikan sistem Tersusunnya Penyempurnaan Penyusunan Evaluasi Evaluasi
Manusia dan perencanaan Permenkumham analisis jabatan Evaluasi Jabatan Penyempurnaan Penyempurnaan
Aparatur Sipil kebutuhan No. 47 Tahun 2015 pada unit eselon I di Lingkungan Analisis Jabatan Analisis Jabatan
Negara pegawai ASN tentang Jabatan yaitu Ditjen PP, Kemenkumham sesuai Undang- sesuai Undang-
dan Kelas Jabatan Ditjen Imigrasi, Tersusunnya Undang No.5 Undang No.5 Tahun
di Lingkungan Ditjen HAM, Permenkumham Tahun 2014 Pasal 2014 Pasal 56 ayat
Kemenkumham ; Balitbang HAM, tentang Jabatan 56 ayat (1) & ayat (1) & ayat (2).
Permenkumham BPSDM dan dan Kelas (2).
No. 48 Tahun 2015 Sekretariat Jabatan di
tentang Jenderal ; Lingkungan
Pelaksanaan Tersusunnya Kemenkumham
Pemberian Permenkumham Penyusunan
Tunjangan Kinerja tentang Pedoman Standar Peta
bagi Pegawai di Analisis Jabatan. jabatan pada Unit
Lingkungan Eselon I
Kemenkumham. Tersusunnya
Permenkumham
Perumusan dan
penetapan
kebijakan sistem
promosi secara
terbuka.
Perumusan dan
penetapan
kebijakan
pemanfaatan
assesment center.
Perumusan dan
penetapan
kebijakan
penilaian kinerja
Perumusan dan
penetapan
kebijakan reward
dan punisment.
Pembangunan
dan
pengembangan
sistem informasi
Perumusan dan
penetapan
penggunaan profil
database
kompetensi calon
pejabat tinggi ASN
Perumusan dan
penetapan
kebijakan
pengendalian
kualitas diklat.
Peraturan Penataan Tersusunnya Fasilitasi Fasilitasi Fasilitasi Fasilitasi
Perundang- berbagai Permenkumham Rancangan Rancangan Rancangan Rancangan
undangan peraturan No. 30 Tahun 2015 Peraturan Peraturan Peraturan Peraturan
perundangan tentang Tata Cara Menteri Hukum Menteri Hukum Menteri Hukum Menteri Hukum
yang dikeluarkan Pembentukan dan HAM tahun dan HAM tahun dan HAM tahun dan HAM tahun
oleh Menteri Permen Di 2016 sebanyak 75 2017. 2018. 2019.
Hukum dan HAM Lingkungan rancangan
Kemenkumham. peraturan Menteri
Hukum dan HAM.
Peningkatan Penerapan Tersusunnya Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
kualitas pelayanan satu Kepmenkumham Standar Kebijakan Kebijakan Kebijakan
pelayanan atap No. M.HH- Pelayanan Publik Penyelenggaraan Penyelenggaraa Penyelenggaraan
publik Percepatan 01.OT.02.01 Tahun pada Jenis di bidang Inovasi n di bidang di bidang Inovasi
pelayanan 2015 tentang Layanan. Pelayanan Publik Inovasi Pelayanan Publik
Pembangunan Pedoman Evaluasi Kemenkumham & Pelayanan Publik Kemenkumham &
INSPEKTORAT JENDERAL
Mental Adanya Pengembangan Implementasi nilai Internalisasi nilai Internalisasi nilai Internalisasi Internalisasi dan
Aparatur perubahan pola Nilai-nilai untuk budaya kerja budaya kerja budaya kerja nilai budaya evaluasi nilai-nilai
pikir dan pola menegakkan “Kami PASTI” “Kami PASTI” “Kami PASTI” kerja “Kami budaya kerja
tindak yang integritas PASTI” “Kami PASTI”
mengarah pada
peningkatan etos
kerja
Pembentukan Pembentukan Internalisasi Internalisasi Internalisasi Evaluasi dan
agen perubahan Agen Perubahan efektivitas Agen efektivitas Agen efektivitas Internalisasi
untuk di lingkungan Perubahan di Perubahan di Agen efektivitas Agen
mendorong pola Inspektorat lingkungan lingkungan Perubahan di Perubahan di
pikir Jenderal Inspektorat Inspektorat lingkungan lingkungan
Kementerian Jenderal Jenderal Inspektorat Inspektorat
Hukum dan HAM Kementerian Kementerian Jenderal Jenderal
Hukum dan HAM Hukum dan Kementerian Kementerian
HAM Hukum dan Hukum dan HAM
HAM
Pengawasan Pembangunan Evaluasi Satuan Evaluasi Satuan Evaluasi Satuan Evaluasi Satuan Evaluasi Satuan
unit kerja untuk Kerja yang akan Kerja yang akan Kerja yang akan Kerja yang akan Kerja yang akan
memperoleh diusulkan sebagai diusulkan diusulkan diusulkan diusulkan sebagai
predikat Satuan Kerja sebagai Satuan sebagai Satuan sebagai Satuan Satuan Kerja
WBK/WBBM WBK/WBBM Kerja Kerja Kerja WBK/WBBM
WBK/WBBM WBK/WBBM WBK/WBBM
Pelaksanaan Sosialisasi Implementasi Penguatan Penguatan Penguatan
pengendalian Permenkumham teknologi pengendalian pengendalian pengendalian
gratifikasi No.15 Tahun 2014 informasi dalam gratifikasi di gratifikasi di gratifikasi di
tentang pelaporan lingkungan lingkungan lingkungan
Pengendalian gratifikasi di Kementerian Kementerian Kementerian
Gratifikasi di lingkungan Hukum dan Hukum dan Hukum dan HAM
Evaluasi Renstra
Kementerian Hukum
dan HAM
Mental Perubahan perilaku 1. Pengembangan 1. Pembentukan Pembentukan Tim Pembentukan Tim Pembentukan 1. Pembentukan Tim
Aparatur aparatur birokrasi Nilai-nilai untuk Tim Reformasi Reformasi Reformasi Tim Reformasi Reformasi
yang berorientasi menegakkan Birokrasi Ditjen Birokrasi Ditjen Birokrasi Ditjen Birokrasi Ditjen Birokrasi Ditjen
kinerja PASTI: integritas AHU Tahun 2015 AHU Tahun 2016; AHU Tahun 2017; AHU Tahun AHU Tahun 2019;
Profesional, 2. Perubahan Pola 2. Penyusunan Penyusunan Penyusunan 2018; 2. Penyusunan
Akuntabel, Sinergi, Pikir dan Rencana Aksi Rencana Aksi Rencana Aksi Penyusunan Rencana Aksi
Transparan, dan Budaya Kerja Reformasi Reformasi Reformasi Rencana Aksi Reformasi
Integritas. 3. Percepatan Birokrasi Birokrasi Ditjen Birokrasi Ditjen Reformasi Birokrasi Ditjen
Pelayanan yang 3. Penyusunan AHU Tahun 2016; AHU Tahun 2017; Birokrasi Ditjen AHU Tahun 2019;
menjadi Laporan Sosialisasi Sosialisasi AHU Tahun 3. Sosialisasi
ungulan Monitoring dan Rencana Aksi Rencana Aksi 2018; Rencana Aksi
Evaluasi Reformasi Reformasi Sosialisasi Reformasi
Reformasi Birokrasi Tahun Birokrasi Tahun Rencana Aksi Birokrasi Tahun
Birokrasi 2016; 2017; Reformasi 2019;
4. Penetapan Qiuck Training of Trainer Membentuk Role Birokrasi Tahun 4. Pemantauan dan
Win Ditjen AHU (TOT) Pejabat Model Reformasi 2018; Evaluasi
Penerapan Eselon III dan IV; Birokrasi; Penyebaran Role Pelaksanaan
Sistem E-Office Pembinaan Etika Pemantauan dan Mode dan Agent Reformasi
dan Moralitas Evaluasi of Change Birokrasi Tahun
dalam rangka Pelaksanaan secara 2019;
pengembangan Reformasi Proporsional; 5. Training of Trainer
Sumber Daya Birokrasi Tahun Pemantauan dan (TOT) 126 Orang
Pegawai Ditjen 2017; Evaluasi Pejabat
AHU; Training of Pelaksanaan Fungsional.
Fakta Integritas Trainer (TOT) Reformasi 6. Pelayanan
kinerja “PASTI” Tunas Integritas Birokrasi Tahun Pendaftaran
pada level kepada 126 2018; Partai Politik
Struktural secara Orang Pejabat Training of Online
berjenjang di Fungsional. Trainer (TOT)
lingkungan Pelayanan Tunas Integritas
Direktorat Penyidik Pegawai kepada 126
Implementasi UU Pengelolaan
KIP Administrasi
Kehumasan
dan Protokol
Penerapan
efisiensi
pemerintahan
Mental Adanya Pengembangan Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan
Aparatur perubahan pola Nilai-nilai untuk Internalisasi Internalisasi Internalisasi Internalisasi Internalisasi
pikir dan pola menegakkan Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi Reformasi Reformasi Birokrasi
tindak yang integritas
dan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai dan nilai-nilai Birokrasi dan nilai- dan nilai-nilai
mengarah pada
peningkatan etos kerja Kementerian budaya kerja budaya kerja nilai budaya kerja budaya kerja
kerja Hukum dan HAM Kementerian Kementerian Kementerian Kementerian Hukum
(“KAMI PASTI”) Hukum dan HAM Hukum dan HAM Hukum dan HAM dan HAM (“KAMI
(“KAMI PASTI”) (“KAMI PASTI”) (“KAMI PASTI”) PASTI”)
Penerapan - Penyusunan SOP - Penyusunan SOP - Penyusunan SOP - Penyusunan - Penyusunan SOP
efisiensi - Sosialisasi SOP - Sosialisasi SOP - Sosialisasi SOP SOP - Sosialisasi SOP
pemerintahan - Implementasi SOP - Implementasi - Implementasi - Sosialisasi SOP - Implementasi SOP
SOP SOP - Implementasi
SOP
Implementasi UU - Pembentukan Tim - Pembentukan - Pembentukan - Pembentukan - Pembentukan
KIP Pelayanan dan Tim Pelayanan Tim Pelayanan Tim Pelayanan Tim Pelayanan
Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan dan Pengelolaan
Informasi Publik Informasi Publik Informasi Publik Pengelolaan Informasi Publik
- Pelaksanaan - Pelaksanaan - Pelaksanaan Informasi Publik - Pelaksanaan
Keterbukaan Keterbukaan Keterbukaan - Pelaksanaan Keterbukaan
informasi Publik informasi Publik informasi Publik Keterbukaan informasi Publik
secara manual secara manual secara manual informasi Publik secara manual
maupun teknologi maupun maupun secara manual maupun
informasi teknologi teknologi maupun teknologi
informasi informasi teknologi informasi
informasi
Penerapan sistem Penerapan Aplikasi Penerapan Aplikasi Penerapan Aplikasi Penerapan Penerapan Aplikasi
kearsipan kearsipan kearsipan kearsipan Aplikasi kearsipan kearsipan
Perumusan dan Pelaksanaan riview Pelaksanaan riview Pelaksanaan riview Pelaksanaan Pelaksanaan riview
penetapan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan riview pelaksanaan pelaksanaan
kebijakan penilaian kinerja penilaian kinerja penilaian kinerja penilaian kinerja penilaian kinerja
penilaian kinerja
pegawai 2015 pegawai 2016 pegawai 2017 pegawai 2018 pegawai 2019
Pembangunan - Pemuktahiran data Pemanfaatan dan Pemanfaatan dan Pemanfaatan dan Pemanfaatan dan
dan melalui pengisian Pemuktahiran data Pemuktahiran data Pemuktahiran data Pemuktahiran data
pengembangan PUPNS menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
sistem informasi - Pemanfaatan SIMPEG NEW 0.15 SIMPEG NEW 0.15 SIMPEG NEW SIMPEG NEW 0.15
ASN. SIMPEG
0.15
Perumusan dan Penyusunan Peta Implementasi Peta Implementasi Peta Implementasi Peta Implementasi Peta
penetapan Jabatan di Jabatan di Jabatan di Jabatan di Jabatan di
kebijakan sistem lingkungan BPHN Lingkungan BPHN Lingkungan BPHN Lingkungan BPHN Lingkungan BPHN
pengkaderan
untuk pengkaderan untuk pengkaderan untuk untuk pengkaderan
pegawai ASN
ASN BPHN ASN BPHN pengkaderan ASN ASN BPHN
BPHN
DITJEN PEMASYARAKATAN
MENTAL/ Meningkatnya Internalisasi nilai- Sosialisasi pada Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan
PERILAKU penerapan asas, nilai reformasi lingkungan Ditjen aktualisasidi aktualisasi pada aktualisasi pada aktualisasi pada
APARATUR prinsip dan nilai birokrasi dalam Pemasyarakatan : lingkungan UPT lingkungan UPT lingkungan UPT lingkungan UPT
dasar reformasi pelaksanaan tugas 1. Tata Nilai dan Pemasyarakatan Pemasyarakatan Pemasyarakata Pemasyarakatan
birokrasi serta untuk menegakkan Budaya Kerja : : n: :
kode etik dan integritas Kami “PASTI”. 1. Tata Nilai 1. Tata Nilai 1. Tata Nilai 1. Tata Nilai dan
kode perilaku 2. Budaya Kerja dan Budaya dan Budaya dan Budaya Budaya Kerja
petugas Pemasyarakat Kerja Kami Kerja Kami Kerja Kami Kami “PASTI”.
pemasyarakatan. an “SMART”. “PASTI”. “PASTI”. “PASTI”. 2. Budaya Kerja
Perubahan pola 3. Gerakan 2. Budaya 2. Budaya 2. Budaya Pemasyarakat
pikir dan pola Revolusi Kerja Kerja Kerja an “SMART”.
kerja yang Mental. Pemasyarak Pemasyarak Pemasyarak 3. Gerakan
mengarah pada 4. Reformasi atan atan atan Revolusi
peningkatan Birokrasi. “SMART”. “SMART”. “SMART”. Mental.
integritas dan 5. Pelayanan 3. Gerakan 3. Gerakan 3. Gerakan 4. Reformasi
budaya kerja Publik. Revolusi Revolusi Revolusi Birokrasi.
petugas Mental. Mental. Mental. 5. Pelayanan
pemasyarakatan. 4. Reformasi 4. Reformasi 4. Reformasi Publik.
Meningkatnya Birokrasi. Birokrasi. Birokrasi.
citra positif 5. Pelayanan 5. Pelayanan 5. Pelayanan
petugas Publik. Publik. Publik.
pemasyarakatan.
Survey dan
Surveydan Survey dan evaluasi
evaluasi evaluasi pelaksanaan
Penyusunan Tools pelaksanaan pelaksanaan pengembangan
pengembangan pengembangan pengembangan budaya kerja
Pembentukan Pembentukan Pengusulan dan Pengusulan dan Pengusulan dan Pengusulan dan
agen perubahan Agen Perubahan/ Pelatihan Agen Pelatihan Agen Pelatihan Agen Pelatihan Agen
untuk mendorong Tunas Integritas Perubahan di Perubahan di Perubahan di Perubahan di
pola pikir dan pada Ditjen lingkungan Ditjen lingkungan Ditjen lingkungan Ditjen lingkungan Ditjen
budaya kerja Pemasyarakatan dan UPT dan UPT dan UPT dan UPT
berintegritas Pemasyarakatan Pemasyarakatan Pemasyarakatan Pemasyarakatan
Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan
perundang-undangan perundang-undangan perundang-undangan perundang- perundang-undangan
yang tidak harmonis yang tidak harmonis yang tidak harmonis undangan yang tidak yang tidak harmonis
harmonis
Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan Identifikasi peraturan
perundang-undangan perundang-undangan perundang-undangan perundang- perundang-undangan
yang tidak up to date yang tidak up to date yang tidak up to date undangan yang tidak yang tidak up to date
up to date
Pelaksanaan
pengendalian Terlaksananya public Campaign terkait gratifikasi di Lingkungan Ditjen PP
gratifikasi
Pelaksanaan
WBS
Pelaksanaan
benturan Pelaksanaan Pengawasan terkait benturan kepentingan
kepentingan
Penyusunan SOP
Pelayanan Publik
Pembentukan Tim
Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Publik (di tingkat
pusat) dan Tim
Pelaksana
Peningkatan
Kualitas Pelayanan
(di unit pelaksana
pelayanan) yang
bertugas
melakukan Tindak
Nyata terhadap
hasil Indeks
Pengaduan
Masyarakat (IPM)
sesuai dengan janji
perbaikan
pelayanan.
Keputusan Menteri
Hukum dan HAM
tentang Pedoman
Evaluasi Kinerja
Pelaksana
Pelayanan Publik.
Penyusunan SOP
Pelayanan Publik
dalam bentuk
Gambar.
Penerapan sistem
kearsipan
Sumber Daya Perbaikan sistem
Manusia dan perencanaan
Aparatur Sipil kebutuhan Monitoring dan Evaluasi kebutuhan pegawai
Negara pegawai ASN
Perumusan dan
penetapan
kebijakan sistem
rekruitmen dan
seleksi transparan
berbasis
kompetensi
Perumusan dan
penetapan
kebijakan sistem
promosi secara
terbuka
Perumusan dan
penetapan
kebijakan
penilaian kinerja
Perumusan dan
penetapan
kebijakan reward
dan punisment
Pembangunan
dan
pengembangan
sistem informasi
ASN
Perumusan dan
penetapan
kebijakan sistem
pengkaderan
pegawai ASN
Perumusan dan
penetapan
kebijakan
pengendalian
kualitas diklat
DITJEN IMIGRASI
Mental
Aparatur
Penanganan
pengaduan
masyarakat
Akuntabilitas Terlaksananya Pemantapan Pelaksanaan Sosialisasi/internali Pembinaan dan Monitoring dan Penyusunan
reformasi birokrasi pelaksanaan pengawasan internal sasi dan pendampingan evaluasi roadmap reformasi
di lingkungan reformasi birokrasi dan eksternal dalam pendampingan penyusunan pelaksanaan birokrasi Direktorat
Direktorat Jenderal di lingkungan rangka pelaksanaan penyusunan laporan kinerja di reformasi birokrasi Jenderal Imigrasi
Imigrasi sesuai Direktorat reformasi birokrasi roadmap Reformasi lingkungan Direktorat Jenderal Tahun 2020-2024
roadmap reformasi Jenderal Imigrasi pada Unit Pelaksana Birokrasi Tahun Direktorat Jenderal Imigrasi Tahun
Birokrasi Direktorat Teknis Keimigrasian 2015-2019 pada Imigrasi dan satuan 2015-2019.
Jenderal Imigrasi Unit Eselon II di kerja keimigrasian
yang telah lingkungan
ditetapkan. Direktorat Jenderal
Imigrasi.
Meningkatnya Pelaksanaan - 75% tenaga IT 75% tenaga IT 75% tenaga IT 75% tenaga IT
kapasitas dan kegiatan work memiliki kapabilitas memiliki kapabilitas memiliki memiliki kapabilitas
kapabilitas kinerja shop, rapat, dan kapasitas di dan kapasitas di kapabilitas dan dan kapasitas di
di bidang seminar, pelatihan bidang hardware bidang software kapasitas di bidang hardware,
kesisteman di bidang dan database bidang jaringan software, database,
kesisteman jaringan, IT security.
Laporan Keuangan Penyusunan Rekonsiliasi Data Pra Rekonsiliasi Pra Rekonsiliasi Pra Rekonsiliasi Pra Rekonsiliasi
yang akuntabel Laporan LK Semester II TA Data LK Data LK Data LK Data LK Semester
Keuangan (LK) 2014 Semester II TA Semester II TA Semester II TA II TA 2018
Direktorat Revisi Anggaran 2015 2016 2016 Rekonsiliasi
Jenderal Imigrasi Pembukaan Blokir Rekonsiliasi Rekonsiliasi Rekonsiliasi Nasional LK
Yang Akuntabel Anggaran Nasional LK Nasional LK Nasional LK Semester II TA
Rekonsiliasi Data Semester II TA Semester II TA Semester II TA 2018
LK Semester I TA 2015 2016 2016 Rekonsiliasi
2015 Pemantapan Pemantapan Pemantapan PNBP dengan
Penyusunan LK Tata Cara Revisi Pengelolaan Pengelolaan Bank Persepsi
Tatalaksana Terlaksananya Penyusunan Pembentukan TIM Pembentukan Pembentukan Pembentukan Pembentukan TIM
pelayanan Izin perubahan SOP di Penyusun TIM Penyusun TIM Penyusun TIM Penyusun Penyusun
Tinggal bidang Izin Perubahan SOP di Perubahan SOP Perubahan SOP Perubahan SOP Perubahan SOP di
Keimigrasian yang Tinggal bidang Izin Tinggal di bidang Izin di bidang Izin di bidang Izin bidang Izin
sesuai dengan Keimigrasian Keimigrasian; Tinggal Tinggal Tinggal Tinggal
SOP Penyusunan SOP Keimigrasian; Keimigrasian; Keimigrasian; Keimigrasian;
di bidang Izin Penyusunan 4 Penyusunan 5 Penyusunan 6 Penyusunan 7
Tinggal SOP di bidang SOP di bidang SOP di bidang SOP di bidang Izin
Keimigrasian Izin Tinggal Izin Tinggal Izin Tinggal Tinggal
Tahun 2015; Keimigrasian Keimigrasian Keimigrasian Keimigrasian
Implementasi SOP Tahun 2016; Tahun 2017; Tahun 2018; Tahun 2019;
di bidang Izin Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi SOP
Tinggal SOP di bidang SOP di bidang SOP di bidang di bidang Izin
Keimigrasian Izin Tinggal Izin Tinggal Izin Tinggal Tinggal
Tunjangan Kinerja
70% 70% 100% 100% 100%
Terselenggaranya
Pembinaan Fisik Terselenggaranya Terselenggaranya Terselenggaranya
kegiatan olahraga Terselenggaranya
dan Mental kegiatan olahraga kegiatan olahraga kegiatan olahraga
dan kerohanian kegiatan olahraga
dan kerohanian Bagi dan kerohanian dan kerohanian
bagi aparatur dan kerohanian bagi
aparatur imigrasi bagi aparatur bagi aparatur
imigrasi aparatur imigrasi
imigrasi imigrasi
Peningkatan Penanganan Penerapan Call Call Centre yang Call Centre yang Call Centre yang Call Centre yang
Kualitas secara terpadu Centre memfasilitasi memfasilitasi SPRI, memfasilitasi memfasilitasi
Pelayanan atas pemberian informasi SPRI & visa & izin tinggal informasi SPRI, informasi layanan
Publik informasi semua visa serta serta pengaduan visa, izin tinggal, keimigrasian serta
aspek pelayanan pengaduan pada pada Ditjenim dan dwi pengaduan
serta keluhan Ditjenim dan semua semua kewarganegaran dengan
secara UPT/Rudenim UPT/Rudenim serta pengaduan menggunakan
komprehensif pada Ditjenim dan fasilitas
semua komunikasi yang
UPT/Rudenim tidak terbatas
hanya pada
telepon, pada
Ditjenim dan
semua
UPT/Rudenim.
Mental Aparatur Adanya perubahan Pengembangan Capacity building Capacity building Capacity Capacity building ;
pola pikir dan pola Nilai-nilai untuk ; ; building ; Peningkatan
tindak yang menegakkan Morning Breefing Peningkatan Peningkatan Wawasan
hari Jumát. Wawasan Wawasan aparatur Ditjen
mengarah pada integritas
Minggu ke 3 aparatur Ditjen aparatur Ditjen HAM
peningkatan etos setiap bulan HAM HAM
kerja.
Pelaksanaan
WBS
Pelaksanaan
pengendalian
gratifikasi.
Akuntabilitas Pembangunan Penyusunan Penyederhanaan Evaluasi Renstra Evaluasi Renstra Evaluasi Renstra
dan RENSTRA dan Ditjen HAM dan Ditjen HAM dan Ditjen HAM dan Aksi
pengembangan Kementerian Hukum penyempurnaan Aksi Kinerja Aksi Kinerja Kinerja
teknologi dan HAM indikator
informasi dalam
manajemen Cascading
kinerja. sasaran dan
indikator
Penyusunan LAKIP Penyusunan LAKIP Penyusunan Penyusunan LAKIP
LAKIP
Tatalaksana Perluasan
penggunaan e-
goverment yang
terintegrasi.
Sumber Daya Perbaikan sistem Usulan kebutuhan Usulan kebutuhan Usulan kebutuhan
Manusia dan perencanaan pegawai. pegawai. pegawai.
Aparatur Sipil kebutuhan
Negara pegawai ASN
Penguatan
Penguatan integritas dan Penguatan
Adanya
Sosialisasi Budaya integritas dan revolusi mental integritas dan
perubahan pola Penguatan
Kerja Kami revolusi mental Pembentukan revolusi mental
pikir dan pola budaya kerja,
“PASTI” Pembentukan agen perubahan Pembentukan
tindak yang Pengembanga etos kerja, nilai
Pembentukan agen perubahan tahun 2018 agen perubahan
mengarah pada n Nilai-nilai Kami PASTI dan
Agen Perubahan tahun 2017 Adanya tahun 2019
peningkatan etos untuk integritas
Adanya perubahan Adanya perubahan Adanya
kerja menegakkan Pembentukan
perilaku pegawai perubahan perilaku perubahan
Adanya integritas agen
terhadap kinerja, perilaku pegawai pegawai perilaku pegawai
Mental Aparatur Komitmen Pembentukan perubahan/tunas
etika, dan terhadap kinerja, terhadap terhadap kinerja,
Pimpinan yang agen integritas 2016
kedisplinan. etika, dan kinerja, etika, etika, dan
kuat dan perubahan Menurunnya
Adanya Quick kedisplinan. dan kedisplinan. kedisplinan.
konsisten dalam untuk jumlah pegawai
Wins Ditjen KI Adanya Quick Adanya Quick Adanya Quick
melaksanakan mendorong yang menerima
berdampak dan Wins Ditjen KI Wins Ditjen KI Wins Ditjen KI
Reformasi pola pikir hukdis
dirasakan berdampak dan berdampak dan berdampak dan
Birokrasi di dibandingkan
langsung dirasakan dirasakan dirasakan
lingkungan Ditjen tahun 2015
masyarakat. langsung langsung langsung
KI
masyarakat. masyarakat. masyarakat.
Pembangunan
unit kerja untuk Upaya pencapaian
Penguatan
memperoleh Sosialisasi pembangunan unit kerja untuk kriteria untuk
Pengawasan memperoleh predikat WBK/WBBM memperoleh predikat
Pengawasan
predikat Internal Ditjen KI
WBK/WBBM WBK/WBBM
Pelaksanaan
pengendalian
Terbentuknya aturan tentang gratifikasi
gratifikasi
Terbitnya Permen
Pelaksanaan Penguatan
Benturan
benturan Pelaksanaan pengawasan lintas sektoral antara Ditjen KI dgn ITJEN Pengawasan Internal
Kepentingan Ditjen KI
kepentingan
Penguatan
Implementasi SPIP
Pembangunan Pembentukan Satgas Implementasi SPIP di Pengawasan Internal
Sosialisasi SPIP SPIP lingkungan Ditjen KI
di lingkungan Ditjen
SPIP KI Ditjen KI
Mental Adanya Pengembangan Sosialisasi Budaya Penguatan Fasilitator TOT Fasilitator Tunas Fasilitator Tunas
Aparatur perubahan pola Nilai-nilai untuk Kerja Kami budaya kerja, Tunas Integritas Integritas Integritas
pikir dan pola menegakkan “PASTI” berupa etos kerja, nilai di lingkungan Nasional; Nasional;
tindak yang integritas Kegiatan Kami PASTI dan Kemenkumham Fasilitator TOT Fasilitator TOT
mengarah pada “peningkatan integritas; TOT Tunas Tunas Integritas Tunas Integritas
peningkatan etos kemampuan Fasilitator Integritas di lingkungan di lingkungan
kerja aparatur pelaksanaan TOT Angkatan IV; Kemenkumham Kemenkumham
Balitbang Hukum Tunas Integritas Mengikuti apel Mengikuti apel
dan HAM”; di lingkungan pagi pada hari pagi pada hari
TOT Tunas Kemenkumham; senin, dan apel senin, dan apel
Integritas TOT Tunas sore pada hari sore pada hari
Angkatan II Integritas jumat; jumat;
Pengukuran Angkatan III Senam pagi
integritas Mengikuti apel setiap hari
pegawai melalui pagi pada hari Jumat
executive brain senin, dan apel
assesment (EBA) sore pada hari
Mengikuti apel jumat;
pagi pada hari Senam pagi
senin, dan apel setiap hari Jumat
sore pada hari Mengikuti
jumat; Coaching Clinic
Senam pagi setiap fasilitator yang
hari Jumat dilaksanakan
Mengikuti KPK;
Workshop Mengikuti
Kolaborasi Tunas Workshop
Pengawasan Terlaksananya Pembangunan Pembentukan Tim Penilaian resiko Pemetaan resiko Pengendalian
pengawasan SPIP Satgas SPIP sesuai dengan (diagnostic untuk
terhadap Workshop SPIP nomenklatur baru assesment) meminimalisir
aparatur guna resiko yang telah
mewujudkan diidentifikasi
aparatur yang
berintegritas
Akuntabilitas Terwujudnya Mendukung Opini Mendukung Opini Mendukung Opini Mendukung Opini Mendukung Opini Mendukung Opini
pelaksanaan tugas Laporan Keuangan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Laporan Keuangan
dan fungsi secara Wajar Tanpa Wajar Tanpa Wajar Tanpa Wajar Tanpa Wajar Tanpa Wajar Tanpa
akuntabel Pengecualian Pengecualian (WTP) Pengecualian Pengecualian Pengecualian Pengecualian (WTP)
(WTP) di di lingkungan (WTP) di (WTP) di (WTP) di di lingkungan
lingkungan Kementerian Hukum lingkungan lingkungan lingkungan Kementerian
Kementerian dan HAM Kementerian Kementerian Kementerian Hukum dan HAM
Hukum dan HAM Hukum dan HAM Hukum dan HAM Hukum dan HAM
Tatalaksana Terwujudnya Standard Penyusunan SOP Evaluasi dan Tersusunnya SOP Evaluasi SOP
pelaksanaan tugas Operational Penyesuaian SOP sesuai nomenklatur
dan fungsi litbang Procedur (SOP) dengan baru
yang profesional nomenklatur baru
Pengembangan e- SIMPEG, SIMAK SIMPEG, SIMAK SIMPEG, SIMAK SIMPEG, SIMAK SIMPEG, SIMAK
government BMN, SAI, BMN, SAI, BMN, SAI, BMN, SAI, BMN, SAI,
agendapimpinan.ke agendapimpinan. agendapimpinan.ke agendapimpinan.k agendapimpinan.ke
menkumham.go.id, kemenkumham.g menkumham.go.id, emenkumham.go.i menkumham.go.id,
website, e-book, o.id, website, e- website, e-book, d, website, e-book, website, e-book,
RKA-KL DIPA online, book, RKA-KL RKA-KL DIPA RKA-KL DIPA RKA-KL DIPA online,
e-monev Bappenas, DIPA online, e- online, e-monev online, e-monev e-monev Bappenas,
e-monev anggaran, monev Bappenas, Bappenas, e-monev Bappenas, e- e-monev anggaran,
SIRUP, SKP online, e-monev anggaran, SIRUP, monev anggaran, SIRUP, SKP online,
link lapor!, OMSPAN, anggaran, SIRUP, SKP online, link SIRUP, SKP online, link lapor!,
absensi SKP online, link lapor!, OMSPAN, link lapor!, OMSPAN, absensi
lapor!, OMSPAN, absensi OMSPAN, absensi,
absensi
Sumber Daya Terwujudnya SDM Peningkatan Pengukuran TOT Tunas TOT Tunas TOT Tunas TOT Tunas
Manusia dan aparatur yang kualitas aparatur kemampuan Integritas Integritas Integritas Integritas
Aparatur Sipil profesional dan ASN pegawai melalui Angkatan III Angkatan IV
Negara berintegritas Pelaksanaan
Executive brain
assessment (EBA)
BAB V
PROGRAM QUICK WINS
Layanan publik merupakan hak masyarakat yang pada dasarnya mengandung prinsip:
kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung-jawab, kelengkapan
sarana, dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan dan kenyamanan.
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang maksimal, perlu dilakukan
langkah-langkah pembenahan dan perbaikan birokrasi publik secara optimal sehingga birokrasi
dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan visi dan misinya,
demi terwujud suatu kelembagaan pemerintah yang proposional, efektif, dan efisien.
Program percepatan (quick win) berdasarkan PER/15/M.PAN/7/ 2008 dimaksudkan untuk
membangun kepercayaan publik (public trust building), terutama berkaitan dengan
pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), serta pelayanan publik. Hal ini dimaksudkan
untuk mendukung kepentingan bisnis maupun kepentingan pemenu-han hak-hak dasar
masyarakat yang memerlukan pelayanan cepat, mudah, dan terjangkau. Oleh karena itu, aktivitas
yang dipilih dalam program ini haruslah program yang mempunyai daya ungkit (key leverage)
yang terkait dengan perbaikan pada produk utama (core business) suatu kementerian. Hasil dari
perubahan dalam program percepatan ini diharapkan dapat dengan mudah terlihat dan
manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pelanggan maupun pemangku
kepentingan (stakeholders).
Program ini dimaksudkan untuk membangun kepercayaan masyarakat (Public Trust
Building) melalui pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta peningkatan
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dasar hak-hak masyarakat. Program ini akan mengawali
berjalannya program Reformasi Birokrasi (RB) khususnya pelaksanaan reformasi birokrasi di
Kementerian Hukum dan HAM.
Sesuai yang tertera pada Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi dan dokumen Roadmap
Reformasi Birokrasi, dilakukan identifikasi quick wins dengan pertimbangan bahwa quick wins
yang ditetapkan tersebut mempunyai daya ungkit (key leverage) dan berdampak langsung
kepada peningkatan kepuasan masyarakat, terhadap kinerja Kementerian Hukum dan HAM.
Adapun Quick Wins Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia akan
ditetapkan melalui SK Menteri Hukum dan HAM .
1. Imigrasi Pembentukan
Unit Layanan
Paspor Kantor
Imigrasi Kelas I
Khusus Medan,
Kantor Imigrasi
Kelas I Tangerang,
Kantor Imigrasi
Kelas I Semarang,
Kantor Imigrasi
Kelas I
Banjarmasin dan
Kantor Imigrasi
Kelas I Makassar
2. Pemasyarakata Optimalisasi
n Peran Rumah
Barang Sitaan
3. Administrasi Penerapan Sistem
Hukum Umum E-Office
Administrasi
Hukum Umum
4. Kekayaan Pembangunan Terbentukny Tersusunnya Terbentukny
Intelektual Aplikasi dan a Permen Draft UU a UU Desain
Sistem Teknologi Insentif KI Desain Industri
Informasi yang dan Permen Industri Tersusunnya
mendukung Pencatatan Terbentukny Draft PP
terlaksananya Lisensi KI; a PP Pelaksanaan
perpanjangan Terbentukny Pelaksanaan UU Desain
Merek secara a UU Paten; UU Hak Industri
Online Terbentukny Cipta
Terintegrasi a UU Merek; Terbentukny
dengan SIMPONI Penutupan a PP Lisensi
Konten Situs KI
yang
merupakan
hasil
pelanggaran
KI;
Penerimaan
Laporan
Pelanggaran
KI On-Line.
5. Pembinaan Pembangunan
Hukum Aplikasi Sistem
Nasional Informasi
Database
Bantuan Hukum
9. Fasilitatif Optimalisasi
Administratif Portal Data dan
Informasi dalam
rangka
peningkatan
kinerja
Kementerian
BAB VI
PENUTUP
Dalam prosesnya penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Tahun 2015 – 2019 ini telah mengakomodasi arahan dan masukan dari
seluruh Unit Eselon I, menggunakan data dan informasi implementasi reformasi birokrasi tahun-
tahun sebelumnya, mempertimbangkan dinamika dan perubahan lingkungan strategis,
menyelaraskan dengan rencana strategis serta Peraturan Presiden Nomor. 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 11 Tahun 2015 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi.
Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Tahun 2015 –
2019 ini akan menjadi acuan bagi seluruh pimpinan dan pegawai Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia dalam melaksanakan program, kegiatan dan sub kegiatan pelaksanaan reformasi
birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk periode 5 (lima) tahun
kedepan yaitu Tahun 2015 – 2019.
Dalam perjalanan pelaksanaannya, road map ini dapat saja disempurnakan bila dipandang
perlu untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efisien dan efektif. Namun
penyempurnaan yang dilakukan tetap selaras dengan tujuan reformasi birokrasi itu sendiri, yaitu
mencapai tata kelola pemerintahan yang baik. Pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan untuk menghasilkan kinerja reformasi yang maksimal. Keberhasilan
reformasi birokrasi ini memerlukan komitmen dan tanggung jawab pimpinan dan seluruh jajaran
aparatur Kementerian Hukum dan HAM.
Road MAPKementerian Hukum dan HAM disusun berdasarkan kondisi birokrasi yang ada
saat ini yang memerlukan pembenahan secara optimal agar 8 (delapan) program Reformasi
Birokrasi tersebut dapat menjadi lebih baik serta dapat mewujudkan harapan masyarakat untuk
mendapatkan kepastian hukum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi
Kemenkumham.Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah harus mampu mendorong
perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kinerja akan
meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara keseluruhan, baik di pusat maupun di daerah.
Motivasi akan muncul jika setiap program/kegiatan yang dilaksanakan menghasilkan keluaran
(output), nilai tambah (value added), hasil (outcome), dan manfaat (benefit) yang lebih baik dari
tahun ke tahun, disertai dengan sistem rewardand punishment yang dilaksanakan secara
konsisten dan berkelanjutan.
YASONNA H. LAOLY